• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR

OLEH

HENI KUMALASARI NIM. 1302115031

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

2

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh : Heni Kumalasari NIM. 1302115031

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

3

ABSTRAK

Heni, K. 2015. Hubungan Pemberian Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar.

Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing: (1) I Gusti Ngurah Ketut Sukadarma, S.Kp. M.Kes. (2) Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi, S.Kep.

Pasien gagal jantung yang menjalani rawat inap akan mengalami masalah secara fisiologis maupun psikologis. Salah satu masalah psikologis yang harus segera ditangani adalah panik/kecemasan berat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data menggunakan teknik consecutive sampling dan sampel yang didapat sebanyak 31 responden.

Instrumen pengumpulan data dengan pedoman dokumentasi, data kuesioner Discharge Planning dan data kuesioner tingkat kecemasan. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51,6%) mendapat penjelasan discharge planning kurang lengkap dan data tentang tingkat kecemasan didapatkan hasil sebagian besar responden (87,1%) mengalami kecemasan ringan. Hasil uji korelasi dengan Spearman Rho (p ≤ 0,05), diperoleh nilai p = 0,00 α = < 0,05 dan nilai r = 0,373, artinya ada korelasi/hubungan sedang antara discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi berbanding terbalik antara

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung. Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya perawat untuk mengoptimalkan dukungan psikologis bagi pasien gagal jantung khususnya kecemasan pasien.

(4)

4

ABSTRACT

Heni, K. 2015. The Relationship of Discharge Planning with The Level of Anxiety on the Patients who Suffering from Heart Failure at the Emergency PJT Ward of the Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Final Assignment of Nursing Science, Medical Faculty, Udayana University. Advisor: (1) I Gusti Ngurah Ketut Sukadarma, S.Kp, M.Kes. (2) Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi, S.Kep.

Patients with heart failure will be suffer physiologically and psychologically. One of the psychological problems which needs to be immediately coped with is panic/anxiety. The aims of this study is analyzing the relationship between the discharge planning and the level of anxiety on the heart failure patients at the Emergency PJT Ward Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. The design of this study is descriptive correlational with cross sectional approach. The data was collected by consecutive sampling technique from 31 respondents. The instruments used for collecting the data were documentation guideline, questioner of Discharge Planning and questioner of Anxiety Rating Scale. The results of the study show that among the respondents, 51,6 % were get incomplete discharge planning and that 87,1% were having light anxiety. The results of the correlational analysis test by Spearman Rho (p ≤ 0,05), the p value = 0,00 α = < 0,05 and the r value was 0.373, that means the discharge planning was inversely proportional to the level of anxiety of patients with heart failure. Based on the results of the study described above was suggested that especially for nurses, to optimally the support of psychological aspect of patients with heart failure especially the level of anxiety.

(5)

5

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN PENELITIAN ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 6

1.4 Manfaat ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gagal Jantung ... 10

2.1.1 Pengertian Gagal Jantung ... 10

2.1.2 Etiologi Gagal Jantung ... 11

2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung ... 14

2.1.4 Manifestasi Gagal Jantung ... 15

2.1.5 Komplikasi Gagal Jantung ... 16

2.1.6 Pemeriksaan Fisik ... 16

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ... 17

2.1.8 Penatalaksanaan ... 18

2.2 Konsep Discharge Planning ... 20

2.2.1 Pengertian Discharge Planning ... 20

2.2.2 Manfaat Discharge Planning ... 21

2.2.3 Prinsip Discharge Planning ... 21

2.2.4 Jenis-jenis Pemulangan ... 22

2.2.5 Keberhasilan Discharge Planning ... 23

2.2.6 Faktor Risiko Discharge Planning ... 24

2.2.7 Prosedur Perencanaan Pulang ... 24

2.2.8 Pengajaran Discharge Planning ... 28

2.3 Konsep Kecemasan ... 30

2.3.1 Pengertian Kecemasan ... 30

2.3.2 Penyebab Kecemasan... 32

2.3.3 Tingkat Kecemasan ... 32

2.3.4 Gejala Klinis ... 34

2.3.5 Reaksi Anxietas ... 36

(6)

6

2.4 Hubungan Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 40

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 41

3.3 Hipotesis ... 43

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 45

4.2 Kerangka Kerja ... 46

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

4.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 47

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 49

4.6 Pengolahan Data dan Analisa data ... 54

4.7 Etika Penelitian ... 56

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 58

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 58

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian... 60

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

5.2.1 Karakteristik Responden ... 64

5.2.2 Discharge Planning ... 66

5.2.3 Tingkat Kecemasan ... 67

5.2.4 Hubungan Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan ... 69

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

(7)

7

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 27

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan JenisKelamin... 60

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia…... 61

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ……….61

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Discharge Planning ………... ...62 Tabel5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkann Tingkat Kecemasan .

……….………62

Tabel5.6 Hubungan Discharge Planning dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien

Gagal Jantung ………. .63

Tabel5.7 Hasil Analisis Hubungan Discharge Planning dengan Tingkat Kecemasan

(8)

8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pemberian Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan... 47

Gambar 4.1 Desain Penelitian Deskriptif Korelasi ... 51

(9)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Anggaran Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Permintaan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

Lampiran 5 : Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 6 : Data Demografi Responden

Lampiran 7 : Format Pengumpulan Data Discharge Planning

Lampiran 8 : Format Pengumpulan Data Tingkat Kecemasan

Lampiran 9 : Master Tabel Analisa Data

Lampiran 10 : Hasil Distribusi Data Karakteristik Keluarga, Dukungan Keluarga, Tingkat

Kecemasan

Lampiran 11 : Hasil Uji Korelasi Spearman Rho

Lampiran 12: Surat Permohonan Pembuatan Ethical Dari Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Lampiran 13: Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Dari Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lampiran 14 : Surat Ethical Clearance Dari Unit Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)

RSUP Sanglah Denpasar

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Adiantoro, Heru. 2010. Discharge Planing Dan Rehabilitasi Pada Pasien Kardiovaskular.

Http://Www.Scribd.Com/Doc/57173401/Makalah-Discharge-Planning-Dan-Rehabilitasi. (Akses: 15 Oktober 2014)

Albet, 2013, Hubungan Discharge Planning Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Ruang Angsoka I RSUP Sanglah Denpasar, Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar. Universitas Udayana

Alwisol, 2006, Psikologi Kepribadian, UMM Press : Malang

Black, J.M., & Hawks, J.K., 2005, Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcomes, Volume II, 7th Edition, Elsevier’s Health Sciences Right

Departement : Philadelphia.

Depkes R.I. 2007. Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Depkes R.I. 2013. Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI : Jakarta

Departemen Kesehatan R.I.2007. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit :Jakarta Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Hidayat. 2011. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta

Inayah. 2008. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta. Universitas Indonesia

Maramis, W.F, 2005, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya: Airlangga University Perss

Marwiati, 2005, Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Strategi Koping Pada Keluarga Yang Salah Satu Anggota Keluarga Dirawat Dengan Penyakit Jantung, STIKES Ngudi Waluyo Ungaran : Semarang.(Skripsi) Tidak dipublikasikan.

Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika : Jakarta.

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2.

Salemba Medika: Jakarta

Perry, A.G. & Potter, P. A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses, Dan Praktik. Volume 1, Edisi 4. Jakarta: EGC

Prasetyo, D.H., 2006, Psikoneuro- imunologi Untuk Keperawatan, UNS Press : Surakarta.

Rilantono, dkk, 2004, Buku Ajar Kardiologi, Edisi Kelima, FKUI : Jakarta.

(11)

11

Sani, A., 2007, Heart Failure : Current Paradigm, Cetakan Pertama, Medya Crea : Jakarta.

Sugiyono, 2005, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, CV.ALFABETA : Bandung.

Soesanto, Nukholis. 2008. Hubungan Komunikasi Terapiutik Perawat Dengan Kecemasan Pasien Gangguan Kardiovaskuler Yang Pertama Kali Dirawat Di Intensive Coronary Care Unit RSU Tugurejo, Semarang. FlKKES Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 2 – Maret 2008

Siahaan, Marthalena. 2009. Pengaruh Discharge Planning Yang Dilakukan Oleh Perawat Terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan Di

RSUP H. Adam Malik Medan.

Http://Repository.Usu.Ac.Id/Handle/123456789/14260. (Akses: 16 Oktober 2014) Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha

Ilmu..

Sugiyono. 2009. Konsep dan Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuntitatif Kulitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung

Stuart & Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa, diterjemahkan oleh Kapoh Ramona dan Yudha Egi Komara, EGC, Jakarta

Stuart & Sundeen, 1998. Prinsip dan Praktik Psikiatrik (Terjemahan), EGC : Jakarta.

Tim Penyusun RSUP Sanglah Denpasar. 2012. Pedoman Implementasi Standar JCI (Joint ComissionInternational) : Denpasar

Tim Penyusun PSIK. 2012. Panduan Penulisan Skripsi Edisi Revisi. Denpasar

Wulandari. 2011. Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning dengan Kesiapan Pulang Pasien di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar. Universitas Udayana

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

16

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT

RSUP SANGLAH DENPASAR

Heni, K., I Gusti Ngurah Ketut Sukadarma, S.Kp. M.Kes. (pembimbing 1) Ns. Dewa Ayu Ari Rama Dewi, S.Kep.(pembimbing 2)

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana

Abstract. Patients with heart failure will be suffer physiologically and psychologically. One of the psychological problems which needs to be immediately coped with is panic/anxiety. The aims of this study is analyzing the relationship between the discharge planning and the level of anxiety on the heart failure patients at the Emergency PJT Ward Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. The design of this study is descriptive correlational with cross sectional approach. The data was collected by consecutive sampling technique from 31 respondents. The instruments used for collecting the data were documentation guideline, questioner of Discharge Planning and questioner of Anxiety Rating Scale. The results of the study show that among the respondents, 51,6 % were get incomplete discharge planning and that 87,1% were having light anxiety. The results of the correlational analysis test by Spearman Rho (p ≤ 0,05), the p value = 0,00 α = < 0,05 and the r value was 0.373, that means the discharge planning was inversely proportional to the level of anxiety of patients with heart failure. Based on the results of the study described above was suggested that especially for nurses, to optimally the support of psychological aspect of patients with heart failure especially the level of anxiety.

Keywords: Heart Failure, Anxiety, Discharge Planning

(17)

Gagal Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007).

Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Sedangkan menurut data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2013, prevalensi

gagal jantung berdasarkan

wawancara di Indonesia sebesar 0,13 %, dan yang terdiagnosis dokter sebesar 0,3 %. Prevalensi gagal jantung berdasarkan terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur (0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah

Denpasar, mengidentifikasi

pemberian discharge planning serta tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung serta menganalisis hubungan antara pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar. Manfaat penelitian ini

diharapkan akan menambah

pengetahuan dan pemahaman

perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan pasien gagal jantung, khususnya kecemasan pasien gagal jantung, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam

memberikan perawatan yang

optimal.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasional

dengan rancangan penelitian menggunakan cross sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung.

Populasi dan Sampel

Populasi yang diteliti adalah pasien gagal jantung yang dirawat di

Ruang Emergency PJT RSUP

Sanglah Denpasar. Peneliti mengambil sampel berjumlah 31 orang sesuai dengan kriteria sampel

dengan menggunakan teknik

consecutive sampling.

Instrument Penelitian

(18)

18

data yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama kuisioner tentang tingkat kecemasan yang menggunakan instrumen HARS (Halminton Anxiety Rating Scale)yang dikutip dari Hawari (2008), dan bagian kedua adalah kuesioner tentang kelengkapan rencana pengajaran untuk persiapan pulang pasien (Albet, 2013).

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Peneliti mendata pasien yang dirawat yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian pasien dijelaskan tentang prosedur dan tujuan penelitian. Kemudian sampel menandatangani informed concern

sebagai responden. Pengambilan data dilakukan memberikan kuesioner pemberian discharge planning

kepada responden setelah pemberian

discharge planning yang diisi oleh responden. Bersamaan dengan itu diberikan kuesioner untuk mengukur tingkat kecemasan responden tersebut.

Setelah data terkumpulkan maka data ditabulasikan dan diberikan skor sesuai kelengkapan

discharge planning dan skor sesuai

tingkat kecemasan pasien,

selanjutnya data dimasukkan dalam tabel frekuensi distribusi dan

diinterpretasikan. Untuk

menganalisis hubungan pemberian

discharge planning dengan tingkat kecemasan pasien gagal jantung digunakan analisis Korelasi Spearman Rho, dimana pengambilan keputusan berdasarkan nilai p (probability/ probabilitas = 0,05).

HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak 17 orang (54.8%) dan paling banyak berada pada kelompok usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (41,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden penelitian tamat SMA yaitu sebanyak 16 orang (51,6%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan discharge planning

responden mempunyai

kecenderungan mendapatkan

discharge planning kurang lengkap, yaitu sebanyak 16 orang (51,6%). Semua responden yang diteliti mengalami kecemasan, dimana paling banyak mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 27 orang (87,1%).

Pada hasil uji korelasi

Spearman’s-Rho terlihat nilai

p=0,000 yang berarti nilai p<α =0,05, sehingga keputusannya adalah Ho ditolak dan disimpulkan “ada

hubungan antara pemberian

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar”. Adapun lemah tidaknya hubungan dilihat pada nilai r/C (koefisien korelasi) sebesar 0,373 (37,3%) yang menunjukkan ada hubungan sedang antara pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di

Ruang Emergency PJT RSUP

Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/ hubungan berbanding terbalik antara

(19)

19

discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 31 responden, didapatkan responden yang mendapatkan

discharge planning kurang lengkap yaitu sebanyak 16 orang (51,6%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua penyampaian

discharge planning diberikan dengan lengkap akibat banyaknya jumlah pasien dengan berbagai diagnose gangguan kardiovaskuler, kurangnya jumlah tenaga, serta tingginya rutinitas petugas, sehingga sebagian besar pasien mendapatkan discharge planning kurang lengkap.

Discharge planning yang lengkap akan dapat meningkatkan pengetahuan pasien, memberikan tindak lanjut secara sistematis, mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang sudah disusun serta membantu pasien untuk mandiri dan siap melakukan perawatan dirumah (Spath, 2003 dalam Nursalam, 2008).

Discharge planning adalah berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (AHA, 1983 dalam Potter & Perry, 2005). Pasien yang perlu diberikan perawatan di rumah adalah mereka yang memerlukan bantuan selama masa penyembuhan dari penyakit akut atau untuk mencegah atau mengelola penurunan kondisi akibat penyakit kronis (Potter & Perry, 2005). pasien mengalami kecemasan pada rentang ringan sampai sedang.

Responden yang mengalami

kecemasan ringan berjumlah 27 orang (87,1%) dan yang mengalami kecemasan sedang berjumlah empat orang (12,9%).

Menurut Maramis (2005) kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman, dan kekawatiran yang timbul karena seseorang merasa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui. Stuart

dan Sundeen (1998) juga

mengemukakan ansietas atau kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya serta keadaan emosi yang tidak mempunyai objek emosi yang spesifik. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu bahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut.

Vedebeck (2008)

menjelaskan bahwa kecemasan terjadi akibat perubahan sosial yang sangat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang tiba-tiba harus menjalani situasi baru yang belum siap untuk diterima. Kecemasan pada

pasien dapat disebabkan

(20)

20

adalah tingkat kecemasan pasien itu sendiri.

Menurut Hawari (2008) keluhan yang sering dirasakan oleh seseorang

yang mengalami gangguan

kecemasan adalah khawatir, firasat buruk, mudah tersinggung, takut akan pikiran sendiri, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendiri, takut pada keramaian, takut pada banyak orang, ganguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, ganguan konsentrasi dan daya ingat, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, serta sakit kepala.

Hawari (2008) juga

menjelaskan bahwa semakin

menurun tingkat kecemasan

seseorang membuktikan bahwa

individu tersebut dapat

mengantisipasi dan beradaptasi dengan kondisi yang dialami. Demikian juga pada penelitian ini didapatkan beberapa responden yang telah mendapatkan penjelasan tentang discharge planning yang

lengkap serta mulai dapat

beradaptasi dengan kondisi penyakitnya mengalami tingkat kecemasan yang ringan. Kecemasan pada pasien gagal jantung yang berada pada tingkat ringan dan sedang merupakan hal yang wajar dan masih ada pada tingkat yang dapat ditoleransi.

Hasil uji korelasi antara

discharge planning dengan tingkat kecemasan mendapatkan nilai p (0,000) lebih kecil dari nilai α (0,05), maka hipotesis penelitian (Ha/H1) diterima yang berarti ada hubungan antara discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT

RSUP Sanglah Denpasar. Adapun lemah tidaknya hubungan dilihat pada nilai r/C (koefisien korelasi) sebesar 0,373 (37,3%) yang menunjukkan ada hubungan sedang antara pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung yang dirawat di

Ruang Emergency PJT RSUP

Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/ hubungan berbanding terbalik antara

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, yang berarti bahwa jika pasien gagal jantung mendapatkan

discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien, demikian pula sebaliknya jika pasien

gagal jantung mendapatkan

discharge planning yang kurang lengkap maka akan meningkatkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.

Ketika pasien mengetahui tentang penyakitnya, maka pasien tersebut akan berpikir tentang penyakitnya, cara pengobatan yang akan ditempuh, biaya yang dihabiskan, prognosis penyakitnya, dan lama penyembuhan dari penyakitnya. Pasien gagal jantung yang menjalani terapi pengobatan yang lama dan sering keluar masuk rumah sakit

akan berdampak terhadap

(21)

21

Pasien gagal jantung

mengalami kecemasan yang

bervariasi dari kecemasan ringan sampai dengan kecemasan berat. Kecemasan yang dialami pasien

mempunyai beberapa alasan

diantaranya cemas akibat sesak nafas, cemas akan kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan takut akan kematian, yang dapat dilihat dari seringnya pasien bertanya tentang penyakitnya meskipun pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihat gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan (Sani, 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

Karakteristik yang

didapatkan pada responden di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar berdasarkan pendidikan responden tamat SMA berjumlah 16 orang (51,6%), dan berdasarkan jenis kelamin responden laki-laki berjumlah 17 orang (54.8%).

Discharge Planning yang didapatkan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar berada pada tingkat kurang lengkap (51,6%).

Ada hubungan sedang antara

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar, dengan arah hubungan menunjukkan nilai negatif, yang menyatakan ada korelasi/ hubungan berbanding terbalik antara

discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung, yang berarti jika pasien

gagal jantung mendapatkan

discharge planning yang lengkap maka akan menurunkan tingkat

kecemasan yang dialami pasien. Hal ini berarti bahwa discharge planning

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien gagal jantung.

Dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien gagal jantung agar mengoptimalkan pemberian informasi bagi pasien dan keluarga yang akan menjalani rawat inap dengan memberikan penyuluhan atau menggunakan media leaflet tentang discharge planning,

mengembangkan penelitian tentang

(22)
(23)

Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Februari 2015 dengan tahapan sebagai berikut:

No. Kegiatan OKTOBER NOPEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan Proposal

2 Ujian Proposal

3 Revisi Proposal

4 Pengurusan Ijin Penelitian

5 Pengumpulan Data

6 Penyusunan Laporan

7 Ujian Skripsi

8 Revisi Skripsi

(24)

24

Lampiran 2

ANGGARAN PENELITIAN

A. Persiapan

1. Pra proposal Rp. 100.000,00

2. Penyusunan proposal Rp. 200.000,00

3. Penggandaan Proposal Rp. 90.000,00

4. Presentasi proposal Rp. 475.000,00

5. Revisi Proposal Rp. 100.000,00

B. Pelaksanaan

1. Pengurusan ijin Rp. 335.000,00

2. Penggandaan kuisioner Rp. 75.000,00

3. Pengumpulan data Rp. 150.000,00

4. Transportasi dan akomodasi Rp. 50.000,00

C. Tahap Akhir

1. Penyusunan laporan Rp. 200.000,00

2. Presentasi laporan Rp. 125.000,00

3. Revisi laporan Rp 100.000,00

4. Penggandaan laporan Rp. 250.000,00

Jumlah

(25)

25

Lampiran 3

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth : Bapak/Ibu calon responden di Ruang Emergency PJT

Dengan hormat,

Saya mahasiswa S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana bermaksud akan melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pemberian Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Emergency PJT Rsup Sanglah Denpasar”.

Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi bagi peneliti. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Untuk itu, saya mohon kesediaannya menjadi responden dan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Demikianlah permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Denpasar, Desember 2014

Peneliti

Heni Kumalasari

(26)

26

Lampiran 4

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan Pemberian Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Jantung Di Ruang Emergency

PJT Rsup Sanglah Denpasar.

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengikuti prosedur intervensi yang diberikan. Saya mengerti risiko yang akan terjadi pada penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan dan intervensi yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian akan dihentikan dan peneliti akan memberikan dukungan serta berkolaborasi dengan dokter dan tenaga medis yang terkait untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan tersimpan secara terpisah. Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab serta dijelaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.

Denpasar, Desember 2014

Peneliti Responden,

(27)

27

Lampiran 5

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Heni Kumalasari

NIM : 1302115031

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Desember 2014

Yang membuat pernyataan,

(28)

28

Lampiran 6

DATA DEMOGRAFI

Judul Penelitian : Hubungan Discharge Planning Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Jantung Di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2014

Nomor Responden : ………..

Tanggal Pengisian : ……….

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi titik- titik dan atau memberi tanda () pada kotak yang disediakan.

DATA UMUM RESPONDEN

Data Demografi

1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

2. Umur Responden : ……. tahun 3. Responden Tinggal :

Tinggal sendiri Bersama keluarga 4. Pendidikan Terakhir :

SD SMP SMA

(29)

Lampiran 7

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING

Petunjuk pengisian:

1. Isilah identitas pribadi pada lembar kuesioner tersebut.

2. Pilihan jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada lembar jawaban yang tersedia.

3. Jawablah pernyataan dengan cara memberi tanda (√ ) pada kotak yang telah tersedia

4. Jika ingin mengganti jawaban yang salah, cukup beri tanda (X) dan menulis kembali tanda (√ ) pada jawaban yang saudara anggap benar.

5. Pilihlah salah satu jawaban dari lima jawaban yang tersedia untuk kuisioner Pelaksanaan Discharge Planning dengan indikator:

TP (Tidak Pernah) = bila anda merasa pernyataan yang diajukan

sama sekali tidak dilakukan

KK (Kadang-kadang) = bila anda merasa pernyataan yang diajukan

hanya sesekali/ sekali-kali dilakukan

SR (Sering) = bila anda merasa pernyataan yang diajukan

acap kali/kerap kali dilakukan

SL(Selalu) = bila anda merasa pernyataan yang diajukan

(30)

30

6. Dalam memberikan jawaban tidak ada yang benar atau salah. Kerahasiaan dalam pengisian kuisioner ini akan kami jaga. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan saudara. Atas partisipasi dan kesediaan saudara dalam pengisian kuisioner ini kami ucapkan terima kasih.

SELAMAT MENGERJAKAN

No PERTANYAAN Jawaban

TP KK SR SL

1 Perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien

2 Perawat tidak menjelaskan hal-hal yang dapat menjadi penyebab dari penyakit pasien

3 Perawat tidak menunjukkan dan menjelaskan kegunaan masing-masing obat milik pasien

4 Perawat menjelaskan jumlah obat (1/2 tablet, 1 tablet, dst) yang harus di minum atau di gunakan pasien

5 Perawat menjelaskan pada pasien kapan waktu minum atau menggunakan obat

6 Perawat menjelaskan cara perawatan diri, selama pasien dalam kondisi sakit untuk meningkatkan kondisi kesehatan

7 Perawat tidak menjelaskan makanan yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan pasien

8 Perawat memberi penjelasan terkait aktivitas yang dapat meningkatkan kondisi kesehatan pasien

9 Perawat tidak memberi penjelasan terkait aktivitas yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien

(31)

31

pertolongan kesehatan

11 Perawat menjelaskan tanda dan gejala penyakit pada pasien dan keluarga

12 Perawat tidak menjelaskan efek samping yang mungkin muncul dari masing-masing obat milik pasien

13 Perawat menjelaskan cara mengkonsumsi obat (minum, suntik, oles, hirup)

14 Perawat menjelaskan pada pasien kapan pengobatan harus dihentikan

15 Perawat tidak menjelaskan kapan pasien harus control penyakit untuk mengetahui kondisi kesehatannya

16 Perawat menjelaskan makanan yang dapat memperburuk kondisi penyakit pasien

17 Perawat mengajarkan pengaturan pola makan sehat untuk meningkatkan kondisi kesehatan pasien

18

Perawat memberikan informasi mengenai orang atau instansi atau sumber-sumber pelayanan kesehatan yang dapat

dihubungi bila terdapat hal-hal yang ingin ditanyakan setelah pulang nanti

19 Perawat tidak menjelaskan komplikasi atau hal yang dapat terjadi jika penyakit tidak segera di tangani

20 Perawat memberikan pasien dan keluarga kesempatan untuk bertanya terkait penyakit yang dideritanya

21 Perawat menjelaskan makanan yang tidak boleh di konsumsi bersama dengan obat

22 Pasien dan keluarga tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengenai obat-obatan yang diberikan pada pasien

(32)

32

untuk bertanya terkait pengaturan pola makan yang baik bagi pasien

25 Perawat memberikan pasien dan keluarga kesempatan untuk bertanya terkait perubahan pola aktivitas/latihan pada pasien

26

(33)

33

Lampiran 8

FORMAT PENGUMPULAN DATA TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT

RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2014

Petunjuk pengisian :

Pada tiap-tiap nomor, berilah tanda “√” pada kotak sebelah kiri sesuai dengan tanda atau gejala yang dirasakan setelah pemberian discharge planning.

Pilihan boleh satu atau lebih dari satu, sesuai dengan gejala yang dirasakan responden.

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Respon kecemasan 1. Respon cemas

Cemas Firasat buruk

Takut pada pikiran sendiri Mudah tersinggung

2. Ketegangan

Merasa tegang Lesu

Tidak bisa istirahat tenang Mudah terkejut

(34)

34

Gelisah 3. Ketakutan

Pada gelap Pada orang lain Ditinggal sendiri

Pada kerumunan banyak orang

4. Gangguan tidur

Sukar masuk tidur Terbangun malam hari Tidurtidak nyenyak Bangun dengan lesu

Mimpi buruk 5. Gangguan kecerdasan

Sukar konsentrasi Sering bingung Daya ingat buruk 6. Perasaan depresi

Hilangnya minat

Berkurangnya kesenangan pada hobi Sedih

Bangun dini hari

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari 7. Gejala somatic (otot-otot)

Sakit dan nyeri di otot-otot Kaku

(35)

35

Suara tidak stabil 8. Gejala sensorik

Telinga berdenging Penglihatan kabur Muka merah atau pucat Merasa lemas

Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

Denyut nadi cepat Berdebar-debar Nyeri di dada

Denyut nadi meningkat

Rasa lesu / lemas seperti mau pingsan 10.Gejala pernafasan (respiratori)

Rasa tertekan di dada Rasa tercekik

Sering menarik nafas Nafas pendek / sesak

11.Gejala pencernaan (gastrointestinal)

Sulit menelan Perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri sebelum dan sesudah makan Perasaan terbakar di perut

Rasa penuh atau kembung Mual

Muntah

Susah buang air besar

(36)

36

Sering buang air kecil

Tidak dapat menahan air kencing Menstruasi tidak teratur

13.Gejala autonom

Mulut kering Muka kering

Mudah berkenringat Pusing / sakit kepala Bulu-bulu berdiri

14.Tingkah laku (sikap) pada saat wawancara

Gelisah Tidak tenang Mengerutkan dahi Muka tegang Otot mengeras

(37)

37

Lampiran 9

MASTER TABEL

HUBUNGAN DISCHARGE PLANNING DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT

RSUP SANGLAH DENPASAR

Kode Responden

Umur

(tahun) Jenis Kelamin Pendidikan

Discharge Planning

Tingkat Kecemasan 1 42 Perempuan Tamat SMA Lengkap Ringan

2 43 Perempuan Tamat SMA Lengkap Ringan 3 53 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Ringan 4 43 Laki-laki Tamat SMP Kurang lengkap Ringan

5 54 Laki-laki Tamat SMP Kurang lengkap Ringan 6 55 Perempuan Tamat PT Lengkap Ringan 7 48 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Ringan 8 48 Laki-laki Tamat SMP Kurang lengkap Ringan

9 39 Laki-laki Tamat SMP Kurang lengkap Ringan 10 32 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan 11 32 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Ringan 12 35 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan

13 39 Laki-laki Tamat PT Kurang lengkap Ringan 14 47 Perempuan Tamat SMP Lengkap Ringan 15 56 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Ringan 16 43 Laki-laki Tamat SMA Kurang lengkap Ringan

17 52 Laki-laki Tamat SMP Kurang lengkap Sedang 18 45 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan 19 52 Perempuan Tamat SMP Lengkap Ringan 20 46 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Sedang

21 38 Laki-laki Tamat SMP Lengkap Ringan 22 37 Perempuan Tamat SMA Kurang lengkap Ringan 23 44 Perempuan Tamat PT Lengkap Ringan 24 36 Laki-laki Tamat SMA Kurang lengkap Sedang

25 32 Perempuan Tamat SMP Kurang lengkap Sedang 26 31 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan 27 31 Laki-laki Tamat SMP Lengkap Ringan 28 46 Laki-laki Tamat SMP Lengkap Ringan

(38)

38

30 40 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan 31 48 Laki-laki Tamat SMA Lengkap Ringan

Lampiran 10

HASIL DISTRIBUSI DATA

KARAKTERISTIK RESPONDEN, DISCHARGE PLANNING DAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG

EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 17 54.8 54.8 54.8

perempuan 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 31-40 13 41.9 41.9 41.9

41-50 12 38.8 38.8 80.7

51-60 6 19.3 19.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SMP 11 35.5 35.5 35.5

SMA 16 51.6 51.6 87.1

(39)

39

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 31-40 13 41.9 41.9 41.9

41-50 12 38.8 38.8 80.7

51-60 6 19.3 19.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

Tingkat Kecemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kecemasan Sedang 4 12.9 12.9 12.9

Kecemasan Ringan 27 87.1 87.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

Lampiran 11

HASIL UJI KORELASI SPEARMAN RHO

HUBUNGAN DISCHARGE PLANNING DAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT

RSUP SANGLAH DENPASAR

Discharge Planing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang Lengkap 16 51.6 51.6 51.6

Lengkap 15 48.4 48.4 100.0

(40)

40

Correlations

Discharge

Planing

Tingkat

Kecemasan

Spearman's rho Discharge Planing Correlation Coefficient 1.000 .373*

Sig. (2-tailed) . .039

N 31 31

Tingkat Kecemasan Correlation Coefficient .373* 1.000

Sig. (2-tailed) .039 .

N 31 31

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

dari hasil uji dapat dilihat nilai Sig. (2-tailed) 0.039 <α (0.05), sehingga discharge

(41)

41

RINGKASAN PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN DISCHARGE PLANNING

DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUANG EMERGENCY PJT RSUP SANGLAH DENPASAR

Oleh : Heni Kumalasari (NIM. 1302115031)

Gagal jantung adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural

ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian

ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh (Pangastuti,2009). Pasien gagal

jantung yang menjalani terapi pengobatan yang lama dan sering keluar masuk

rumah sakit akan memberikan dampak terhadap kecemasan yang dirasakan oleh

pasien terhadap penyakit yang dialaminya. Dampak tersebut merupakan reaksi

psikologis terhadap penyakit gagal jantung yang dihadapi pasien. Salah satu cara

untuk mengurangi kecemasaan tersebut adalah melalui pemberian discharge

planning (perencanaan pulang), yang dimulai ketika pasien masuk dalam rangka

mempersiapkan pemulangan yang awal dan kebutuhan yang mungkin diperlukan

untuk perawatan tindak lanjut di rumah. Pasien gagal jantung yang menjalani

rawat inap akan mengalami masalah secara fisiologis maupun psikologis. Salah

satu masalah psikologis yang harus segera ditangani adalah kecemasan. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis hubungan discharge planning dengan tingkat

kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah

Denpasar.

Kerangka konsep penelitian ini dimulai dari pasien gagal jantung yang

dirawat di ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar yang bersedia

(42)

42

discharge planning, selanjutnya dilakukan pengukuran tingkat kecemasan pada

waktu yang sama. Variable yang diteliti meliputi variabel bebas yakni pemberian

discharge planning dan variable tergantung yaitu tingkat kecemasan pada pasien

gagal jantung, dengan hipotesis “Ada hubungan antara pemberian discharge

planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di ruang

Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar”.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data menggunakan

teknik consecutive sampling dan sampel yang didapat sebanyak 31 responden.

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner kelengkapan Discharge

Planning dan kuesioner tingkat kecemasan HARS (Halminton Anciety Rating

Scale). Hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 16 responden (51,6%)

mendapat penjelasan discharge planning kurang lengkap dan sebagian besar

responden 27 orang (87,1%) mengalami kecemasan ringan. Hasil uji korelasi

dengan Spearman Rho(p ≤ 0,05), diperoleh nilai p = 0,00 α = < 0,05 dan nilai r =

0,373, artinya ada korelasi/hubungan yang antara discharge planning dengan

tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung. Disarankan kepada petugas

kesehatan khususnya perawat untuk mengoptimalkan dukungan psikologis bagi

(43)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan

menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham

memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

bahwa kejadian gagal jantung per tahun pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2

kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan. Di

Amerika hampir 5 juta orang menderita gagal jantung (Sani, 2007).

Pasien gagal jantung mengalami peredaran darah sistemik dan sirkulasi

yang berjalan lambat. Pemindahan O2 dan CO2 dalam paru-paru yang

berlangsung lambat akan menyebabkan kebutuhan oksigen dan zat-zat makanan

seluruh organ dan jaringan tubuh tidak dapat dipenuhi. Hal ini dapat

mengakibatkan terjadinya kesulitan bernafas secara mendadak dan perasaan

tercekik (Rilantono, 2004).

Data Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2007

menyebutkan bahwa penyakit jantung masih merupakan penyebab utama dari

kematian terbanyak pasien di rumah sakit Indonesia. Sedangkan menurut data

Riset Kesehatan Dasar Departemen Kesehatan RI tahun 2013, prevalensi gagal

jantung berdasarkan wawancara di Indonesia sebesar 0,13 %, dan yang

(44)

2

terdiagnosis dokter tertinggi DI Yogyakarta (0,25%), disusul Jawa Timur

(0,19%), dan Jawa Tengah (0,18%).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Majid (2010) yang berjudul “Analisis

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien

Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Umum Yogyakarta”, mengatakan bahwa

faktor yang mempengaruhi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung

kongestif adalah hipertensi, derajat penyakit, dukungan keluarga dan sosial,

kepatuhan (terapi, diet dan cairan tubuh), tingkat aktivitas dan istirahat serta

tingkat kecemasan pasien gagal jantung kongestif. Menurut hasil penelitian

Inayah (2009), yang berjudul “Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme

koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU Pandan Arang Boyolali”,

didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan

mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif.

Pasien dengan gagal jantung sering merasa cemas, ketakutan dan depresi.

Hampir semua pasien menyadari bahwa jantung adalah organ yang penting dan

ketika jantung mulai rusak maka kesehatan juga terancam. Ketika penyakitnya

meningkat dan manifestasinya memburuk, pasien sering memiliki ketakutan yang

berlebihan karena cacat permanen dan kematian. Para pasien mengekspresikan

ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi buruk, insomnia, kecemasan akut,

depresi dan memungkiri kenyataan (Black, 2005).

Ketika seseorang mengetahui tentang penyakitnya, maka ia akan berpikir

tentang penyakitnya, cara pengobatan yang akan ditempuh, biaya yang

(45)

3

Pasien gagal jantung yang menjalani terapi pengobatan yang lama dan sering

keluar masuk rumah sakit akan memberikan dampak terhadap kecemasan yang

dirasakan oleh pasien terhadap penyakit yang dialaminya. Dampak yang dialami

merupakan reaksi psikologis terhadap dampak dari gagal jantung yang dihadapi

oleh pasien (Zaviera, F. 2007).

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUP Sanglah

Denpasar, pada tahun 2011 pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat

intensif jantung RSUP Sanglah Denpasar dengan gagal jantung berjumlah 38

pasien, pada tahun 2012 berjumlah 56 pasien, sedangkan data pasien gagal

jantung dari bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Desember 2013 berjumlah

64 orang.

Menurut Potter dan Perry (2005), perawat mengembangkan berbagai

intervensi untuk membantu klien membentuk koping terhadap stress. Perilaku

koping yang benar dari pasien dapat mengatasi atau mengurangi kecemasan

pasien itu sendiri. Teori psikoanalitis klasik menyatakan bahwa pada saat individu

menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam, maka secara umum ia akan

memiliki reaksi yang biasanya berupa kecemasan. Kecemasan sebagai syarat bagi

ego untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat (Zaviera, 2007).

Pasien gagal jantung banyak yang mengalami kecemasan yang bervariasi

dari kecemasan ringan sampai dengan kecemasan berat. Kecemasan yang dialami

pasien mempunyai beberapa alasan diantaranya cemas akibat sesak nafas, cemas

akan kondisi penyakitnya, cemas jika penyakitnya tidak bisa sembuh, cemas dan

(46)

4

penyakitnya dan berulang meskipun pertanyaan sudah dijawab, pasien terlihat

gelisah, sulit istirahat dan tidak bergairah saat makan (Sani, 2007).

Perencanaan pulang yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat,

terkoordinasi, dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian

bahwa pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang

berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit (AHA, 1983 dalam Potter &

Perry, 2005). Menurut Jurnal Managemen Keperawatan (2013), pelaksanaan

perencanaan pulang telah menjadi salah satu program kegiatan dalam sistem

pemberian asuhan keperawatan pada klien. Perawat sebagai tenaga kesehatan

yang secara langsung terlibat dengan perencanaan pulang sangat menentukan

proses pelaksanaan perencanaan pulang. Komitmen rumah sakit juga sangat

berpengaruh besar terhadap pelaksanaan perencanaan pulang bagi pasien.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit di Indonesia telah merancang

berbagai bentuk format discharge planning. Untuk itu pelaksanaan discharge

planning di rumah sakit apalagi dengan penyakit kronis seperti penyakit jantung

sangat penting diberikan sehingga pasien dan keluarga dalam memahami kondisi

kesehatannya dan mengurangi kecemasannya (Siahaan, Marthalena, 2009).

Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pelaksanaan

discharge planning di ruang rawat inap kelas III RSUP Sanglah masih belum

optimal. Hal itu terjadi karena pelaksanaannya bersamaan dengan health

education dan dokumentasi berupa resume keperawatan belum diinformasikan

(47)

5

Dari pihak RSUP Sanglah khususnya dari petugas ruang emergency PJT

sudah melakukan upaya untuk menangani kecemasan pasien. Salah satu cara

untuk mengurangi kecemasan tersebut adalah melalui pemberian discharge

planning berupa informasi intervensi medis dan non medis yang akan diberikan

selama perawatan, jadwal kontrol dan kebutuhan gizi yang harus dipenuhi setelah

di rumah, makanan atau minuman yang dapat memperberat sakit pasien, dosis

minum obat, serta kemana harus menghubungi jika sakitnya kambuh (Pedoman

Implementasi Standar JCI RSUP Sanglah Denpasar, 2012). Perencanaan pulang

ini dimulai ketika pasien masuk dalam rangka mempersiapkan pemulangan yang

awal dan kebutuhan yang mungkin untuk perawatan tindak lanjut di rumah.

Namun tidak semua penyampaian perencanaan pulang diberikan dengan lengkap

akibat banyaknya jumlah pasien dengan berbagai diagnose gangguan

kardiovaskuler, kurangnya jumlah tenaga, serta tingginya rutinitas petugas,

sehingga akan menyebabkan pasien menjadi kurang mengerti dengan apa yang

disampaikan oleh tenaga kesehatan dan pasien akan merasa cemas dengan

kondisinya.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Emergency PJT RSUP

Sanglah Denpasar pada tanggal 6 Oktober 2014 diperoleh data pasien gagal

jantung berjumlah enam orang, diantaranya sebanyak empat pasien menyatakan

cemas menunggu hasil pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan lebih lanjut dari

dokter, dua orang menyatakan merasa cemas karena merasakan sesak, kelelahan,

(48)

6

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan pemberian discharge planning dengan tingkat

kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah

Denpasar.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal

jantung di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar?”

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara pemberian discharge planning

dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT

RSUP Sanglah Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi pemberian discharge planning pada pasien gagal jantung

di Ruang Emergency PJT RSUP Sanglah Denpasar.

2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang

(49)

7

3) Menganalisis hubungan antara pemberian discharge planning dengan

tingkat kecemasan pada pasien gagal jantung di Ruang Emergency PJT

RSUP Sanglah Denpasar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam bidang

keperawatan, khususnya dalam penanganan kecemasan pasien dengan gagal

jantung dengan pemberian discharge planning. Selain itu juga diharapkan

penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya terkait dengan

pemberian discharge planning dengan tingkat kecemasan pada pasien dengan

gagal jantung.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan pasien gagal jantung, khususnya kecemasan

pasien gagal jantung, sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam

memberikan perawatan yang optimal.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan telaah literatur, penelitian yang berkaitan dengan judul dari

(50)

8

1. Inayah (2008), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan tingkat

kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif

di RSU Pandan Arang Boyolali” Jenis penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian mengunakan rancangan deskriptif

korelatif. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross

sectional. Hasil analisis korelasi Kendal tau-b menunjukkan nilai

probabilitas sebesar 0,000 (p<α) dan hasil uji z sebesar 5,782 (5,782>1,96)

hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

tingkat kecemasan dengan mekanisme koping. Perbedaan dengan

penelitian ini terletak pada varibel terikat yang digunakan.

2. Wulandari (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Pelaksanaan Discharge Planning dengan Kesiapan Pulang Pasien di

Ruang Rawat Inap Kelas III RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2011”.

Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas yaitu pelaksanaan discharge

planning dan variabel terikat yaitu kesiapan pulang pasien. Rancangan

penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental dengan pendekatan

cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah consecutive

sampling dengan jumlah sampel sebanyak 123 pasien. Analisis data yang

digunakan adalah uji korelasi spearman rank. Hasil penelitian berdasarkan

uji korelasi didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,409 dengan nilai

p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan yang

(51)

9

pulang pasien. Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada

(52)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gagal Jantung

2.1.1 Pengertian Gagal Jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu

memompakan darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh,

walaupun darah balik masih normal (Departemen Kesehatan R.I., 2007).Penyakit

Gagal Jantung yang dalam istilah medis disebut dengan "Heart Failure atau

Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis dimana jumlah darah

yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya tidak mampu memenuhi

kebutuhan normal metabolisme tubuh (Rilantono, dkk, 2004).

Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas jantung berkurang

dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama

diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel secara progresif

bertambah (Black, 2005). Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrient

dan oksigen jaringan. Mekanisme gagal jantung meliputi kerusakan sifat

kontraktil dari jantung yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal,

aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot

jantung. Beberapa faktor sistemik yang dapat memperparah gagal jantung

(53)

11

hipoksia, dan anemia yang membutuhkan peningkatan curah jantung untuk

memenuhi kebutuhan oksigen (Sani, A., 2007).

Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan darah sehingga

tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke

dalam jantung masih cukup tinggi, sehingga mengakibatkan jantung tidak dapat

mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagian organ.

2.1.2 Etiologi Gagal Jantung

Menurut Black (2005) penyebab gagal jantung mencakup beberapa hal

yang menyebabkan peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu sehingga

volume diastolic akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi panjang

optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri yang

memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung,

sehingga terjadi akumulasi volume darah di ventrikel (Rilantono, dkk, 2004).

Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan oleh :

a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)

Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)

Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic

overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga

menurunkan curah ventrikel atau isi sekuncup.

b. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)

Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic

(54)

12

dalam ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung

mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi

bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah

jantung justru akan menurun kembali.

c. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan

(demand overload).

Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja

jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi

keadaan gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi

tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.

d. Gangguan pengisian (hambatan input)

Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke

dalam ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan

menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah

jantung menurun.

e. Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

yang menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis

koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.

f. Aterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah

(55)

13

laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului

terjadinya gagal jantung.

g. Hipertensi Sistemik / Pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertropi serabut otot jantung.

h. Peradangan dan Penyakit Miokardium

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung

merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

i. Penyakit jantung

Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade

perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.

j. Faktor sistemik

Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan

peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.

Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung.

Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan

kontraktilitas jantung.

Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis

penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang

menyebabkan gagal jantung mencakup beberapa keadaan yang meningkatkan

beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan

yang dapat meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum

(56)

14

dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark

miokardium dan kardiomiopati (Rilantono, dkk, 2004).

Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui

penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa aritmia, infeksi sistemik dan

infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Penanganan yang efektif terhadap gagal

jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme

fisiologis dan penyakit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang

memicu terjadinya gagal jantung (Sani, A., 2007).

2.1.3 Klasifikasi Gagal Jantung

Menurut derajat sakitnya, gagal jantung dapat dibedakan menjadi (Rilantono, dkk,

2004):

a. Derajat 1: Tanpa keluhan. Pasien masih bisa melakukan aktivitas fisik

sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas

b. Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak

napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang

c. Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak

napas, tetapi keluhan akan hilang jika aktivitas dihentikan

d. Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan

pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan

aktivitas walaupun aktivitas ringan.

Sedangkan menurut lokasi terjadinya, gagal jantung dapat dibedakan menjadi

(57)

15

a. Gagal jantung kiri

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri

tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan

dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru.

Manifestasi klinis yang terjadi meliputi dispnea, batuk, mudah lelah,

takikardi dengan bunyi jantung S3, kecemasan kegelisahan, anoreksia,

keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal dyspnea,ronki basah paru

dibagian basal

b. Gagal jantung kanan

Bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan

jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu

mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat

mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi

vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema akstremitas bawah

yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat badan,

hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan

cairan didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah.

2.1.4 Manifestasi Klinis Gagal Jantung

Manifestasi Klinis Gagal Jantung (Rilantono, dkk, 2004) meliputi:

a. Ortopnue yaitu sesak saat berbaring

(58)

16

c. Paroxymal noctural dipsneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam

hari disertai batuk

Referensi

Dokumen terkait

1) Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, dan merupakan kebutuhan umum manusia. 3)

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penetitian mengenai berapa besar permintaan akan pelayanan angkutan umum dan jumlah armada

tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.. Diperiksa

Tonazaro Gea.Mpd selaku Kepala Sekolah SMA Plus Pembangunan Jaya ysng telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh data serta informasi yang diperlukan dalam

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Saluran Distribusi dan Harga Produk terhadap Volume Penjualan Air

kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, kekuatan, petunjuk dan ijin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”

Padahal kawasan pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, artinya memiliki potensi sumberdaya alam yang kuat dan

Berkaitan dengan topik penelitian yang diambil yaitu mengenai implementasi PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang terkait pada Unit