• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE PRECAST DAN METODE KONVENSIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE PRECAST DAN METODE KONVENSIONAL"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG DENGAN METODE PRECAST DAN METODE KONVENSIONAL (STUDI KASUS : GEDUNG RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK ANANDA MAKASSAR)

Disusun Oleh : LUKMAN LATIF

45 12 041 223

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR

2017

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pembangunan Gedung Dengan Metode Precast Dan Metode Konvensional (Studi Kasus : Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar)".

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi guna memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya dengan hati terbuka penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan tugas akhir ini dan penulis dimasa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H.M. Saleh Pallu, M.Eng., selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Ibu Dr. Hamsina, ST., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar

3. Ibu Savitri Prasandi M., ST. MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.

(5)

4. Bapak Dr. Ir. M. Natsir Abduh, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang membimbing penulis dengan sabar serta begitu banyak memberi perhatian, bantuan dan dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.

5. Ibu Savitri Prasandi M., ST. MT. Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil juga selaku Dosen Pembimbing II yang telah begitu sabar dan penuh pengertian serta memberikan begitu banyak perhatian, bantuan dan dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.

6. Segenap Dosen Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang telah bersedia mendidik, mengajar dan membagikan ilmunya kepada penulis.

7. Kedua orang tua tercinta, terima kasih untuk semua doa, dukungan moral dan finansial, perhatian, semangat dan kasih sayang yang bapak ibu berikan.

8. P.T. Kencana Precast. atas semua kemudahan dalam mendapatkan data dokumen dan gambar untuk penulis.

9. Seluruh pekerja Proyek Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan.

10. Seluruh Teman-teman mahasiswa teknik sipil Universitas Bosowa yang telah membantu penulis dalam menempuh perkuliahan sampai menyelesaikan studi.

(6)

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar – besarnya jika dalam proses penyusunan tugas akhir ini banyak kesalahan yang dilakukan baik sengaja maupun tidak disengaja.

Terima kasih.

Makassar, Desember 2016

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR NOTASI... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang……… I - 1 1.2. Rumusan Masalah……… I - 2 1.3. Batasan Masalah……… . I - 3 1.4. Tujuan dan Manfaat……… I - 3 1.5. Sistematika Penulisan………. I - 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Beton Konvensional dan Metode Beton Precast……….II - 1 2.1.1. Beton Secara Umum... II - 1 2.1.2. Beton Konvensional………II - 10 2.1.3. Metode Beton Konvensional... II -11 2.1.4. Beton Precast/ Pracetak………... II -12

(8)

2.1.5. Metode Beton Precast………II - 16 2.2. Penilaian Dalam Memilih Beton Konvensional dan Beton

Pracetak………II - 18 2.2.1. Pemeliharaan Beton………...II - 19 2.2.2. Pembetonan……….II - 20 2.3. Biaya dan waktu Pelaksanaan……….II - 22

2.3.1. Aspek Biaya Produksi……….II - 22 2.3.2. Aspek Biaya Erection………..II - 22 2.3.3. Aspek Biaya koneksi ………..II - 23 2.3.4. Aspek Biaya Pekerjaan………..II - 23 2.3.5. Aspek Biaya Operasional Lapangan………II - 24 2.4. Analisa Biaya dan Waktu………...II - 24 2.4.1 Rencana Anggaran Biaya……….II - 25 2.4.2 Jadwal Pelaksanaan………. .. II - 27

2.4.2.1. Perencanaan Waktu dan Penyusunan Jadwal……….II - 28 2.4.3. Produktifitas………II - 29 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian………III - 1 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian………III - 3 3.2.1. Gambaran Umum Proyek………III - 3 3.2.2. Waktu dan Tempat Penelitian………III - 4 3.3. Populasi dan Sampel………..III - 4

(9)

3.4. Data dan sumber Data……….. III - 5 3.5. Teknik Pengumpulan Data……….... III - 6 3.6. Teknik Analisa………. . III - 6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Metode Precast / Pracetak ... IV - 1 4.1.1. Analisis Estimasi Biaya Pelaksanaan Metode Precast / Pracetak………IV - 1 4.1.2. Analisis Waktu Pelaksanaan dan Tenaga Kerja………IV-18

4.1.2.1. Analisis Waktu Pelaksanaan Metode Pracetak………IV-18 4.1.2.2. Analisis Tenaga Kerja Metode Pracetak………...IV-19 4.1.2.3. Jadwal Pelaksanaan Metode

Pracetak………IV-21 4.2. Analisis Metode Konvensional………IV - 22

4.2.1. Analisis Estimasi Biaya Pelaksanaan Metode Konvensional………...IV - 22 4.2.2. Analisis Waktu Pelaksanaan dan Tenaga

Kerja………..IV - 26 4.2.2.1. Analisis Waktu Pelaksanaan Metode Konvensional……….IV - 26 4.2.2.2. Analisis Tenaga Kerja Metode

(10)

Konvensional……….IV - 27 4.2.2.3. Jadwal Pelaksanaan Metode

Konvensional……….IV - 28 4.3. Analisis Perbandingan Biaya, Waktu dan Proses Pelaksanaan Metode Pracetak Dengan Metode Konvensional……..IV - 29 4.3.1. Perbandingan biaya pelaksanaan………IV - 29 4.3.2. Perbandingan waktu pelaksanaan………..IV - 31 4.3.3. Perbandingan metode pelaksanaan………IV - 32 4.3.4. Perbandingan peralatan………IV - 34 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan………..V - 1

5.2. Saran……….V - 2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Perhitungan Anggaran Biaya Beton Pracetak………IV - 1 Tabel 4.2.Data Siklus Pracetak Kolom………IV - 18 Tabel 4.3. Data Siklus Pracetak Balok dan Plat……… IV - 19 Tabel 4.4. Kebutuhan Tenaga Kerja Beton Pracetak………IV - 19 Tabel 4.5. Time Schedule Pekerjaan Metode Pracetak………IV - 21 Tabel 4.6. Perhitungan Anggaran Biaya Beton Konvensional……… IV - 22 Tabel 4.7. Aktifitas Pelaksanaan Pekerjaan Metode Konvensional…IV - 26 Tabel 4.8. Time Schedule Pekerjaan Metode Konvensional…………IV - 28 Tabel 4.9. Perbandingan Anggaran Biaya Metode Pracetak Dengan

Metode konvensional………..IV - 29 Tabel 4.10. Perbandingan Peralatan Metode Pracetak Dengan Metode

Konvensional………...IV - 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Flowchart Penelitian……… III - 2 Gambar 4.1. Grafik Histogram Perbandingan Biaya……… IV - 31 Gambar 4.2. Grafik Histogram Perbandingan Waktu………...IV - 32 Gambar 4.3. Flowchart Proses Pelaksanaan Pekerjaan Metode Beton

Konvensional………..IV - 33 Gambar 4.4. Flowchart Proses Pelaksanaan Pekerjaan Metode Beton Pracetak………..III - 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Gambar pelaksanaan Proyek LAMPIRAN 2. Rencana Anggaran Biaya Proyek LAMPIRAN 3. Time Schedule Proyek

LAMPIRAN 4. Foto Dokumentasi Proyek

(14)

DAFTAR NOTASI

SNI = Standar Nasional Indonesia

RAB = Rencana Anggaran Biaya

PBBI = Peraturan Beton Bertulang Indonesia F’c = Kuat Tekan Beton Satuan Mpa

Kg = Kilo gram

M³ = Meter Kubik

M² = Meter Persegi

% = Perseratus

mm = Mili Meter

Gr = Gram

Ltr = Liter

Cl = Klorida

Cm = Senti Meter

γ = Massa Jenis Beton

Bh = Buah

K = Karakteristik Beton Satuan Kg/cm2

D = Deformed Diameter Besi Ulir

Ø = Diameter Tulangan Besi Polos

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perkembangan teknologi konstruksi saat ini mengalami kemajuan pesat, yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern. Pada jaman dahulu dengan peralatan yang sederhana dapat didirikan bangunan-bangunan monumental yang sampai saat ini masih tetap dikagumi.

Dalam perkembangan dunia konstruksi sekarang ini, sangat banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, baik struktur maupun manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk memperbaiki dan mencapai hasil kerja yang lebih baik.

Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, semakin besar proyek yang dikerjakan maka semakin besar pula kendala yang akan dihadapi oleh perusahaan jasa konstruksi. Oleh karena itu perusahaan jasa konstruksi harus memiliki pertimbangan yang matang dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Para pengusaha jasa konstruksi selalu berusaha merealisasikan proyeknya tanpa mengesampingkan tercapainya efisiensi biaya dan waktu namun tetap memenuhi mutu.

Pemilihan suatu metode sangat penting dalam pelaksanaan suatu

(16)

proyek konstruksi karena dengan metode pelaksanaan yang tepat dapat memberikan hasil yang maksimal terutama jika ditinjau dari segi biaya maupun dari segi waktu.

Adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat dalam dunia konstruksi, memungkinkan pengelola proyek untuk memilih salah satu metode pelaksanaan konstruksi tertentu dari beberapa alternatif metode pelaksanaan konstruksi yang ada.

Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemilik proyek pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar adalah mengganti cara-cara konvensional menjadi lebih moderen. Hal ini memunculkan inovasi sistem konstruksi menggunakan sistem pracetak (precast) sebagai alternatif lain dari sistem konvensional. Permasalahan yang ingin diketahui adalah berapa besar biaya pelaksanaan dan selisih biaya pekerjaan upper structure antara sistem konvensional dan sistem menggunakan pracetak (precast) pada Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang akan timbul dalam pembahasan ini yaitu:

1. Berapakah perbandingan biaya antara pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan metode precast / pracetak dengan metode konvensional pada Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar ?

(17)

2. Berapakah perbandingan waktu antara pelaksanaan konstruksi gedung menggunakan metode precast / pracetak dengan metode konvensional pada Pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar ?

3. Bagaimanakah perbedaan proses pelaksanaan antara metode precast / pracetak dengan metode konvensional pada umumnya ? 1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan judul yang diambil penulis yaitu : "Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pembangunan gedung dengan Metode Precast Dan Metode Konvensional (Studi Kasus : Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar)". Maka batasan masalah yang diambil meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Tinjauan terhadap hasil perhitungan perbandingan biaya untuk pelaksanaan dengan metode precast dan metode konvensional menggunakan cara SNI.

2. Tinjauan terhadap hasil perhitungan perbandingan waktu untuk pelaksanaan dengan metode precast dan metode konvensional.

3. Tinjauan terhadap perbandingan proses pelaksanaan antara metode Precast dan metode konvensional.

4. Tinjauan penelitian meliputi bagian upper structure gedung baik untuk pekerjaan konvensional maupun metode precast.

1.4. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

(18)

1. Menganalisis perbandingan biaya antara pelaksanaan pekerjaan metode precast dan metode konvensional di Rumah sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar.

2. Menganalisis perbandingan waktu antara pelaksanaan pekerjaan metode precast dan metode konvensional di Rumah sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar.

3. Mengetahui perbedaan proses pelaksanaan pekerjaan metode precast dan metode konvensional di Rumah sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar.

Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang teknik sipil khususnya manajemen konstruksi pembangunan gedung.

2. Untuk penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan metode konstruksi, khususnya proyek precast ini.

3. Untuk kontraktor pelaksana proyek yaitu mendapatkan model penggunaan metode precast pada bangunan gedung yang optimal sehingga meningkatkan kinerja proyek dilihat dari segi waktu pelaksanaan dan biaya.

4. Untuk bidang IPTEK, dapat menjadi pengetahuan yang baru mengenai model penggunaan metode precast pada bangunan gedung.

5. Memberikan tambahan sumbangan pemikiran tentang ilmu

(19)

pengetahuan, khususnya para pelaksana jasa konstruksi bangunan gedung dalam memilih metode pelaksanaannya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab utama dan beberapa sub bab serta diakhiri dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran penelitian.

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini memberikan gambaran secara umum isi dari penulisan ini,mulai dan mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara umum teori-teori dan penjelasan tentang semua hal yang berkaitan dengan penelitian ini mulai dari pengertian beton, agregat penyusun beton, teori beton precast dan beton konvensional

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan mengenai metode penelitian mulai dari skema penelitian. prosedur penelitian sampai analisis data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini mengurai tentang hasil dan analisis penelitian yang telah dilakukan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan

(20)

penulisan tugas akhir.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Beton Konvensional dan BetonPrecast 2.1.1. Beton Secara Umum

Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002).

Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971), beton didefinisikan sebagai bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen portland dan air (tanpa aditif ).Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari.

Berdasarkan beratnya, beton diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu beton normal (normal weight concrete), beton ringan (light-weight concrete) dan Beton berat (heavy-weight concrete). Beton yang termasuk normal-weight concrete umumnya adalah beton dengan berat sekitar 2400 kg/m3, untuk lightweight concrete dengan berat kurang dari 1800 kg/m3, dan untuk heavyweight concrete dengan berat lebih besar dari 3200 kg/m3.

Aplikasi penggunaan normal weight concrete biasa sebagai bahan bangunan rumah atau gedung sedangkan Light-weight concrete umumnya dipergunakan untuk dinding ataupun atap bangunan rumah maupun

(22)

gedung, dan heavy-weight concrete biasanya dipergunakan untuk struktur bangunan tinggi, jembalan maupun flyover.

Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 - 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB). Persyaratan uji:

Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur.

Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan pengecoran berlangsung untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu. Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.

 Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam (SNI03 - 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.

Adukan beton dengan perbandingan 1 Pc : 3 Ps : 5 kr digunakan untuk

(23)

beton tidak bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan campuran 1 Pc 2 Ps 3 : kr dipakai untuk kolorn praktis. balok latai, ring balk atau beton yang bukan struktur.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan beton:

A. Semen

Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolis, artinya jika dicampur dalam air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan bagian-bagian benda padat menjadi bentuk yang kuat kompak dan keras.

1. Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standar SNI.

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merek.

3. Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta di dalam kantong-kantong semen yang masih utuh.

4. Untuk penyimpanan diletakkan mm. 20 cm diatas tanah. Semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lokasi proyek.

(24)

B. Agregat Beton

Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting.

Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan beton.

Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan. Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Gradasi diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm. 2,4 mm, 1,2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm dan 0,15 mm.

Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi:

1. Menghemat Penggunaan semen Portland.

2. Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya.

3. Mengurangi susut pengerasan.

4. Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik.

5. Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik (A. Antono, 1982)

(25)

Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah dengan berdasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang mempunyai butir-butir yang besar disebut agregat kasar yang ukurannya lebih besar dan 4,8 mm. Sedangkan butir agregat yang kecil disebut agregat halus yang memiliki ukuran lebih kecil dari 4,8 mm.

1. Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kiinia. bahan organik dan susunan diameter butinnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI03 - 2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dan 5% keseluruhannya.

2. Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai "bidang pecah" minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan (SNI03 - 2847 Tahun 2002).

3. Susunan ukuran koral/pembagian butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di daerah baik menurut (SNI03 - 2847 Tahun 2002).

C. Air

Dalam pembuatan beton. air merupakan salah satu faktor penting.

karena air dapat bereaksi dengan semen. yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga berpengaruh terhadap kuat desak beton.

karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas

(26)

permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton.

Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap:

1. Sifat workability adukan beton.

2. Besar kecilnya nilai susut beton.

3. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan kekuatan selang beberapa waktu.

4. Perawatan terhadap adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.

Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain. tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum

Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut ini. (Kardiyono Tjokrodimulyo. 2007) :

1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang Iainnya lebih dari 2 gr/ltr.

2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam. zat organik) lebih dari 15 gr/ltr.

3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.

D. Besi Beton

Pembengkokkan dan pemotongan baja tulangan harus

(27)

dilaksanakan menurut gambar / rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal-mal yang sesuai dengan diameter masing-masing.

E. Kayu untuk cetakan beton

a. Kayu untuk beton dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PPKI 70 atau dipakai kayu meranti.

b. Papan bekisting dari papan meranti tebal 2 cm / multiplek tebal ± 9 mm dan pemakaiannya maksimum 2 (dua) kali. Sebelum pengecoran bidang multiplek dilapis cairan mud oil sampai rata agar pada waktu pembongkaran beton tidak menempel pada papan / multiplek, perancah bekesting dipergunakan kayu meranti ukuran minimum 5/7 cm atau rangka baja/schafolding.

F. Pelaksanaan Pekerjaan Beton

a. Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman.

b. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin Pengaduk beton / Concrete mixer pengaduk (untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 Ps: 3 kr) dan memakai Ready Mix (untuk pembuatan beton struktur dengan mutu beton fc' 22 Mpa).

c. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekesting, adukan harus dipadatkan dengan concrete vibrator

d. Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari

(28)

pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air diatas permukaan terus menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat lantai, sedangkan untuk kolom struktur harus dilindungi dengan membungkus dengan karung goni yang dibasahi.

e. Pembongkaran bekesting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras

f. Apabila konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas tanah, maka sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata dengan campuran 1 Pc : 3 PS : 6 1kr dengan ketebalan minimum 5 cm.

G. Pekerjaan Bekisting

a. Untuk mendapatkan bentuk penampang, ukuran dari beton seperti yang ditentukan dalam gambar konstruksi, bekesting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.

b. Bekesting untuk pekerjaan beton, yaitu kolom, lantai, balok dll.

dibuat dan papan/ multiplek t = 9 mm yang berkualitas baik dan tidak pecah-pecah.

c. Konstruksi dari bekesting seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain yang memerlukan perhitungan

d. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi yang sesuai dengan gambar-gambar

(29)

e. Bambu disarankan tidak digunakan sebagai tiang cetakan, disamping kekuatan dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik, terutama terhadap berat beton sendiri serta bahan-bahan lainnya yang timbul selama pengecoran, seperti akibat vibrator dan berat para pekerja.

f. Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekesting harus bersih dan kering dari air limbah, minyak dan kotoran lainya.

H. Pekerjaan Baja Tulangan

a. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan, sambungan, penghentian dll. Untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan menurut SNI03 - 2847 Tahun 2002.

b. Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jumlah dan jarak yang ditentukan dalam gambar.

c. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga jarak antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekesting untuk mendapatkan tebal selimut beton / beton decking yang cukup.

d. mempergunakan penyekat / spacer, dudukan / chairs dari blok beton atau baja.

e. Bila dipakai blok beton, maka mutu beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan atau dengan campuran 1 Pc : 2 Ps dan dipasang sudah dalam kondisi kering, semua tulangan harus dilkat

(30)

dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.

f. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu untuk memastikan ketelitian penempatannva, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bila perlu.

g. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti h. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan

jaraknva sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak kurang dari yang disyaratkan. Toleransi yang diperkenankan terhadap bidang horizontalnya adalah ± 2.5 mm.

2.1.2. Beton Konvensional

Dalam perencanaan beton sering dikenal dengan istilah beton konvensional. Beton konvensional adalah beton dengan penggunaan material, teknologi dan peralatan yang masih sederhana Kekuatan tekan dari beton konvensional maksimum 25 Mpa pada umur 28 hari. Beton mempunyai massa jenis 2400 kg/m3.

Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa menahan beban aksial tekan. Beton konvensional dalam pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, semua pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang dibuat. Pembetonan konvensional memerlukan biaya bekisting, biaya upah pekerja yang cukup banyak.

(31)

Adapun keunggulan dari beton konvensional:

1. Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan 2. Mudah dibentuk dalam berbagai penampang 3. Perhitungan relatif mudah dan umum

4. Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit (terikat penuh). Beton konvensional mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. Diperlukan tenaga buruh lebih banyak, relatif lebih mahal.

2. Pemakaian bekisting relatif Iebih banyak

3. Pekerjaan dalam pembangunan agak lama karena pengerjaannya berurutan saling tergantung dengan pekerjaan lainnya.

4. Terpengaruh oleh cuaca, apa bila hujan pengerjaan pengecoran tidak dapat dilakukan.

2.1.3. Metode Beton Konvensional

Tahapan pelaksanaan Beton Konvensional yaitu:

1. Penulangan pada beton konvensional, tulangan harus dirakit secara manual, tahapan dari penulangan itu sendiri adalah melaluidpemotongan, pembengkokan,perakitan.

Tulangan yang digunakan pada proyek ada 2 macam yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Tulangan polos biasanya dipakai untuk sengkang sedangkan ulir dipakai sebagai tulangan utama. Tahapan penulangan ini banyak membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak.

(32)

2. Bekisting digunakan sebagai cetakan untuk membuat elemen struktur pada bangunan, dalam pembuatan bekisting harus dibuat sebaik mungkin agar tidak terjadi keruntuhan, cetakan tidak lurus, dan sebagainya. Bahan yang digunakan biasanya dari papan kayu, plywood, chipboard, dan hardboard. Plywood yang biasa digunakan adalah yang mempunyai ukuran ketebalan 9mm, 12mm, dan 18mm yang tersedia dalam bentuk lembaran dengan lebar 120 cm dan panjang 240 cm. bahan-bahan lain yang biasa digunakan untuk membuat bekisting adalah aluminium, plastik, serat sintetis, polystyrene, batako, dan beton (Richardson,1986).

3. Pengecoran adalah tahap dimana membuat beton, pada tahap ini perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil beton dengan mutu baik, sesuai dengan yang direncanakan.

4. Pembongkaran bekisting, pada tahap ini bekisting dibongkar setelah 28 hari, ini dilakukan untuk menjaga mutu beton agar tercapai.

2.1.4. Beton Pracetak / Precast

Beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa. Beton pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur tersebut akan digunakan. Teknologi pracetak ini dapat diterapkan pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton. Pada elemen balok dapat diproduksi dengan berbagai bentang dan macam bentuk penampangnya. Penentuan bentuk

(33)

penampang dari sebuah balok dipengaruhi oleh sistem yang akan digunakan, misalnya sistem sambungan antar balok dan plat lantai, sistem sambungan antar balok dengan kolom.

Elemen plat lantai merupakan elemen struktur yang langsung mendukung beban penghuni sebuah bangunan gedung, plat lantai harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Eksistensi plat lantai dalam bangunan tinggi membutuhkan material hingga 50% dari kebutuhari total material elemen struktur. Oleh karena itu plat lantai merupakan elemen yang penting untuk dikaji guna mendapat metode pengadaan yang efisien. Beton pracetak dihasilkan melalui proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi dimana elemen struktur yang akan digunakan, (Ervianto, 2006)

Adapun keunggulan dari beton pracetak:

1. Kecepatan dalam pelaksanaan pembangunannya.

2. Dicapainya tingkatan fleksibilitas dalam proses perancangannya.

3. Pekerjaan di lokasi proyek menjadi lebih sederhana 4. Mampu mereduksi biaya konstruksi.

Teknologi beton pracetak mempunyai kelemahan kelemahan sebagai berikut:

1. Kerusakan yang mungkin timbul selama proses transportasi

2. Dibutuhkan peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen konstruksi dan menempatkannya pada posisi tertentu.

(34)

3. Munculnya permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan komponen-komponen beton pracetak.

4. Diperlukan gudang yang Luas dan fasilitas curing.

5. Diperlukan perencanaan yang detail pada bagian sambungan.

6. Diperlukan lapangan yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.

Dengan kondisi yang demikian maka tidak mudah untuk menentukan mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses beton konvensional atau menggunakan beton pracetak. Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan bahwa distribusi pemakaian biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi bangunan. Oleh sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus dilakukan evaluasi pada bagian konstruksi. Salah satu metode yang mampu mereduksi pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton pracetak.

Menurut (Elly dan Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan struktur konvensional, antara lain:

1. Waktu pelaksanaan struktur merupakan pertimbangan utama dalam pembangunan suatu proyek karena sangat erat kaitannya dengan biaya proyek. Struktur elemen pracetak dapat dilaksanakan di pabrik bersamaan dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.

2. Penggunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik merupakan Salah satu alasan mengapa struktur elemen pracetak

(35)

sangat ekonomis dibandingkan dengan struktur yang dilaksanakan ditempat (cast-in-situ) adalah penggunaan cetakan beton yang tidak banyak variasi dan biasa digunakan berulang-ulang, mutu material yang dihasilkan pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang baku, pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.

3. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen tersebut dipabrik, seperti : warna dan model permukaan yang dapat dibentuk sesuai dengan rancangan.

4. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek lebih bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan dipabrik.

Menurut (Elly dan Supartono, 2000), struktur elemen pracetak memiliki beberapa kerugian dengan struktur konvensional, antara lain:

1. Tidak ekonomis bagi produksi tipe elemen yang jumlahnya sedikit.

2. Perlu ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi deviasi yang besar antara elemen yang satu dengan elemen yang lain, sehingga tidak menyulitkan dalam pemasangan di lapangan.

3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut.

4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan

(36)

menggunakan truk adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi dapat sampai di atas 1000 km.

5. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk handling dan erection.

6. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.

7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan sambungan pada beton pracetak.

8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stokcyard).

2.1.5. Metode Beton Precast

Tahapan-tahapan pelaksanaan konstruksi beton pracetak melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Pembuatan beton pracetak

a. Pembuatan beton pracetak di pabrik adalah Pembuatan beton pracetak dilakukan di luar dari lokasi proyek, sehingga tahapan ini tidak mempengaruhi waktu dari proyek, karena beton pracetak dibuat sebelum permintaan dari proyek.

(37)

b. Pembuatan beton pracetak di lokasi proyek adalah Pembuatan beton pracetak yang berada di wilayah lokasi proyek tetapi di luar lokasi gedung yang akan dibangun.

Pembuatannya dapat dilakukan bersaman dengan pekerjaan persiapan dan pekerjaan pondasi.

2. Transportasi komponen, Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah jauh dekatnya jarak antar pabrik pembuat beton pracetak dengan lokasi proyek, sehingga dapat tiba di lokasi proyek tepat pada waktunya. Cara pengangkutan juga mempengaruhi kekuatan dari struktur pracetak.

3. Erection, Tepat tidaknya penggunaan beton pracetak juga ditentukan dari tersedianya alat pengangkat dan feasibility-nya (Libby, 1990). Ini akan mempengaruhi biaya dari proyek tersebut.

Pemilihan alat pengangkat dipengaruhi dari berbagai faktor, antara lain berat dari pracetak, tinggi bangunan, dan kondisi lapangan. Alat berat yang dapat dipakai untuk mengangkat elemen pracetak adalah mobile crane, derrick crane,tower crane, dan hydraulic crane. Sistem pengangkatan mempengaruhi keutuhan dari struktur pracetak.

4. Pemasangan, Pada tahapan ini yang perlu diperhatikan adalah ketepatan dalam pemasangan elemen pracetak dan pemilihan sambungan–sambungan antar elemen pracetak.

(38)

2.2. Penilaian dalam Memilih Beton Konvensional dan Beton Pracetak

Dalam pemilihan beton konvensional dan pracetak kita perlu mempunyai suatu penilaian. Ada 4 (empat) landasan dasar penilaian yang menyebabkan sistem pracetak secara teknis lebih efisien dari pada sistem konvensional:

1. Efisiensi sistem struktur 2. Efisiensi bekisting

3. Efisiensi dari kontrol kualitas 4. Efisiensi dan jadwal pelaksanaan

Kecenderungan biaya konstruksi akhir-akhir ini menunjukkan adanya peningkatan Yang cukup berarti. Bila dibandingkan dengan industri manufaktur, biaya konstruksi melesat jauh ke depan, yang antara lain disebabkan oleh tingginya upah tenaga kerja lapangan dan proses konstruksi yang masih dilakukan secara tradisionil (Winter, 1979) Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) dengan sendirinya akan mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja di lokasi proyek (Olegsby, Parker &

Howell, 1989 dan Warszawski, 1990), yang tentunya akan berpengaruh pada pengurangan biaya produksi. Selain penghematan biaya produksi, hal lain yang menonjol dari penggunaan beton pracetak adalah mutu pekerjaan dalam jumlah yang banyak menjadi lebih baik dan seragam.

Struktur beton pracetak dapat digunakan pada segala jenis tipe struktur bangunan. Setiap bangunan memiliki system struktur yang

(39)

berbeda sesuai dengan fungsi dan kegunaan dari bangunan tersebut, misalnya sebagai penahan beban gravitasi, penahan panas (api), penahan suara, dan sebagainya untuk itu diberikan

kiasifikasi dari beberapa jenis bangunan sebagai berikut:

1. Perumahan 2. Bangunan parkir 3. Bangunan apartemen.

4. Jembatan

5. Bangunan perkantoran.

6. Bangunan industri. (Elly dan Supartono, 2000) 2.2.1. Pemeliharaan Beton

Material beton umumnya memiliki nilai yang cukup mahal baik biaya penulangan, pembetonan, pembekestingan, operasional atau upah tenaga kerja dan pemeliharaan beton yang telah jadi. Semua ini haruslah ditangani, dirawat dan dipelihara dengan baik. Dengan tahap-tahap pemeliharaan menurut SNI 2002 sebagai berikut:

1. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu di atas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

2. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 °C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama.

3. Perawatan dipercepat

(40)

a) Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, penguapan pada tekanan atmosfer, panas lembab, atau proses lainya yang dapat diterima, dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan kekuatan dan mengurangi waktu perawatan.

b) Percepat waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.

c) Proses perawatan harus sedemikian hingga beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan oleh metode perawatan.

d) Bila diperlukan oleh pengawas lapangan, maka dapat dilakukan penambahan uji kuat tekan beton untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan.

2.2.2. Pembetonan

Menurut Ervianto (2006), sebelum dilakukan pekerjaan plat lantai dan balok terlebih dahulu dilakukan pekerjaan kolom. Pada dasarnya sistem struktur dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Struktur rangka kolom menerus dengan sambungan kaku.

2. Struktur rangka kolom kaku dengan pin joint sebagai alat sambungan pada balok.

3. Struktur rangka dengan pin joint sebagai alat sambung kolom dan unit lantai.

(41)

Pekerjaan pengecoran beton memiliki sifat tidak dapat mentolerir kesalahan sedikitpun karena akan menjadikan keterlambatan waktu bagi pihak kontraktor, sehingga menambah biaya konstruksi. Pelaksanaan pekerjaan beton di lapangan mengacu pada beberapa peraturan untuk menjamin kualitas beton dan hasil pengecoran, sebagai yang tercantum dalam dokumen kontrak. Peraturan-peraturan tersebut adalah:

1. Standar Indonesia

a. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) - 1982, NI-3 b. Peraturan Standar Beton 1991 (SK.SNT T-15-1991-03).

c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung Tahun 1983 d. Standar beton prategang /pracetak Indonesia

2. ACI: American Concrete Institute, USA

a) SP4, Special publication 34-fromwork for concrete b) 347-recommendede practice for concrete formwork c) 318-building code requirements for reinforced concrete d) American society of testing material (ASTM)

Secara umum sistem struktur komponen beton pracetak dapat digolongkan sebagai berikut (Nurjaman, 2000)

1. Sistem struktur komponen pracetak sebagian, dimana kekakuan system tidak terlalu dipengaruhi oleh pemutusan komponenisasi, misalnya pracetak pelat, dinding dimana pemutusan dilakukan tidak pada balok dan kolom/bukan pada titik kumpul.

2. Sistem pracetak penuh, dalam sistem ini kolom dan balok serta

(42)

pelat dipracetak dan disambung, sehingga membentuk suatu bangunan yang monolit.

Pada dasarnya penerapan sistem pracetak penuh akan lebih mengoptimalkan manfaat dari aspek fabrikasi pracetak dengan catatan bahwa segala aspek kekuatan (strength), kekakuan, kelayanan (serviceability) dan ekonomi dimasukkan dalam proses perencanaan.

2.3. Biaya dan Waktu Pelaksanaan 2.3.1. Aspek Biaya Produksi

Biaya merupakan suatu komponen penting dalam suatu proyek konstruksi, karena berpengaruh pada cashflow proyek dan keuntungan proyek. Hal yang penting dalam faktor produksi adalah penentuan prioritas, komponen yang akan terlebih dahulu dipabrikasi tentu harus disesuaikan dengan rencana kerja dan metode kerja yang direncanakan.

Untuk mencapaikan kesesuaian penilaian komponen yang harus diproduksi lebih dahulu maka dibutuhkan koordinasi antara pabrikator dengan instalator. Area produksi harus tertata dengan baik, mulai dan tempat penumpukan material dasar, proses pengecoran, proses perawatan beton serta penyimpanan komponen beton pracetak.

Konsekuensi dari metode ini adalah harus menyediakan lahan kerja yang cukup luas karena lahan penumpukan bahan dan komponen beton pracetak yang diproduksi memiliki ukuran dan kuantitas yang besar.

2.3.2. Aspek Biaya Erection

Proses penyatuan komponen bangunan yang berupa beton

(43)

Pabrikasi yang telah diproduksi dan layak (cukup umur) untuk disatukan menjadi bagian dan bangunan disebut dengan erection. Kegiatan ini adalah salah satu faktor kunci keberhasilan dalam pembuatan sebuah bangunan beton pracetak.

2.3.3. Aspek Biaya koneksi

Proses penyatuan komponen- komponen struktur beton pracetak menjadi sebuah struktur bangunan yang monolit merupakan hal yang amat penting dalam pengaplikasian teknologi beton pracetak. Cara penyatuaan pracetak beton dibedakan menjadi dua. Pertama cara menyatukan beton dan yang kedua adalah cara penyatuan material baja tulangan. Proses penyatuan material beton dengan sambungan basah (in- situ concrete joint), sambungan kering (las, baut, pin, prestress), yang umum digunakan sambungan basah (in-situ concret joint) dan sambungan kering (las).

2.3.4. Aspek Biaya Pekerjaan

Biaya merupakan suatu komponen penting dalam suatu proyek konstruksi, karena berpengaruh pada cashflow proyek dan keuntungan proyek. Salah satu elemennya adalah biaya beton yang cukup berpengaruh signifikan dikarenakan volume pekerjaan beton yang sangat besar terutama untuk proyek gedung bertingkat. Biaya pekerjaan beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya material beton itu sendiri dan biaya operasional di lapangan dimana semua komponen pembiayaan mulai dari material yang digunakan hingga upah tenaga kerja akan

(44)

dibahas disini.

2.3.5. Aspek Biaya Operasional Lapangan

Secara teori tujuan utama dari penggunaan beton precast adalah untuk mempercepat proses pelaksanaan di lapangan sehingga mampu menghemat pengeluaran operasional pekerjaan beton. Tetapi dalam pelaksanaan di lapangan penghematan biaya operasional tersebut belum dapat dicapai dengan maksimal, sebaliknya terjadi pembengkakan biaya operasional. Biaya operasional pekerjaan beton di lapangan terdiri dari beberapa komponen, antara lain:

1. Biaya peralatan

Karena komponen beton plat lantai yang cukup jauh berbeda, tetapi pekerjaan beton pada kedua metode tersebut menggunakan alat bantu yang tidak jauh berbeda.

2. Biaya upah tenaga kerja/ tukang

Perhitungan besarnya upah tenaga kerja untuk kedua metode tersebut sama., karena besaran upah tersebut sudah terdapat harga satuan untuk setiap m3 pekerjaan beton. Tenaga kerja yang meliputi pekerjaan, tukang, kepala tukang dan mandor.

2.4. Analisa Biaya dan Waktu a. Pengendalian Waktu Proyek.

Lamanya waktu penyelesaian proyek berpengaruh besar dengan pertambahan biaya proyek secara keseluruhan. Maka dari itu dibutuhkan laporan progress harian/ mingguan/ bulanan untuk melaporkan hasil

(45)

pekerjaan dan waktu penyelesaian untuk setiap item pekerjaan proyek.

Kemudian, dibandingkan dengan waktu penyelesaian rencana agar waktu penyelesaian dapat terkontrol setiap periodenya.

b. Pengendalian Biaya Proyek.

Menurut Asiyanto (2005), Biaya konstruksi memiliki unsur utama dan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pengendalian.

Unsur utama dari biaya konstruksi adalah biaya material, biaya upah dan biaya alat.

c. Hubungan Biaya Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek.

Biaya langsung akan meningkat bila waktu pelaksanaan proyek dipercepat, namun biaya langsung ini akan meningkat juga bila waktu pelaksanaan proyek diperlambat. Biaya tidak langsung tidak tergantung pada kuantitas pekerjaan, melainkan tergantung pada jangka waktu pelaksanaan proyek. Bila biaya tidak langsung ini dianggap tetap selama umur proyek maka biaya kumulatifnya akan naik secara linier menurut umur proyek.

2.4.1. Rencana anggaran biaya

Rencana anggaran biaya (RAB) adalah perhitungan besarnya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.

Pada dasarnya, menurut Mukomoko, J. A., (2007) terdapat 5 fungsi utama dari Rencana Anggaran Biaya untuk mendirikan bangunan, antara lain :

(46)

1. Rencana anggaran biaya (RAB) sebagai penetapan jumlah biaya masing-masing bidang pekerjaan pada proses pendirian suatu bangunan. Rencana anggaran biaya memuat biaya-biaya secara terperinci yang meliputi pengadaan bahan bangunan, upah pekerja, serta biaya lain-lain seperti biaya perijinan dan biaya sarana prasarana.

2. Rencana anggaran biaya sebagai penentu total kebutuhan material bahan bangunan yang diperlukan. Penghitungan kebutuhan material ini didasarkan pada pengukuran volume pembuatan struktur bangunan.

3. Rencana anggaran biaya sebagai dasar pemilihan tenaga kerja yang digunakan. Rencana anggaran biaya menggambarkan pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut.

4. Rencana anggaran biaya sebagai penentu peralatan yang dipakai untuk mendukung kelancaran pembangunan konstruksi. Rencana anggaran biaya juga memutuskan apakah peralatan tersebut perlu dibeli atau cukup disewa.

5. Rencana anggaran biaya sebagai pemantau penghematan kegiatan pelaksanaan pembangunan. Dari Rencana anggaran biaya juga dapat diketahui model pengeluaran anggaran biaya yang menghasilkan keuntungan.

(47)

2.4.2. Jadwal pelaksanaan

Menurut Soeharto (1995 : 197), waktu adalah lamanya atau durasi suatu kegiatan. Umumnya diukur dengan satuan jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, serta dengan satuan yang lainnya. Yang menentukan berapa lama suatu proyek akan diselesaikan. Kurun waktu normal adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha usaha khusus lainnya, seperti menyewa peralatan yang lebih canggih (Soeharto, 1995 : 214).

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan proyek jauh lebih singkat sebab dikerjakan di dua tempat yaitu pengecoran pracetak di pabrik sedangkan di lapangan hanya erection atau pemasangan saja.

2. Dengan waktu penyelesaian yang singkat maka gedung dapat dengan segera dimanfaatkan atau di operasikan lebih awal.

Dengan demikian secara ekonomi teknik akan diperoleh back periods dari investasi yang ditanam lebih cepat akibat percepatan cash in sehingga akan dapat menghemat biaya bunga.

(48)

2.4.2.1. Perencanaan Waktu dan Penyusunan Jadwal

Perencanaan waktu adalah pengalokasian waktu dalam penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah – langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Dengan perencanaan waktu diharapkan bisa ditetapkan skala prioritas pada tiap tahap dan bila terjadi perubahan waktu pelaksanaan kegiatan, segera bisa diperkirakan akibatnya sehingga keputusan yang diperlukan bisa diambil.

Tujuan perencanaan waktu dalam penyelenggaraan proyek adalah untuk menekan tingkat ketidak pastian dalam waktu pelaksanaan selama penyelenggaraan proyek. Dengan demikian diharapkan waktu yang tepat bisa ditentukan sehingga analisis biaya dan sumber daya bisa dilakukan. Manfaat lain dari perencanaan waktu ini adalah cara kerja yang efisien bisa diselenggarakan sehingga waktu penyelenggaraan juga menjadi efisien (Ervianto, 2005:161).

Menurut (Ervianto, 2005:162), time schedule dalam proyek kontruksi dapat dibuat dalam bentuk yaitu :

1. Kurva S 2. Bar chart

3. Network planning

4. Schedule harian, mingguan, dan bulanan

5. Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti Microsoft project atau Microsoft excel

(49)

2.4.3. Produktivitas

Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Oleh karena itu, produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan tertentu. Menurut Hasibuan (1996:126) Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.Produktivitas adalah kuantitas pekerjaan per jam tenaga kerja dan secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input.

Persentase produktivitas = output x 100%...………(2.1) Input.

Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. tetapi produksi merupakan salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya.Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan umumnya dinyatakan denganvolume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Salah satu aspek penting didalam meningkatkan kemampuan serta pemanfaatan kemampuan dan

(50)

pemanfaatan sumber-sumber yang relatif terbatas adalah menggunakan sumber - sumber tersebut seefisien mungkin. Penggunaan sumber seefisien mugkin akan cenderung kearah peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (Kusriyanto, 1986:2).

Dalam suatu proyek kontruksi salah satu hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan adalah kinerja tenaga kerja yang akan mempengaruhi produktivitas. Produktivitas menggambarkan kemampuan tenaga kerja dalam menyelesaikan suatu kuantitas pekerjaan per satuan waktu. Produktivitas dalam bidang kontruksi secara luas didefinisikan sebagai output per hari tenaga kerja, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

P = ……… (2.2)

Dimana :

P = Produktivitas tenaga kerja yaitu besarnya kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh seorang tenaga kerja setiap hari.

V = Kuantitas pekerjaan

N = Jumlah tenaga kerja yang digunakan T = Durasi Pekerjaan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif jenis studi kasus. Menurut Sulistyo-Basuki (2010:110), penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat yang cukup dari semua aktivitas, objek, proses, dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta dan data secara valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini terdapat kerangka penelitian dari awal dilakukannya penelitian sampai akhir penelitian yang dapat dilihat pada diagram alir (flow chart) di bawah ini:

(52)

Gambar 3.1 Flowchart penelitian Mulai

Permasalahan

Identifikasi masalah

Studi pustaka : 1. Peraturan 2. literatur

Pengumpulan data

Data Primer : 1. Observasi Lapangan 2. Dokumentasi

3. Wawancara

Data Sekunder : 1. Data Material Pokok 2. Data Proses Produksi 3. Data Produk Beton

Precast

Kecukupan Data

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Kesimpulan Dan Saran

Selesai Tidak

Ya

(53)

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Gambaran Umum Proyek

Penelitian ini adalah Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Konstruksi pada Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ananda Makassar.

Metode penelitian tugas akhir ini akan dimulai berdasarkan jenis data.

1. Lokasi Proyek

Proyek Pembangunan Rumah Sakit ini terletak di Jl. Landak Baru No. 63. Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Data proyek

Nama Proyek: Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Manajer Proyek : Muh Fadrin Fachry S.E

Pemilik Proyek : PT.Ananda Nurul Haromain Kontraktor Pelaksana : PT. Kencana Precast

Konsultan Pengawas : PT.Mayasa Archipology Consultant Sub kontraktor Finishing : Sewa kelola by owner

Sub Kontraktor Plumbing : Sewa kelola by owner

Supplier Beton : PT.Cipta Beton Sinar Persada

Lokasi Proyek : Jl. Landak Baru No. 63 Makassar Sulawesi Selatan Fungsi Bangunan : Rumah Sakit Ibu dan Anak

Jumlah Lantai : 7 lantai

Struktur Bangunan : Beton Bertulang dan Sistem Precast / Pracetak Sistem precast : Kotapari Precast System

(54)

Waktu pelaksanaan yang ditawarkan : 260 hari kalender Tanggal pelaksaanaan proyek : 1 september 2014 Tanggal berakhirnya pelaksanaan proyek: 30 mei 2015 Harga total proyek : Rp 23.000.000.000,00

3.2.2.Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian tentang Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Metode Precast dan Metode Konvensional pada Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar yang dilaksanakan kurang lebih 1 bulan dari 01 Mei 2015 sampai 01 Juni 2015.

b. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar, Jalan Landak Baru Nomor 63 Makassar.

3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2006: 130) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaksana dan pekerja pada proyek pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (206: 13 1) sampel adalah sebagian atau wakil

(55)

dari jumlah populasi yang diteliti. Sampel penelitian yang digunakan adalah sampel bertujuan atau purposivesample. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu..

Sehubungan subjek kurang dari 100, maka cara cara untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga,dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyaknya data.

c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sebagian dari pekerja yang sudah terampil dan berpengalaman dalam mengerjakan sebuah proyek konstruksi gedung dengan metode precast.

3.4. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk menunjang tugas akhir ini adalah berupa data kondisi umum proyek, data perencanaan struktur, data harga material, upah tenaga kerja, biaya peralatan, dan data material.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli secara langsung melalui responden. Sumber

(56)

data primer dalam penelitian ini adalah Site Manager, pelaksana dan para pekerja pada Proyek Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak Ananda Makassar.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan dengan bantuan media cetak dan media internet serta catatan lapangan. Sumber data sekunder merupakan sumber data tidak langsung yang mampu memberikan data tambahan serta penguatan terhadap data penelitian.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan pengumpulan data primer, yaitu data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan cara pengambilan langsung ke lapangan. Data sekunder yang diperoleh dari Internet dan media lainnya.

Serta studi kepustakaan, yaitu data-data yang berasal dari berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.6. Teknik Analisa Data

Dalam analisa data terbagi menjadi beberapa tahapan yang diterapkan yaitu:

1. Analisa biaya

Analisa biaya pada masing masing sistem konstruksi di hitung berdasarkan volume tiap pekerjaan, jumlah pekerja dan peralatan yang digunakan.

(57)

Ketentuan perhitungan biaya yang dibutuhkan adalah : Biaya material : volume bahan x harga satuan volume Upah pekerja : koefisien ( orang hari ) x upah per hari Biaya peralatan : jumlah alat x waktu x harga sewa

Analisa biaya di butuhkan untuk menyusun rencana anggaran biaya (RAB) untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan pada masing masing sistem konstruksi dan untuk mengetahui besarnya anggaran biaya yang di butuhkan dalam pelaksanaan proyek tersebut.

2. Analisa waktu

Analisa waktu pelaksanaan setiap aktivitas pekerjaan di hitung dengan cara membagi volume pekerjaan dengan nilai produktivitas pekerja / alat.

Setelah itu untuk mengetahui durasi pelaksanaan secara keseluruhan pada masing- masing sistem konstruksi dengan menggunakan bantuan software Microsoft excel, pada Microsoft excel, pada table terdapat beberapa kolom seperti:

a. Uraian Pekerjaan : untuk mengisi nama pekerjaan b. Waktu : untuk mengisi lama pekerjaan

c. Bobot pekerjaan: menghitung bobot pekerjaan d. kurva: menampilkan model kurva S

e. Barchart: hubungan antar pekerjaan 3. Analisa perbandingan

Aspek yang akan dianalisa sebagai pembanding metode

(58)

konvensional dengan pracetak meliputi:

1. Biaya pelaksanaan 2. Waktu pelaksanaan 3. Metode palaksanaan

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis MetodePrecast / Pracetak

4.1.1. Analisis Estimasi Biaya Pelaksanaan Metode Precast / Pracetak Analisa biaya Pracetak dimulai dengan menghitung volume dan menentukan harga satuan dari masing - masing item pekerjaan. Pada analisa harga satuan pekerjaan ini item pekerjaan erection komponen pracetak mengalami kenaikan 10 % tiap lantainya disebabkan oleh meningkatnya durasi pemakaian alat bantu untuk proses pengangkatan komponen pracetak pertiap lantainya.

Tabel 4.1 Perhitungan anggaran biaya beton pracetak

No Item Pekerjaan Sat Vol

Harga Harga

Satuan Total

(Rp) (Rp)

A PEKERJAAN BETON LANTAI DASAR

1 PEKERJAAN TIE BEAM Biaya bahan

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 18.84 1,377,000.00 25,942,680.00 - Pekerjaan pembesian kg 3768 12,390.00 46,685,520.00

Biaya erection -

- Erection tie beam bh 57 120,000.00 6,840,000.00

2 PEKERJAAN KOLOM -

PRACETAK -

Kolom K1A (40x50x250)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 5 1,377,000.00 6,885,000.00 - Pekerjaan pembesian D22 kg 746 12,390.00 9,242,940.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 177 12,390.00 2,193,030.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1A bh 10 120,000.00 1,200,000.00

- Joint kolom bh 10 240,000.00 2,400,000.00

Kolom K1B (40x50x250)cm -

(60)

Biaya bahan - - Pekerjaan beton f’c 29 m3 5 1,377,000.00 6,885,000.00 - Pekerjaan pembesian D22 kg 1044 12,390.00 12,935,160.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 177 12,390.00 2,193,030.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1B bh 10 120,000.00 1,200,000.00

- Joint kolom bh 10 240,000.00 2,400,000.00

Kolom K1C (40x50x250)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 1.5 1,377,000.00 2,065,500.00 - Pekerjaan pembesian D19 kg 166 12,390.00 2,056,740.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 53 12,390.00 656,670.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1C bh 3 120,000.00 360,000.00

- Joint kolom bh 3 240,000.00 720,000.00

Kolom K1D (40x50x250)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 1 1,377,000.00 1,377,000.00 - Pekerjaan pembesian D19 kg 133 12,390.00 1,647,870.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 35 12,390.00 433,650.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1D bh 2 120,000.00 240,000.00

- Joint kolom bh 2 240,000.00 480,000.00

Kolom K1E (40x60x250)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 6.6 1,377,000.00 9,088,200.00 - Pekerjaan pembesian D22 kg 985 12,390.00 12,204,150.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 189 12,390.00 2,341,710.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1E bh 11 120,000.00 1,320,000.00

- Joint kolom bh 11 240,000.00 2,640,000.00

Kolom K1F (30x30x250)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 0.45 1,377,000.00 619,650.00 - Pekerjaan pembesian D19 kg 90 12,390.00 1,115,100.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 21 12,390.00 260,190.00

Biaya erection -

- Erection kolom K1F bh 2 120,000.00 240,000.00

- Joint kolom bh 2 240,000.00 480,000.00

B PEKERJAAN BETON -

LANTAI DUA -

1 PEKERJAAN BALOK -

PRACETAK -

Balok induk (30x65)cm -

Biaya bahan -

- Pekerjaan beton f’c 29 m3 23 1,377,000.00 31,671,000.00 - Pekerjaan pembesian D19 kg 1602 12,390.00 19,848,780.00 - Pekerjaan pembesian D10 kg 937 12,390.00 11,609,430.00

Biaya erection -

Referensi

Dokumen terkait

Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara

Diketahui nilai R-square untuk variabel citra merek adalah sebesar 0,598 yang memiliki arti bahwa identitas merek dari merek Toyota dapat menjelaskan citra merek

Penelitian ini mengangkat sebuah isu mengenai kehidupan sosial (sosial budaya) Thailand yang direpresentasikan dalam serial drama atau film sebagai nation branding

Produk Selesai + (Tingkat Penyelesaian X Produk dalam proses akhir) (2.2) Berikut ilustrasi perhitungan harga pokok dalam kondisi tanpa ada persediaan awal namun terdapat

Pada penelitian ini dilakukan eksplorasi mikroba yang berasal dari rhizosfer tercemar minyak sehingga pada nantinya dapat digunakan sebagai agen bioremediasi dalam

Pada saat Ujian Skripsi, mahasiswa menyerahkan Form berita acara Ujian Skripsi dan kelengkapannya (Identitas mahasiswa dan penguji sudah diisi oleh mahasiswa). Berita acara

 Kolom komposit dapat dibentuk dari pipa baja yang diisi dengan beton polos atau dapat pula dari profil baja hasil gilas panas yang dibungkus dengan beton dan diberi tulangan

Merujuk pada berbagai rangkaian aktifitas yang telah dilakukan oleh,seseorang dapat Merujuk pada berbagai rangkaian aktifitas yang telah dilakukan oleh,seseorang dapat dikatakan