• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi terpenting dalam kehidupan manusia. Bahasa juga merupakan suatu alat yang menghubungkan masyarakat dengan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat tersebut. Menurut Skutnabb-Kangas; Sung dalam Tannenbaum dan Abugov (2010:74), mendefinisikan bahasa sebagai berikut:

Language is the means through which we are socialized into our culture. Through Language, the cultural heritage of the past is received, reshaped, and bequeathed to the following generations.

Terjemahan:

Bahasa merupakan sarana untuk bersosialisasi ke dalam suatu budaya. Melalui bahasa, warisan budaya masa lalu diterima, dibentuk kembali dan diwariskan kepada generasi berikutnya

Sugono (2009:3-4) juga menambahkan yaitu bahasa mengalami perubahan sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat penuturnya. Sebagaimana diketahui, bahasa digunakan sebagai sarana pikir, ekspresi dan sarana komunikasi dalam kegiatan manusia, seperti dalam bidang ilmu, teknologi, dan seni. Agar dapat memahami suatu budaya dalam masyarakat, kita harus dapat menguasai bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut. Tentunya hal ini sesuai dengan teori yang telah di kemukakan sebelumnya.

Jepang merupakan salah satu negara maju di dunia yang terkenal akan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, negara Jepang juga dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya tradisional dan budaya populer ( pop culture) seperti anime, komik Jepang (manga), drama, musik, dan lainnya. Berbagai macam alasan dikemukakan untuk mempelajari bahasa Jepang seperti karena tuntuan lapangan pekerjaan, untuk sekedar hobi maupun agar dapat mendalami budaya Jepang terutama pop culture yang akhir-akhir ini semakin meluas dan menjadi trend di kalangan pembelajar bahasa

(2)

Jepang. Hal inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk mempelajari dan mendalami budaya maupun bahasa Jepang.

Di Indonesia, minat untuk mempelajari bahasa Jepang dari tahun ke tahun semakin bertambah pesat, ditandai dengan banyaknya perguruan tinggi yang memiliki jurusan bahasa Jepang dan bermunculannya lembaga-lembaga yang menawarkan kursus bahasa Jepang. Dalam harian Kompas (2014) menuliskan bahwa setiap tahun tercatat jumlah yang luar biasa dari Indonesia, yaitu setidaknya terdapat 800 ribuan orang Indonesia mempelajari bahasa Jepang baik melalui pendidikan formal maupun informal.

Ketika mempelajari suatu bahasa, tentunya akan muncul berbagai kendala akibat dari perbedaan bahasa ibu dengan bahasa asing yang dipelajari. Kesulitan-kesulitan yang ditemui, tidak hanya ketika mempelajari kosakata saja, tetapi juga gramatikal (tata bahasa) dari bahasa asing tersebut. Sangatlah penting untuk dapat menguasai tata bahasa dari bahasa asing yang dipelajari karena tata bahasa adalah dasar dalam penguasaan suatu bahasa, sehingga pembelajar bahasa dapat dengan mudah memahami bahasa asing tersebut dan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang muncul ketika mempelajari bahasa asing.

Dalam bahasa Jepang, tata bahasa disebut dengan bunpou. Antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan, salah satunya dalam pembentukan kalimat. Struktur bahasa Jepang memiliki pola S-K-O-P ( Subjek- Keterangan-Objek- Predikat), yang berarti pola gramatikal bahasa Jepang berbeda dengan bahasa lain, misalnya bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris (Renariah, 2005). Selain itu, dalam mempelajari bahasa Jepang, penting untuk dapat memahami jenis kata dalam kelas kata bahasa Jepang ( hinshi).

Menurut Suzuki (1990:120) kelas kata bahasa Jepang dibagi menjadi 10 jenis. Kelas kata tersebut terdiri atas meishi ( nomina/kata benda), daimeishi ( pronomina/kata ganti), suushi (numeralia/kata bilangan ), doushi (verba/kata kerja), keiyoushi (adjektiva /kata sifat ), jodoushi ( posverba/kata kerja bantu), fukushi ( adverbial /kata keterangan), setsuzokushi ( konjungsi/kata sambung), joshi ( posposisi/partikel/kata bantu), kandoushi ( interjeksi/kata seru). Kemudian 10 jenis kelas kata bahasa Jepang di klasifikan menjadi dua kelompok yaitu: jiritsugo dan fuzokugo. Jiritsugo adalah kata yang dapat berdiri sendiri sedangkan fuzokugo adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak

(3)

memiliki arti bila tidak melengkapi kata-kata lain sehingga agar bisa memiliki arti, harus melengkapi kata lain.

Dari 10 kelas kata di atas, penulis mengangkat topik pembahasan yaitu bagian dari kelas kata setsuzokushi (konjungsi/ kata sambung) untuk diteliti. Dalam bahasa Indonesia, konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi (Krisdalaksana, 2007:92). Sedangkan dalam bahasa Jepang, menurut Ito (2014:136) yaitu setzuzokushi yang terdapat dalam hinshi, secara umumnya hanya menunjukan pengelompokan kata yang ruang lingkupnya sempit. Dalam setsuzokushi dibagi lagi berdasarkan jenis-jenisnya dan salah satunya terdapat setsuzokushi datte.

Menurut Maynard (2005:313), datte merupakan kata sambung yang sering digunakan dalam percakapan. Alasan inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti fungsi setsuzokushi datte sebagai bahan penelitian. Dalam mempelajari bahasa Jepang, penulis sering mendengar kata datte dipakai baik dalam drama/ film Jepang maupun percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan mempelajari fungsi setsuzokushi datte, akan menambah kemampuan berbahasa Jepang, terutama dalam percakapan sehari-hari.

Umumnya dalam bahasa Jepang, datte dapat berupa toritatejoshi atau setsuzokushi, sehingga membuat fungsi keduanya berbeda. Dalam toritatejoshi, datte memiliki fungsi yang artinya tergantung dari konteks penggunaannya dalam kalimat serta datte harus menempel dengan kata lainnya misalnya 学生だって、

いつだって dan lainnya. Sedangkan dalam setsuzokushi, datte memiliki fungsi

untuk menyatakan alasan dan diletakkan di depan kalimat.

Hal inilah yang membedakan datte sebagai toritatejoshi dan setsuzokushi. Banyak orang yang kurang memperhatikan fungsi datte dalam setsuzokushi dan toritatejoshi, sehingga mereka cenderung bingung untuk membedakannya. Fungsi-fungsi datte dalam setsuzokushi banyak ditemukan dalam kaiwa yang fungsinya diperluas, yaitu secara fungsi bunpou ( gramatikal) dan danwa ( discourse).

Berdasarkan pengalaman penulis, fungsi-fungsi tersebut tidak begitu diketahui oleh banyak orang. Sehingga tentunya perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan fungsi-fungsi tersebut dan diharapkan hal ini dapat bermanfaat

(4)

tidak hanya bagi penulis, tapi juga bagi semua pembelajar bahasa Jepang, khususnya untuk memperdalam kemahiran berbahasa Jepang.

Sebagai bahan penelitian, penulis akan menggunakan drama Jepang yaitu Kasuka na Kanojo sebagai sumber dan korpus data karena penggunaan datte lebih banyak ditemukan dalam film ataupun manga yang menggunakan bahasa sehari-hari.

Kasuka na Kanojo merupakan sebuah drama Jepang yang ditayangkan di Fuji TV pada tahun 2013, berjumlah total 11 episode. Penulis memilih drama Kasuka na Kanojo sebagai korpus data, karena dalam percakapan pada drama tersebut banyak ditemukan penggunaan setsuzokushi datte. Drama ini menceritakan tentang kisah hidup seorang guru yaitu Kamiyama Akira yang baru saja pindah ke SMA Obara. Kamiyama memiliki trauma karena tidak bisa mengatasi masalah ijime di sekolah sebelumnya mengajar sehingga ia mulai kehilangan semangatnya untuk menjadi guru.

Akan tetapi, ketika Kamiyama bertemu dengan Akane, seorang hantu di apartemen yang ia tinggali, Kamiyama kembali menemukan semangatnya untuk menjadi seorang guru dan sejak saat itu dirinya mulai menemui hal-hal yang baru dalam hidupnya. Banyak kisah-kisah yang lucu dan mengharukan dalam film drama ini. Agar pembaca Skripsi dapat memahami dengan jelas mengenai cerita yang dikisahkan, penulis telah melampirkan sinopsis di bagian akhir dari Skripsi ini.

Teori yang akan dipakai oleh penulis adalah teori hinshi yaitu teori yang menjabarkan mengenai kelas kata Jepang dan penjabaran kelas kata ( hinshi bunrui). Dalam penjabaran hinshi, terdapat salah satunya setsuzokushi yang merupakan kelas kata dari datte. Kemudian teori yang terpenting dalam penelitian ini adalah teori mengenai fungsi datte.

1.2 Masalah Pokok

Masalah pokok yang akan diteliti oleh penulis adalah mengenai penggunaan dan makna setsuzokushi khususnya datte .

(5)

1.3 Formulasi Masalah

Formulasi masalah dalam Skripsi ini adalah penulis akan meneliti mengenai penggunaan dan makna setsuzokushi datte yang terdapat dalam drama Jepang. Fungsi penggunaan setsuzokushi datte berdasarkan dari teori yang dikemukakan oleh Mineda Akemi dan Tomita Yuuko.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah meneliti mengenai penggunaan dan makna setsuzokushi datte yang terdapat pada drama Jepang berjudul Kasuka na Kanojo yang ditayangkan pada tahun 2013. Penulis akan membahas beberapa kalimat percakapan yang muncul dalam drama tersebut dari episode 1 hingga episode 11 menggunakan setsuzokushi datte sebagai objek penelitian.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk memahami fungsi penggunaan datte, serta melalui penelitian ini diharapkan agar pembelajar bahasa Jepang dapat mengerti dan mendapatkan manfaat serta dapat menggunakan dengan baik, khususnya mengenai setsuzokushi datte.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai setsuzokushi datte sudah pernah dilakukan, terutama melalui jurnal yang penulis dapatkan melalui bentuk elektronik. Di Universitas Bina Nusantara khususnya jurusan Sastra Jepang, datte merupakan setsuzokushi yang belum pernah diteliti.

Untuk penelitian tentang fungsi datte yang ditemukan oleh penulis yaitu dalam bentuk jurnal sudah pernah dilakukan oleh Oki Hiroko pada tahun 1997 dengan judul 「 新 用 法 か ら み た 対 話 型 接 続詞 「 だ っ て 」 の 性 格」. Beliau merupakan profesor dari Shinshu University dan dalam penelitiannya, datte memiliki fungsi yaitu untuk menjelaskan alasan, tetapi tidak menunjukan hal yang berlawanan, menunjukan perhatian mengenai empati, dan menunjukan pembenaran dari hubungan yang saling berkaitan.

(6)

Penulis juga menemukan penelitian lain mengenai datte, yaitu berasal dari Hagiwara Takae pada tahun 2008, yang merupakan profesor dari Yamanashi

Prefectural University. Judul penelitiannya adalah「人間関係と接続詞「だっ

て 」 の 使 い 方 」dan dalam penelitiannya, beliau meneliti fungsi datte yang

dikaitkan dengan pemakaian datte dalam hubungan personal yaitu orang yang baru pertama kali ditemui, teman kerja, teman wanita yang akrab dan teman pria yang akrab.

Selain itu, penulis juga mengambil berbagai referensi lainnya dari buku-buku yang terdapat di Perpustakaan Universitas Bina Nusantara, maupun The Japan Foundation, media internet, jurnal dalam bentuk cetak maupun elektronik yang penulis dapatkan dari situs yang terpecaya yaitu ci.nii.ac.jp, j-stor, research gate maupun situs web library lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Menentukan bobot latihan setiap jenis keterampilan berdasarkan hasil analisis terhadap respons yang muncul dan tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa dalam mempraktikkan

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Implementasi untuk sistem pengukuran demikian dapat dilakukan cukup dengan mempergunakan dua mikrokontroler, yaitu satu master I2C yang melakukan pengukuran dosis radiasi

Motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran, sebab pengetahuan, keterampilan, dan sikap tidak dapat ditransfer begitu saja tetapi harus siswa sendiri

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR