• Tidak ada hasil yang ditemukan

REDESAIN PASAR TRADISIONAL MODERN DI KOTA MAKASSAR ( PASAR LELONG )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "REDESAIN PASAR TRADISIONAL MODERN DI KOTA MAKASSAR ( PASAR LELONG )"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

REDESAIN PASAR TRADISIONAL MODERN DI KOTA MAKASSAR ( PASAR LELONG )

ACUAN PERANCANGAN

Diajukan Sebagai Penulisan Tugas Akhir Untuk Memenuhi Syarat Ujian Sarjana

Teknik Arsitektur

Disusun Oleh:

REYNOLD PAPULING 45 13 043 028

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019/2020

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Perancangan Tugas Akhir dengan judul “Redesain Pasar tradisional modern kota makassar / Pasar lelong. Skripsi Perancangan ini disusun sebagai

langkah penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini terdapat berbagai kekurangan yang belum sempat terkoreksi mengingat keterbatasan fasilitas dan kapasitas penulis. Penulis tetap mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna perbaikan selanjutnya.

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih, yaitu kepada :

1. Keluarga Besar saya yang telah banyak membantu dan memotifasi agar dapat menggapai cita-cita yang saya impikan dari dulu.

2. Ibu Syam Fitriani Asnur, ST.,M.sc selaku Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

3. Bapak M.Awaluddin Hamdy, ST.,M.Si selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu Syam Fitriani Asnur, ST.,M.sc selaku Dosen Pembimbing II, atas segala bimbingan, ilmu, dan saran kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

(4)

4. Bapak M. Awaluddin Hamdy, ST.M.Si. selaku penasehat akademik, serta Bapak Syahril Idris, ST. MSP yang selalu memberikan bimbingan moral dan motivasi kepada saya.

5. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar yang telah membantu dan memberikan ilmunya selama penulis belajar di Jurusan Arsitektur Universitas Bososwa Makassar.

6. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini.

Dengan teriring doa yang tulus, ungkapan terima kasih yang tak

terhingga dan menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan yang berarti untuk perbaikan di masa mendatang, karena kami sadar bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, semoga Skripsi Perancangan Tugas Akhir ini dapat membawa manfaat yang banyak bagi semua pihak, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam segala aktivitas keseharian kita dan menilainya sebagai suatu amal ibadah di sisi- Nya. Aamiin

Makassar, 15 Maret 2019 Penulis

REYNOLD PAPULING 45 13 043 028

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... ... viii

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Metode dan Sistematika Pembahasan ... 6

1. Metode Penulisan ... 6

2. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN UMUM ... 10

A. Pasar Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan ... 10

1. Pasar Ikan ... 10

2. Tempat Pelelangan Ikan ... 10

3. Funsi Pelelangan Ikan ... 11

4. Tujuan Pengadaan Pelelangan Ikan ... 14

5. Jenis-jenis Fasilitas pada Pusat Pelelangan Ikan ... 15

6. Syarat dan Lingkup Pelelangan Ikan ... 16

7. Penanganan dan Penyimpanan Hasil Tangkapan Ikan ... 20

B. Redesain ... 23

1. Tinjauan Umum Redesain ... 23

2. Pengertian Lain Redesain ... 25

C. Pendekatan Arsitektur Tradisonal Modern ... 28

1. Penegrtian Arsitektur Tradisional Modern ... 28

2. Perkembangan Arsitektur Tradisional Modern ... 29

(6)

D. Studi Literatur dan Studi Banding ... 30

1. Studi Literatur ... 30

2. Studi Banding ... 34

BAB III TINJAUAN KHUSUS PASAR TRADISIONAL MODERN ... 38

A. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Rajawali ... 38

1. Kondisi TPI Rajawali ... 38

2. Ruang dan Fasilitas di TPI Rajawali ... 45

3. Eksisting Dalam TPI Rajawali ... 46

4. Penambahan Fasilitas di TPI Rajawali ... 51

B. Rencana Redesain TPI Rajawali ... 51

1. Redesain Bangunan ... 51

2. Redesain TPI Rajawali ... 52

3. Pasar Tradisional Modern Oleh TPI Rajawali ... 54

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... . 55

BAB V PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN PASAR TRADISIONAL MODEREN DI KOTA MAKASSAR (PASAR LEOLONG)... 58

A. Pendekatan Acuan Perancangan Makro ... 58

1. Tapak ... 58

2. Bentuk dan Penampilan Bangunan ... 58

3. Tata Massa ... 59

4. Sistem Sirkulasi ... 60

5. Penempatan Entrance ... 60

6. Penzonaan ... 60

7. Orientasi Bangunan ... 61

B. Acuan Perancangan Mikro ... 61

1. Program Ruang ... 61

2. Besaran Ruang ... 64

3. Tata Ruang Luar dan Lansekap ... 65

4. Sistem Utilitas dan Perlengkapan Bangunan ... 68

(7)

5. Sistem Pengkondisian Lingkungan ... 72

6. Penataan Tempat Parkir ... 74

BAB VI PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN ... 79

A. Acuan Perancangan Makro ... 79

1. Lokasi ... 79

2. Tapak ... 79

3. Bentuk dan Penampilan Bangun... 76

4. Tata Massa ... 78

5. Sistem Sirkulasi ... 79

6. Penempatan Entrance ... 79

7. Penzonaan... ... 80

8. Orientasi Bangunan ... 81

B. Pendekatan Acuan Perancangan Mikro ... 82

1. Program Ruang ... 82

2. Besaran Ruang ... 85

3. Tata ruang luar dan landskap ... 89

4. Sistem Utilitas dan Perlengkapan Bangunan ... 92

5. Sistem Pengkondisian Lingkungan ... 99

6. Tata Ruang Dalam ... 102

7. Struktur Bangunan ... 103

8. Modul Struktur ... 106

9. Penataan Tempat Parkir ... 106 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagaram Pusat Pelelangan Ikan ... 20

Gambar 2.2 Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta ... 30

Gambar 2.3 Tampak Depan Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta ... 31

Gambar 2.4 Tampak Atas Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta ... 32

Gambar 2.5 Tempat Penjualan Ikan ... 32

Gambar 2.6 Tempat Pelelangan Ikan ... 32

Gambar 2.7 Kondisi Sirkulasi Ruang Dalam ... 33

Gambar 2.8 Proses Penyortiran Ikan ... 33

Gambar 2.9 Tempat Kran Air ... 34

Gambar 2.10 Proses Pemindahan Ikan Dari Kapal ... 37

Gambar 2.11 Tempat Pelelangan Ikan ... 37

Gambar 3.1 Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong ... 38

Gambar 3.2 Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong ... 39

Gambar 3.3 Site Plan pasar Rajawali ... 40

Gambar 3.4 Ruang Staff (Lantai 2 - Gedung 2) ... 41

Gambar 3.5 Area Dermaga ... 42

Gambar 3.6 Kondisi Tampak Samping Kanan Pasar Lelong ... 43

Gambar 3.7 Kondisi Tampak Samping Kanan Pasar Lelong ... 43

Gambar 3.8 Kondisi Tampak Belakang (Dermaga) Kanan Pasar Lelong ... 43

Gambar 3.9 Kondisi Lapak & Parkir Pasar Lelong ... 44

Gambar 3.10 Kondisi Tempat Parkir Pasar Lelong ... 44

(9)

Gambar 3.11 Kondisi Badan Jalan Depan Pasar Lelong ... 45

Gambar 3.12 – 13 Gedung I ... 47

Gambar 3.14: Area Kuliner ... 48

Gambar 3.15: Area Parkir ... 48

Gambar 3.16: Gedung 2 ... 48

Gambar 3.17: Gedung 2 ... 49

Gambar 3.18: Gedung 3 ... 49

Gambar 3.19: Area Pelelangan Ikan ... 50

Gambar 3.20: Kios ... 50

Gambar 5.1 Perspektif TPI rajawali atau pasar lelomg ... 58

Gambar 5.2 Perspektif TPI rajawali atau pasar lelomg ... 59

Gambar 6.1: Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong ... 75

Gambar 6.2: Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong ... 76

Gambar 6.3: Timpa laja ... 77

Gambar 6.4: Timpa laja – Gedung Gubernur Sul-Sel ... 78

Gambar 6.5: Timpa laja – Gedung DPRD Sul-Sel ... 78

Gambar 6.6: Tata Massa TPI Rajawali ... 79

Gambar 6.7: Penempatan Entrance TPI Rajawali ... 80

Gambar 6.8: Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong ... 81

Gambar 6.9: Arah Angin ... 81

Gambar 6. 10: Sistem Jaringan Listrik ... 93

Gambar 6. 11: Sistem Distribusi Air Bersih ... 94

Gambar 6. 12: Sistem Pembuangan Air Kotor ... 95

(10)

Gambar 6. 13: Sistem Pembuangan Sampah ... 95

Gambar 6.14: Fire Alarm Detector ... 97

Gambar 6. 15: Splinkler ... 98

Gambar 6. 16: Hydrant Kotak ... 98

Gambar 6. 17: Lampu LED ... 100

Gambar 6 .18: AC Central ... 101

Gambar 6. 19: AC Portable ... 102

Gambar 6. 20: Pondasi Sumuran ... 103

Gambar 6. 21: Struktur Atap ... 106

Gambar 6. 22: Satuan Ruang Parkir Mobil Penumpang ... 109

Gambar 6. 23: Sistem Parkir Tegak Lurus ... 110

Gambar 6. 24: Sistem Parkir Pararel ... 111

Gambar 6. 25: Sistem Parkir Sudut ... 111

Gambar 6. 26: Bentuk Parkir Mobil Untuk Penderita Cacat ... 111

Gambar 6. 27: Proses Penderita Cacat ... 112

Gambar 6. 28: Sistem Parkir Kendaraan Roda Dua ... 112

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 6.1: Besaran Ruang Publik ... 85

Tabel 6.2: Besaran Ruang Penunjang ... 86

Tabel 6.3: Besaran Ruang Pengelola ... 86

Tabel 6.4: Besaran Ruang Servis ... 87

Tabel 6. 5: Penentuan Satuan Parkir (SRP) Kendaraan ... 108

Tabel 6.6: Satuan Ruang Parkir (SRP) Mobil Penumpang ... 108

Tabel 6. 7: Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk Bus/Truk (dalam dimensi centimeter (cm) ... 110

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara alamiah. Pasar jenis ini ksusunya di Kota Makassar masih sangat diminati oleh masyarakat selain harga yang terjangkau juga dari keberadaannya yang mudah dijumpai. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di kalangan masyarakat tertentu juga dibantu dari sektor dagang khusunya bagi pelaku dagang (jual beli). Pasar pada umumnya memiliki pandangan tersendiri dari masyarakat bahwa kesan pasar ialah cenderung kumuh, kotor, becek, tidak terawat, tempat kriminal (copet, pungli), minimnya lahan parkir dan mempunyai tingkat kualitas hunian yang rendah.

Program revitalisasi terhadap pasar tradisional yang dicanangkan oleh pemerintah, meskipun bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pasar tapi pada kenyataanya tidak sepenuhnya menunjukkan keberhasilan. Sebagian besar pasar yang terbangun dari program revitalisasi ini sepenuhnya belum berfungsi optimal. Perancangan fisik bangunan menjadi salah satu penyebab pasar tradisional yang terbangun akhirnya sepi (Sitompul, 2012: 143-144).

Selain itu, upaya mewujudkan pasar-pasar tradisonal khusunya pasar ikan menjadi pasar ikan modern (adanya revitalisasi) ini untuk mengubah anggapan masyarakat bahwa pasar ikan selalu kumuh dan

(13)

kotor. Berdasarkan kutipan wawancara Ibu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan "Kalau kita bersihkan pasar, masyarakat akan senang makan ikan. Dengan pasar ikan modern, saya yakin akan bisa meningkatkan kesukaan minat dan masyarakat untuk datang dan beli," ujar beliau di Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta, Kamis (8/2/2018). Lanjutnya,

"Saya lebih senang, kalau banyak pasar begini angka konsumsi ikan lebih naik". Pembangunan pasar ikan modern ini tidak hanya dibangun di Jakarta saja, tetapi akan dibangun di seluruh kota di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa keberadaan pasar ikan modern khususnya di Makassar adalah impian semua pihak.

Upaya Pemerintah Kota Makassar terhadap revitalisasi beberapa pasar tradisional sudah dilakukan, salah satunya adalah Tempat Pelelangan Ikan Rajawali atau lebih dikenal dengan sebutan Pasar Lelong (Pasar Lelang). Akan tetapi hal tersebut masih belum maksimal dan sampai hingga sekarang kondisi pasar tersebut cenderung kumuh dan tidak teratur.

Tempat Pelelangan Ikan ini berlokasi di Jalan Rajawali no. 14 Makassar, Kelurahan Panambungan, Kecamatan Mariso. Pasar ini berdiri sejak tahun 1987 dan kondisi pada saat itu hanya merupakan tenda-tenda pedagang yang berjejer. Pasar ini sudah sempat beberapa kali dilakukan revitalisasi atau peremajaan baik itu bangunan yang ada ataupun penambahan terhadap fasilitas-fasilitas penunjang sebagai pasar lelang.

Akan tetapi, pada saat berada di pasar ini saya (selaku peneliti) tidak merasakan kenyamanan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

(14)

pada saat mulai memasuki area pasar, kondisi parkiran yang tidak terartur dan masih sangat minim dibandingkan pengunjung pasar sehingga menyebabkan penumpukan kendaraan sampai ke badan jalan Rajawali.

Lebih lanjut, kondisi pasar yang becek, kondisi bangunan yang tidak terurus serta dermaga yang sudah tidak lagi berfungsi dengan maksimal.

Oleh sebab itu, baik pengunjung maupun pedagang dan pengelola pasar belum bisa merasakan kenyamanan secara langsung. Sehingga dibutuhkan adanya redesain demi kenyamanan dan keamanan pasar tersebut.

Redesain yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah redesain redevlpment yaitu proses redesain bangunan secara fisik baik secara utuh ataupun sebagian (rekosnstruksi) dan redesain sentrifikasi yaitu upaya peningkatan suatu fasilitas melalui peningkatan lingkungan, tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan kota dengan mengandalkan kekuatan pasar dengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang ada.

Berikut adalah beberapa dasar pertimbangan untuk melakukan redesain pada TPI Rajawali:

1. Lahan parkir yang sempit

Pada saat mulai memasuki area pasar, hal yang dirasakan adalah kondisi parkiran yang tidak tertaur dan masih sangat minim serta berbanding terbalik oleh pengunjung pasar yang pada akhirnya kerap terjadi penumpukan kendaraan sampai ke badan jalan Rajawali. Selain

(15)

itu, keberadaan pasar kerap kali membuat kemacetan pada pagi hari (saat pasar beroperasi) karena lahan parkir yang tidak memadai.

2. Kondisi lantai yang selalu basah

Hal ini disebabkan oleh buruknya sistem sanitasi di dalam pasar yaitu pedagang hanya menggunakan selang air yang gunakan secara bergantian oleh pedagang lain. Sehingga tidak heran jika pasar cenderung becek yang menyulitkan pengguna bangunan baik itu pedagang, pembeli maupun pengelola.

3. Sirkulasi dalam bangunan yang buruk

Selain ukuran sirkulasi yang sangat sempit yaitu hanya berjarak 1 sampai 1,5 meter juga kerap dijadikan sebagian pedagang untuk dijadikan sebagai lokasi berjualan.

4. Kondisi lapak yang semi permanen

Lapak pedagang yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang sifatnya belum permanent sehingga menghambat beberapa hal seperti tidak tersedianya keran air untuk proses cuci baik terhadap ikan maupun lapak. Lapak dari kayu rentang lapuk dan sangat tidak disarankan digunakan di tempat yang lembab apalagi basah.

5. Dermaga

Tidak terdapat dermaga untuk mempermudah proses penurunan bak- bak ikan dari kapal ke tempat pelalangan ikan.

6. Fasilitas umum/penunjang

(16)

Beberapa fasilitas penunjang seperti musholah dan ATM center juga belum ada. Termasuk toilet yang masih sangat minim.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka suatu gagasan dengan redesain pada TPI ini yaitu berupa proses desain ulang TPI Rajawali dengan mempertimbangkan masalah yang ada, serta melakukan penambahan fasilitas-fasilitas yang tidak terdapat di TPI ini dengan merujuk pada standar-standar TPI yang sudah ada. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi para penjual maupun pembeli yang datang ke pasar, pengelola serta masyarakat di sekitar TPI Rajawali.

Tempat Pelelangan Ikan dengan bangunan yang modern di Kota Makassar belum ada. Oleh sebab itu, pada studi ini perencanaan pada TPI Rajawali melakukan pendekatan dengan arsitektur modern tanpa meninggalkan unsur tradisional budaya setempat ataupun perilaku tradisional pada kegiatan di pasar, serta menambah daya tarik wisata yaitu wisata kuliner agar pengunjung, penjual dan wisatawan tak berpikir pasar ini kumuh,kotor,serta bau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah saya jabarkan, maka permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan tata massa bangunan pada TPI Rajawali?

2. Bagaimana menentukan kebutuhan ruang yang didasari oleh aktivitas di dalamnya?

(17)

3. Bagaimana menentukan pola tata ruang yang menciptakan suasana nyaman, bersih dan memberikan kesan komunikatif bagi pedagang dan pembeli?

C. Tujuan Penulisan

Untuk menyusun suatu acuan perancangan Pusat Pelelangan Ikan di Kota Makassar, yang hasilnya berupa rumusan konsep perancangan pada tata masa bangunan, ruang-ruang yang sesuai dengan kebutuhan PPI serta menciptakan suasana nyaman, bersih dan komunikatif bagi pengguna bangunan dan bisa merancang bangunan fisik sesuai dengan kebutuhan bangunan.

D. Metode dan Sistematika Pembahasan 1. Metode Penulisan

Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif dan eksploratif, yaitu menguraikan dan menjelaskan data kualitif dan kata kuantitatif. Kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Ada berbagai cara yang dilakukan untuk pengumpulan data. Guna mendukung penyusunan laporan ini, data dan informasi di peroleh melalui:

a. Studi Lapangan

Tinjauan ke lokasi yang akan dibangun objek rancangan.

Mempelajari karakteristik dan potensi dari lokasi site yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan objek, seperti:

1) Melakukan survey lapangan

(18)

2) Mengamati lokasi Pasar Lelong secara langsung sebagai objek perancangan.

b. Studi Literatur

Mempelajari hal-hal yang terkait dengan objek rancangan melalui buku-buku dan website di internet yang menyangkut tentang Pasar Ikan dan Pusat Pelelangan Ikan (PPI)

c. Studi Banding

Melakukan perbandingan dan pengamatan pada objek-objek yang sejenis, mengamati kegiatan yang berhubungan dengan objek rancangan, kebutuhan ruang, dan sistem operasional.

d. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan objek rancangan.

2. Sistematika Pembahasan

Kerangka bahasan laporan perencanaan dan perancangan Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur dengan judul Redesain Pasar Lelong di Kota Makassar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, tema proyek, tujuan dan sasaran, metode penulisan dan sistematika bahasan yang mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur

(19)

pikir dalam menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Pada bab 2 ini berisi tentang Tinjauan umum, Landasan Teori, dan study banding berdasarkan kepada data dan referensi yang ada.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Menguraikan mengenai kondisi fisik dan non fisik Kota Makassar, kondisi Pasar Lelong sebagai Pusat Pelelangan Ikan di Kota Makassar.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Menyimpulkan dan menguraikan mengenai batasan dan anggapan yang digunakan untuk Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V ACUAN PERANCANGAN

Menguraikan entang acuan dasar perancangan sebagai acuan dalam desain fisik bagunan pasar.

(20)

BAB VI PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

Membahas mengenai pendekatan secara menyeluruh Program Perencanaan dan Perancangan, yaitu pendekatan aspek fungsional, pendekatan aspek kinerja, pendekatan aspek teknis, pendekatan aspek kontekstual, pendekatan aspek arsitektural serta penekanan desain.

(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Pasar Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan 1. Pasar Ikan

Pasar ikan adalah pasar yang digunakan untuk memasarkan ikan dan produk ikan. Selain ikan, organisme akuatik dan boga bahari lainnya juga dijual, seperti cumi dan udang. Pasar ikan dapat ditujukan untuk menjual ikan secara grosir kepada pedagang ikan lain atau secara eceran kepada konsumen. Pasar ikan juga menjual aneka jajanan yang terbuat dari hasil laut, dan restoran serta warung makan yang khusus menyajikan masakan ikan juga berdiri di dekat pasar ikan. Ukuran pasar ikan bervariasi dari gerai kecil, hingga pasar besar seperti pasar ikan Tsukiji di Tokyo yang menjual hasil laut sebanyak 660 ribu ton per tahun.

2. Tempat Pelelangan Ikan

Pasar ikan juga dikaitkan dengan istilah Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Berikut adalah penjabaran mengenai pengertian dari Tempat Pelengan Ikan.

a. Tempat berarti sesuatu yang dipakai untuk menaruh (menyimpan, meletakkan, dan sebagainya). Tempat juga berarti wadah. (sumber:

Drs. Dwi adi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia)

(22)

b. Lelang adalah penjualan atau sesuatu barang dengan harga ditentukan pembeli (saling menaikkan harga). Sedangkan pelelangan adalah cara penjualan secara lelang.

c. Ikan adalah salah satu hasil laut/ tambak yang merupakan salah satu penghasil protein yang sangat berguna untuk pemenuhan gizi masyarakat yang bersumber dari hewan/ hewani.

Jadi, pengertian dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah suatu tempat atau (wadah) dimana berlangsungnya transaksi jual beli atau berdagang dari semua jenis golongan ikan yang dapat dikonsumsi baik itu yang masih hidup, segar ataupun yang telah dibekukan untuk memasarkan semua hasil produksi perikanan (perikanan laut maupun darat) dengan cara lelang baik itu kepada pedagang. Perbedaan makna dengan pasar ikan ialah dimaksudkan untuk pengunjung yang ingin membeli ikan secara eceran.

3. Fungsi Pelelangan Ikan

Fungsi Tempat Pelelangan Ikan (Dinas Kelautan dan Perikanan) bahwa fungsi dari pada pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut:

a. Pusat pengembangan masyarakat nelayan sebagai sentra kegiatan masyarakat nelayan, Pelabuhan Perikanan diarahkan dapat mengakomodir kegiatan nelayan baik nelayan berdomisili maupun nelayan pendatang.

b. Tempat berlabuh kapal perikanan Pelabuhan Perikanan yang dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan tambat atau

(23)

merapat (mouring) kapal-kapal perikanan, berlabuh atau merapatnya kapal perikanan tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan misalnya untuk mendaratkan ikan (unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat (berthing), perbaikan apung (floating repair) dan naik dock (docking). Sehingga sarana atau fasilitas pokok pelabuhan perikanan seperti dermaga bongkar, dermaga muat, dock atau slipway menjadi kebutuhan utama untuk mendukung aktivitas berlabuhnya kapal perikanan tersebut.

c. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan, Sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkap (unloading activities) Pelabuhan Perikanan selain memiliki fasilitas dermaga bongkar dan lantai dermaga (apron) yang cukup memadai, untuk menjamin penanganan ikan (fish handling) yang baik dan bersih didukung pula oleh sarana / fasilitas sanitasi dan wadah pengangkat ikan.

d. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan;

Pelabuhan Perikanan dipersiapkan untuk mengakomodir kegiatan kapal perikanan, baik kapal perikanan tradisional maupun kapal motor besar untuk kepentingan pengurusan administrasi persiapan kelaut dan bongkar ikan, pemasaran atau pelelangan dan pengolahan ikan hasil tangkap.

e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan; Prinsip penanganan dan pengolahan produk hasil perikanan adalah bersih, cepat dan dingin (clean, quick and cold). Untuk memenuhi prinsip

(24)

tersebut setiap Pelabuhan Perikanan harus melengkapi fasilitas–

fasilitasnya seperti fasilitas penyimpanan (cold storage) dan sarana atau fasilitas sanitasi dan hygien, yang berada di kawasan Industri dalam lingkungan kerja Pelabuhan Perikanan.

f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan; Dalam menjalankan fungsi, Pangkalan Pendaratan Ikan dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pasar ikan (Fish Market) untuk menampung dan mendistribusikan hasil penangkapan baik yang dibawa melalui laut maupun jalan darat.

g. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan; Pengendalian mutu hasil perikanan dimulai pada saat penangkapan sampai kedatangan konsumen. Pelabuhan Perikanan sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap selayaknya dilengkapi unit pengawasan mutu hasil perikanan seperti Laboratorium Pembinaan Dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) dan perangkat pendukungnya, agar nelayan dalam melaksanakan kegiatannya lebih terarah dan terkontrol mutu produk yang dihasilkan.

h. Pusat penyuluhan dan pengumpulan data; Untuk meningkatkan produktivitas, nelayan memerlukan bimbingan melalui penyuluhan baik secara teknis penangkapan maupun management usaha yang efektif dan efisien. Sebaliknya untuk membuat langkah kebijaksanaan dalam pembinaan masyarakat nelayan dan pemanfaatan sumberdaya ikan selain data primer melalui penelitian

(25)

data sekunder diperlukan untuk itu, maka untuk kebutuhan tersebut dalam kawasan Pelabuhan Perikanan merupakan tempat terdapat unit kerja yang bertugas melakukan penyuluhan dan pengumpulan data.

i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan; Pelabuhan Perikanan sebagai basis pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan.

Kegiatan pengawasan tersebut di lakukan dengan pemeriksaan spesifikasi teknis alat tangkap dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal ikan dan hasil tangkapan. Sedangkan kegiatan pengawasan dilaut, Pelabuhan Perikanan dapat dilengkapi dengan pos/pangkalan bagi para petugas pengawas yang akan melakukan pengawasan dilaut.

4. Tujuan Pengadaan Pelelangan Ikan

Pengadaan Pelelangan Ikan bertujuan antara lain:

a. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat terutama nelayan;

b. Perluasan lapangan pekerjaan;

c. Meningkatkan konsumsi ikan bagi penduduk dan sekaligus memenuhi kebutuhan protein hewani asal ikan;

d. Relevansi pelabuhan perikanan dalam menunjang pembangunan daerah

(26)

Pentingnya pembangunan Pusat Pelelangan dan Pengolahan Ikan (PPPI) karena erat kaitannya dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Masih rendahnya tingkat produksi perikanan laut;

b. Upaya mendukung dan menerapkan konsepsi perikanan wawasan nusantara dalam aspek pembangunan perikanan nasional dalam memanfaatkan potensi sumber daya ikan di dalam wilayah perairan Indonesia;

c. Antisipasi pemanfaatan potensi sumber daya ikan sebagai implementasi konvensi hukum laut internasional.

5. Jenis-jenis Fasilitas pada Pusat Pelelangan Ikan

Fasilitas yang terdapat di lingkungan TPI dan Pendaratan ikan dapat digolongkan menjadi:

a. Fasilitas Dasar b. Fasilitas Fungsional c. Fasilitas Tambahan

Masing-masing terperinci sebagai berikut:

a. Fasilitas Dasar terdiri dari: dermaga/kolam pelabuhan, alur pelayaran, pier penahan gelombang dan rambu-rambu, navigasi (bila diperlukan);

b. Fasilitas fungsional terdiri dari:

1) Kantor pengelola;

2) Dermaga (dermaga bongkar, dermaga pebekalan dan dermaga penyegaran);

(27)

3) Tempat pelelangan ikan (tempat sortir, penimbangan, ruang lelang);

4) Cold storage (penyimpanan es);

5) Perbengkelan;

6) Tempat penjemuran jaring;

7) Perbekalan (Depot bahan bakar, depot air tawar, gudang garam, gudang es);

8) Balai pertemuan nelayan;

9) Musholla;

10) Poliklinik;

11) Kafetaria;

12) Fasilitas Tambahan, terdiri dari;

13) KM/WC 14) Ruang genset;

15) Gardu listrik;

16) Pos jaga;

17) Peralatan perawatan (misal: kapal keruk);

18) Peralatan komunikasi udara 6. Syarat dan Lingkup Pelelangan Ikan

Syarat-syarat bangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai berikut:

a. Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;

(28)

b. Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan di sanitasi dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang hygiene;

c. Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai, dan toilet dalam jumlah yang mencukupi;

d. Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan;

e. Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam TPI;

f. Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan, wadah harus di bersihkan dan di bilas dengan air bersih;

g. Dilengkapi dengan tanda peringatan di larang merokok, meludah, makan dan minum, dan di letakkan di tempat yang mudah di lihat dengan jelas, mempunyai fasilitas pasokan air bersih yang cukup;

h. Mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan;

i. Mempunyai tempat sampah yang mewadahi

Pada umumnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di perairan pantai di Indonesia dapat di bedakan menjadi 3 golongan menurut jenis dan lingkup pengelolaannya antara lain adalah sebagai beriut:

a. Tempat Pelelangan Ikan tanpa Fasilitas Dermaga Labuh

(29)

TPI semacam ini biasanya digunakan untuk melayani kapal ikan yang dapat berlabuh langsung di pantai landai. Jenis yang dilayani terbatas bagi perahu motor atau layar. Letaknya terdapat di pantai landai dengan kapasitas yang kecil dan hanya melayani nelayan setempat saja. Lingkup pengelolaannya hanya terbatas untuk pelayanan pemasaran hasil ikan saja berupa tempat pelelangan.

b. Tempat Pelelangan Ikan Dengan Fasilitas Dermaga Labuh Berkapasitas Kecil dan Sedang.

Biasanya terdapat pada TPI yang letaknya berada dalam jalur sungai atau selat yang berukuran tidak begtu besar. Kapasitas dermaga yang kecil ini bisa disebabkan karena jumlah kapal ikan yang memang sedikit dalam wilayah pelayanan TPI tersebut ataupun juga karena keadaan lokasi TPI yang kurang memungkinkan untuk penambahan perahu/kapal sehingga tempat labuh berupa dermaga dialihkan ke tempat lain yang dianggap relatif dekat ke lokasi TPI. Lokasi TPI semacam ini biasanya lebih di pentingkan keberadaannya untuk dekat ke permukiman nelayan sehingga segi pencapaiannya dan kemungkinan pengembangan dermaga labuh kurang mendapatkan perhatian. Dengan demikian dalam satu kota dimungkinkan terdapat beberapa TPI sesuai dengan penyebaran lokasi permukiman nelayan yang ada.

(30)

c. TPI Dengan Fasilitas Dermaga Labuh Berkapasitas Besar.

TPI semacara ini biasanya memiliki lingkup pelayanan kota atau regional dan menjadi pusat pengumpulan/ penyetoran hasil-hasil perikanan secara menyeluruh dalam wilayah kota atau regional sehingga disebut sebagai suatu Pusat Pelelangan Ikan. Lokasi pada umumnya terletak pada tepi laut bebas atau di tepi muara sungai besar. Sebagai akibat dari keadaan lokasinya maka sering diperlukan fasilitas tambahan berupa pemecah gelombang atau kolam pelabuhan karena keadaan gelombang yang cukup besar.

Adapun lingkup pengelolaan yang terdapat dalam kegiatan TPI semacam ini antara lain :

1) Pelayanan guna usaha penangkapan, yang berupa Informasi tentang daerah-daerah yang sedang banyak ikan Informasi keadaan cuaca daerah tersebut Prosedur perijinan;

2) Pelayanan perbekalan operasional penangkapan berupa;

3) Penyedia bahan bakar, penyedia air tawar dan es, penyediaan perlengkapan anak buah kapal/ perahu lainnya;

4) Pelayanan pendaratan dan pengelolaan ikan berupa:

a) Pengaturan kegiatan bongkar pada dermaga labuh;

b) Penyediaan peralatan penunjang bongkar muat seperti keranjang, kereta dorong;

c) Penanganan dan pengolahan hasil perikanan sebelum di distribusikan keluar PPI;

(31)

d) Pelayanan Pemasaran pelelangan ikan dan penyelesaian administrasi Pelayanan perbaikan;

e) penyediaan bengkel perahu/kapal dan galangan guna perbaikan;

Gambar .2.1: Diagaram Pusat Pelelangan Ikan Sumber: Dirjen. Perikanan Nasional 7. Penanganan dan Penyimpanan Hasil Tangkapan Ikan

Penanganan hasil tangkapan ikan dalam upaya pengawetan ikan dapat dilakukan berbagai cara. Salah satu di antaranya yang menjadi teknik mudah di pedagang atau masyarakat adalah melalui teknik pendinginan ikan. Konsep dan teori dari sistem pendinginan adalah memasukkan ikan pada tempat atau ruangan yang bersuhu sangat rendah. Untuk mendinginkan ikan bisa dengan memasukkannya ke dalam kulkas atau lemari es atau bisa juga dengan menaruh di wadah yang berisi es. Biasanya para nelayan menggunakan wadah yang berisi es untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Suhu untuk mendinginkan ikan biasa biasanya bersuhu 15 derajat celsius.

PUSAT PELELANGAN

IKAN

PEAYANAN INFORMASI &

PERIJINAN

PELAYANAN PERBEKALAN OPERASIONAL PENANGKAPAN

PELAYANAN PENDARATAN

&

PENGOLAHAN

PELAYANAN PEMASARAN

& KESEJ.

NELAYAN

PELAYANAN PEMASARAN

& KESEJ.

NELAYAN

(32)

Sedangkan agar tahan lama biasanya disimpan pada tempat yang bersuhu 0 sampai -4 derajat selsius.

Pendinginan ikan ѕаmраі sekitar 0 °C maka ikan dараt diperpanjang masa kesegarannya аntаrа 12 – 18 hari sejak saat ikan di tangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan, cara penanganan dan keadaan pendinginannya. Efesiensi pengawetan dengan pendinginan ikan sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan sesaat sebelum di dinginkan. Pendinginan уаng dilakukan ѕеbеlum rigor mortis (kaku) merupakan cara уаng paling efektif јіkа disertai dengan teknik yang benar sedangkan pendinginan yang dilakukan setelah autolysis (penghancuran) berjalan tidak akan banyak berguna. Handling atau penanganan ikan dengan pendinginan dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara berikut ini:

a. Pendinginan dеngаn es;

b. Pendinginan dеngаn es kering (dry ice);

c. Pendinginan dеngаn air dingin;

d. Air tawar bercampur es atau air уаng didinginkan dеngаn mesin pendingin

e. Air laut dingin bercampur es (chilled seawater, CSW);

f. Air laut уаng di dinginkan dеngаn mesin pendingin (refrigerated sea water, RSW).

Teknik pendinginan dapat dilakukan melalu media es. Berikut adalah ulasan mengenai es yang dapat digunakan. Jenis-jenis Es Secara

(33)

umum cara уаng terbaik untuk mendinginkan ikan аdаlаh dеngаn menggunakan es, karena es mendinginkan dengan cepat banyak mempengaruhi keadaan ikan dan dеngаn biaya уаng tіdаk mahal. Es pada umumnya dibuat dаrі bahan air tawar tеtарі dараt рulа dibuat dеngаn air laut.

Bеrdаѕаrkаn bentuknya es dараt dikelompokan menjadi 5 (lima) bentuk аntаrа lаіn:

a. Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12 – 60 kg per balok;

Es balok аdаlаh уаng paling banyak dі produksi dan banyak рulа dibutuhkan оlеh nelayan, karena murah dan mudah dalam pengangkutannya.

b. Es tabung (tube ice);

c. Es keping tebal (plate ice);

d. Es keping tipis (flake ice);

e. Es halus (slush ice);

Cara-cara penanganan ikan dalam pendinginan ikan dеngаn es ѕаngаt beragam tergantung pada:

a. Tempatnya seperti dі kapal, tempat pendaratan ikan, tempat pelelangan, pasar ikan, pabrik pengolahan ikan, supermarket;

b. Jenis ikan;

c. Tujuan pendinginan;

d. Penataan dan perbandingan jumlah ikan dan es didalam peti atau palka.

(34)

Selain hal tersebut di atas, jenis penagan ikan pada tempat pelelangan ikan adalah dengan menggunakan Cool-Room. Cool room аdаlаh ruang penyimpanan ikan уаng di dinginkan dеngаn mesin pendingin dan suhunya dараt diatur аntаrа -5 °C hіnggа -5 °C.

Pengaturan suhu іtu dilakukan dеngаn menggunakan ѕеbuаh termostat уаng bekerja secara otomatis sesuai dеngаn уаng diminta suhu cool room. Perlu diketahui bаhwа kapasitas mesin pendingin pada cool room ѕаngаt kecil dan hаnуа dараt diandalkan untuk mendinginkan udara di dalam cool room saja. Olеh karena іtu ikan уаng dimasukan kedalam cool room harus diberi es.

Cool room sebaiknya pada dinding-dindingnya, langit-langit dan lantainya di beri lapisan isolasi, agar panas dаrі luar tіdаk menerobos masuk kedalam ruang pendingin. Tаnра isolasi ini, ѕаngаt sulit untuk mengharap agar suhu penyimpanan dараt di turunkan. Pelapisan isolasi pada cool room merupakan salah satu cara mempertahankan suhu уаng rendah dі dalam ruang penyimpanan.

B. Redesain

1. Tinjauan Umum Redesain

Perancangan kembali pada bangunan atau kawasan kota, dapat diklarifikasi menjadi beberapa kategori yang meliputi; redevelopment, sentrifikasi, konservasi, preservasi, dan rekonstruksi. Berdasarkan pada golongan bobot yang meliputi tingkat, sifat dan skala dari

(35)

perubahan itu sendiri. Kategori dari peremajaan bangunan maupun kawasan kota dapat diklarifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Redevelopment

Upaya pembangunan kembali bangunan ataupun kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sebagian atau seluruh dari sarana dan prasarana yang ada, yang sebelumnya telah dinyatakan masih atau sudah tidak dapat di pertahankan. Perubahan secara struktural dari peruntukan lahan profit social ekonomi akan berhubungan dengan ketentuan pembangunan yang mengatur intensitas pembangunan baru (KLB, KDB, GSB, dan ketinggian bangunan).

b. Sentrifikasi

Upaya peningkatan suatu fasilitas melalui peningkatan lingkungan, namun tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan kota dengan mengandalkan kekuatan pasardengan cara memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang ada.

c. Konservasi

Upaya untuk memelihara dan melestarikan bangunan atau lingkungan pada kondisi yang sudah ada, untuk mencegah terjadinya proses kerusakan. Jadi, konservasi merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tersebut.

(36)

d. Preservasi

Upaya untuk memelihara dan melestarikan potensi lingkungan yang ada serta mencegah terjadinya proses kerusakan. Umumnya cara ini digunakan untuk melindungi bangunan ataupun kawasan dengan nilai sejarah dan nilai arsitektural yang tinggi dari kehancuran.

e. Rekonstruksi

Upaya untuk mengembalikan kondisi atau membangun kembali suatu tempat sedekat mungkin dengan wujudnya semula. Proses ini dilakukan untuk mengadakan kembali tempat-tempat yang telah rusak atau bahkan hampir punah. Maka pada perancangan kembali objek pasar tradisional lelong mengarah pada perancangan redevelopment dengan sistem pembongkaran seluruh sarana dan sebagian prasarana untuk digantikan dengan sarana dan prasarana baru.

2. Pengertian lain Redesign

Pengertian redesain disebutkan menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah desain ulang, perencanaan kembali, perlakuan terhadap suatu hasil karya yang direncanakan secara menyeluruh meliputi desain dan pelaksanaan. Kata ini berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari dua kata yaitu re dan design, penggunaan kata re mengacu pada pengulangan kata atau melakukan kembali, sehingga

(37)

redesign dapat diartikan sebagai design ulang. Beberapa defenisi redesain sebagai berikut:

a. Menurut American Heritage Dictionary (2006) “redesign meansto makea revision in the appearance or function of”, yang dapat diartikan membat revisi dalam penampilan dan fungsi.

b. Menurut Collins English Dectionary (2009) “redesign is to change the design of (something)”, yang dapat diartikan mengubah desain dari (sesuatu).

c. Menurut Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesia Dectionary (2000) redesign yang berarti merancang kembali.

Dari beberapa defensi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain mengandung makna merancang ulang sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam penampilan atau fisik. Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun kembali karya arsitektur yang dirasa kurang tepat guna.

Redesain adalah sebuah aktivitas yang melakukan pengubahan pembaharuan dengan berpatokan dari wujud desain yang lama diubah menjadi baru, sehingga dapat memenuhi tujuan-tujuan positif yang mengakibatkan kemajuan. Dapat diartikan juga sebagai kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatubangunan sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi.

(38)

Redesain yang dilakukan dengan penambahan baru pada bangunan harus memperhitungkan interaksi antara bangunan yang lama dan bangunan yang baru. Berikut adalah beberapa yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan tambahan atau lantai tambaan:

a. Ukuran dan Bentuk

Ukuran dan bentuk bangun yang ada tidak perlu harus tetap sama ketika penambahan baru dirancang. Namun, desain penmbahan harus dilihat sebagai satu unit dengan keseluruhan bangunan.

b. Lahan

Kebanyakan bangunan ditambahakan secara horizontal daripada vertikal. Oleh sebab itu, ukuran lahan yang memadai menjadai sangat penting.

c. Struktur

Sebelum desain struktural dari bangunan baru dimulai, sestem struktur yang ada harus ditinjau kecukupannya untuk menangani efek dari penambahan baru.

d. Sestem Mekanikal dan Elitrikal

Sistem mekanikal dan eletrikal dalam sebuah bangunan umumnya telah dirancang sesuai dengan kebutuhan dari bangunan tersebut.

Dengan adanya penambahan baru padabangunan tentunya membutuhkan sestem mekanikal dan eletrikal baru yang dapat menjawab kebutuhan baru, baik yang berasal dari bangunan lama dagian tambahan dari bangunan.

(39)

C. Pendekatan Arsitektur Tradisional Modern 1. Pengertian Arsitektur Tradisional Modern

Arsitektur Tradisional Modern termasuk dalam faham arsitektur purna modern (post modern), sangat populer sekitar tahun 1950.

Paham ini banyak diperdebatkan di kalangan akademis maupun profesional, pro dan kontra terjadi dalam implementasinya dalam hasil perancangan di lapangan.

Berikut adalah defenisi tentang arsitektur tradisional modern:

a. Arsitektur

Kata arsitektur hanya punya sudut pandang teknis statika bangunan belaka. Architectoon artinya pembangunan utama atau sebenarnya, tukang ahli bangunan yang utama (YB.

Mangunwijaya. 1992).

b. Tradisional

Tradisonal adalah sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat yang ada secara turun temurun. Tradisional berasal dari kata tradisi yang berarti adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan oleh kelompok masyarakat. Tradisionalism adalah suatu paham yang berdasarkan pada tradisi (Poerwadarminto. 1976).

(40)

c. Modern

Modern adalah sesuatu yang baru, belum diterima oleh masyarakat. Istilah modern sangat menentukan secara visual karya Arsitektur Tradisional Modern. (Budi Sukada. 2006).

2. Perkembangan Arsitektur Tradisional Modern

Arsitektur Tradisional Moder adalah perkembangan secara bertahap dari arsitektur purna modern (post modern). Bangunan tradisional tetap dapat dirasakan seperti karakter bangunan tradisional. Pada intinya, purna modern berusaha menghadirkan yang lama dalam bentuk universal (Jenks. 1977).

Menurut Charles Jenks sebagai salah seorang tokoh purna modern, arsitektur purna modern memiliki karakter atau ciri-ciri sebagai berikut:

a. Aspek warna dan tekstur menjadi elemen desain yang prioritas melekat dalam ruang dan bentuk;

b. Aspek dekorasi, ornament dan elemen-elemen menjadi kellengkapan proses desain dengan melakukan transformasi atas yang kuno;

c. Aspek masa lalu dengan menonjolkan fungsi-fungsi simbolis dan historical dalam bentuk dan ruangnya.

Dengan demikian, arsitektur purna modern dapat disimpulkan bahwa jenis arsitektur ini berusaha menghadirkan yang lama dengan melalui proses transformasi desain.

(41)

Ciri-ciri bangunan purna modern adalah sebagai berikut:

a. Kontekstual b. Multi fungsional c. Bentuk bebas

d. Kesederhanaan yang kompleks e. Mereferensikan dua arti

f. Memakain bentuk-bentuk patahaan dan ukiran (Sri Yulianingsih. 2008).

D. Studi Literatur dan Studi Banding 1. Studi Literatur

Pemilihan Pasar Ikan Modern di Muara Baru, Jakarta Utara sebagai studi literature pada Redesain Pasar Lelong.

Gambar 2.2: Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta Sumber : Google

Pasar Ikan Modern Muara Baru dibangun dengan konsep higienis dan modern serta mengusung "one stop shopping" pada aneka produk perikanan. Pasar ikan ini dibangun di atas lahan seluas 22.444 meter

(42)

milik KKP. Pasar Ikan Modern Muara Baru berisi 900 lapak basah, 69 kios pasar kering, 18 kios pancing, dan 68 kios ikan segar. Pasar ikan ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain:

1) Chiling room;

2) Ice storage;

3) Layanan perbankan;

4) Klinik kesehatan;

5) Wisata kuliner;

6) Laboratorium;

7) Masjid;

8) Pengepakan ikan;

9) Gardu PLN, dan

10) Instalasi pengelolaan air limbah.

Berikut adalah beberapa gambar dari kondisi Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta:

Gambar 2.3: Tampak Depan Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta Sumber: Google

(43)

Gambar 2.4: Tampak Atas Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta Sumber : Google

Gambar 2.5: Tempat Penjualan Ikan Sumber: Google

Gambar 2.6: Tempat Pelelangan Ikan

(44)

Gambar 2.7: Kondisi Sirkulasi Ruang Dalam Sumber: Google

Gambar 2.8: Proses Penyortiran Ikan Sumber: Google

(45)

Gambar 2.9: Tempat Kran Air Sumber: Google

2. Studi Banding

Pemilihan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Paotere, Makassar sebagai studi banding pada Redesain Pasar Lelong.

a. Sejarah PPI Paotere

Dibangun tahun 1991, Pengadaan sarana PPI Paotere Kota Makassar atas program bersama antara Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Selatan dengan Direktorat Jenderal Perikanan melalui Proyek Pengembangan Prasarana Perikanan Tahun Anggaran 1991/1992. Pembangunan fisik dilaksanakan selama 11 bulan, mulai dari bulan Maret 1991 sampai dengan bulan Januari 1992 dan PPPI Paotere mulai difungsikan nelayan pada bulan Maret 1992.

Pada tahun anggaran 2002, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere kembali dilakukan pengembangan dengan merehabilitasi beberapa fasilitas sarana yang ada, serta membangun beberapa

(46)

fasilitas sarana yang sebelumnnya dimiliki PPI Paotere. Setelah itu, pada Tahun Anggaran 2008 Pangkalan Pendartan Ikan (PPI) Paotere kembali direhabilitasi. Beberapa bagian bangunan yang direhabilitasi adalah sebagai berikut:

1) Rehabilitasi Pelataran Dermaga;

2) Rehabilitasi Pelataran Pelelangan Ikan;

3) Rehabilitasi Lahan Parkir PPI Paotere;

4) Rehabilitasi Drainase, dan 5) Rehabilitasi Atap

Pada tahun 2008, Pemerintah Pusat melalui Departemen Kelautan dan Perikanan mengeluarkan Program Pengembangan Sistem Rantai Dingin (Cold Chine System) di berbagai daerah di Indonesia. Khusus Propinsi Sulawesi Selatan, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Paotere Kota Makassar mendapat kesempatan sebagai tempat pelaksanaan program pengemabangan system rantai dingin (Coold Chine System) dan merupakan Sarana Percontohan Sistem Rantai Dingin (CCS) di Propinsi Sulawesi Selatan. Pada Tahun 2009, PPI Paotere merehabilitasi pelataran parkir depan kantor PPI Paotere melalui dana APBN. Tujuan adanya usaha pengembangan Sistem Rantai Dingin dalam wilayah Kota Makassar adalah:

1) Untuk menekan tingkat kemunduran mutu ikan selama proses distribusi berlangsung;

(47)

2) Meningkatkan mutu produk perikanan dan penyediaan bahan pangan protein hewani yang bergizi dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia;

3) Meningkatkan mutu dan jaminan keamanan bahan pangan asal ikan, dalam rangka perlindungan konsumen;

4) Meningkatkan mutu dan nilai tambah yang memiliki daya saing di pasar global, dan

5) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perikanan.

6) Meningkatkan devisa Negara/Ekspor.

Selama kurun waktu tahun 2017, jumlah pengunjung yang datang di PPI Paotere setiap harinya mencapai antara 800 sampai dengan 2000 orang, yang terdiri dari:

1) Pedagang Bakul : 700 sd 1.100 orang 2) Nelayan Pengarap : 460 sd 1.000 orang 3) Pengusaha Perikanan : 50 sd 60 orang 4) Pengunjung Biasa : 200 sd 400 orang b. Gambaran/ Kondisi PPI Paotere

(48)

Gambar 2.10: Proses Pemindahan Ikan Dari Kapal Sumber: Google

Gambar 2.11: Tempat Pelelangan Ikan Sumber: Google

(49)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS PASAR TRADISIONAL MODERN DI KOTA MAKASSAR

(PASAR LELONG)

A. Pasar pelelangan ikan Rajawali ( Pasar lelong ) 1. Kondisi Pasar Rajawali

Gambar 3.1: Kondisi Tampak Depan Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Pasar pelelangan ikan Rajawali atau lebih dikenal dengan sebutan Pasar Lelong yang bersal dari kata lelang adalah salah satu dari dua pasar ikan atau tempat pelelangan ikan di Kota Makassar selain Tempat Pelelangan Ikan Paotere. Pasar ini ada sejak tahun 1970 yang diresmikan oleh walikota Makassar saat itu hingga sekarang, namun kondisi yang sudah berubah. Pasar ini berdiri di atas lahan 4.237 m². Pasar Lelong sudah lima kali dilakukan revitalisasi atau penyegaran ataupun penambahan

(50)

Pasar Lelong terdiri dari beberapa massa bangunan dan untuk bangunan utamanya terdiri dari dua lantai masing-masing di antaranya adalah lantai pertama merupakan tempat penjualan ikan dan lantai kedua adalah ruang untuk pengelola serta beberapa kios pedagang.

Gambar 3.2: Kondisi Eksisting Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Pasar Lelong atau Pusat Pelelangan Ikan ini berlokasi di Kota Makassar tepatnya di Jalan Rajawali Nomor 14. Pasar ini adalah salah satu dari dua Pusat Pelelangan Ikan di Kota Makassar selain PPI Paotere. Di pasar ini tidak hanya menjual hasil laut, tapi kebutuhan barang konsumsi seperti sayur, dan kebutuhan lainnya juga terdapat di pasar ini. Meskipun keberadaannya hanya sebagai pendamping dan terletak di luar pasar atau di bahu jalan.

(51)

Letak pasar ini juga lumayan strategis karena memang berada pada pusat kota dan di pinggir pantai. Akan tetapi jam operasi pasar yaitu dari subuh hingga pukul 12.00 siang dengan kondisi pasar kerap membuat kepadatan kendaraan bahkan kemacetan.

Selain dikelilingi oleh pusat-pusat perniagaan, tampak pada bagian belakang pasar atau bagian barat site adalah lepas pantai dulunya. Akan tetapi, kondisi saat ini berubah menjadi reklamasi yang secara langsung berdampak terhadap site atau bangunan pasar baik itu keindahan, ataupun akses para nelayan menuju Pasar Lelong.

Di pasar ini terdapat 150 pedagang kurang lebih yang masih aktif.

Ruang pedagang berjualan adalah terletak pada bangunan bagian belakang sebagai tempat pelelangan ikan (Gedung pasar) dan di pelatara-pelataran pasar. Beberapa di antaranya bahkan menjual di tempat parkir.

Gambar 3.3: Site Plan pasar Rajawali Sumber: Dinas Pasar, 2019

Bangunan 1 (yang berada di depan) merupakan area kuliner yang terdapat di lantai dua, dan lantai satu adalah tempat parkir yang sebagian pedagang ditempati untuk berjualan.

(52)

Gambar 3..11: Area Kuliner (Lantai 2 - Gedung 1) Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Bangunan 2 (di belakang bangunan 1), untuk lantai satu adalah tempat berdagang dan fasilitas umum, sedangkan lantai 2 nya adalah ruang pengelola (kantor).

Gambar 3.4: Ruang Staff (Lantai 2 - Gedung 2) Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Sedangkan bangunan 3 (di belakang bangunan 1 dan 2) merupakan area utama pelelangan ikan. Kondisinya pun sudah tidak terawat lagi dan terkesan

(53)

kumuh. Selain itu, terdapat beberapa kios yang ada di pelataran TPI Rajawali ini. Serta dermaga yang kondisinya tidak terlalu berfungsi.

Gambar 3.5: Area Dermaga Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Dermaga ini sudah tidak terlalu maksimal dalam fungsinya mengingat semenjak adanya reklamasi di sekitar lokasi, terjadi pendangkalan laut sehingga kapal pengangkut ikan yang biasanya langsung berlabuh di dermaga sudah tidak bisa lagi. Selain itu, akses ke dermaga semakin sulit karena jalur yang jauh dan harus berputar serta kecilnya terowongan (jembatan) reklamasi. Oleh sebab itu, dermaga ini hanya mampu melayani kapal-kapal kecil atau yang disebut toloro’ dalam bahasa Makassar.

(54)

Gambar 3.6: Kondisi Tampak Samping Kanan Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar 3.7: Kondisi Tampak Samping Kanan Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar 3.8: Kondisi Tampak Belakang (Dermaga) Kanan Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

(55)

Gambar di atas menunjukkan bahwa kondisi dermaga yang tidak baik. Belum adanya dermaga yang permanent untuk kapal bersandar dan masih sangat minim sehingga menyulitkan para nelayan untuk proses penurunan ikan dari kapal ke pasar.

Gambar 3.9: Kondisi Lapak & Parkir Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Selain itu, kondisi lapak pedagang yang berdampingan langsung dengan tempat parkir sehingga menyulitkan akses dan proses jual beli.

Lokasi yang seharusnya jadi lapak pedagang justru dijadikan sebagai tempat parkir kendaraan.

Gambar 3.10 : Kondisi Tempat Parkir Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

(56)

Kondisi tempat parkir yang makin padat dan sempit karena membludaknya pengunjung pasar mengakibatkan kondisi parkir yang semakin semraut dan tidak teratur. Bukan hanya itu, hal ini menyebabkan banyaknya parkir liar yang makan badan jalan di sekitar pasar (depan pasar- Jalan Rajawali) sehingga macet kerap kali tidak terhindarkan di pagi hari saat pasar terbuka.

Gambar 3.11: Kondisi Badan Jalan Depan Pasar Lelong Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

2. Ruang dan Fasilitas di Pasar Rajawali

Adapun ruang-ruang yang ada di TPI Rajawali seperti halnya pasar pelalangan ikan dan gedung pada umumnya, yaitu:

a. Ruang Pengelola

Ruang pengelola terdiri dari: Ruang Kepala dan Ruang Staff (staff terdapat 16 orang)

b. Ruang Penjualan

Ruang penjualan terdiri dari: Tempat pelelangan ikan dan kios

(57)

c. Ruang Servis

Terdri dari: pos jaga, toilet, ruang genset, ruang ME, ruang panel, tempat sampah, tanki solar, ruang kuliner (kantin)

d. Parkiran.

e. Dermaga

3. Eksisting Dalam Pasar Rajawali

Pasar Lelong dulunya adalah salah satu pasar pelelangan ikan berhadapan langsung dengan laut. Kondisi pasar hingga sekarag masih jauh dari kata kesan bersih dan modern, meskipun sudah mengalami peningkatan dari segi bangunan, pengelolaan, serta kebersihan. Pada umumnya, pasar ikan identik dengan suasana pasar yang becek, sempit, dan bau amis. Bahkan dulunya pasar ini mengeluarkan bau amis sampe beberapa radius meter ke luar area pasar.

Selain itu, kurangnya fasilitas-fasilitas penunjang seperti toilet yang kumuh, atm centre, mushollah, keamanan berupa CCTV, hydrant dan system pengelolaan sampah yang baik. Hal ini menyebabkan perasaan tidak nyaman muncul pada pengguna bangunan baik pengelola ataupun pedagang dan pembeli.

a. Pasar Lelong terdiri dari 3 bangunan utama yaitu gedung 1, gedung 2, gedung 3. Serta beberapa kios.

1) Gedung 1 terdiri dari dua lantai yaitu lantai satu sebagai tempat parkir (dijadikan tempat menjual sebagian pedagang). Sedangkan

(58)

lantai dua merupakan area kuliner yang menyajikan makanan segar hasil laut.

Gambar 3.12: Gedung I Sumber: Penulis, 2019

Gambar 3.13: Gedung I Sumber: Penulis, 2019

(59)

Gambar 3.14: Area Kuliner Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar 3.15: Area Parkir Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

2) Gedung 2 terdiri dari dua lantai yaitu lantai satu adalah tempat pelelangan ikan, toilet, tempat genset. Sedangkan lantai dua adalah tempat pengelola pasar.

Gambar 3.16: Gedung 2 Sumber: Penulis, 2019

(60)

Gambar 3.17: Gedung 2 Sumber: Penulis, 2019

3) Gedung 3 merupakan area pelelangan ikan yang menampung kurang lebih 100 pedagang.

Gambar 3.18: Gedung 3 Sumber: Penulis, 2019

(61)

Gambar 3.19: Area Pelelangan Ikan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

4) Ada 8 kios yang terdapat dibelakang bangunan yang kondisinya sangat tidak terawat. Gambar di bawah menunjukkan bahwa kondisi kios sangat memprihatingkan, bahkan beberapa di antaranya menjadi tempat tinggal bagi sebagian pedagang.

Gambar 3.20: Kios

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

(62)

b. Struktur organisasi

Berikut adalah struktur organisasi di UPTD Pasar Rajawali

Skema: Struktur Organisasi Pengelolaan UPTD Pasar Rajawali Sumber: Pasar Lelong, 2019

4. Penambahan Fasilitas di Pasar Rajawali

Dalam redesain Pasar Lelong ada penambahan beberapa ruang dan fasilitas bangunan berdasasrka studi banding, studi literatur pada bagian BAB II dan wawancara ke pengolala secara langsung. Penambahan ruang yang dimaksud adalah seperti ruang pengelola, ruang pelelangan ikan, kios. Selain itu, untuk menjamin kenyamanan dan kelengkapan bangunan maka fasilitas seperti ATM centre dan mushollah serta memaksimalkan toilet direncanakan.

B. Rencana Redesain Tempat Pelelangan Ikan Rajawali 1. Redesain Bangunan

Redesain bangunan dalam hal ini dimaksudkan adalah mengubah desain bentuk, ukuran, struktur dan mekanikal dan elektrikal. Bentuk bangunan bisa berubah secera total ataupun ada beberapa bagian yang tetap dipertahankan berdasarkan beberapa pertimbangan. Sama halnya dengan bentuk, ukuran bangunan pun akan berubah sesuai dengan pertimbangan

Kepala UPTD TPI Rajawali

Tata Usaha

Seksi

Ketertiban Seksi Retribusi

Kebersihan

Petugas Lapangan

(63)

kebutuhan dan tingkat kunjungan masyarakat ke Psar Lelong berdasarkan studi kasus di lapangan.

Selain itu, kondisi pasar yang masih terkesan kumuh akan dilakukan beberapa penyegaran secara fisik pada bangunan. Serta beberapa penambahan beberapa fasilitas yang diperlukan guna menunjang aktivitas pasar sebagai Pasar Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan di Kota Makassar.

2. Redesain Pasar Rajawali

Di mana akan ada penambahan atau penggabungan antara pasar ikan dan sayur yang akan di satukan dalam satu pasar, sehingga kompleks perumahan kokolojia akan bersih dari pedagang yang berjualan di sepanjang jalan kompleks perumahan. pasar lelong akan lengkap oleh tempat perbelanjaan untuk makanan. Desain yang akan di terapkan adalah pasar tradisional modern yaitu bangunan yang berbentuk klasik namun material yang di gunakan modern. Acuan atau parameter Pasar Rajawali ialah Pasar ikan muara baru, di mana pasar ikan ini seperti pasar ikan Tsukiji Jepang selain itu pasar ikan ini di lengkapi kios, foodcourt, dan masjid, oleh sebab itu berikut dasar-dasar pertimbangan pembangunan : Dasar pertimbangan redesain Pasar Lelong adalah sebagai berikut:

a. Site

1) Luas tapak 4.237 m² atau 0,4Ha 2) Topografi tanah yang relatif datar

3) Berdampingan langsung dengan laut/pulau reklamasi

(64)

b. Sirkulasi Luar Bangunan

Sirkulasi pada pasar ini tergolong mudah. Terdapat dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar. Akan tetapi pada pagi hari khususnya di hari ahad yang aktivitas masyarakat di sekitar tapak adalah ibadah gereja bagi umat Kristen ataupun dilakukan penutupan jalan di Jalan Nusantara (car free day) menyebabkan lajur di depan tapak tersendak sehingga terjadi penumpukan kendaraan. Dan hal ini secara tidak angsung mempengaruhi terhadap akses sirkulasi luar bangunan.

Selain itu, pemanfaatan trotoar di depan pasar pun berganti menjadi lapak-lapak pedagang kaki lima, sehingga trotoar tidak berfungsi sebagamana mestinya. Secara tidak langsung hal ini berpengaruh terhadap akses pengunjung pejalan kaki. Oleh sebab itu, selain pemindahan dan penambahan lapak pedagang kaki lima ke dalam area pasar, juga dilakukan penyegaran atau penambahan pedestrian.

c. Sirkulasi Dalam Bangunan

Pola sirkulasi dalam bangunan Pasar Lelong cenderung terganggu oleh aktivtas pedagang yang tidak taat aturan pasar. Contoh, tempat parkir dijadikan lahan lapak, yang seharusnya sirkulasi pejalan kaki justru dipersempit oleh lapak-lapak pedagang.

(65)

3. Pasar Tradisional Modern Rajawali

Beberapa hal yang digunakan sebagai acuan atau parameter dalam merancang sebuah pasar tradisional modern, antara lain: (Suardana, 2017) a. Ruang kegiatan jual beli berdasarkan kelompok pedagang;

b. Mewujudkan sirkulasi yang efektif;

c. Terlindung dari pengaruh cuaca, hujan, panas, dan bau;

d. Mewujudkan ruang emergency bagi publik;

e. Manfaatkan pemasukan cahaya alami;

f. Memaksimalkan sirkulasi udara secara maksimal;

g. Struktur rangka ruang bersifat fleksibel;

h. Ruang parkir yang cukup dan berpeluang untuk dikembangkan;

i. Menyelesaikan secara teknis dan arsitektural sanitasi lingkungan;

j. Mewujudkan rancangan yang memberi rasa aman dan nyaman.

Dari ke sepuluh parameter acuan rancang sebuah pasar tradisional modern di atas oleh I Nyoman Gede Suardana, dapat disederhanakan lagi menjadi poin utama yang harus dipenuhi dalam mewujudkan pasar tradisional moder melalui teknologi bangunan.

(66)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kondisi sekarang pasar ini terdiri dari tiga massa bangunan utama yang setiap bangunan terdiri dari fungsi dan fasilitas nya masing-masing. Bangunan 1 adalah tempat parkir , bangunan 2 adalah fasilitas umum perdagangan ikan dan sayur. ,bangunan 3 adalah tempat kuliner dan ruang pengelola. Akan tetapi, keadaan tersebut masih belum teratur dan butuh penyegaran atau penambahan beberapa ruang untuk fasilitas lainnya (fasilitas umum seperti ATM, musallah, toilet).

Selain itu, kondisi parkir pada pasar ini juga masih perlu perhatian khusus.

Selain kondisi lahan parkir yang minim juga pemanfaatannya yang disalahgunakan oleh pedagang justru dijadikan sebagai area berdagang. Oleh karena itu, penambahan lahan untuk pedagang dapat menghindari permasalahan seperti ini.

Pasar ikan pada umunya identik dengan suasana kumuh, bau, dan tidak nyaman. Hal ini dapat dirasakan secara langsung di Pasar Lelong. Kondisi pasar yang belum teratur dan bangunan yang tidak terawat. Oleh sebab itu, dalam menciptakan suasana yang berbeda dari pasar umunya serta mengubaha padangan pasar menjadi lebih bersih, nyaman, teratur, dan bagi pengunjung, maka dibutuhkan desain bangunan yang menjurus pada pendekatan bangunan modern.

Studi ini dapat dicontoh dari studi literature yang terdapat pada bab 2.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan determinasi diri pada siswa MAN. Penelitian ini merupakan penelitian

Fault tree dari komponen Mooring Hawser Berdasarkan fault tree di atas dan data yang didapat, maka akan dilakukan analisis frekuensi untuk mendapatkan probabilitas

T: Apakah klien anda sudah puas dalam menerima informasi mengenai produk- produk PT?.

Hal ini berarti bahwa pengaruh pendekatan blended learning terhadap hasil belajar IPA Terpadu berbeda pada siswa yang mempunyai gaya belajar visual tinggi dengan gaya belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang perancangan media interaktif Logika Pemograman untuk menarik minat belajar siswa menggunakan aplikasi Adobe

(UNHCR) Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Warga Negara Asing (Pengungsi) Di Indonesia (Kajian WNA Di Rudenim Kota Pekanbaru) adalah Seberapa lama aparat

Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam penggunaan media audio visual video, peneliti dan guru bersama sama merancang pembelajaran dengan

Ekstrak kental daun mengkudu dan buah asam kandis terbukti dapat menurunkan berat badan pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley dan ekstrak kental