• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Spiritual Portrait".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""Spiritual Portrait"."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI

Perjalanan spiritual memberikan serangkaian pengalaman yang menjadi proses

pembentukan atas karakter kepribadian, perjalanan religi menghasilkan

pembentukkan secara psikologis. Proses-proses yang dihadapi tersebut menghasilkan

emosi seperti kekecewaan, kebahagiaan, kesusahan, dll. Hal tersebut menjadi

tantangan tersendiri di dalam bertahan menghadapi proses yang ada dan ekspresi dari

emosi yang dialami sering kali memunculkan imaginasi secara visual. Perjalanan

spiritual ini dihadirkan ke dalam bentuk lukisan potret diri. Potret diri menjadi

simbol identitas yang menceritakan tentang tema spiritual yang diangkat. “Spiritual

Portrait” menjadi sebuah judul yang merangkum keseluruhan karya Tugas Akhir

(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The spiritual trip gave a series of experience that became the process of the building

character and personality, the religion trip giving psychology process. Processes

that were dealt with this produced emotions like disappointment, the happiness, the

difficulty, etc. This matter to the special challenge inside remained faced the

available process and expression of emotions that were experienced often showed the

visual imagination. This spiritual trip was produced form of self-portrait painting.

Self-portrait became the symbol of identity that told all about spiritual theme was

promoted. “Spiritual Portrait”

became a title that encompassed work of the final

project. Other visual was showed in the final project, There was the expression of

contents flow heart also was contained in work and in long run of this project to

(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

………..….i

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI

………..……ii

KATA PENGANTAR

………...………iii

DAFTAR ISI

………...…….vi

DAFTAR GAMBAR

………...…..viii

ABSTRAKSI/ABSTRACT

………...…..ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Berkarya……….….1

1.2.

Rumusan Masalah……….5

1.3. Tujuan Berkarya………5

1.4. Ruang Lingkup Kajian……….……….5

1.5. Manfaat Berkarya……….5

1.6. Sistematika Penulisan………..….6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Spiritual………...…….7

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.3. Seni Potret Diri………...…11

2.4. Seni Rupa Kontemporer……….…13

BAB III OBJEK KAJIAN KARYA

3.1. Ide dan Gagasan

………...16

3.2. Gagasan Visual………..….19

3.3. Media dan Teknik Perupaan………..….20

3.4. Penuangan Gagasan Menjadi Karya………...21

BAB IV ANALISIS KARYA

4.1. “Spiritual Portrait 1”………..…22

4.2

“Spiritual Portrait 2”……….…….…24

4.3 “Spiritual Portrait 3”………..…25

4.4 “Spiritual Portrait 4”………..……27

4.5 “Spiritual Portrait 5”………..…29

4.6 “Spiritual Portrait 6”………..……31

4.7 “Spiritual Portrait 7”………..33

4.8 “Spiritual Portrait 8”………..36

BAB V KESIMPULAN

………....38

DAFTAR PUSTAKA

………..…….40

KOMENTAR DOSEN PENGUJI

……….…..42

DATA PENULIS

………..…….…42

(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 “Spiritual Portrait 1”………....………21

Gambar 4.2 “Spiritual Portrait 2”………....…………23

Gambar 4.3 “Spiritual Portrait 3”………24

G

ambar 4.4 “Spiritual Portrait 4”………26

Gambar 4.5 “Spiritual Portrait 5”………28

Gambar 4.6 “Spiritual Portrait 6”………30

Gambar 4.7 “Spiritual Portrait 7”………32

(6)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Pengalaman masa lalu menjadi sebuah unsur yang mempengaruhi

perkembangan kepribadian sebuah individu, demikian juga pembentukkan

kepribadian yang penulis alami, ada kejadian-kejadian pada masa lalu yang

membentuk kepribadian pada masa kini, kehidupan spiritual yang diajarkan di dalam

agama menjadi hal utama yang paling mempengaruhi pembentukkan kepribadian

penulis. Dogma agama secara tidak langsung membawa penulis untuk masuk ke

dalam proses pembentukkan karakter dan perubahan pola pikir, serta menghasilkan

sebuah kehidupan yang jauh lebih teratur. Proses-proses pembelajaran yang dihadapi

inilah yang akan diusung ke dalam karya seni.

Penulis dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang rukun, jarang sekali

terlihat adanya pertengkaran di dalam keluarga, satu-satunya masalah yang ada di

dalam keluarga adalah hubungan yang tidak erat satu sama lainnya. Di dalamnya

tidak pernah ada keterbukaan, masing-masing anggota keluarga hidup mandiri,

karena kurangnya kedekatan antar anggota keluarga menyebabkan di dalam keluarga

jarang terjadi pertengkaran, namun hal tersebut menjadikan lingkungan keluarga

yang hampa dan tidak ada sinergi di dalamnya, sulit menikmati kenyamanan ada di

tengah-tengah keluarga karena tidak ada komunikasi yang baik antar anggota,

(7)

Universitas Kristen Maranatha

anak introvert yang tidak suka bergaul dengan banyak orang. Penulis terbiasa hidup

dengan intuisi, perasaan berbicara jauh lebih besar daripada melihat fakta, pada

akhirnya di dalam bergaul pun penulis lebih suka merasakan terlebih dahulu, saat

pertama kali bertemu dengan orang baru penulis dapat dengan mudah membaca

karakter orang tersebut dan bila tidak senang, maka akan langsung menjauhi orang

tersebut. Ini adalah kemampuan intuisi yang dimiliki oleh orang bertipe introvert,

seperti yang dikemukakan oleh Carl Gustav Jung, bahwa kemampuan membaca

keadaan atau intuisi yang dimiliki oleh orang introvert jauh lebih besar dibandingkan

orang ekstrovert dan akibatnya orang introvert akan hidup dengan tuntunan naluri

atau intuisi.

Tidak disadari bahwa kebiasaan penulis untuk hidup secara individual

membawa karakter pada situasi yang disebut “kerdil”. Karakter tidak bertumbuh,

disaat orang seumuran penulis telah mengalami kedewasaan karakter dan hidupnya

berdampak di lingkungannya, hal tersebut tidak terjadi di dalam hidup penulis.

Banyak orang menjauh karena penulis dianggap orang yang dingin dan tidak ramah,

bahkan kesendirian seringkali menyebabkan emosi penulis meledak saat dalam

kondisi ketertekanan berat, dimana emosi telah menumpuk karena terus menerus

dipendam di dalam hati dan akibatnya saat emosi meledak, cenderung akan

menyakiti orang lain, akibatnya ada kecenderungan perilaku senang berkelahi dan

menjadi orang yang ditakuti di tengah-tengah lingkungan penulis, nilai kelakuan di

rapor selalu buruk. Masa lalu dari latar belakang keluarga yang lingkungan

komunikasinya kurang baik pada akhirnya menghasilkan pribadi yang individual.

Saat masuk jenjang pendidikan kuliah, penulis bertemu dengan seseorang yang

(8)

Universitas Kristen Maranatha

menjadi teman baik secara pribadi, penulis memang dilahirkan di dalam keluarga

Kristen dan dari kecil selalu beribadah ke Gereja, namun baru sungguh-sungguh

hidup secara spiritual di dalam Kekristenan adalah saat penulis bertemu dengan

orang yang mementor hidup, pada akhirnya satu persatu karakter yang tidak baik

mulai dibentuk melalui proses mentoring, pola pikir yang salah mulai dihancurkan

dan dibentuk ulang. Proses pembentukan ini masih terus dijalani sampai saat ini,

perjalanan panjang selama menjalani proses-proses yang ada tidaklah mudah,

seringkali banyak hal yang sulit untuk dijalani demi terbentuknya karakter yang lebih

baik.

Proses pembentukan yang dihadapi pada akhirnya akan membawa kehidupan

pada perbaikan diri untuk menjadi lebih baik dari kehidupan yang sebelumnya.

Tujuan dari menjalani proses di atas bukanlah untuk menjadi manusia sempurna,

kenyataannya tidak pernah ada manusia yang sempurna dan tidak akan pernah ada

manusia yang mampu menjadi pribadi yang sempurna. Akan tetapi proses-proses

tersebut dijalani sebagai bentuk pertanggungjawaban kehidupan penulis di dunia

kepada Tuhan.

Penulis selalu teringat dengan pernyataan seorang kakak rohani yang menjadi

mentor di gereja. Dia selalu berkata bahwa hidup di dunia ini bukan untuk sekedar

lewat, hanya menyelesaikan pendidikan, bekerja untuk jadi orang kaya, berumah

tangga, punya anak, lalu meninggal dan masuk surga. Jika hidup hanya seperti itu,

maka hidup ini akan menjadi kehidupan yang sangat rendah dan tidak berguna.

Seorang kakak mentor berkata bahwa Tuhan ingin supaya setiap manusia hidup di

bumi ini untuk membawa dampak. Artinya setiap manusia harus punya peranan atas

(9)

Universitas Kristen Maranatha

Seseorang yang membawa dampak pastilah bukan orang yang sembarangan

hidup, dia pasti punya tujuan hidup dan untuk mencapai tujuan hidupnya tersebut, ia

akan bekerja keras membentuk karakter kehidupannya terlebih dahulu, karena

karakter bagi manusia adalah seperti fondasi pada sebuah konstruksi bangunan

bertingkat. Sebelum bangunan tersebut menjulang tinggi keatas, fondasi akan

dibangun dengan kokoh terlebih dahulu. Apabila fondasi yang dibangun tidak kuat,

maka konstruksi bangunannya akan mudah runtuh. Demikianlah manusia, saat

hidupnya berada di atas atau mencapai kesuksesan, badai kehidupan akan terus

datang menerpa, dan apabila karakternya tidak baik, maka kesuksesan tersebut akan

mudah hancur diterpa badai yang datang. Maka dari itu karakter perlu dibentuk terus

menerus dan ditempa untuk terus menjadi lebih baik. Disaat karakter mulai pulih satu

persatu, maka hidup kita pasti secara tidak langsung akan menginspirasi kehidupan

orang lain.

Proses pembentukkan karakter yang penulis jalani selalu menghadirkan

inspirasi di dalam kesenangan penulis berkarya seni. Rasa sakit, pengorbanan,

kehabisan tenaga dan sukacita saat menjalani proses-prosesnya selalu menghadirkan

imaginasi visual yang dapat penulis curahkan ke dalam bentuk karya seni. Penulis

memang dilahirkan sebagai orang introvert yang sulit untuk mengeluarkan emosi

dari dalam diri penulis. Kebiasaan memendam emosi menjadi hal yang umum

dilakukan dan pada akhirnya, aktivitas berkarya seni menjadi satu-satunya tempat

(10)

Universitas Kristen Maranatha

I. 2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengalaman spiritual yang penulis alami diejawantahkan ke dalam

bentuk karya seni rupa?

I. 3. Identifikasi Masalah dan Konseptualisasi

Pengalaman spiritual yang mempengaruhi perkembangan kepribadian penulis

akan diekspresikan ke dalam bentuk karya seni lukis di atas kanvas.

I. 4. Identifikasi Media dan Bahan

Media yang digunakan adalah media-media konvensional pada seni lukis,

seperti cat di atas kanvas, kolase dengan media-media seperti kain kassa, benang

kasur, Koran, dll.

I. 5. Tujuan Proyek Akhir

Mengekspresikan pengalaman serta perjalanan kehidupan pribadi ke dalam

bentuk karya seni yang dapat dinikmati oleh publik dan diharapkan mampu juga

menginspirasi kehidupan orang lain apabila mengalami proses yang sama dengan

yang penulis alami, sekalipun mungkin harapan tersebut terkesan “utopis” oleh

karena tidak adanya bukti bahwa seni rupa efektif dalam merubah kehidupan

manusia, namun tidak menutup kemungkinan harapan tersebut dapat terjadi dan pada

(11)

Universitas Kristen Maranatha

I. 6. Metode Proyek Akhir

Metode yang digunakan di dalam penulisan tugas akhir ini adalah

pengangkatan pengalaman pribadi ke dalam visual karya seni rupa dan akan

dilakukan juga studi kepustakaan untuk mendukung konseptualisasi dari karya seni

(12)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN

Keseluruhan karya tugas akhir ini menggambarkan tentang pengalaman

pribadi penulis di dalam menjalani kehidupan spiritual, khususnya di dalam

menjalani proses kehidupan Kristen. Pengalaman tersebut dibuat dalam pencitraan

potret diri pribadi dengan gestur-gestur tubuh dan ekspresi mimik wajah yang di

dalamnya terkandung makna tersendiri dan dirasakan mampu menceritakan tentang

pengalaman yang dialami. Ekspresi mimik wajah dirasa paling tepat untuk

memvisualisasikan konsep karya Tugas Akhir ini oleh karena melalui wajah akan

tergambarkan situasi yang sedang dialami oleh seseorang, seperti manusia yang

sedang bahagia, bersedih, kebingungan akan mudah terlihat oleh mimik wajah yang

tergambarkan secara alami, demikian juga dengan perasaan yang penulis alami akan

dengan baik dapat disampaikan lewat potret diri yang menggambarkan berbagai

ekspresi dan gestur kehidupan.

Pemilihan representasi karya ke dalam bentuk seni lukis adalah sebuah pilihan

pribadi yang penulis yakini mampu menyajikan gambaran tentang konsep dengan

sangat baik, tentunya seni lukis memiliki berbagai kelebihan yang tidak didapat

apabila merepresentasikan ke dalam bentuk patung, performance art, seni instalasi,

dll. Bukan berarti karya seni lukis lebih baik dalam merepresentasikan sebuah

konsep di dalam seni rupa, akan tetapi di dalam konsep yang penulis usung ini karya

(13)

Universitas Kristen Maranatha

tampilan estetik, seni lukis juga mampu menampilkan kemampuan teknis yang telah

dipelajari oleh penulis pribadi di dalam menempuh jenjang pendidikan program studi

seni rupa murni di Universitas Kristen Maranatha.

(14)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

- Sugiharto, I.Bambang, 1996. Postmodernisme. Yogyakarta:Penerbit Kanisius

- Sumardjo, Jakob. Filsafat Seni, Bandung: Penerbit ITB

- Adlin, Alfathri, Spiritualitas dan Realitas Kebudayaan Kontemporer,

Jalasutra, Yogyakarta dan Bandung, 2007

- Dillistone, F.W, The Power of Symbols, Kanisius, Yogyakarta, 2002

- Stallabras, Julian, Art Incorporated, Oxford University Press Inc, New York,

2004

- Burke, Edmund, Art As Image And Idea, Prentice-Hall Inc, New Jersey

- Taylor, Brandon, Art Today, Laurence King Publishing, London, 2005

Referensi :

- Artikel, Koran Tempo,27 Februari 1993

- Prasetyo, Hari, 2009. Visual Arts. Jakarta : PT Media Visual Arts

Website :

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Gambaran mengenai kondisi transportasi khususnya berjalan kaki di kawasan Pendidikan Yogyakarta sebagaimana yang telah dijelaskan di atas menjadi dasar perlunya dilakukan

Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta mendukung di dalam memecahkan masalah yang di angkat

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk memahami fungsi penggunaan datte, serta melalui penelitian ini diharapkan agar pembelajar bahasa Jepang dapat

Salah satunya adalah untuk menyampaikan Informasi seputar pembuatan KTP, Pada Pekon Sridadi, masyarakat yang hendak membuat KTP harus datang ke Balai Pekon untuk

Semua yang dikemukakan responden mengenai green product promotion yang dirasakannya ini tidak cukup mampu mendorong responden untuk merasa yakin dalam

Saya sementara berada di Amerika saat itu dan melewati hari yang indah bersama para suster di New Orleans, Louisiana, (dari Provinsi Toledo) yang melakukan karya pelayanan yang

Memiliki fitur wajah anak asia tenggara, terdapat beberapa ciri khas pada fitur wajah Boun yang dapat penulis jadikan sebagai referensi, yaitu mulai dari warna rambut serta

Keteladanan merupakan faktor yang penting karena sikap dan perilaku kepala sekolah, guru dan karyawan dijadikan sebagai panutan oleh siswa sedangkan penciptaan suasana sekolah