• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa. Bahasa memiliki berbagai definisi. Menurut Kridalaksana (2005:3), bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk digunakan oleh para anggota kelompok masyrakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Peran bahasa sangat penting dalam menunjang kelancaran komunikasi manusia. Melalui bahasa kita dapat mengerti maksud dan keinginan orang lain, sehingga dapat meminimalisir kesalahpahaman dalam kehidupan sosial. Bahasa digunakan di setiap belahan bumi manapun sebagai alat komunikasi satu sama lain antar manusia.

Bukan hanya sebagai alat komunikasi, fungsi bahasa sudah meluas sebagai sarana bisnis dan hiburan. Sehingga banyak orang menaruh minat mempelajari bahasa asing di luar bahasa ibu untuk sekedar menikmati drama atau lagu dari negara lain. Rahardi (2006:6) menyatakan, akhir–akhir ini di wilayah Asia mulai meluas dalam hal pemakaian bahasa Jepang, Mandarin, Korea, dan juga bahasa Indonesia. Meluasnya pemakaian bahasa Jepang juga berdampak di Indonesia, sehingga tidak sedikit orang mulai tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang.

Menurut Dewi (2014: 1) sama halnya dengan bahasa–bahasa lain, bahasa Jepang juga memiliki berbagai jenis kata, termasuk kata benda, kata kerja, kata sifat, dan sebagainya, namun struktur dan kosa kata yang dipakai memiliki sedikit keunikan. Struktur tata bahasa Jepang tidak seperti kebanyakan bahasa pada umumnya. Struktur bahasa Jepang adalah S-K-O-P (Subjek, Keterangan, Objek, dan Predikat), dan penempatan masing–masing kata juga harus tepat. Apabila penempatan tidak sesuai dengan aturan yang seharusnya, maka makna dari kalimat tersebut dapat berubah menjadi salah.

Keunikan yang ada di bahasa Jepang juga dapat dilihat dari jenis katanya, salah satunya adverbia. Menurut Widjono (2007:142) frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Sedangkan menurut

(2)

Kridalaksana (1986:81), adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Kata keterangan atau adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Jumlah fukushi dalam bahasa Jepang cukup beragam, untuk itu penulis tertarik untuk meneliti salah satu dari sekian banyak fukushi untuk menjabarkan fungsi fukushi tersebut. Lebih lanjut lagi, penulis akan meneliti tentang fukushi zenzen.

Sebagian besar orang mengetahui bahwa fukushi zenzen berpasangan dengan kata kerja atau kata sifat negatif, tetapi pada pemakaiannya fukushi

zenzen tidak hanya sebagai pasangan kata kerja negatif. Fukushi zenzen juga

dapat berpasangan dengan kata kerja positif (Kosaka dan Kyo Hiroshi, 2009:1). Hal ini yang membuat penulis ingin mengetahui lebih lanjut cara penggunaan serta makna yang terkandung di dalam kalimat yang menggunakan fukushi

zenzen.

Karena penulis akan menganalisis tentang fungsi fukushi zenzen, maka akan ada penfasiran dalam situasi dan makna yang terkandung dalam kata zenzen di kalimat tersebut. Untuk meninjau hal tersebut penulis menggunakan teori pragmatik.

Penelitian ini difokuskan pada percakapan sehari-hari, untuk itu teori yang diambil adalah teori discourse. Menurut Hashiuchi (2007: 5), discourse atau yang disebut danwa dalam bahasa Jepang adalah suatu perluasan terhadap bahasa yang lebih luas dari kalimat, atau merupakan sebuah unit koheren seperti argumentasi atau narasi. Bentuk discourse ada dua macam yaitu lisan dan tulisan, namun dalam penelitian ini difokuskan pada discourse lisan.

Masuoka dan Takubo (1993:41) berpendapat bahwa fukushi adalah kata yang berfungsi untuk menghias predikat dan merupakan kata yang dapat berdiri sendiri. Ada banyak kata yang termasuk di dalam kelas kata fukushi, namun penulis lebih rinci membahas tentang fukushi zenzen. Penulis memilih fukushi sebagai objek penelitian karena fukushi merupakan salah satu komponen penting di dalam unsur pembuatan kalimat dalam bahasa Jepang. Penggunaan fukushi

zenzen sering kali digunakan hanya menggunakan kalimat negatif, namun fukushi zenzen juga dapat digunakan dalam kalimat positif. Hal ini menarik untuk diteliti

lebih jauh, oleh karena itu peneliti memilih fukushi zenzen sebagai objek penelitian. Menurut Sano (2012:33) mengenai fukushi zenzen, dibagi menjadi 3 fungsi, yaitu uchikeshi, hiteiteki imi, dan jijitsu no haneisuru.

(3)

Dalam penelitian ini akan dibahas masing-masing fungsi fukushi zenzen dan situasi pemakaian yang tepat dari fungsi–fungsi itu. Untuk memahami makna yang terkandung dalam setiap fungsi, maka penulis memakai teori pragmatik, sehingga diharapkan makna yang dimaksud penutur dan makna yang diterima petutur memiliki sinkronasi. Selain itu, sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah serial drama Jepang, maka ada tutur kata yang harus dianalisis secara jelas mengenai makna dan kondisi pemakaian kata zenzen. Selanjutnya penulis mengambil teori kelas kata karena fukushi adalah bagian dari kelas kata. Teori khusus yang diambil penulis adalah teori fukushi zenzen sebab penulis berfokus untuk meneliti penggunaan dan fungsi fukushi zenzen.

Banyak pembelajar bahasa Jepang bermula dari penggemar serial drama. Serial drama Jepang biasa disebut dorama. Oleh karena itu penulis mengambil beberapa seri dorama yang menarik sebagai sumber data penelitian ini. Dorama tersebut berjudul 13-sai no Hello Work karya sutradara Takahashi Nobuyuki, Tsukamoto Renpei, dan Kajiyama Takahiro. Dorama ini diangkat dari novel Shin

13-sai no Hello Work karya Murakami Ryu dan ditayangkan di TV Asahi pada

tahun 2012. Dipilihnya dorama sebagai sumber data karena pembaca akan lebih mudah mengerti penggunaan fukushi zenzen pada kehidupan sehari – hari lewat percakapan dan ekspresi yang ada pada dorama tersebut. Selain itu, dorama ini juga memiliki rating yang cukup baik di negara Jepang.

Setelah mendapat data dari dorama tersebut penulis akan melakukan analisis menggunakan teori yang penulis sebutkan di atas. Metode analisis yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Proses pengambilan data dilakukan berdasarkan data yang mewakili tema tersebut, kemudian dianalisis satu per satu kalimat untuk mendapatkan kata zenzen dan fungsinya.

Oleh karena itu, untuk mendalami fungsi fukushi zenzen yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, maka penulis ingin menganalisis fungsi dan penggunaan fukushi zenzen berdasarkan teori Sano (2012: 33).

1.2 Masalah Pokok

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan pokok yang akan penulis bahas dalam penelitian ini adalah fungsi fukushi zenzen dalam percakapan sehari–hari yang ditemukan di serial drama Jepang.

(4)

1.3 Formulasi Masalah

Formulasi masalah dalam penelitian ini adalah analisis mengenai fungsi penggunaan fukushi zenzen dalam percakapan yang terdapat dalam serial drama Jepang atau dorama yang berjudul “13-sai no Hello Work”. Selanjutnya teori yang digunakan untuk menganalisis kalimat tersebut merupakan teori dari jurnal karya penelitian Sano (2012: 33).

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahan yang ditetapkan adalah fungsi penggunaan fukushi zenzen berdasarkan teori Shin-ichiro Sano, di dalam serial drama Jepang yang berjudul “13-sai no Hello Work” episode 1–9 karya Takahashi Nobuyuki, Tsukamoto Renpei, dan Kajiyama Takahiro. Serial drama ini ditayangkan pada tahun 2012. Dilakukan pemilahan kalimat–kalimat percakapan dalam serial drama tersebut sebagai objek penelitian yang di dalamnya terdapat fukushi zenzen dan akan ditinjau secara pragamatik. Karena itu penelitian ini menggunakan data discourse lisan yaitu percakapan yang ada di dalam film drama “13-sai no Hello Work”.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memahami penggunaan dan makna fukushi zenzen dalam bahasa Jepang sehari-hari yang terdapat di dalam serial drama Jepang “13-sai no Hello Work”.

1.6 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis ingin meneliti mengenai fukushi zenzen. Untuk melengkapi informasi, maka dilakukan studi pustaka yang berkaitan dengan fukushi zenzen.

Penelitian mengenai fukushi, khususnya chinjutsu fukushi sudah pernah dilakukan oleh Wibowo (2009: 24) dengan judul “Analisis Chinjutsu Fukushi dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Penelitian ini menjelaskan tentang penggunaan

(5)

Chinjutsu fukushi berfungsi sebagai kata yang menerangkan predikat atau sebagai

pewatas predikat. Sebagai contoh adalah fukushi zenzen yang berpasangan dengan bentuk negatif (~ない). Makna kalimat yang muncul dari kalimat yang menggunakan chinjutsu fukushi yaitu memperkuat makna pertanyaan dan mempertegas adanya ketidakjelasan akan sesuatu, menegaskan pertanyaan dengan perkiraan, menyatakan keadaan yang sama sekali tidak, menyatakan perasaan tegas saat memohon sesuatu pada seseorang, menyatakan sebuah perkiraan, kemungkinan, menyatakan pemikiran yang 100% keluar dari dalam pikirannya, menyatakan kepastian, menunjukkan adanya kemiripan dengan sesuatu yang terjadi, mengungkapkan perasaan yang muncul dari dalam diri, memperkuat makna pengandaian, dan menyatakan kuantitas dalam mengerjakan sesuatu, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan.

Selain itu penelitian mengenai zenzen sebelumnya juga sudah pernah diteliti dan ditulis oleh Cho (2003: 89) dalam bentuk jurnal yang berjudul “Kindai Nihongo ni Okeru ‘zenzen’ no Yousou ni tsuite”. Penelitian ini menjelaskan bahwa fukushi zenzen tidak hanya dibaca ‘zenzen’, melainkan juga dapat dibaca ’sukkari’, ‘marude’, ‘marukkiri’, dan ‘marukiri’. Selain itu peneliti membagi penggunaan zenzen menjadi tiga bagian, yaitu pemakaian untuk bentuk positif, pemakaian untuk bentuk negatif, dan pemakaian bentuk di luar bentuk positif/negatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian zenzen disertai bentuk positif paling banyak digunakan yaitu mencapai 47,6%. Ini mengartikan bahwa zenzen bukan lagi hanya berpasangan dengan bentuk negatif, melainkan dengan bentuk positif.

Selanjutnya, Tadashi (2010: 163) di dalam jurnal yang berjudul ”’mataku’

to ‘zenzen’ no shiyou keikou no henzen” juga menyatakan hal yang sama. Melalui

hasil penelitiannya, Tadashi membagi fukushi zenzen menjadi lima makna penggunaan, yaitu chigau (berbeda), nai (tidak), betsu (yang lain), doukan / onaji (setuju / sama), dan dame (tidak berguna).

Lebih lanjut lagi Hirohito (2012: 78) melakukan penelitian mengenai pemakaian fukushi zenzen dalam jurnal yang berjudul “’zenzen’ Saikou-Meishin,

Apure, Zentei no Hitei Nado”. Dalam jurnal ini dibahas pergeseran penggunaan fukushi zenzen yang awalnya hanya digunakan untuk ungkapan negatif sekarang

(6)

bisa digunakan untuk ungkapan positif. Seperti misalnya 全然おいしい (zenzen

oishii).

Selanjutnya dilakukan pengambilan data sebagai referensi lainnya. Data tersebut berasal dari buku-buku yang terdapat di Library Universitas Bina Nusantara dan The Japan Foundation, media internet, jurnal dalam bentuk cetak maupun elektronik dari situs yang terpecaya yaitu ci.nii.ac.jp, j-stor, maupun situs web library lainnya. Serta penulis juga menggunakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh Language and Culture, Asian and African

Language Studies, Osaka Daigaku Daigakuin Gengo Bunka Kenkyuuka Nihongo Nihon Bunka Senkou, Kokusai Nihon-gaku Ronsou, Heritage Language Journal,

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian Anda juga harus menyatakan bahwa karena Anda mengajukan permohonan terhadap Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang

Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri yang mendukung

Lokasi tersebut dipilih secara purposif dengan alasan (a) ja- lan lintas Papua merupakan jalan yang mengikuti garis perbatasan antara Indonesia dan Papua New Guinea

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat

Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Puguh Harianto sebagai Ketua Pelaksana yaitu tugas dari dua divisi ini hampir sama dan sesuai dengan keputusan dari DPM agar

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam "Ibnu Sina" Yarsi Sumbar Bukittinggi menunjukkan bahwa 54,7% perawat memiliki kecendrungan turnover, dari

Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,04 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen, serta makanan

value Teks default yang akan dimunculkan jika user hendak mengisi input maxlength Panjang teks maksimum yang dapat dimasukkan. emptyok Bernilai true jika user dapat tidak