• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Vaksin Pada Pencegahan Infeksi Virus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Vaksin Pada Pencegahan Infeksi Virus."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERAN VAKSIN PADA PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS

Linda Nathalia, 2005. Pembimbing: Caroline Tan Sardjono, S.Ked, PhD

Infeksi virus dapat terjadi setelah virus berhasil merusak barier pertahanan tubuh dan menginvasi sistem imun inang. Respon imun inang terhadap virus terbagi menjadi 2 kategori utama: tidak spesifik (terutama interferon) dan spesifik (termasuk respon imun humoral dan cell-mediated immunity). Gambaran klinik infeksi virus tergantung pada interaksi antara virus-inang dan respon imun inang terhadap infeksinya. Berat ringannya penyakit yang timbul dapat ditentukan oleh beberapa parameter yang dimiliki virus dan inang, termasuk strain virusnya, jumlah virus yang masuk dan keadaan umum individu yang terinfeksi.

Terapi untuk infeksi virus termasuk penggunaan obat-obat anti virus yang terbukti kurang efektif karena virus menggunakan sistem metabolik inangnya dan karenanya obat antivirus akan bersifat anti-sel.

Pencegahan terhadap infeksi virus dapat dicapai dengan imunisasi menggunakan vaksin. Dibandingkan penggunaan obat-obat anti virus, vaksinasi adalah cara yang paling efektif dan ekonomis untuk mencegah infeksi virus yang serius. Terbukti bahwa beberapa vaksin berhasil memberikan imunitas protektif terhadap beberapa patogen dan sangat efektif dalam mengurangi insidensi infeksi virus yang terjadi setiap tahun. Vaksin adalah molekul-molekul, biasanya berbentuk protein, yang dapat menstimulasi respon imun. Pemahaman yang baik mengenai respon imun terhadap infeksi virus akan memfasilitasi penggunaan vaksin dengan lebih baik.

(2)

ABSTRACT

ROLES OF VACCINES IN PREVENTlNG VIRAL INFECTIONS

Linda Nathalia, 2005. Tutor: Caroline Tan Sardjono, S.Ked, PhD

Viral infections may occur after the breakage of the natural protective barriers of the body and invasion of the host immune system. The host's immune respons against viruses fall into two major categories: nonspesifik (which the most important are interferons) and specific (including both humoral and cell-mediated immunity). The outcome of a viral infection is determined by the nature of the virus-host interaction and the host's response to the infection. The severity of disease may be determined by many viral and host parameters, including the strain of virus, the inoculum size and the general health of the infected individual.

Treatments for viral infections include the usage of antiviral drugs which have proved of little use therapeutically since the virus uses host-cell metabolic reactions and thus, the most part, anti-cell agents.

Prevention of viral infection can be achieved by immunizations using vaccines. Compare to the treatments using antiviral drugs, vaccination is the most cost-effective method of prevention of serious viral infections. This was shown as several vaccines have proved to provide protective immunity against several potential pathogens and remarkably effective at reducing the annual incidence of viral disease. Vaccine are molecules, usually but not necessarily proteins, that can elicit immune response. Good understanding of the immune response against viral infection will facilitate a better vaccine management.

(3)

DAFT AR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...

II

SURAT PERNY ATAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

PRAKA T A VI

DAFT AR IS! viii

DAFTAR TABEL Xl

DAFT AR GAMBAR Xll

BABIPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

'" ... ... ... ... ... ... 1

1.2 Identifikasi Masalah . . . .. . . 2

1.3 Maksud dan Tujuan

2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

...

...

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Virus 4

2.1.1 Pengenalan Virus 4

2.1.2 Klasifikasi Virus ... ... ... 5

2.1.3 Faktor Virulensi Virus 6

2.1.4 Tahap-tahap Replikasi Virus 6

2.1.4.1 Tahap penempelan (attachment), penetrasi dan uncoating 7

2.1.4.2 Tahap ekspresi gen dan replikasi genom 7

2.1.4.3 Tahap pematangan (maturasi) dan pelepasan virus baru (release).. 10

2.1.5 Patogenesa Infeksi Virus 11

2.1.5.1 Saluranpernafasan...

... ..

.. ....

..

..

.. .. .. ...

11

2.1.5.2 Saluran pencernaan 13

2.1.5.3 Saluran urogenital 14

2.1.5.4 Mata . . . ... ... ... . . . ... ... . . .. . . ... .. . . .. . ... . . ... 14

2.1.5.5 Kulit . . . ... ... ... . . . ... ... . . . ... ... . . . ... ... . . . ... ... . . . ... ... . .. 15

2.1.6 Efek Infeksi Virus terhadap Sel Inang 16

2.1.7 Infeksi Virus Persisten 18

2.1.7.1 Infeksi khronis-carrier . . . . .. . . ... . . . .

" . .. . . .. . . .. 18

2.1.7.2 Infeksi laten 19

2.1. 7.3 Infeksi virus lambat 20

2.2 Pertahanan Sel Inang terhadap Infeksi Virus

21

2.2.1 Respon Imun secara Umum 21

2.2.1.1 Respon imun adaptive dan respon imun innate 21

2.2.1.2 Sel-sel pada sistem imun 24

(4)

IX

2.2.1.2.1 Sel-sel sistem imun tidak spesifik

24

2.2.1.2.1.1 Sel-sel mononuklear (MN)

24

2.2.1.2.1.2 Sel-sel polimorfonuklear (PMN)

25

2.2.1.2.1.3 Basofil dan sel mast

26

2.2.1.2.1.4Trombosit

... ... ... .... 26

2.2.1.2.1.5 Limfosit granular besar. . .. . . .. .. .. . . .. .. . . . .. 27

2.2.1.2.2 Sel-sel sistem imun spesifik 28

2.2.1.2.2.1 Sel B limfosit 28

2.2.1.2.2.2 Sel T limfosit 28

2.2.1.3 Mediator imun yang larut 29

2.2.1.3.1 Komplemen ... ... ... ... 29

2.2.1.3.2 Sitokin 31

2.2.1.3.2.1 Interferon ... 32

2.2.1.3.2.1.1 Proses induksi IFN-a dan IFN-~. 32

2.2.1.3.2.2 Interleukin (IL) 33

2.2.1.3.2.3 Colony-stimulatingfactor (CSFs) 33

2.2.1.3.2.4 Khemokin 33

2.2.1.3.2.5 Sitokin lain 34

2.2.1.3.3 Antibodi 34

2.2.1.4 Antigen... ...

'" ... ...'" ... ... 38

2.2.1.5 Major Histocompatibility Complex (MHC) 39

2.2.1.6 Antigen Presenting Cells (APCs)

...

42

2.2.2 Respon Imun yang Terjadi pada Infeksi Virus 43

2.2.2.1 Pertahanan tidak spesifik sel inang 44

2.2.2.1.1 Interferon (IFN) 44

2.2.2.1.1.1 Aktivitas antiviral interferon... 44 2.2.2.1.1.2 Mekanisme virus untuk melawan aktivitas

Interferon 46

2.2.2.1.2 Sel-sel fagosit 46

2.2.2.1.3 Peningkatan suhu tubuh diatas normal 47 2.2.2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertahanan sel inang.. 47

2.2.2.2 Pertahanan spesifik sel inang 48

2.2.2.2.1 Imunitas aktif.. . . .. . . ... . . .. . . .. . 48

2.2.2.2.2 Imunitas pasif 50

2.3 Obat-obat dan Vaksin Anti Virus 50

2.3.1 Obat-obat anti virus 50

2.3.2 Vaksin 54

2.3.2.1 Vaksin live attenuated ... 55

2.3.2.2 Vaksin killed/inactivated... ... 58

2.3.2.3 Vaksin sub-unit 59

2.3.2.4 Vaksin rekombinan 60

2.3.3 Masalah pada pengembangan vaksin... ... ... 60

(5)

x

2.4.1 Vaksin Hepatitis B..

... 62

2.4.2 Vaksin Influenza...

...

...

64

2.4.3 Vaksin Measles...

'" ... ... ...

...

...

65

2.4.4 Vaksin Mumps

... ... ...

...

... ...

... ...

66

2.4.5 Vaksin Polio

'" ...

67

2.4.6 Vaksin Rabies

...

68

2.4.7 Vaksin Rubella.

...

... ... ... ...

70

2.4.8 Vaksin Yellow Fever

... ... 71

2.4.9 Vaksin Hepatitis A

72

2.4.10 Vaksin Varicella

... 73

BAB III PEMBAHASAN 74

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82

DAFT AR PUSTAKA 84

LAMPlRAN 88

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Beberapa Virus Penyebab Infeksi Persisten pada Manusia

.

20

Tabel 2.2 Perbedaan antara Respon Imun Innate dan Adaptive. . . . .. . .. 22

Tabel2.3 Beberapa Jenis Obat Anti Virus... ... ... ... ... ... ... ... 53

Tabel2A Biakan Jaringan yang Digunakan dalam Pembuatan Vaksin

Live Attenuated 57

Tabel2.5 Vaksin untuk Infeksi Virus yang Umum Digunakan Saat Ini 62

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap Ekspresi Gen dan Replikasi Genom... 10

Gambar 2.2 Tahap-tahap Replikasi Virus II

Gambar 2.3 Patogenesa Virus pada Saluran Pemafasan 13

Gambar 2.4 Struktur Histologis Lapisan Kulit

... ...16

Gambar 2.5 Interaksi antara Respon Imun Innate dan Respon Imun Adaptive ...23

Gambar 2.6 Sel-sel Pada Sistem Imun... ... ... 27

Gambar 2.7 Fungsi Limfosit ... ... ... ...29

Gambar 2.8 Aktivasi Sistem Komplemen ...31

Gambar 2.9 Struktur Antibodi ... ... 35

Gambar 2.10 Struktur IgA dan IgM 36

Gambar 2.11 Struktur IgG, IgO dan IgE 37

Gambar 2.12 Interaksi antara MHC dan Sel T 43

Gambar 2.13 Aktifitas Interferon... ... 46

(8)

r'(: rr: t~~ ~,,:l~ :):(~4:-; Iyx ",

A,.~.a,

LAMPIRAN

Tabell. Patogenesis Bebempa Jenis Vims

Cemmen Site 01 Implantation

AI"1il"11...I:r ll~):':':1

Route of Spread

n~~;:.jr..:~tr:,~r' Ir~.:1

1-.l"Tj;~'~ ~lfr!:JJS'X I)',;"'''; }'

Site 01 Shcddif\9

Skir. I')'~p~j :1C:1:?S. tE:luSIi REs;; fa lor.,. ~(i:ct. c:x(:C1.:: If': (.;C :)(..!,..

1..~ A5

t-,'r!fVF:':; ,:10 ~.j:fl of !:S:f.'I)(:Y;

88

H(.Sp t..~'(ttY ~rt~J~~ ~ki,-,

Res,..; r;if::L-Y .c"~~G~. C';:I::hC j~..':Jj"r::"':c:.

(9)

t

~-'1

it

~~~~"

~~" ]

~1

:.5 a

~:a E a

c ...v .g C. ] c. ! a

'" ~.Q' ~3

'" ~'. ~~. g 1 } "'- ~~11 ~j ~E ~~.~ 11 E ~~'"

~OJ 0 OJ

-' ~-' ~~'" " 0 '" 0 ~0 ~~.., z 0 c ~Q :;j

j 0OJ U

:; :;; :J

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Linda Nathalia

NRP : 0110034

Tempat/tgl lahir

Alamat

Nama ayah

Nama Ibu

: Bandung, 27 Oesember 1982

: JI. Nana Rohana no. 20, Bandung

: Thong Song Kho

: Lianawati Ojapar

Riwayat pendidikan :

SOK 6 BPK Penabur, Bandung, 1989-1995

SMPK 5 BPK Penabur, Bandung, 1995-1998

SMU Santo Aloysius I, Bandung, 1998-2001

(11)

BABI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pen yak it yang disebakan oleh VIruS dewasa ini semakin bertambah. Sebagai

contoh: virus adalah penyebab utama gastroenteritis di negara-negara industri, dan

dari 36,8 juta kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat; 30,8 juta (80%) kasus

disebabkan oleh virus seperti Rotavirus, Astrovirus, adenovirus, dan Sapovirus (Lopman, Reacher, van Duijnhoven, Hanon, Brown, Koopmans, 2003). Di Amerika

Serikat dan negara berkembang lainnya, infeksi rabies dilaporkan masih terdapat

dalam populasi manusia dan menurut data dari Centers for Disease Control and

Prevention (CDC) pada tahun 2000, terdapat 93% kasus rabies yang disebabkan oleh

hewan liar (Centers for Disease Control and Prevention, 2003). Tingginya angka

morbiditas dan mortalitas infeksi virus ini salah satunya disebabkan karena kesulitan

dalam memberikan terapi. Selain itu, gejala klinik infeksi virus pada stadium awal

sangat tidak spesifik sehingga diagnosis sebelum terjadinya infeksi stadium lanjut

menjadi sulit. Alasan lainnya adalah karena ban yak infeksi virus yang bersifat lethal

dan ada beberapa yang dapat menginfeksi secara laten serta menimbulkan kerusakan

jaringan yang terus berlanjut (misalnya: virus Hepatitis B dapat menyebabkan

cirrhosis hepatis).

Pada infeksi oleh bakteri, terapi yang diberikan lebih sederhana dibandingkan

dengan terapi infeksi oleh virus, yaitu dengan pemberian antibiotika. Pada infeksi

virus, terapi yang dapat diberikan sering kali lebih kompleks. Beberapa obat anti

virus memiliki efek samping yang bersifat sitotoksik (toksik terhadap sel) dengan

(12)

2

tersedia obat anti virusnya. Oleh karenanya, penggunaan vaksin menjadi langkah

yang lebih baik untuk diterapkan sebagai strategi pencegahan infeksi virus.

Beberapa jenis vaksin yang sudah tersedia, misalnya : vaksin Polio, vaksin MMR

(Measles Mumps Rubella), vaksin Varicella, dsb. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, telah ditemukan beberapa virus baru yang dapat menimbulkan

infeksi dan belum tersedia atau sedang dikembangkan pengobatannya. Pemahaman

lebih lanjut mengenai cara kerja vaksin menjadi sangat penting dalam upaya

meningkatkan effisiensi vaksin yang sudah tersedia serta usaha pengembangan vaksin

yang baru.

1.2 Identifikasi Masalah

·

Bagaimana terjadinya infeksi virus dan bagaimana respon imun inang terhadap infeksi virus?

·

Vaksin apa saja yang telah tersedia untuk penanggulangan infeksi ViruS ?

Bagaimana peranannya dalam mencegah infeksi virus yang sesungguhnya ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud: mengetahui peran vaksin dalam pencegahan infeksi virus.

Tujuan:

1. Ingin mendalami patogenesa infeksi virus dan interaksi an tara virus dengan

sistem kekebalan tubuh inang

2. Mendapatkan manfaat yang optimal dari pemberian vaksin (khususnya

terhadap infeksi virus tertentu)

(13)

1.4 Manfaat Karya Tulis IImiah

(14)

BABIV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Meningkatnya angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)

akibat infeksi virus banyak disebabkan karena terlambatnya diagnosis, meluasnya

penularan diantara individu dan belum tersedianya obat antivirus yang efektif dalam

pengobatan infeksi virus. Infeksi virus dapat terjadi setelah virus menempel pada

reseplor spesifik sel inang lalu terjadi invasi ke sel inang. Pada umumnya virus dapat

masuk ke dalam tubuh melalui: saluran pemafasan, saluran pencemaan, saluran

urogenital, mata dan kulit. Respon imun inang terhadap infeksi virus terbagi menjadi

respon imun innate dan respon imun adaptive. Salah satu usaha untuk mencegah

infeksi virus adalah dengan vaksinasi/imunisasi. Dengan vaksinasi, maka individu

akan terpapar oleh antigen virus yang terdapat dalam vaksin, sehingga timbul respon

imun dan dibentuknya antibodi terhadap virus-virus tertentu. Antibodi yang dibentuk

diharapkan dapat memberikan proteksi terhadap infeksi yang sesungguhnya atau

walaupun sakit, gejala yang timbul tidak akan berat dan membahayakan jiwa.

Beberapa jenis vaksin yang telah tersedia diantaranya: vaksin live attenuated, vaksin

killed/inactivated, vaksin sub-unit dan vaksin rekombinan. Pemahaman mengenai infeksi virus serta respon imun yang terjadi akan dapat meningkatkan efisiensi

penggunaan vaksin.

4.2 Saran

Vaksinasi merupakan cara yang tepat untuk mencegah, menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas akibat infeksi virus. Dengan vaksin, beberapa infeksi virus

sudah berhasil dieliminasi dari populasi manusia. Dengan pemahaman yang lebih

(15)

83

baik mengenm respon lmun yang terjadi dan pemahaman mengenai vaksin,

diharapkan berbagai infeksi virus dapat dicegah, perlu dikembangkan penelitian

terhadap berbagai vaksin baru dan cara produksinya untuk memperkecil/mengurangi

(16)

84

DAFT AR PUST AKA

Baron S., Fons M., Albrecht T. 2001. Viral Pathogenesis.

http://gsbs.utmb.edu/microbooklch045.htm., 13 November 2004

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2001. Jawetz, Melnick & Adelberg's Medical Microbiology. 22nd ed. New York: McGraw-Hill. P. 338-354

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 1989. Recommendations of the immunization practices advisory committee mumps prevention.

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001404.htm.. 29 Desember 2004

1990. Rubella Prevention -- Recommendations of the Immunization Practices Advisory Committee (ACIP).

http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00001893.htm.. 29 Desember 2004

1999. Human Rabies Prevention

-

United States, J999 Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP).

http://www.cdc.gov/epo/mmwr/preview/mmwrhtml/00056176.htm.,29 Desember

2004

2003. Emerging infectious diseases.

http://www.cdc.gov/ncidod/EID/voI9no1/02-0184.htm.. 2 Januari 2005

2004. Key facts about flu vaccine.

http://www.cdc.gov/flu/protect/kevfacts.htm.. 29 Desember 2004

2004. The irifluenza (flu) viruses.

http://www.cdc.gov/flu/about/fluviruses.htm#how.. 29 Desember 2004

(17)

85

Collier L., Oxford 1. 2000. Human Virology. 2nded. Hongkong: Oxford University Press. P. 7-16,27-30

Colucci G., Kohtz D.S., Waksal S.D. 1986. Preparation and characterization of human monoclonal antibodies directed against the hepatitis B virus surface antigen. Liver, 6(3): 145-52

Dasaraju P.V., Liu C. 2001. Infections of the Respiratory System. http://gsbs.utmb.edu/microbook/ch093.htm., 13 November 2004

Dietzschold B., Lafon M., Wang H., Otvos L.Jr., Celis E., Wunner W.H., et al. 1987. Localization and immunological characterization of antigenic domains of the rabies virus internal Nand NS proteins. Virus Res, 8(2): 103-25

Fleischmann W.R. 2001. Viral Genetics. http://gsbs.utmb.edu/microbook/ch043.htm., 13 November 2004

Flint S.J., Enquist L.W., Krug R.M., Racaniello V.R., Skalka A.M. 2000. Virology

Molecular Biology, Pathogenesis, and Control. Washington, D.C: ASM Press. P.

595-600,663-712

Gladwin M., Trattler B. 2003. Clinical Microbiology made ridiculously simple. Miami: MedMaster. P. 161-71

Grossman M. 1997. Immunization. In: Stites D.P., Terr A.I., Parslow T.G., editors: Medical immunology. 9th ed. Canada: Prentice-Hall International Inc. P. 772-795

Hunt R. 2004. Vaccines: past successes andfuture prospects.

http://www.med.sc.edu:85/lecture/vaccines.htm.. 29 Agustus 2004

2004. Anti-viral chemotherapy.

http://www.med.sc.edu:85/lecture/chemo.htm.. 29 Agustus 2004

(18)

86

Krebs J.W., Mondul A.M., Rupprecht C.E. Childs J.E. 2001.Rabies surveillance in

the United States during 2000. JA VMA, 219(12): 1687-1699

Lafon M., Lafage M. 1987. Antiviral activity ofmonoc1onal antibodies spesific for the internal proteins Nand NS of rabies virus. J Gen Virol, 68(Pt 12): 3113-23

Levinson W., Jawetz E. 2000. Medical Microbiology & Immunology Examination & Board Review. 6th ed. New York: McGraw-Hill. P. 163-167,168-175,184-189,

190-193,203,363-371

Mattioli S., Imberti L., Stellini R., Primi D. 1995. Mimicry of the immunodominant conformation-dependent antigenic site of hepatitis A virus by motifs selected from syntetic peptide libraries. J Virol, 69(9): 5294-9

Millich D.R., McNamara M.K., McLachlan A., Thornton G.B., Chisari F.V. 1985. Distinct H-2-1inked regulation ofT-cell responses to the pre-S and S regions of the same hepatitis B surface antigen polypeptide allows circumvention of nonresponsiveness to the S region. Proc Natl Acad Sci USA, 82(23): 8162-72

Minor P.O., Ferguson M., Evans D.M., Almond J.W., Icenogle J.P. 1986. Antigenic structure of polio viruses ofserotypes 1,2 and 3. JGen Virol, 67(Pt 7): 1283-91 Nairn R., Helbert M. 2002. Immunology for Medical Students. Edinburgh: Mosby. P.

9,57-64, 71, 158

National Cancer Institute (NCI). 2001.Antibody.

http://press2.nci.nih.gov/sciencebehindlimmune/immune 1O.htm., 13 November 2004

2001. Cells of the immune system.

http://press2.nci.nih.gov/sciencebehind/immune/immune08.htm., 13 November

2004

2001. IgA and IgM.

http://press2.nci.nih.gov/sciencebehind/immune/immune 12.htm., 13 November

(19)

87

2001. IgG, IgD, and IgE.

http://press2.nci.nih.gov/sciencebehind/immune/immunell.htm., 13 November 2004

Pujol F.H., Rodriguez I., Liprandi F. 1992. [Production and characterization of monoclonal antibodies directed against the hepatitis B surface antigen]. Acta Gent Venez, 43(4): 235-9

Putz M.M., Muller C.P. 2003. The rationale of a peptide-conjugate vaccine against measles. Vaccine, 21(7-8): 663-6

Referensi

Dokumen terkait

Di mo alam dahil sa yo Ako'y hindi makakain Di rin makatulog Buhat ng iyong lokohin Kung ako'y muling iibig Sana'y di maging katulad mo Tulad mo na may pusong bato Kahit san ka

Perlakuan benih dengan matriconditioning dengan atau tanpa fungisida menunjukkan kecenderungan yang sama, masing-masing 8.14 mg/ Σ KN untuk perlakuan matriconditioning , 8.74

Telah dilakukan proses pemurnian uranil nitrat meliputi proses ekstraksi dan re-ekstraksi ( stripping ) pada seksi 400 di instalasi Pilot Conversion Plant dengan umpan

Nama Guru

CV Setia Makmur pada periode November 2019 s/d Oktober 2020 selain menerima menerima bahan baku kayu gergajian dan olahan dari pemasok yang telah memiliki

Berdasarkan pembahasan di atas, maka akan di rancang interior bangunan Kantor Bupati Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas yang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dan

Program pemberdayaan masyarakat berpengaruh pada perubahan pengetahuan warga Desa Ambela, Bengel dan Rae Selatan dalam pelestarian hutan dan pertanian berkelanjutan.. Program juga

Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesa maupun dari Luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk