• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2."

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Persepsi Siswa Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRAK

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

Penelitian ini dilatar belakangi adanya hasil observasi persepsi dan sikap siswa. Persepsi siswa berada pada kategori yang rendah sebesar 75% (21 dari 28 siswa) pada mata pelajaran PKn. Begitu pula dengan sikap siswa yang menunjukkan pada kategori rendah sebesar 97% (27 dari 28 siswa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode Survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II dan sampel pada penelitian ini adalah kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan..

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal itu dibuktikan dengan analisis statistik correlation pearson product moment pada uji hipotesis correlation pada siswa dengan nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,000 (p<0,05). Diketahui pula nilai Pearson Correlation pada penelitian ini adalah 0,696 termasuk dalam kategori hubungan korelasi yang kuat, karena berada di rentang 0,60-0,799.

(2)

ABSTRACT

The correlations Between of Second Gradde Perception and Attitude on Civic Education at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

The research motivated by the result of perception and attitude of the students. Perception of students are in a low category of 75% (21 of 28 students) in the subject of PKn as well as the attitude of the students who showed the low category 97% (27 of 28 students). The purpose of observation is to find out the perception and the attitude of second grade students on the subjects of PKn in SDN Tegalrejo 2.

This research is quantitative research and used survey methods. Population in this research were all students in second grade and a sample of this research is the second grade a SDN Tegalrejo 2 and totaling 28 students consist of 15 boy and 13 girl based on the results of the study showed that there is a positive relationship between the perception and attitude of students in second grade on the subject of PKn.

It has been proved by analysis correlation the pearson product moment the correlation hypothesis test on students with good grades sig. (2-tailed) that is 0,000 (p<0,05). Given also the value of pearson correlation in this study is 0,696 including a strong correlation in the relationship because it is the range 0,60-0,799.

(3)

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Magdalena Fitria N

NIM : 131134051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria karena selalu memberikan rahmat dan kasih yang melimpah didalam kehidupan ini.

2. Ibu dan Bapak yang telah setia mendampingi dan tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan semangat kepada saya.

3. Kedua kakakku yang selalu mendukung selama ini.

(7)

v MOTTO

Tidak ada masalah berapa kali kamu gagal, kamu hanya perlu berhasil satu kali

saja.

-Mark Cuban-

Nikmatilah setiap proses yang telah dilakukan karena proses tidak akan pernah

berbohong mengenai hasilnya.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017

Peneliti,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Magdalena Fitria Nurcahyanti Nomor Mahasiswa : 131134051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS PADA MATA PELAJARAN PKn DI SD NEGERI TEGALREJO 2

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Februari 2017 Yang menyatakan,

(10)

viii

Hubungan Persepsi Siswa Dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn Di SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRAK

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

Penelitian ini dilatar belakangi adanya hasil observasi persepsi dan sikap siswa. Persepsi siswa berada pada kategori yang rendah sebesar 75% (21 dari 28 siswa) pada mata pelajaran PKn. Begitu pula dengan sikap siswa yang menunjukkan pada kategori rendah sebesar 97% (27 dari 28 siswa). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan metode Survei. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II dan sampel pada penelitian ini adalah kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan..

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi dan sikap siswa kelas II pada mata pelajaran PKn. Hal itu dibuktikan dengan analisis statistik correlation pearson product moment pada uji hipotesis correlation pada siswa dengan nilai sig.(2-tailed) yaitu 0,000 (p<0,05). Diketahui pula nilai Pearson Correlation pada penelitian ini adalah 0,696 termasuk dalam kategori hubungan korelasi yang kuat, karena berada di rentang 0,60-0,799.

(11)

ix ABSTRACT

The correlations Between of Second Gradde Perception and Attitude on Civic Education at SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta

ABSTRACT

Magdalena Fitria Nurcahyanti 131134051

The research motivated by the result of perception and attitude of the students. Perception of students are in a low category of 75% (21 of 28 students) in the subject of PKn as well as the attitude of the students who showed the low category 97% (27 of 28 students). The purpose of observation is to find out the perception and the attitude of second grade students on the subjects of PKn in SDN Tegalrejo 2.

This research is quantitative research and used survey methods. Population in this research were all students in second grade and a sample of this research is the second grade a SDN Tegalrejo 2 and totaling 28 students consist of 15 boy and 13 girl based on the results of the study showed that there is a positive relationship between the perception and attitude of students in second grade on the subject of PKn.

It has been proved by analysis correlation the pearson product moment the correlation hypothesis test on students with good grades sig. (2-tailed) that is 0,000 (p<0,05). Given also the value of pearson correlation in this study is 0,696 including a strong correlation in the relationship because it is the range 0,60-0,799.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO 2, tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Progam Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi,. S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Progam Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.

5. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penelitian dengan penuh kebijaksanaan.

6. Drs. Sukawit,M.A. selaku kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Titik Qadarsih S.Pd. selaku wali kelas IIA yang telah membantu penelitian sehingga dapat terlaksana dengan baik.

(13)

xi

9. Segenap dosen PGSD S-1, terima kaih atas bantuannya selama ini.

10. Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan penelitian hingga skripsi ini selesai.

11. Kedua orangtua, Bapak Agustinus Slamet dam Ibu Yustina Trimulyaningsih yang telah mendukung dan selalu memotivasi dalam melakukan proses pengerjaan skripsi hingga selesai.

12. Kedua kakakku, Agnes Riantika Dewayanti dan Krisma Argiyanta yang telah mendukung dan memberikan motivasi.

13. Teman terdekatku Andreas Nugroho Trilaksono yang selalu sabar dalam membantu menyelesaikan skripsi, serta selalu mendukung dan memberikan saran setiap saya menyelesaikan skripsi ini.

14. Kedua sahabatku Yohana Dhanis Wari dan Aufrida Edith Herinda yang setiap saat bekerja sama menyelesaikan tugas skripsi ini dan saling berbagi pendapat dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.

15. Teman-teman satu kelompok payung yang saling memberikan dukungan dan semangat.

16. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan saran ( Lina, Mira, Nike, Desy, Yusi, Vika, Tyas, Dania, Gilar )

(14)

xii

Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini belum sempurna karena masih banyak kekurangan, Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2017

Peneliti,

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(16)
(17)

xv

3.8.2 Uji hipotesis ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian ... 70

4.1.1 Uji Asumsi ... 70

4.1.2 Hasil Uji Statistik ... 74

4.2 Pembahasan ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Keterbatasan ... 77

5.3 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(18)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner persepsi dan sikap ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi pernyataan kuesioner ... 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi pernyataan kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 48

Tabel 3.5 Sebaran item uji coba kuesioner persepsi dan sikap tentang model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 51

Tabel 3.6 Sebaran item uji coba kuesioner sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn ... 52

Tabel 3.7 Rubik Penilaian ... 54

Tabel 3.8 Hasil uji validitas persepsi siswa ... 57

Tabel 3.9 Item valid setiap indikator persepsi siswa ... 58

Tabel 3.10 Hasil uji validitas sikap siswa ... 59

Tabel 3.11 Item valid setiap indikator sikap ... 60

Tabel 3.12 Kriteria koefisien reliabilitas ... 62

Tabel 3.13 Reliabilitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 63

Tabel 3.14 Reliabilitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 64

Tabel 3.15 Interpretasi koefisien korelasi untuk menguji hipotesis ... 69

Tabel 4.1 Hasil uji normalitas persepsi siswa dan sikap siswa ... 71

Tabel 4.2 Hasil uji Homogenitas Persepsi siswa dan sikap siswa ... 72

Tabel 4.3 Hasil uji linearitas ... 72

Tabel 4.4 Hasil uji correlation pearson product moment ... 74

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan hasil penelitian yang relevan ... 35

Gambar 3.1 Bagan variabel penelitian ... 42

Gambar 3.2 Rumus rata-rata expert judgement ... 55

Gambar 3.3 Rentang skor ... 54

(20)

xviii DAFTAR GRAFIK

(21)

xix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 84

Lampiran 2 Rubrik penilaian ... 98

Lampiran 3 Expert Judgement ... 99

Lampiran 4 Hasil uji validitas persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 101

Lampiran 5 Hasil uji reliabilitas instrumen persepsi siswa ... 102

Lampiran 6 Hasil uji validitas sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 103

Lampiran 7 Hasil uji reliabilitas instrumen sikap siswa ... 104

Lampiran 8 Silabus kelompok siswa ... 105

Lampiran 9 RPP kelompok siswa ... 111

Lampiran 10 Nilai kuesioner persepsi siswa terhadap model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 147

Lampiran 11 Nilai kuesioner sikap siswa pada mata pelajaran PKn ... 149

Lampiran 12 Uji normalitas ... 151

Lampiran 13 Uji homogenitas ... 152

Lampiran 14 Uji linearitas ... 153

Lampiran 15 Uji corelation product moment ... 156

Lampiran 16 Surat izin penelitian ... 157

Lampiran 17 Surat balasan izin penelitian ... 158

Lampiran 18 Foto-foto kegiatan ... 159

(22)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan peran yang penting di era globalisasi seperti sekarang ini. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal. Menurut (Eko Haryono 2013: 14) Program pendidikan sembilan tahun untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, dan diharapkan dengan usaha pemerintah terseut dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Pendidikan kewarganegaraan termasuk salah satu mata pelajaran yang penting, karena Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di seluruh tingkat pendidikan, dimulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan Tinggi. Menurut Djahiri (1991:12) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai dan moral yang diharapkan mampu menampilkan perangkat tatanan nilai, moral dan norma pancasila dan selalu menunjukkan ketertarikan isi pesan sila-sila pancasila. Sebagai pendidikan nilai, Pendidikan Kewarganegaraan akan membantu peserta didik dalam mengembangkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang termuat dalam hal yang menjadi objek pembahasannya.

(23)

2

pembelajaran PKn di kehidupan nyata. Pendidkan Kewarganegaraan dapat diartikan pula sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendekatan konvensional yang selama ini dipakai untuk mengajar PKn kurang memberikan dampak memuaskan untuk keberhasilan penanaman nilai dan moral. Persepsi merupakan suatu aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, dan dari observasi yang peneliti lakukan di kelas persepsi siswa pada pelajaran PKn adalah suatu pelajaran yang membosankan dan tidak menarik karena banyak teori-teori yang diberikan. Dan sikap siswa akan nilai cinta lingkungan kurang tertanam dalam diri siswa terlihat ketika siswa tidak mengindahkan keadaan kelas yang kotor dan sering membuang sampah sembarangan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik agar pemahaman siswa mengenai arti cinta lingkungan semakin jauh lebih baik. Pembelajaran PKn yang baik untuk merubah siswa lebih menghargai lingkungan adalah dengan menerapkan nilai-niali yang ada kaitannya dengan persoalan akan nilai cinta lingkungan

(24)

3

pula ketika peneliti melihat keadaan kelas yang kotor. Serta di SD Negeri Tegalrejo 2 kurang menggunakan model dalam kegiatan pembelajaran, sewaktu peneliti mengajar guru di SD Negeri Tegalrejo 2 kurang mengetahui apa itu model Paradigama Pedagogi Refletif (PPR), karena pada saat itu guru bertanya kepada peneliti mengenai model PPR. Ketika peneliti mengajar menggunakan model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) itu pun tidak membuat siswa terlalu bersemangat dalam mengikuti pemebelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti hasil yang diperoleh melihat indikator persepsi (menyerap, mengerti) terlihat permasalahan persepsi siswa, dan dari 28 siswa terdapat 21 siswa yang mempunyai persepsi mengenai pembelajaran dengan kategori rendah yaitu sebesar 75% hal itu nampak pada saat peneliti melakukan obeservasi dan terlihat bahwa siswa susah mengerti isi materi pembelajaran dengan baik begitupun pemahaman siswa terhadap pembelajaran kurang baik terlihat pada saat peneliti bertanya, siswa tidak menjawab dengan benar. Permasalahan tersebut juga menyebabkan terjadinya permasalahan pada sikap siswa yang rendah yaitu 97% (27 siswa) hal ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi dan hal ini nampak pada saat pembelajaran siswa tidak memperhatikan pembelajaran dengan baik, siswa tidak suka terhadap pembelajaran dan saat diminta mengerjakan siswa tidak mengerjakan dengan maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun memakai pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif tetap saja persepsi dan sikap siswa pada pembelajaran PKn masih terbilang rendah.

(25)

4

Reflektif (PPR) dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn. Peneliti akan sangat menekankan langkah-langkah yang ada dalam model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Adapun kelebihan dari Paradigma Pedagogi Reflektif adalah model yang bisa digunakan di semua kurikulum sehingga tidak ada kendala yang berarti jika di sekolah menggunakan kurikulum 2006. Dari hal itu peneliti inginmelihat apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa.

Menurut Subagyo (2010:18) Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pengantar pendidikan nilai dan moral di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PPR menekankan sebuah proses yang tidak berhenti pada pencapaian kompetensi dan keterampilan.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan suatu model pembelajaran yang baik karena memiliki suatu keunggulangan yang pada intinya dapat diterapkan di semua kurikulum di sekolah dasar dan juga hasilnya lebih cepat kelihatan, model pembelajaran ini dianggap mampu merubah perilaku siswa dalam pembelajaran terlebih persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn, karena saat peneliti menanyakan secara langsung kepada siswa mengenai pelajaran PKn apakah ada rasa jenuh saat menerima pelajaran dan siswa sebagian ada yang mengatakan bosan, maka dari itu model ini diterapkan untuk merubah persepsi siswa terhadap pelajaran PKn serta sikap siswa akan cinta lingkungan .

(26)

5

nilai-nilai yang sedang mereka pelajari. Kemudian guru memberikan refleksi atas pengalaman dimana refleksi tersebut dilakukan supaya siswa dapat memahami akan nilai yang sudah dipelajarinya. Pemahaman akan nilai tersebut selanjutnya menjadi rumusan bagi tindakan siswa selanjutnya dalam kegiatan aksi, barulah guru dapat mengevaluasinya. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru tidak hanya dalam ranah kognitif saja, tetapi juga melihat pribadi siswa, apakah siswa mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran atau tidak. Persepsi siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn memang perlu dibenahi, karena persepsi siswa terhadap mata pelajaran PKn yaitu PKn adalah pelajaran yang membosankan dan kurang diminati siswa sedangkan sikap siswa terhadap mata pelajaran PKn kurang tertarik terhadap materi didalamnya.

(27)

6

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian kuantitatif untuk mengetahui tentang ada tidaknya hubungan perepsi dan sikap siswa dengan judul “HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN PKN DI SD NEGERI TEGALREJO

2”.

1.2 Batasan Masalah

Permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada:

Penelitian dilakukan untuk meneliti persepsi dan sikap siswa kelas II dalam mata pelajaran PKn. Hasil penelitian ini hanya berlaku di SD Negeri Tegalrejo 2 pada materi Cinta Lingkungan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.3.1 Apakah ada hubungan persepsi siswa dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut :

(28)

7 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk membantu proses belajar mengajar yang inovatif dengan menggunakan pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), serta pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat dijadikan referensi untuk bisa mendampingi siswa menemukan nilai-nilai dan dapat mewujudkan sikap terhadap mata pelajaran PKn.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat membuktikan pengaruh Pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) terhadap persepsi dan sikap siswa dalam mata pelajaran PKn. Peneliti mendapatkan pengalaman baru dalam menggunakan pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) untuk proses pembelajaran PKn.

b. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman baru dalam menerapkan pembelajaran PKn dengan model PPR. Serta guru mendapatkan hal baru mengenai cara pembelajaran yang baik di kelas.

(29)

8

c. Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar di kelas dengan menggunakan model PPR. Siswa mendapatkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan contoh yang baik dalam proses pembelajaran kedepannya untuk meningkatkan kualitas sekolah. Sekolah yang menggunakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan menarik dan diminati oleh calon siswa.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Persepsi siswa terhadap pembelajaran berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterprestasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan persepsi didahului oleh proses penginderaan.

(30)

9

1.6.3 Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah salah satu cara pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi siswa. PPR memiliki tahap tahap awal pada pembelajaran ini adalah pengenalan pada konteks siswa. Unsur paling penting dalam model pembelajaran ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.

(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II landasan teori ini, berisi kajian pustaka serta teori-teori yang relevan dari hasil penelitian sebelumnya dan dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis berupa dugaan sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Persepsi

2.1.1.1 Pengertian Persepsi

Menurut Jalaludin (1998:51) persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu Atkinson (1999 : 75) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan stimulus dalam lingkungan. Begitu pula dengan Davidoff, (1981) mengatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus diterima oleh alat indera, yaitu yang dimaksud dengan penginderaan, dan melalui proses penginderaan tersebut stimulus itu menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterprestasikan.

(32)

11

sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain. Dan persepsi didahului oleh proses penginderaan.

2.1.1.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Walgito (2010:101) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang berperan dalam persepsi, yaitu:

1. Objek persepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun dari sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. Dalam penelitian ini objek persepsinya adalah pembelajaran PKn.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebgai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris. 3. Perhatian

(33)

12

Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi yaitu objek persepsi, alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf dan perhatian

2.1.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2010:102) mengatakan bahwa proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

(34)

13 2.1.1.4 Indikator Persepsi

Indikator persepsi ada 2 macam menurut Hamka (2002: 101-106) yaitu :

1. Menyerap, yaitu stimulus yang berada di luar individu diserap melalui indera, masuk ke dalam otak, mendapat tempat. Di situ terjadi proses analisis, diklasifikasi dan diorganisir dengan pengalaman–pengalaman individu yang telah dimiliki sebelumnya. Karena itu penyerapan itu bersifat individual berbeda satu sama lain meskipun stimulus yang diserap sama.

2. Mengerti atau memahami, yaitu indikator adanya persepsi sebagai hasil proses klasifikasi dan organisasi. Tahap ini terjadi dalam proses psikis. Hasil analisis berupa pengertian atau pemahaman. Pengertian atau pemahaman tersebut juga bersifat subjektif, berbeda -beda bagi setiap individu.

Walgito (1990: 54 -55), berpendapat bahwa persepsi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

(35)

14

2. Pengertian atau pemahaman setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka gambaran tersebut diorganisir, digolong –golongkan (diklasifikasi), dibandingkan, diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama yang telah dimiliki individu sebelumnya (disebut apersepsi).

3. Penilaian atau evaluasi setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat individual.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator persepsi yang dikemukakan oleh Hamka (2002) yaitu menyerap, mengerti. Peneliti menggunakan indikator persepsi dari Hamka karena dinilai lebih lengkap dan memadahi. Selanjutnya indikator-indikator persepsi tersebut akan digunakan untuk pengembangan instrumen persepsi siswa pada mata pelajaran PKn.

2.1.2 Sikap

2.1.2.1 Pengertian Sikap

(36)

15

Sedangkan menurut Kerlingar dalam (Azwar, 2010: 7) sikap adalah kecederungan yang tertata untuk berfikir, merasa, berperilaku terhadap sesuatu himpunan fenomena seperti objek-objek fisik, kejadian, atau perilaku.

Sedangkan Purwanto (2004: 141) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsangan atau situasi yang dihadapi.

Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan reaksi perasaan, yang mempunyai preferensi terhadap suatu objek tertentu dengan berdasarkan pada keyakinan individu. Sikap dapat diartikan sikap merupakan pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai dengan perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut sehingga timbul respon untuk berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2.1.2.2 Struktur Sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

(37)

16

Mann (1969) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sesorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

Jadi, dari berbagai pendapat mengenai sikap tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa struktur sikap meliputi tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dan komponen kognitif tersebut dipercayai oleh individu pemilik sikap, serta afektif menyangkut emosional seseorang. Konatif juga mempengaruhi sikap yang dimiliki sesorang pula. Ketiga unsur itu memiliki penilaian yang bersifat postif dan negatif yaitu favorable dan unfavorable di dalam instrumen.

2.1.2.3 Ciri-ciri Sikap

Purwanto (1998) dalam (Wawan & Dewi M, 2010 : 34) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sepanjang perkembangan dalam hubungan dengan obyeknya.

2) Sikap dapat berubah – ubah

(38)

17

atau senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi – segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecapakan – kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.1.2.4 Faktor yang mempengaruhi sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam psikologi khususnya psikologi sosial. Psikologi sosial menempatkan sikap sebagai hal yang sentral. Pendapat tersebut kiranya beralasan jika dilihat pentingnya sikap dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-hari. Sikap seseorang akan mempengaruhi tingkah laku orang tersebut dalam menanggapi sesuatu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan perubahan sikap. Azwar (1995:3) mengemukakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Hal tersebut melibatkan keadaan emosional agar penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih membekas.

2) Kebudayaan

(39)

18 3) Orang lain yang dianggap penting

Orang lain yang ada di samping kita adalah salah satu komponen sosial yang mempengaruhi sikap kita. Seseorang akan meniru dan bersikap sama seperti orang lain. Jika orang tersebut dianggap memang pantas untuk dijadikan panutan.

4) Pengaruh faktor emosi

Suatu pembentukan sikap seseorang tidaklah ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang namun suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari suatu emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Suatu sikap yang didasari emosional adalah prasangka yaitu sikap yang tidak toleran terhadap sekelompok orang.

5) Media Massa

Pengaruh media masa tidaklah terlalu besar dalam interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media masa tidak kecil artinya.

6) Lembaga Pendidikan dan Agama

(40)

19 2.1.2.5 Indikator Sikap

Menurut Walgito (dalam Puspasari, 2010:16) sikap mengandung tiga indikator yang membentuk struktur sikap, yaitu: kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component).

1. Indikator kognitif merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsikan terhadap objek.

2. Indikator afektif merupakan komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang atau tidak senang terhadap objek sikap.

3. Indikator konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

(41)

20 2.1.3 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.3.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut Subagyo (2010:22) Pedagogi merupakan salah satu cara guru untuk mendampingi siswa dalam tumbuh kembangnya. Sedangkan reflektif menurut TIM PPR SD Kanisius (2010:7) adalah meninjau kembali pengalaman, topik tertentu, gagasan, ataupun reaksi secara rasional dengan tujuan mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Model Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), diharapkan dapat membantu siswa, bukan hanya menjadi lebih cerdas dalam bidang pengetahuannya, tetapi berkembang menjadi pribadi yang peka pada sikap kebaikan, dan peka pada kebutuhan orang lain (Suparno, 2015). Menurut Subgya (2008), menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi dan aksi.

(42)

21 1. Pengalaman

Bagi Ignatius pengalaman berarti “mengenyam sesuatu hal dalam batin”

(Paradigma Pedagogi Reflektif, 2010). Pengalaman yang didapat siswa (fakta, pengertian, asas) akan dianalisis dan dinilai ide idenya untuk lebih memahami dan menghargai maknanya. Tahap pengalaman merupakan tahap yang sangat penting dalam menentukan tingkat pencapaian kompetensi yang dicapai baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, tahap ini juga menjadi bahan atau dasar bagi tahap refleksi dan aksi yang merupakan kelanjutan dari tahap pengalaman.

2. Refleksi

(43)

22 3. Tindakan

Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Jika siswa tersebut mengalami keberhasilan atau kegagalan, maka ia akan kembali kepada Tuhan untuk bersyukur atau memohon kepada-Nya agar semuanya menjadi lebih baik lagi. 4. Evaluasi

Tahap terakhir dari pembelajaran yang berbasis pedagogi reflektif adalah evaluasi. Tahap ini dilakukan untuk memantau kemajuan akademik dan menilai kemajuan pembentukan pribadi siswa secara menyeluruh. Tes, ulangan, atau ujian merupakan alat evaluasi untuk menilai atau mengukur seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki cara belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk memperbaiki cara dan metode pembelajaran yang digunakan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah salah satu cara pola pikir dalam menumbuhkan dan mengembangkan pribadi siswa. PPR memiliki tahap tahap awal pada pembelajaran ini adalah pengenalan pada konteks siswa. Dan unsur paling penting dalam model pembelajaran ini adalah pengalaman, refleksi dan aksi.

2.1.3.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

(44)

23

1. Membentuk pria dan wanita untuk orang lain yang berarti kita bertujuan membentuk pemimpin-pemimpin pelayanan yang meneladan Yesus Kristus. Pria dan wanita yang kompeten (competence), dalam bidangnya, memiliki hati nurani yang benar (conscience), dan memiliki kepedulian yang tumbuh dari kasih kepada sesama (compassion).

2. Membentuk pribadi secara penuh dan lebih mendalam, yaitu suatu proses pembentukan yang menuntut keunggulan yang meliputi bidang intelektual, akademik, dan lainnya.

2.1.3.3 Ciri – ciri Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Subagya, (2010) menyatakan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif mempunyai ciri-ciri khas sesuai dengan pendidikan yaitu :

a. Paradigma Pedagogi Reflektif dapat diterapkan kepada semua kurikulum. Paradigma ini tidak menuntut tambahan apapun selain pendekatan baru pada cara kita mengajarkan mata pelajaran yang ada.

b. Paradigma Pedagogi Reflektif fundamental untuk proses belajar mengajar. Ranah akademik dan non-akademik bukan penghalang diterapkannya model Paradigma Pedagogi Reflektif ini seperti : Ekstrakurikuler, Olah raga, Retret, dan sebagainya. Dalam bidang studi Sejarah, Matematika, Bahasa, Sastra, Fisika dan Kesenian paradigma ini dapat dijadikan sebagai panduan dalam mempersiapkan pengajaran, memilih bahan dan kegiatan – kegiatan lainnya.

(45)

24

susunan kegiatan yang diajarkan dan memotivasi siswa untuk menghubungkan apa yang mereka pelajari dalam pengalaman mereka.

d. Paradigma Pedagogi Reflektif mempribadikan proses belajar dan mendorong siswa merefleksikan makna dan arti dari apa yang dipelajari. Pengalaman sisw akan membantu mereka lebih berpikir kritis dalam proses belajar mengajar serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

e. Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan dimensi sosial belajar maupun mengajar. Pengalaman yang paling mendalam timbul dari hubungan manusiawi dengan sesama dan pengalaman bersama orang lain. Refleksi harus selalu mengantar siswa untuk semakin menghargai orang lain.

2.1.3.4 Tata Cara Pelaksanaan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Menurut (Subagya, 2010) Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) harus memperhatikan proses belajar maupun proses pedagoginya. Selain itu mereka juga harus menunjukkan cara-cara untuk mendukung keterbukaan pada pertumbuhan, juga setelah siswa menyelesaikan suatu siklus pembelajaran tertentu. Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembelajaran menggunakan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) :

a. Konteks

Pertama, siswa diajak untuk mengerti mengenai nilai-nilai yang akan dikembangkan, sehingga dengan demikian anggota komunitas, guru, dan juga siswa menyadari bahwa yang menjadi landasan pengembangan bukan hanya aturan melainkan juga nilai-nilai kemanusiaan.

(46)

25

Ketiga, dalam tahap ini siswa diajak untuk menjalin sebuah hubungan yang akrab, saling percaya, agar siswa bisa membangun komunikasi yang terbuka antara guru dengan siswa.

b. Pengalaman

Dalam tahap ini siswa diajarkan untuk menumbuhkan persaudaraan. solidaritas dan saling memuji adalah pengalaman bekerjasama dalam kelompok

kecil yang “direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif,

ramah dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab. c. Refleksi

Dalam tahap ini siswa difasilitasi menggunakan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang divergen agar siswa secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini temuannya. Siswa juga dapat diajak untuk diam dan hening sejenak untuk meresapi apa saja yang sudah dipelajari hari itu.

d. Aksi

Dalam tahap ini guu menfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa tersebut terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan niat yang sudah dibangun dan berperilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk pribadi yang menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksikannya.

e. Evaluasi

(47)

26

dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi komponen di bidang studi yang dipelajarinya.

2.1.3.5 Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

Kelebihan Paradigma Pedagogi Reflektif menurut Subagya (2008) adalah sebagai berikut :

1. Murah meriah

Dalam pembelajaran tidak memerlukan atau penawaran khusus, kecuali yang dilakukan oleh bidang studi yang bersangkutan. Misalnya untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, saling menghargai, yang diperlukan adalah pengalaman yang dapat tercapai melalui belajar dengan kerja sama kelompok yang kemudian direfleksikan dan ditindaklanjuti dengan aksi, evaluasi dalam belajar dengan kerja sama kelompok.

2. Segala Kurikulum

PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum. Paradigma Pedagogi Reflektif ini tidak menuntut tambahan bidang studi baru, jam pelajaran tambahan, maupun peralatan khusus. Hal pokok yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara guru dalam mengajarkan mata pelajaran yang ada.

3. Cepat Kelihatan Hasilnya

(48)

27

menghargai satu sama lain. Dengan begitu pengelompokan kelas menjadi mudah, kenakalan berkurang. Secara garis besar dapat disimpulkan yaitu :

1) Dari segi integrasi

a. Pembelajaran berpola PPR murah b. Tidak terhambat adanya kurikulum baru 2) Dari segi pengalaman

a. Tidak memerlukan banyak aturan b. Penelitian yang otentik

3) Dari segi pendidikan kontekstual : a. Ciri khas sekolah dapat diwujudkan

2.1.4 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

(49)

28

yang sesuai dengan nilai maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai. Pkn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa, selain itu PKn juga diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga tertarik untuk mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam mata pelajaran PKn. Peserta didik harus mengetahui cara- cara dalam menghadapi masalah yang ada di lingkungan sekitar. PKn termasuk salah satu mata pelajaran yang sangat penting, karena PKn diajarkan di semua jenjang pendidkkan.

Menurut Dikti (Subagya,2008:4) subtansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup : (1) pengantar, (2) hak asasi manusia, (3) hak dan kewajiban waraga negara, (4) bela negara, (5) dekomkasi, (6) wawasan nusantara, (7) ketahanan nasional, (8) politik strategi nasional. Menurut Ariyani dan Susantim (2010:18) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukkan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, dan berkarakter.

(50)

29

siswa. Sumiati (2008), mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai yaitu dengan menanamkan konsep dan nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga negara yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu pendidikan yang memfokuskan pada pendidikan nilai dan moral serta pembentukkan jati diri dan cinta tanah air untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Serta pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan mampu untuk mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dalam diri siswa.

2.1.4.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi beberapa aspek. Berdasarkan Depdiknas (2007) aspek-aspek tersebut meliputi sebagai berikut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta Lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan.

(51)

30

c. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi – konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintahan pusat, Demokrasi dan system politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pemgamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi : Globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi glibalisasi.

(52)

31

pancasila dan yang terakhir globalisasi. Dari kedelapan aspek tersebut terdapat satu aspek yang memenuhi materi dalam penelitian yaitu cinta lingkungan.

2.1.5.Materi PKn Cinta Lingkungan

2.1.5.1 Cinta Lingkungan

a. Arti Mencintai Lingkungan

Lingkungan terdiri dari tanah, air, dan udara.ada bermacam tumbuhan dan hewan. Ada makhluk hidup dan benda mati. Semuanya memiliki manfaat bagi kehidupan manusia. Karena itu, kita wajib menjaga dan melestarikan alam sekitar supaya alam tidak cepat rusak dan akhirnya habis atau punah. Jika alam sekitar kita rusak, kita tidak lagi bisa menikmati manfaatnya dan pada akhirnya kita yang rugi.

b. Memelihara Lingkungan Alam

(53)

32

1. Memelihara lingkungan tumbuh-tumbuhan 2. Memelihara binatang

3. Memelihara sungai, gunung, laut, danau, dan saluran air. c. Menjaga Kelestarian Alam

Alam adalah ciptaan Allah yang maha kuasa. Alam yang terhampar ini merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya. Alam diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Manusia harus dapat menjaga kelestariannya.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Berikut ini literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan :

a. Chairunnisa (2011) melakukan penelitian tentang Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap metode pembelajaran guru dan hasil belajar bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Product Moment. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI SMK Al-Hidayah ciputat yang berjumlah 308 siswa dan , Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel persepsi.

(54)

33

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran kontekstual dengan minat belajar matematika pada siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP N 18 Semarang. Desain penelitiannya adalah analisis deskriptif korelatif menggunakan rumus Product Moment diperoleh hasil sebesar 0,25 yang berada pada 0,20-0,40 dan taraf signifikan 5% sebesar 0,374 . selain itu pula dapat diketahui bahwa kontribusi metode pembelajaran guru terhadap hasil belajar siswa di SMK Al-Hidayah Ciputat hanya 6,3% sedangkan 93,7% dipengaruhi oleh faktor lan. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur variabel tentang Persepsi Siswa

(55)

34

cukup 64,51% (rendah) dengan rata-rata nilai sikap adalah 83,52 dengan presentase jumlah siswa kedisiplinan minimal cukup 93,55% (sangat tinggi). Persamaan dengan penelitian ini adalah sama menggunakan variabel mengenai sikap.

(56)

35 2.2.1 Literatur Map

Gambar 2.1. Bagan Hasil Penelitian Yang Relevan

Menunjukkan skema tentang tiga penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki relevansi dengan penelitian peneliti. Ketiga peneliti tersebut sama-sama meneliti tentang persepsi siswa dan sikap siswa. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menambahkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), Penelitian ini berjudul “Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri

Penelitian yang akan diteliti :

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2.

Chairunnisa (2011) Persepsi Siswa Terhadap Metode Pembelajaran Guru dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SMK Al-Hidayah Ciputat

(57)

36 2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn di SD Negeri Tegalrejo 2 yang pada dasarnya banyak guru yang hanya memberikan metode ceramah kepada siswa. Mengakibatkan persepsi siswa pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif menjadi asing dan kurang dimengerti bagi siswa begitupun sikap siswa terhadap Pkn kurang diminati terlebih mengenai materi yang terkandung dalam PKn yaitu cinta lingkungan menjadi kurang baik. Rendahnya sikap siswa terhadap cinta lingkungan dilihat dari kurang tertariknya siswa menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah dan sikap yang ditunjukan. Hal ini membuat pelajaran PKn hanya untuk kognitif belum adanya refleksi dan aksi dalam pembelajaran dan siswa kurang menerapkan cinta lingkungan dan ditunjukkan pula dengan sikap siswa.

(58)

37

cara pandang seseorang. Setiap siswa mempunyai cara pandang yang berbeda-beda mengenai memahami suatu objek yang diketahui.

(59)

38

penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran yang digunakan.

Kelebihan dari pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) yaitu murah meriah yang dimaksud adalah saat implementasi PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang diajarkan, dapat digunakan di segala kurikulum artinya PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum termasuk KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Cepat terlihat hasilnya adalah saat sekolah menerapkan PPR dalam jangka waktu satu tahun guru dan siswa sudah terlihat akrab satu sama lain, saling membantu dalam belajar, dan mau menghargai satu dengan yang lain. Sehingga memudahkan guru dalam pengelolaan kelas.

Berdasarkan hal-hal tersebut diharapkan penggunaan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dapat mengetahui hubungan antara persepsi dan sikap siswa pada mata pelajaran PKn bertema nilai cinta lingkungan kepada siswa kelas II SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir maka peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu:

(60)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III ini membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam metode penelitian membahas mengenai jenis penelitian yang digunakan, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode Survei. Menurut Winarno (2013:153) Survei adalah suatu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam (atau jangka waktu) yang bersamaan. Survei bertujuan untuk memantapkan atau mempertajam suatu rencana, survei semacam ini dapat berstatus sebagai studi pendahuluan dalam rangkaian langkah-langkah penelitian.

3.2 Setting Penelitian

Dalam setting penelitian ini berisikan tempat, objek penelitian, subjek penelitian dan waktu penelitian yang penjelasannya sebagai berikut :

3.2.1 Tempat Penelitian

(61)

40 3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri Tegalrejo 2 dengan jumlah 28 siswa. Terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan, rentang usia kelas II SD Tegalrejo 2 adalah 8-9 tahun.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi dan sikap siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan model PPR pada mata pelajaran PKn kelas II semester 1 tentang Cinta Lingkungan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan dari tanggal 28 September sampai 14 Oktober 2016. Secara rinci waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Jenis Kegiatan Waktu pelaksanaan

Agt Sept Okt Nov Des Jan

1 Observasi Awal, Bab 1 dan Kuesioner

2 Bab 2 dan Bab 3 3 Ambil Data dan

Analisis Data 4 Bab IV 5 Bab V

6 Revisi dan Daftar Ujian

(62)

41 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 119) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 laki-laki dan 13 perempuan. Penelitian dilakukan pada kelas II karena Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian merupakan Kompetensi Dasar kelas II.

3.3.2 Sampel

Sugiyono (2010: 118) berpendapat bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel untuk penelitian ini adalah siswa kelas IIA SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta.

3.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 63) Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh suatu informasi tentang hal tersebut, kemudian akan ditarik kesimpulan. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu:

3.4.1 Variabel Independent (bebas)

(63)

42 3.4.2 Variabel Dependent (terikat)

Menurut Sugiyono (2010:61) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap.

3.4.3 Variabel Moderator ( variabel yang mempengaruhi perlakuan)

Variabel Moderator menurut Sugiyono (2012: 62) adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Berikut gambar hubungan dari variabel independent, variabel dependent, variabel moderator

Gambar 3.1 Bagan Variabel Penelitian

Variabel independent Variabel dependent

Variabel Moderator

Persepsi Siswa terhadap

pembelajaran berbasis

Paradigma Pedagogi

Reflektif

Sikap Siswa terhadap

mata pelajaran PkN

Sikap Siswa pada mata

pelajaran PKn

Model Pembelajaran

Paradigma Pedagogi Reflektif

(64)

43 3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Menurut Sugiyono (2010:148) instrumen penelitian adalah merupakan alat ukur dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner persepsi dan sikap siswa. Sedangkan Sugiyono (2010:199) mengatakan bahwa kuesioner merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Begitu pula dengan Sukardi (2003:76) menyatakan bahwa kuesioner atau yang disebut angket terdapat bermacam-macam pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.

Kuesioner ini terdiri atas enam indikator yang kemudian dijabarkan ke beberapa pernyataan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Indikator Persepsi menurut Hamka (2002) dan Sikap menurut Walgito (2010)

Berikut ini yang digunakan oleh peneliti sebagai pedoman kuesioner: No Kisi-kisi Indikator Pembagian Indikator

1.

Persepsi

Menyerap

Mengerti

Persepsi tentang materi, media, dan sarana prasarana dalam pembelajaran PKn

2. Menyerap

Mengerti

Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

3. Menyerap

Mengerti

(65)

44

No Kisi-kisi Indikator Pembagian Indikator 1. Sikap Kognitif

Afektif Konatif

Sikap sebelum mengikuti pelajaran

2. Kognitif

Afektif Konatif

Sikap saat mengikuti pelajaran

3. Kognitif

Afektif Konatif

Sikap setelah mengikuti pelajaran

Dari keenam indikator diatas, kemudian dirinci ke dalam beberapa pernyataan atau deskriptor yang disusun peneliti bersama dengan peneliti lain yang melakukan penelitian payung yang dibimbing oleh dosen pembimbing.

Deskriptor diambil dari buku Muhammad Fathurrohman “Model-model

Pembelajaran Inovatif”. Indikator dalam kuesioner ini dijabarkan de dalam 72

deskriptor. Deskriptor-deskriptor ini terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Sugiyono (2010:134) mengemukakan bahwa kuesioner ini disusun berdasarkan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan suatu tingkatan. Terdapat empat jawaban yaitu “Sangat Sesuai

(SS)”, “Sesuai (S)”, Tidak Mempunyai Pendapat, “Tidak Sesuai (TS)”, “Sangat

Tidak Sesuai (STS)”. Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan

(66)

45

1) Pernyataan favorable, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat Sesuai (SS) : skor 5

b) Sesuai (S) : skor 4 c) Tidak memiliki pendapat : skor 3 d) Tidak Sesuai (TS) : skor 2 e) Sangat Tidak Sesuai : skor 1

2) Pernyataan unfavorable, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat Sesuai (SS) : skor 1

b) Sesuai (S) : skor 2 c) Tidak memiliki pendapat : skor 3 d) Tidak Sesuai (TS) : skor 4 e) Sangat Tidak Sesuai : skor 5

Kemudian skala Likert ini diubah. Peneliti membuat empat skor dalam tiap-tiap alternatif jawaban. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari jawaban dari responden memilih jawaban yang tidak mempunyai pendapat .Kuesioner berstruktur adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut (Furchan, 2007). Cara mengisi kuesioner ini yaitu responden hanya perlu

memberikan tanda centang ( √ ) pada kolom sesuai dengan pilihannya.

Berikut ini skor untuk pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Pernyataan favorable, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat Sesuai (SS) : skor 5

(67)

46

c) Tidak Sesuai (TS) : skor 2 d) Sangat Tidak Sesuai (STS) : skor 1

1) Pernyataan unfavorable, dengan pilihan jawaban dan skor: a) Sangat Sesuai (SS) : skor 1

b) Sesuai (S) : skor 2 c) Tidak Sesuai (TS) : skor 4 d) Sangat Tidak Sesuai (STS) : skor 5

Berikut ini kisi-kisi dari kuesioner yang akan disebarkan kepada responden:

Tabel 3.3. Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner

1. Persepsi tentang materi, media, dan sarana prasarana dalam pembelajaran

PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1 Menyerap Saya menerima penjelasan

tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya mengabaikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

2 Setelah mengamati media yang digunakan saya bertanya jika ada informasi yang belum jelas

Saya tidak mengamati media yang digunakan dalam mata pelajaran PKn

3 Materi dalam mata pelajaran PKn mudah dipahami

Materi dalam mata pelajaran PKn sukar dipahami

4

Mengerti

Media pembelajaran dapat membuat tugas saya cepat pembelajaran yang telah disediakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan

(68)

47

2. Persepsi tentang langkah-langkah pelajaran dalam pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Menyerap

Saya mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn

Saya lupa dengan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn 3 Saya menyampaikan hasil

pembelajaran yang didapatkan di depan kelas

Saya menolak untuk

Saya merasa kesulitan menemukan manfaat pembelajaran PKN

5 Saya memiliki rasa

tanggung jawab dalam melakukan tugas kelompok

Saya menolak untuk melakukan tugas kelompok

6 Saya bisa menemukan inti pembelajaran sendiri

Saya merasa sukar menemukan inti pembelajaran

3. Persepsi tentang interaksi dalam pembelajaran PKn

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

2 Saya menyadari pentingnya bekerja sama dalam mencari pengetahuan

(69)

48 teman yang kesulitan dalam belajar

Saya menjauhi teman yang kesulitan dalam belajar

4 Saya dapat bekerja

kelompok bersama teman

Saya mengalami kesulitan dalam bekerja kelompok bersama teman

6 Saya ikut terlibat dalam diskusi saat pembelajaran

Saya hanya mengikuti pendapat teman dalam

diskusi saat

pembelajaran 7 Saya dapat bekerjasama

dengan kelompok untuk memecahkan permasalahan dalam belajar

Saya malas bekerjasama dengan kelompok untuk memecahkan

permasalahan dalam belajar

8 Saya senang dapat

berinteraksi dengan teman sekelompok

Saya sungkan

berinteraksi dengan teman sekelompok

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pernyataan Kuesioner Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran PKn

4. Sikap sebelum mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel 1

Kognitif

Saya perlu perisapan dalam mengikuti pelajaran PKn

Saya tidak menyiapkan buku PKn

Saya tertarik mengikuti pelajaran PKn

Saya malas mengikuti pelajaran PKn

4 Saya rajin masuk sekolah saat akan belajar PKn

(70)

49 terhadap mata pelajaran PKn perhatian terhadap mata pelajaran PKn

Saya malas

memperhatikan mata pelajaran PKn

5. Sikap saat mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Kognitif

Afektif

Saya mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Saya tidak mendapatkan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari dalam mata pelajaran PKn.

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi

Mata pelajaran PKn tidak berpengaruh bagi kehidupan saya.

4 Bagi saya pembelajaran PKn itu menyenangkan.

Bagi saya pembelajaran PKn itu sulit.

5

Saya bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.

Saya kesulitan dalam mengikuti pembelajaran PKn.

6

Konatif Saya mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat belajar mata pelajaran PKn.

(71)

50 6. Sikap setelah mengikuti pelajaran

No Indikator Pernyataan Favorabel Pernyataan Unfavorabel

1 Kognitif

Afektif

Saya dapat menggunakan pengetahuan yang didapatkan dalam kegiatan sehari-hari.

Saya dapat

menggunakan

pengetahuan yang didapatkan terbatas di lingkungan rumah.

2

Saya memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu pengetahuan.

Saya kesulitan memberikan contoh sikap tindakan setelah mempelajari ilmu

Saya tidak mengetahui sikap yang ingin dikembangkan setelah mengikuti pembelajaran

4

Konatif

Saya berperilaku baik setelah mempelajari

Gambar

Gambar 2.1 Bagan hasil penelitian yang relevan ...........................................
Grafik 4.1 Grafik Scatterplot ..........................................................................
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
gambar hubungan dari variabel independent, variabel dependent, variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter religius siswa melalui shalat dhuha ialah memberikan sosialisasi terus-menerus tentang shalat dhuha agar siswa memiliki

menampilkan menu area vendor Pengguna memilih menu registrasi karyawan Menampilkan form menu karyawan Sistem berhasil menampilkan form menu karyawan Pengguna menyimpan

Sedangkan hasil pengujian bata merah pejal asal Potorono Kabupaten Bantul kuat tekan sebesar 2,13 Mpa, berat volume sebesar 1,83, serapan air sebesar 17,24 %, kuat lekat dengan

- Pendidikan asas perlu disediakan kepada semua kanak- kanak dan orang dewasa sesuai dengan sumber yang ada. Dalam jangka masa panjang sistem pendidikan formal dan tidak formal

PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Prinsip-Prinsip Pembangunan

lr Dsadd,tlc ulcer pada s,oster keclJ.. Eootqr redrFr lrefuler ftuoresc€tr stal&amp;fag.. Eerpee Stdglrr Eluorescea

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Bidang Retribusi Bagi Hasil dan Pendapatan Lain Bidang Anggaran Bidang Akuntansi Bidang Bina ADB Bidang Kuasa BUD Seksi Inventaris dan Pembukuan Seksi Perencanaan