• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Kemandirian Pada Pramuka Penegak di SMAK 'X' Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Kemandirian Pada Pramuka Penegak di SMAK 'X' Kota Bandung."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kemandirian pramuka penegak SMAK’X’ kota Bandung. Sampel penelitian terdiri dari responden yang berusia 15-17 tahun yang berjumlah 33 orang. Rancangan penelitian menggunakan teknik survey.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner kemandirian yang disusun berdasarkan teori Steinberg (2002). Teknik yang digunakan untuk menghitung validitas adalah SpearmanRo (rs) dan diperoleh hasil Validitas yang berkisar antara 0,3061 – 0,7550, sedangkan teknik yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah Alpha Cronbach, dan diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,8852. Jumlah pertanyaan keseluruhan yang diterima adalah 38 buah, yang mewakili tiga aspek kemandirian.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistik diperoleh hasil yaitu pramuka penegak yang memiliki kemandirian tinggi sebesar 54,5%, tinggi pula di ketiga aspeknya, yaitu aspek emosi sebesar 83,3%, aspek tingkah laku 88,9%, aspek nilai 94,4% dan pramuka penegak yang memiliki kemandirian rendah sebesar 45,5%, dengan aspek emosi sebesar 86,7%, aspek tingkah laku 80% dan aspek nilai 66,7%.

▸ Baca selengkapnya: 5 kegiatan pramuka penegak

(2)

Peneliti

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...

1.4 Kegunaan Penelitian...

1.5 Kerangka Pikir...

1.6 Asumsi...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

2.1 Kemandirian

2.1.1 Kemandirian Sebagai Suatu Isu Penting pada Remaja...

(3)

2.1.3 Fungsi Kemandirian...

2.1.4 Aspek-Aspek Kemandirian...

2.1.4.1 Kemandirian Emosi...

2.1.4.2 Kemandirian Tingkah Laku...

2.1.4.3 Kemandirian Nilai...

2.1.5 Faktor yang Berperan dalam Perkembangan kemandirian...

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Masa Remaja...

2.2.2 Batasan Masa Remaja...

2..3 Gerakan Pramuka...

2.3.1 Arti Gerakan Pramuka...

2.3.2 Pramuka Penegak...

2.3.2.1 Tingkatan Pramuka Penegak...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...

3.1 Rancangan Penelitian...

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...

3.2.1 Variabel Penelitian...

3.2.2 Definisi Operasional...

3.3 Alat Ukur...

3.3.1 Kuesioner Kemandirian...

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang...

3.4 Uji Coba Alat Ukur...

(4)

3.4.1.1 Uji Validitas...

3.4.1.2 Uji Reliabilitas...

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampel...

3.5.1 Populasi Sasaran...

3.5.2 Teknik Sampel...

3.6 Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Sampel...

4.1.1 Gambaran Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...

4.1.2 Gambaran Sampel Berdasarkan Usia...

4.2 Hasil Penelitian...

4.2.1 Tabel Kemandirian...

4.2.2 Tabel Tabulasi Silang dengan Data Penunjang...

4.3 Pembahasan...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

(5)

DAFTAR BAGAN

Skema 1.1 Kerangka Pikir

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor Kemandirian

Tabel 3.2 Reliabilitas Alat Ukur

Tabel 4.1 Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Sampel Berdasarkan usia

Tabel 4.3 Hasil Penelitian Kemandirian

Tabel 4.4 Gambaran Kemandirian Tiap Aspek

Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan

Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Melakukan Kesalahan

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Ada masalah dengan Teman

Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Meminta Bantuan Untuk

Menyelesaikan Masalah.

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Menceritakan Masalah

Tabel 5.0 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Diajak Teman untuk

Membolos

Tabel 5.1 Tabulasi Silang antara Kemandirian dengan Memilih Mengikuti

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian

Lampiran II Alat Ukur Try- Out

Lampiran III Hasil Try-Out (Validitas & Reliabilitas Kuesioner Kemandirian)

Lampiran IV Kuesioner Kemandirian

Lampiran V Alat Ukur Setelah Try-Out

Lampiran VI Skoring Kemandirian

Lampiran VII Gambaran Subyek

(8)

Ale Amanami

Amanami na di banua ginjang

Sai pinorbadia ma goar-Mu

Sai saut ma Lomom di banua tonga on

Songon na di banua ginjang.

Lehon ma tu hami sadari on

Sipanganonnami siganup ari.

Jala sesama salanami, songon

panesanami

Di sala ni angka parsala tu hami

Dungi unang togihon hami tu

pangunjunan,

Alai palua ma hami sian pangago.

Ai ho do nampuna harajaon dohot

hagogoon dohot

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami

perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Proses pembangunan ini tidak lepas dari dukungan sumber daya manusia yang

berkualitas, produktif, dan terampil. Upaya untuk mewujudkan sumber daya manusia

yang berkualitas adalah melalui pendidikan formal, yaitu mulai dari tingkat dasar,

menengah maupun perguruan tinggi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia diperlukan karena hanya

sumber daya yang berkualitas dan berdaya saing tinggi yang dapat menghadapi era

globalisasi. Remaja Indonesia dipandang sebagai generasi muda yang memiliki penalaran

yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat, bangsa, dan Negara. Remaja tidak

hanya memerlukan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, mereka juga harus bisa

bertingkah laku mandiri dalam hidupnya. Remaja yang memiliki kemandirian akan selalu

berusaha menyelesaikan sendiri masalahnya serta terbiasa untuk membuat keputusan

sendiri dan akan menjalani keputusan tersebut dengan penuh tanggung jawab, remaja

tersebut tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan remaja tesebut akan

(10)

Seorang ahli pendidikan J.Drost Sj mengatakan ”Individu yang berhasil dalam hidup,

hidupnya adalah individu yang memiliki kepribadian dewasa dan mandiri.” Mandiri

merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang tua serta

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. (Kompas, 29 April 2002)

Keluarga memegang peranan penting dalam membentuk kemandirian. Orang tua

yang memberikan kesempatan pada anak mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

belajar mengambil inisiatif dan belajar mempertanggungjawabkan perbuatannya, maka

anak akan dapat mengalami perubahan dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada

orang tua menjadi manusia yang mandiri.(e-Psikologis.Com)

Selama masa remaja, tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika tidak

direspon secara tepat bisa menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi

perkembangan psikologis remaja dimasa mendatang. Ditengah berbagai gejolak

perubahan yang terjadi, banyak remaja yang mengalami kekecewaan dan frustrasi

mendalam terhadap orang tua karena tidak mendapat kepercayaan untuk mandiri.

Untuk dapat mandiri seorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan

dari keluarga serta lingkungan disekitarnya, agar dapat mencapai kemandirian. Hal ini

sejalan dengan pernyataan Reber (1985), bahwa kemandirian merupakan suatu sikap

otonomi yaitu seseorang secara relatif terbebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan

keyakinan orang lain. Dengan kemandirian tersebut seseorang diharapkan akan lebih

bertanggung jawab terhadap dirinya. (e-Psikologi.Com).

Remaja madya diambil sebagai sampel penelitian berdasarkan pengelompokan

tingkat SMA yang ada di Indonesia. Masa remaja madya, seorang individu mulai

(11)

matang. Remaja mulai dituntut untuk dapat menentukan sendiri masa depan, dan

tuntutan yang diberikan oleh orang tua dan guru kepada remaja pada masa ini pun

semakin tinggi, mereka menuntut agar remaja dapat bersikap mandiri.

Salah satu SMAK “X” di kota Bandung, yang menginginkan murid-muridnya

tumbuh menjadi remaja yang mandiri, membuat suatu metode pengajaran yang menuntut

siswa untuk aktif dalam belajar, seperti membuat prakarya yang harus diselesaikan

sendiri oleh siswa, mempunyai kemampuan mengambil keputusan dalam diskusi

kelompok. Disamping itu SMAK “X” mengadakan kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

Pembina pramuka yang juga seorang guru di sekolah tersebut mengatakan bahwa

diadakannya ekstrakurikuler pramuka bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa

yang tidak didapat dari pelajaran di kelas, menumbuhkan tingkah laku mandiri dan

membentuk tingkah laku siswa dalam menghadapi masalah sehari-hari yang dibutuhkan

untuk bekal di masa depan siswa. Hal tersebut sejalan dengan tujuan dari gerakan

pramuka berdasarkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 4 yaitu mendidik

anak-anak dan pemuda Indonesia agar menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak

luhur, bermoral tinggi, mandiri, selain itu di dalam gerakan pramuka terdapat

prinsip-prinsip swadaya. Prinsip swadaya ini anggota pramuka melakukan kegiatan tanpa

tergantung orang lain, biaya sendiri, usaha sendiri, dan bersifat inmateriil artinya kegiatan

kepramukaan dengan prinsip mampu menghadapi persoalan dengan upaya sendiri,

memecahkan persoalan secara seksama.

Pramuka adalah perkumpulan pendidikan kepanduan nasional Indonesia yang

dibentuk pada tanggal 14 Agustus 1961. Pramuka bertujuan untuk membentuk kader

(12)

serta berwawasan ilmu pengetahuan dan Teknologi. Membentuk sikap dan perilaku yang

positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta memiliki kecerdasan emosional,

sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada

kemampuan sendiri, sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama-sama

bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat bangsa dan negara (KWARNAS

Pramuka 2004). Melihat tujuan pramuka yaitu percaya kepada kemampuan sendiri,

sanggup dan mampu membangun dirinya sendiri, maka kegiatan pramuka dapat dijadikan

salah satu kegiatan untuk membentuk kemandirian.

Kemandirian adalah kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertanggung

jawab dalam ketidakhadiran ataupun jauh dari pengawasan langsung orang dewasa

(Steinberg,2002). Menurut Steinberg (2002), kemandirian terdiri atas tiga aspek, yaitu

kemandirian emosi (Emotional Autonomy), dimana remaja berusaha untuk melepaskan

diri secara emosional dari orang tuanya, kemandirian tingkah laku (Behavioral

Autonomy), dimana remaja mampu mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan

yang dibuat, dengan menerima masukan dari orang lain, tanpa harus tetap bergantung

pada saran orang lain, serta kemandirian nilai (Value Autonomy), dimana remaja mampu

mengetahui benar-salah, penting atau tidak penting dari suatu masalah berdasarkan apa

yang dijadikan dasar dalam hidupnya.

Kemandirian bagi remaja merupakan keinginan utama yang menonjol, karena dengan

pencapaian kemandirian, remaja melepaskan atributnya sebagai anak kecil dan berusaha

untuk mendapat predikat menjadi dewasa. Namun kompleksnya karakteristik dan

tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja, maka mengembangkan tingkah

(13)

Kegiatan pramuka khususnya pramuka penegak, dimana usia pramuka penegak

termasuk usia remaja, yang memiliki tugas perkembangan untuk mandiri, oleh karena itu

salah satu kewajiban pramuka penegak, adalah membina diri sendiri, sehingga dalam

latihan, pramuka penegak diberi bimbingan 10% oleh pembina dan 90% oleh mereka

sendiri. Kegiatan ini diharapkan pramuka dapat berdiri sendiri dan tidak menjadi beban

orang lain, disamping itu menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang merupakan usaha

mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup ini.

Bentuk kegiatan pramuka yang berhubungan dengan kemandirian berdasarkan Syarat

Kecakapan Umum (SKU) adalah kecakapan umum dan kecakapan khusus seperti

menguasai suatu keterampilan di bidang pertanian, bidang industri, atau bidang lain yang

dipilihnya sendiri diharapkan akan berguna untuk masa depan, mengikuti perkemahan,

menguasai ajaran agama yang dianut supaya anggota pramuka dapat membedakan hal

baik dan buruk, anggota pramuka dapat memimpin, dapat menampilkan satu macam

kegiatan seni budaya di hadapkan orang banyak, dapat merencanakan, mempersiapkan,

serta memimpin rapat, dan membuat silsilah rapat. Pembina pramuka yang juga selaku

guru di SMAK’X’ tersebut mengatakan bentuk latihan pramuka ini bersifat praktis, lebih

diutamakan untuk kesiapan siswa dalam menghadapi masalah sehari-hari. Pembina

pramuka juga mengatakan, tidak dapat diingkari bahwa ada beberapa siswa pramuka

yang tidaak bertanggung jawab, tingkah laku mereka tidak mencerminkan nilai-nilai

kepramukaan, dalam arti kurang hormat kepada orang tua, merusak lingkungan, ikut

mencontek waktu ulangan dan sebagainya.

Dalam wawancara yang dilakukan kepada sepuluh siswa yang mengikuti kegiatan

(14)

apa yang akan dilakukan, misalnya jika siswa mempunyai masalah dengan teman,

mereka tidak tau apa yang harus mereka lakukan, mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan, mereka lebih sering meminta bantuan kepada saudara

atau orang tua, mereka kurang mampu mengambil keputusan jika ada masalah, misalnya

ketika mereka ada masalah dengan teman-temannya. Mereka juga sering mengikuti

ajakan teman untuk melanggar peraturan seperti membolos. Dalam hal ini siswa/i

tersebut menunjukkan kemandirian emosi, nilai, tingkah laku yang rendah. Siswa/i

tersebut dapat dikatakan memiliki tingkat kemandirian yang rendah. Sedangkan 40%

siswa lain mengatakan bahwa mereka dapat menentukan sendiri apa yang dilakukan,

mereka mampu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa meminta bantuan kepada

saudara atau orang tua. Mereka berusaha menyelesaikan sendiri masalahnya tanpa

tergesa-gesa meminta bantuan kepada orang tua, misalnya ketika mereka sedang

memiliki masalah dengan teman. Mereka juga tidak terpengaruh ajakan teman untuk

membolos, mencontek ketika ujian. Dalam hal ini siswa/i tersebut menunjukkan

kemandirian emosi, tingkah laku dan nilai yang tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang siswa yang mengikuti latihan pramuka

menunjukkan bahwa 60% siswa yang mengikuti latihan pramuka memiliki ciri-ciri

kemandirian rendah, dan 40% siswa lain memiliki ciri-ciri kemandirian tinggi. Melihat

perbedaan tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut derajat kemandirian emosi,

tingkah laku, dan nilai pada pramuka penegak di SMAK’X’ kota Bandung.

(15)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka identifikasi masalah yang akan diteliti adalah

sejauh mana derajat kemandirian pada pramuka penegak di SMAK’X’ kota Bandung.

1.3 MAKSUD dan TUJUAN

1.3.1. Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat

kemandirian pada pramuka penegak di SMAK’X’ kota Bandung.

1.3.2. Tujuan penelitian

Memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai derajat kemandirian pada pramuka

penegak di SMAK’X’ kota Bandung.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang psikologi

perkembangan yang berhubungan dengan kemandiran, khususnya bagi remaja yang

mengikuti kegiatan pramuka.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai

kemandirian pada pramuka penegak.

(16)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembina

pramuka khususnya mengenai tingkat kemandirian remaja yang mengikuti latihan

pramuka, dengan demikian para pembina pramuka membantu meningkatkan

kemandirian anak didik mereka.

2. Memberikan informasi kepada siswa/i yang mengikuti kegiatan pramuka dalam

memahami pentingnya kemandirian dalam masa remaja.

3. Memberikan informasi kepada lembaga-lembaga yang terkait dan pihak-pihak yang

berkepentingan dalam pembinaan pramuka penegak dalam upaya mempersiapkan

remaja-remaja tersebut menjadi lebih mandiri dalam menghadapi kehidupan.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Memasuki dan melewati masa remaja, setiap individu dihadapkan pada berbagai

tugas perkembangan yang bertujuan untuk mempersiapkan remaja memasuki masa

dewasa. Salah satu tugas perkembangan yang utama dan penting untuk dicapai pada

masa remaja adalah mencapai kemandirian. Steinberg (2002), menyatakan bahwa

meskipun perkembangan kemandirian merupakan suatu isu penting psikososial sepanjang

rentang kehidupan, namun perkembangan kemandirian yang menonjol adalah selama

masa remaja, karena perubahan-perubahan dalam tinggi badan dan penampilan fisik pada

masa pubertas dapat memicu perubahan-perubahan pada seberapa besar kemandirian

remaja diakui oleh orang tua dan guru. Remaja yang nampak lebih matang akan diberi

tanggung jawab yang besar oleh orang dewasa disekelilingnya, Perubahan kognitif pada

remaja juga memainkan peranan yang penting dalam perkembangan kemandirian.

Menjadi seseorang yang mandiri juga meliputi kemampuan untuk mengambil keputusan

(17)

pemikiran, ini merupakan syarat yang penting dalam perkembangan system nilai yang

berdasarkan pada kesadaran individu tentang benar dan salah, dan tidak bergantung pada

aturan dan pengawasan yang diturunkan oleh orang tua atau figur otoritas lain (Mazar et

al, 1990, Mazor dan Enright, 1988; dalam Steinberg 2002).dan Perubahan-perubahan

dalam peran sosial dan aktifitas selama remaja merupakan ikatan yang dapat

membangkitkan ketergantungan pada orang lain, sebagaimana halnya remaja menempati

posisi atau peran baru yang menuntut tanggung jawab dan kesadaran diri (self reliance)

yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kemandirian remaja di pandang sebagai suatu hal

pokok atau mendasar yang patut mendapat perhatian, agar para remaja dapat dengan

mantap memasuki masa dewasa tanpa hambatan yang berarti.

Kegiatan pramuka merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler SMAK’X’,

kegiatan ini diadakan untuk membantu siswa/i dalam menumbuhkan tingkah laku

mandiri, dalam kegiatan pramuka ini, anggota pramuka diajarkan agar dapat berdiri

sendiri dan tidak menjadi beban orang lain. Siswa/i pramuka yang mengikuti latihan

pramuka diberikan latihan-latihan yang mendukung kemandirian diantaranya adalah

mengikuti perkemahan, mengadakan kegiatan sosial, mengikuti ujian SKU, dimana

dalam SKU tersebut terdapat kegiatan yang berkaitan dengan kemandirian. Dalam

kegiatan pramuka, khususnya pramuka penegak, mempunyai kewajiban yaitu membina

diri sendiri, sehingga dalam latihan, pramuka penegak diberi bimbingan 10% oleh

pembina pramuka dan 90% oleh mereka sendiri. kegiatan ini diharapkan pramuka dapat

berdiri sendiri dan tidak menjadi beban orang lain, disamping itu menjalankan

pekerjaan-pekerjaan yang merupakan usaha mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup

(18)

pramuka melakukan kegiatan tanpa tergantung pada orang lain, biaya sendiri, usaha

sendiri, namun bukan berarti sifat materiil melainkan inmateriil artinya kegiatan

kepramukaan dengan prinsip mampu menghadapi persoalan dengan upaya sendiri,

memecahkan persoalan secara seksama (Riyanto Lukys dkk, 2002).

Menurut Steinberg (2002), kemandirian adalah kemampuan untuk mengatur diri

sendiri secara bertanggung jawab dalam ketidakhadiran atau jauh dari pengawasan

langsung orang tua maupun orang dewasa lain. Kemandirian terdiri atas tiga aspek,yakni

kemandirian emosi (emotional autonomy), kemandirian dalam perilaku (behavior

autonomy), dan kemandirian nilai (value autonomy).

Kemandirian emosi ( emotional autonomy ) berkaitan dengan perubahan dalam

hubungan pramuka penegak dengan orang tuanya, sehingga mereka mengurangi

ketergantungan dengan orang tuanya. Kemandirian dalam emosi memiliki 4 komponen

utama, antara lain: De – idealized yakni remaja tidak mengidealkan orang tua. Disini

remaja tidak melihat orang tua mereka sebagai orang yang serba bisa atau tahu; parents

as people, yakni remaja memandang orangtuanya sebagai individu biasa lainnya, yang

tidak luput dari kesalahan; Non dependency, yakni remaja berusaha mengandalkan diri

sendiri dan berkurang ketergantungan secara berlebih kepada orang tua dan tidak tergesa

– gesa untuk meminta bantuan kepada orang tua atau orang terdekat ketika membutuhkan

bantuan; dan Individuated, yakni remaja memiliki hal – hal tertentu dalam dirinya yang

tidak ingin diketahui oleh orang tuanya. Contoh dalam kegiatan pramuka yang

menggambarkan kemandirian emosi adalah kegiatan camping. Kegiatan ini menuntut

siswa untuk dapat bertanggung jawab atas dirinya, bisa mengurus dirinya sendiri, tidak

(19)

Kemandirian tingkah laku (behavior autonomy ) merupakan kemampuan pramuka

penegak untuk membuat keputusan dan melaksanakan keputusan itu secara bertanggung

jawab. Mereka dapat meminta opini dan nasehat dari orang lain, khususnya orang yang

pengetahuannya dan penilaiannya di hormati, kemudian mereka mempertimbangkan

alternatif tindakan yang didasarkan pada penilaian sendiri dan saran dari orang lain.

Untuk bisa melakukan hal ini, mereka harus mencapai kesimpulan yang mandiri

bagaimana mereka harus bertingkah laku (Hill & Holmbeck, 1986; dalam Steinberg ,

2002). Kemandirian dalam tingkah laku ini meliputi 3 komponen yakni kemampuan

dalam membuat keputusan, di sini remaja mengalami perubahan-perubahan kognitif yang

menghasilkan peningkatan dalam kecakapan mengambil keputusan, dan sebagai

akibatnya, individu menjadi mampu untuk tidak bergantung sepenuhnya pada orang lain;

Kerentanan terhadap pengaruh orang lain, sebagai remaja yang menghabiskan banyak

waktu di luar keluarga, opini dan saran orang lain menjadi sangat penting, tidak hanya

dari teman sebaya, namun juga dari orang dewasa yang tepat. Dapat dipahami, bahwa

variasi situasi yang muncul ketika remaja merasakan nasehat dari orang tuanya menjadi

kurang valid di banding opini dari orang dewasa lain, ; kepercayaan diri dalam

mengambil keputusan, yaitu menilai diri sendiri seberapa besar kemandirian mereka,

remaja memperoleh kepercayaan diri ketika tekanan dari teman sebaya meningkat.

Contoh kegiatan pramuka yang mencerminkan kemandirian tingkah laku adalah hiking.

Satu regu, dipimpin oleh ketua regu, dalam melakukan kegiatan hiking, ketua regu harus

mampu mengambil keputusan jalan mana yang harus ditempuh oleh regu mereka,

(20)

Kemandirian nilai ( value autonomy ) adalah kemampuan pramuka penegak untuk

menggunakan prinsip – prinsip yang dimiliki dalam membuat keputusan. Kemandirian

dalam nilai ini meliputi tiga komponen yakni remaja menjadi lebih abstrak dalam cara

berpikir tentang sesuatu. Meningkatnya kemampuan rasional dan makin berkembangnya

kemampuan rasional dan makin berkembangnya kemampuan berpikir hipotesis, maka

timbul minat-minat mereka pada persoalan ideologis dan filosofis, dan cara mereka

melihat persoalan menjadi semakin mendetail atau berpengalaman ; Memiliki

kepercayaan yang berakar pada prinsip-prinsip umum yang mempunyai dasar ideologi.

Keyakinan remaja menjadi semakin bertambah berakar pada prinsip-prinsip umum yang

berbasis ideologi ; Memiliki kepercayaan untuk menggunakan nilai-nilai dalam dirinya

tanpa tergantung pada sistem nilai yang ditekankan oleh orang tua atau figur otoritas lain.

Contoh kegiatan pramukanya adalah membantu orang lain khususnya orang tua yang

hendak menyebrang jalan, melakukan bakti sosial, misalnya membantu korban bencana

alam, kerja bakti.

Adapun faktor yang mempengaruhi kemandirian dalah faktor kelompok teman

sebaya. Remaja menghabiskan waktu lebih banyak dengan kelompok sebayanya. remaja

lebih mengikuti ide-ide dan tingkah laku kelompok sebaya dibanding orang tua

(Santrock, 2002).

Faktor kedua adalah orang tua atau orang dewasa lainnya yang terdekat. orang tua

membantu menumbuhkan kemandirian pada remaja dengan memberikan pola asuh,

diantaranya pola asuh authoritative, authoritarian, permissive.

Kemandirian dapat dibagi tahap yang tinggi dan rendah. Seseorang yang memiliki

(21)

selalu meminta bantuan orang lain, mampu mengambil keputusan dengan segala

konsekuensinya, dan mampu mempertahankan nilai atau prinsip yang dimiliki meski

menghadapi tekanan dari orang lain atau lingkungan, sedangkan yang memiliki

kemandirian rendah, lebih banyak bergantung dan mengandalkan orang lain dalam

menyelesaikan masalahnya, kurang mampu mengambil keputusan beserta

konsekuensinya dan kurang memiliki nilai-nilai atau prinsip yang teguh. Perbedaan

dalam taraf – taraf ini akan memberikan dampak terhadap perbedaan sikap dan tingkah

laku remaja. Perkembangan kemandirian selama masih remaja bertahap, progresif, dan

meskipun penting, secara relatif tidak berlangsung secara dramatik, sebab pada masa ini

remaja akan melewatkan waktu jauh dari pengawasan langsung orang dewasa dan

rermaja akan mempelajari cara menentukan tingkah laku sendiri menurut cara–cara yang

bertanggung jawab (Steinberg, 2002).

Adapun skema dari kerangka pemikiran di atas dapat dijabarkan sebagai berikut :

Perubahan yang terjadi - Fisik - Kognitif - Sosial

- kemandirian emosi

- kemandirian tingkah laku

(22)

1.6 ASUMSI

1) Kemandirian merupakan masalah salah satu tugas pokok dalam masa perkembangan

remaja.

2) Perubahan yang terjadi pada remaja, meliputi perubahan: fisik, kognitif, dan sosial.

3) Kemandirian akan tercermin melalui kemandirian emosi, kemandirian tingkah laku,

kemandirian nilai.

4) Kemandirian remaja dipengaruhi oleh faktor kelompok teman sebaya, pola asuh.

5) Taraf kemandirian setiap remaja berbeda-beda

Pramuka

penegak

Kemandirian

Rendah

Faktor yang mempengaruhi kemandirian

- kelompok teman sebaya

- orang tua

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka di tarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar pramuka penegak yang berusia 15-17 tahun di SMAK’X’ di kota

Bandung, memiliki kemandirian yang tinggi.

2. Pramuka penegak yang memiliki kemandirian tinggi menunjukkan tinggi pula pada

ketiga aspeknya, yaitu aspek emosi, perilaku, dan nilai.

3. Pramuka penegak dengan kemandirian rendah menunjukkan rendah pula pada ketiga

aspeknya, yaitu aspek emosi, perilaku, dan nilai.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan menyadari berbagai keterbatasan yang mewarnai

hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat di ajukan beberapa saran yang

sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian, diantaranya :

1. Pihak sekolah, memantau kegiatan ekstrakurikuler pramuka, agar dalam kegiatan

pramuka latihan kemandirian lebih ditingkatkan, sehingga pramuka penegak

menyadari pentingnya memiliki kemandirian dalam hidupnya.

2. Pramuka penegak, dapat dijadikan masukan dan informasi guna dimanfaatkan untuk

melatih dan mengembangkan kemandirian dalam dirinya

(24)

Bagi penelitian lain, untuk dapat melakukan penelitian lanjutan tentang kemandirian

dikaitkan dengan ruang lingkup yang lebih luas, antara lain dalam hal jumlah sampel

maupun variasi sampel misalnya perbandingan antara siswa yang mengikuti latihan

pramuka dengan yang tidak ikut latihan pramuka, maupun kemandirian dikaitkan dengan

aspek lainnya seperti pola asuh, agar dapat diketahui seberapa besar pengaruh hal

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Gerald R. & Berzonsky, Michael D. 2003. Blackwell Handbook of Adolescence. Blackwell Publishing Ltd.

A.T., Sulaeman, Idik, Drs. 2001. Mengenal Gerakan Pramuka. Bandung : Aku

Suka.

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : Grasindo.

Lukys, Riyanto. 2000. Gerakan Pramuka. Surabaya : Terbit Terang.

Santoso, Singgih. 2004. Mengatasi Masalah Statistik dengan SPSS Versi 11.5.

Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence.6rd ed., New York : Mc. Graw Hill Inc.

Santrock, John W. 1986. Life Span Development. Dubuque, Iowa : Wm. C.

(26)

DAFTAR RUJUKAN

Elda . A, 2005. Skripsi. Studi Deskriptif Mengenai Tingkat Kemandirian pada Siswa/i SMUK’X’ yang Kos di Kota Bandung. (Skripsi Psikologi Universitas Kristen Maranatha).

Harian Umum Kompas 29 April 2002

www.Gogle.com. Kemandirian pada Remaja.

Majalah Pramuka 6 Juni 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki dan berprofesi sebagai wiraswasta, dari karakteristik responden tersebut dapat dilihat,

Kegiatan yang dapat dilakukan humas adalah mempromosikan Aspek kemasyarakatan (Promotion Public Causies), salah satunya dengan mempromosikan yang menyangkut kepentingan

Dinlopas berperan sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Daerah yang memiliki peran vital untuk memfasilitasi dan menjalankan perencanaan starategis (tugas pokok

This thesis analyzes the effects of Vivian Nichols' bad habits toward Sir Alec Nichols’ life as her husband in Bloodline.. It is the novel created by an

Alor Tahun Anggaran 2016 melalui Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Umum Nomor: 506.ULP/POKJA KONST/VI/2016 tanggal 24 Juni 2016 telah menetapkan Pemenang Pelelangan Umum

Pada saat reaktor beroperasi pada suhu rendah, tingkat pemanasan yang rendah dan tekanan yang sangat tinggi , reaksi sekunder sangat penting karena lamanya waktu

– Apa yang dapat mereka lihat (sketches, screen shots) – Apa yang dapat mereka gunakan (keyboard, mouse, dll) – Apa yang mereka

yang memiliki kemampuan unggul dalam menghambat pertumbuhan mikrob patogen tular tanah melalui uji in vitro terhadap beragam mikrob patogen tular tanah dan in planta