• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai macam budaya dan kesenian. Salah satunya adalah budaya sastra, yang dimana menurut Shirane (2013) sastra Jepang sudah berkembang sejak zaman Nara (712 M). Secara umum sastra Jepang dibagi menjadi lima jenis menurut zaman dan cara penulisannya; sastra kuno, sastra klasik (Heian), sastra pertengahan (Kamakura), sastra pertengahan (Muromachi), sastra kontemporer. Dimulai dari karya sastra yang ditulis dalam bentuk kumpulan tulisan mengenai hal-hal dan kegiatan yang terjadi pada zaman kuno, yaitu Kojiki dan Nihon Shoki, sejarah kronologi terbentuknya negara Jepang. Karya sastra Jepang banyak jenisnya seperti haiku (puisi), kotowaza (peribahasa), shosetsu (novel), dan lainnya. Sesuai dengan zaman karya-karya sastra tersebut dibuat, gaya penulisannya berubah. Karena sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri sendiri tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta (Semi, 1993: 1). Contoh bentuk karya sastra Jepang berbentuk novel yang terkenal hingga dewasa ini adalah Genji Monogatari karya Murasaki Shikibu yang ditulis pada zaman Muromachi atau dikenal dengan sastra pertengahan. Dalam novel Genji Monogatari, Murasaki menceritakan tentang kisah percintaan seorang pemuda bernama Genji dengan beberapa wanita yang berada di sekitarnya dengan latar atau setting cerita kehidupan bangsawan pada zaman Heian atau dikenal sebagai sastra pertengahan (794-1185 M). Sesuai dengan latar belakang Murasaki yang pada saat itu tinggal dalam lingkungan keluarga bangsawan di zaman Heian, ia membuat setting dalam novel Genji Monogatari sesuai dengan inspirasi kehidupannya pada saat itu. Seperti yang dijelaskan oleh Nurgiyantoro (1995: 9), novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.

(2)

Dalam skripsi ini penulis akan menganalisis beberapa konsep komunikasi nonverbal Jepang yang terdapat dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana. Novel Tsugumi adalah novel keempat Yoshimoto Banana setelah Moonlight Shadow (1986), Kitchen (1988), dan Asleep (1989). Ia mendapatkan beberapa penghargaan seperti Kaien Newcomer Writer pada tahun 1988 untuk novel Kitchen-nya.

Novel Tsugumi berkisah tentang seorang wanita muda bernama Yamamoto Tsugumi yang diceritakan melalui sudut pandang orang kedua yaitu sepupu wanita dari pihak ibunya, Shirakawa Maria. Tsugumi mengidap penyakit body frail (lemah fisik) yang tidak dijelaskan secara spesifik nama penyakitnya dan diagnosis bahwa hidupnya tidak akan bertahan lama. Karena kondisi tubuhnya yang lemah, keluarga dan orang-orang disekitarnya sangat memanjakannya. Akan tetapi, Tsugumi memberikan respon yang berlawanan terhadap orang-orang sekitarnya yakni ia berperilaku dan berbicara kasar. Disamping itu Maria, yang merupakan sepupu Tsugumi untuk sementara waktu tinggal bersama ibunya di penginapan milik keluarga Tsugumi untuk menunggu proses perceraian ayahnya dengan mantan istrinya. Maria yang awalnya tidak menyukai Tsugumi karena tingkah lakunya menjadi dekat dengannya setelah sebuah insiden yang dilakukan oleh Tsugumi. Ia mulai memahami sifat dan kepribadian Tsugumi yang sebenarnya. Dibalik sifat egois, kasar, cuek, emosional dan suka berkelakuan maupun berbicara semaunya, Maria mulai memahami juga mengerti bahwa Tsugumi melampiaskan emosinya lewat perkataan dan tindakannya karena kondisi tubuhnya sekaligus hidupnya yang singkat. Selain itu, karena kedekatannya dengan Tsugumi juga membuat dirinya bisa lebih mengenal karakter juga sifat orang-orang disekitarnya dan menyadari arti hubungan keluarga yang sebenarnya.

Jepang dikenal sebagai negara high context culture dan dikemukakan oleh Hall melalui Maynard (1997:23). Perbedaan high context culture dengan low context culture, bukan berarti pada low context culture unsur budayanya tidak ada, namun artinya budaya menentukan variasi yang besar dalam tingkat pentingnya konteks untuk makna komunikatif (Novinger, 2013:7). Karena hal itu juga komunikasi pada negara high context culture, kode atau ciri komunikasi nonverbal lebih berperan besar daripada komunikasi verbal (Kitayama dan Ishii dalam Hartel, dkk, 2009:279). Maynard (1997: 23) juga menyimpulkan mengenai penjelasan Hall dan Hall mengenai bagaimana Jepang adalah negara yang memiliki budaya komunikasi dimana sebagian kecil informasi disampaikan melalui kode dalam pesan, seperti

(3)

komentar dan aspek informasi interpersonal disampaikan melalui ekspresi orang Jepang yang paling biasa. Dapat disimpulkan dari penjelasan-penjelasan di atas bahwa masyarakat Jepang merupakan negara yang menjunjung tinggi budaya komunikasi nonverbal dan interpersonal yang disampaikan secara tidak langsung.

Seperti ishin-denshin yang merupakan salah satu konsep budaya komunikasi nonverbal, secara literatur artinya komunikasi dari hati ke hati. Konsep komunikasi dalam ishin-denshin adalah iwanakute mo kimochi ga tsujiru koto, tidak perlu disampaikan perasaannya secara verbal atau dengan kata-kata, karena lawan bicara akan langsung mengerti apa yang dimaksud secara nonverbal (Minami, 2002:27). Ishin-Denshin adalah salah satu konsep pemikiran masyarakat Jepang yang berasal dari ajaran Budha yakni aliran Zen, satu individu dengan individu lainnya berkomunikasi dari hati kehati melalui ekspresi wajah, bahasa tubuh, tindakan dan lainnya.

Penulis menggunakan konsep komunikasi nonverbal Jepang seperti ishin-denshin, kuki, dan omoiyari, untuk penelitian ini dikarenakan setelah membaca sekaligus memahami novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana penulis menemukan karakter yang sesuai dengan konsep-konsep komunikasi nonverbal tersebut pada komunikasi antar para tokoh, diantaranya tokoh Tsugumi dan Maria. Menurut Guerrero, Floyd dan Kuparinen dalam Wood (2011:125) mengenai komunikasi nonverbal adalah sebagai berikut: Nonverbal communication often acts as “relationship language” that expresses the overall feeling of relationships. Artinya adalah komunikasi nonverbal sering berperan sebagai “bahasa relasi” yang mengekspresikan semua perasaan pada relasi.

Maksud kutipan di atas adalah, komunikasi nonverbal dapat menjelaskan identitas kedua individu dan jenis tingkatan relasinya, karena komunikasi nonverbal dianggap mencerminkan perasaan sebenarnya yang terdapat dalam suatu hubungan. Seperti halnya konsep-konsep komunikasi nonverbal Jepang yang terdapat dalam novel Tsugumi yaitu pada tokoh Maria dengan tokoh-tokohnya, juga disebabkan karena adanya suatu hubungan yang intim yaitu keluarga.

1.2 Isu Pokok

Pokok masalah yang diteliti penulis ialah analisis konsep komunikasi nonverbal Jepang pada tokoh-tokoh dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana.

(4)

1.3 Formulasi Masalah

Formulasi masalah dalam skripsi ini adalah komunikasi nonverbal Jepang pada komunikasi yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana. Dalam subbab Formulasi Masalah ini, penulis akan menganalisis konsep ishin-denshin antara tokoh Shirakawa Maria dengan Yamamoto Tsugumi dan antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Kyoichi; kemudian penulis akan menganalisis konsep kuki antara tokoh Shirakawa Maria dengan Yamamoto Tsugumi dan antara Shirakawa Maria, Yamamoto Tsugumi dengan Yamamoto Yoko; lalu penulis akan menganalisis konsep omoiyari antara tokoh Shirakawa Maria dengan tokoh Yamamoto Tsugumi dan antara tokoh Shirakawa Maria dengan Yamamoto

Yoko, serta antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Ayahnya Shirakawa Maria.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan

Peneliti akan menganalisis konsep budaya komunikasi nonverbal dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana. Konsep budaya komunikasi nonverbal yang diteliti oleh penulis melalui komunikasi antara tokoh dalam novel Tsugumi yakni Shirakawa Maria, Yamamoto Tsugumi, Yamamoto Yoko, Kyoichi dan ayahnya Shirakawa Maria yang nantinya akan dihubungkan juga dengan kode-kode nonverbal.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep budaya komunikasi nonverbal Jepang tokoh-tokoh dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana. Dengan dilakukannya analisis novel pada novel Tsugumi, penulis dan pembaca dapat lebih memahami konsep pemikiran masyarakat Jepang yang terdapat di dalam novel Jepang.

1.6 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai konsep komunikasi nonverbal Jepang telah banyak diteliti, diantaranya oleh Hara (2006) yang meneliti tentang salah satu konsep budaya komunikasi Jepang yakni omoiyari. Dalam penelitiannya Hara membahas tentang konsep budaya komunikasi omoiyari menjadi teori dalam komunikasi relasional. Hara mengkonseptualisasikan omoiyari secara segi psikologi dan perilaku

(5)

karakterisasi yang ditujukan untuk membuktikan empat jenis omoiyari (prayer, encouragement, help and support) dari sudut pandang komunikasi.

Selain Hara ada juga beberapa penelitian lain yang meniliti tentang konsep budaya komunikasi nonverbal Jepang, sebagai berikut; Sato (2010) meneliti tentang konsep Kuki Ga Yomenai (KY), dengan penelitiannya yang berjudul Kuki Ga Yomenai: Situated Face Threatening Act Within Japanese Social Interaction. Pada penelitian ini terdapat banyak pembahasan mengenai konsep budaya komunikasi nonverbal Kuki, namun inti pembahasan yang dibahas oleh Sato adalah analisis Kuki Ga Yomenai, yang artinya secara literatur adalah “tidak bisa membaca atmosfir. Secara pengertian harfiahnya adalah seseorang tidak memliki sensitifitas terhadap atmosfir (keadaan) pada sebuah komunitas atau kelompok.

Dari beberapa penelitian yang menjadi tinjauan pustaka untuk penelitian ini, penulis berpikir untuk menganalisis konsep-konsep budaya komunikasi nonverbal yang beberapanya sudah pernah dipakai oleh para peneliti sebelumnya dan akan dipakai sebagian oleh penulis untuk menganalisis novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk