• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Wedi, Klaten ditinjau dari aspek produksi, omzet penjualan jumlah tenaga kerja tahun 2006-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Wedi, Klaten ditinjau dari aspek produksi, omzet penjualan jumlah tenaga kerja tahun 2006-2015."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

TREN PERKEMBANGAN SENTRA INDUSTRI GERABAH DI DESA PAGERJURANG, MELIKAN, WEDI, KLATEN, DITINJAU DARI ASPEK PRODUKSI, OMZET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA

TAHUN 2006 – 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Fransisca Cristi Ananditya NIM: 12 1324 005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya tulisku ini untuk:

Kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria

yang selalu melimpahkan kasih karunianya dan selalu menyertai

saya dengan rahmat yang berlimpah dan berkat Roh Kudus.

Untuk kedua orang tua,

Bapak Marcus Mulyana, S. Pd. dan Mama Theresia. Narimo Siti W.

yang selalu mendukung dan mendoakan dalam setiap langkah

hidup saya.

Untuk adikku tersayang,

Fransiscus Xaverius Yoga Wijaya

Untuk almarhum Eyang Uti tercinta,

Theresia Parinem

Untuk sahabat-sahabatku tercinta,

Irene Ika, Thiara, Krisdiana, Erlina, Anggi, Cipluk, Vidia, Agus,

Hendry, Adit, Daniel, Dika

Untuk almamaterku tercinta,

(5)

MOTTO

“Tidak ada yang percuma bagi orang yang telah mempersiapkan masa depan” (NN)

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18)

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya “ ( Yesaya 40:29)

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

TREN PERKEMBANGAN SENTRA INDUSTRI GERABAH DI DESA PAGERJURANG, MELIKAN, WEDI, KLATEN, DITINJAU DARI ASPEK PRODUKSI, OMZET PENJUALAN, JUMLAH TENAGA KERJA TAHUN

2006 – 2015

Fransisca Cristi Ananditya Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015. Penelitian ini merupakan penelitian longitudinal. Data penelitian merupakan data primer yang meliputi jumlah produksi, omzet penjualan, dan jumlah tenaga kerja. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jumlah populasi penelitian sejumlah 137 pengrajin dan sampel penelitian sejumlah 13 pengrajin. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis tren kuadrat terkecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tren perkembangan jumlah produksi gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9,39% per tahun, (2) tren perkembangan jumlah omset penjualan gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,11% per tahun, dan (3) tren perkembangan jumlah tenaga kerja pada industri gerabah di Desa Melikan tahun 2006 – 2015 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 7,99% per tahun.

(9)

ABSTRACT

TREND OF DEVELOPMENT OF EARTHENWARE INDUSTRY ON THE NUMBER OF PRODUCTION, SALES, AND THE WORKERS IN PAGERJURANG VILLAGE, MELIKAN, WEDI, KLATEN IN 2006-2015

Fransisca Cristi Ananditya Sanata Dharma University

2017

This research aims to determine trend of development of earthenware industry in Melikan Village in 2006-2015. This research is a longitudinal study. The data is primary data includes the number of production, sales, and workers. The data collection techniques were observation, interview, and documentation. The data populations cover 137 craftsman, and number of sample was 13 craftsman. The sampling technique was accidental sampling data, and the data analyzed by a least square analysis.

The result of the study indicated that: (1) trend of development in terms of the number of production had growth as much as 9,39% per year in 2006-2015, (2)trend of development in terms of the number of sales had increased as much as 5,11% per year in 2006-2015, and (3) trend of the number workers had increased as much as 7,99% per year in 2006-2015.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan segala limpahan rahmat, kasih dan karunia-Nya yang selalu menyertai

saya, sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi

dengan judul ” Tren Perkembangan Sentra Industri Gerabah Di Desa Pagerjurang,

Melikan, Bayat, Klaten, Ditinjau Dari Aspek Produksi, Luas Pasar, Omset

Penjualan, Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2006 -2015”. Sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

dengan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.

Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,

banyak pihak yang terlibat dalam membantu dan memberikan masukan kepada

penulis. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan bantuan tidak

terhingga kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu senantiasa membimbing

dan menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan baik dan lancar.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ign. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

(11)

4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan baik dan sabar, selalu memotivasi dan

mengarahkan dari awal saya menulis skripsi ini hingga selesai.

6. Mbak Christina Kristiani selaku petugas sekretariat prodi Pendidikan

Ekonomi yang dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan

admistrasi yang diperlukan.

7. Segenap Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma: Pak

Harsoyo, Pak Teguh, Pak Indra Darmawan, Pak Rubi, Pak Joko Wicoyo, Ibu

Cornel, Ibu Nia, Ibu Rita, Ibu Indah, Ibu Rini. Terima kasih yang telah

dengan sabar mengajar penulis selama masa perkuliahan.

8. Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Marcus Mulyana., S. Pd. dan Mama

Theresia Narimo Siti Winarni, yang selalu setia mendukungku melaui doa,

cinta, perhatian dan kasih sayang, serta mendukungku secara finansial.

9. Adikku tercinta Fransiscus Xaverius Yoga Wijaya yang telah memberikan

dukungan, semangat dan doa.

10. Almarhum Eyang Uti tercinta Theresia Parinem yang selalu setia

menemaniku dalam mengerjakan skripsi ini dan selalu mendoakam agar

semuanya lancar.

11.Segenap keluarga besarku : Eyang Kakung, Pakdhe, Budhe, Om, Tante, dan

keponakan –keponakanku yang selalu mendukungku dalam doa dan selalu

(12)

12.Sahabat- sahabat SMA ku: Irene Ika (Holic), Agatha Violita T. M (Tiara),

Krisdiana Dewi (Miss), Tetuko Ikhsan, Iryant Hidayat, yang juga selalu setia

mendukungku dan selalu memberi semangat, dan juga selalu mau ikut

direpotkan dalam pengerjaan Skripsi ini.

13.Sahabat – sahabatku dari kecil: Mb. Shinta, Dera, Dek Lisa dan Dek Agnes

yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat.

14.Mbak Dwi yang selalu sabar setiap komputer disekretariatannya direpotkan

untuk ngprint dan selalu mendukung dan memberi semangat.

15.Teman – teman OMK St. Ignatius Ketandan yang juga selalu mendukung

memberi semangat.

16.Bapak Sri Hartanto yang telah membantu dalam mengurus segala perizinan

yang dibutuhkan, sehingga penulis dapat melakukan penilitan dilokasi yang

dipilih.

17.Keluarga Brodolku: Erlin, Cipluk Wido Rini, Vidia Natalia, Anggi Budi, adit

Kurniawan, Damiel S Prasetyo, Gardika Edi, Yoseph Hendri, Agustinus

Nindya yang selalu mendukung satu sama lain dan selalu berjuang bersama –

sama selama 4 tahun ini.

18. Kedua temanku Albertus Bima dan Seri Jefry yang selalu dengan sabar

mengajari dan membantu dan memberikan semangat.

19.Segenap teman – teman seperjuanganku selama kuliah di Pendidikan

Ekonomi 2012 yang saya sayangi dan cintai.

20.Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah membantu

(13)

21.Bapak Sumilih beserta Istri yang telah membantu dalam penulis

mengumpulkan data selama penelitian.

22.Para pengrajin gerabah yang telah bersedia dengan baik dan sabar untuk

diwawancarai dan direpotkan oleh penulis.

23.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang dimiliki penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Maka dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi semakin sempurna.

Yogyakarta, 30 September 2016

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

D. Variabel dan Definisi Operasional...6

E. Tujuan Penelitian...7

F. Manfaat Penelitian...7

BAB II KAJIAN TEORI...9

A. Pengusaha Kecil...9

(15)

3. Tujuan Pengembangan Usaha Kecil...10

F. Jenis dan Sumber Data...42

G. Teknik Pengumpulan Data...44

(16)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...48

A. Aspek Geografi...48

1. Letak Geografis...48

2. Keadaan Wilayah...48

3. Luas Penggunaan Lahan...49

B. Gambara Umum Industri Gerabah Melikan...50

1. Desa Pagerjurang...50

2. Sejarah Gerabah Desa Melikan...52

3. Proes Pembuatan Gerabah Desa Melikan...54

BAB V :ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...56

A. Deskripsi Data...56

B. Analisis Tren...60

1. Analisis Data Tren Produksi Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...66

2. Analisis Data Tren Omset Penjualan Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...72

3. Analisis Data Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...78

C. Pembahasan ...78

1. Pembahasan Tren Produski Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...85

2. Pembahasan Tren Omset Penjualan Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...91

3. Pembahasan Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa Melikan Tahun 2006 – 2015...96

BAB VI: KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN...96

A. Kesimpulan...96

B. Saran...97

C. Keterbatasa Peneliti...99

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

IV.1 Daftar Usaha Gerabah Desa Melikan Tahun 2006-2015 ... 59

V.1.1 Nilai Perhitungan Total Produksi Gerabah Desa Melikan

Tahun 2006-2015 ... 64

V.1.2 Nilai Perhitungan Tren Total Produksi Gerabah Desa

Melikan Tahun 2006-2015 ... 68

V.2.1 Nilai Perhitungan Total Omset Penjualan Gerbah Desa

Melikan Tahun 2006-2015 ... 70

V.2.2 Nilai Perhitungan Tren Total Omset Penjualan Gerabah

Desa Melikan Tahun 2006-2015 ... 74

V.3.1 Nilai Perhitungan Total Tenaga Kerja Industri

Gerabah Desa Melikan Tahun2006-2015 ... 76

V.3.2 Nilai Perhitungan Tren Total Tenaga Kerja Industri

(18)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

V.1.3 Tren Produksi Gerabah Desa Melikan Tahun 2006-2014 ... 69

V.2.3 Tren omset Penjualan Gerabah Desa Melikan

Tahun 2006-2014 ... 75

V.3.3 Tren Tenaga Kerja Industri Gerabah Desa

(19)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Pedoman Wawancara

Lampiran 2: Surat Ijin Kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Lampiran 3:Surat Ijin Kepada Gubernur Jawa Tengah

Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 5: Surat Ijin Kepada Bupati Klaten

Lampiran 6: Surat Ijin Kepada Ka. Disperindagkop dan UMKM Kab. Klaten

Lampiran 7:Surat Ijin Kepada Ka. Desa Melikan

Lampiran 8: Data Produksi Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 - 2015

Lampiran 9: Data Omset Penjualan Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 - 2015

Lampiran 10: Data Tenaga Kerja Industri Gerabah di Desa Melikan Tahun 2006 –

2015

(20)
(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberdayaan dan pengembangan masyarakat merupakan bagian

dari strategi dan program pembangunan kesejahteraan sosial.

Perkembanagan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki

potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat. Hal ini

ditunjukkan oleh keberadaan UMKM yang telah mencerminkan wujud

nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia

(RPJMN 2004-2009;209). Gerabah merupakan salah satu warisan

peninggalan para leluhur yang hingga saat ini masih dikembangkan oleh

masyarakat dan menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu . Hampir

seluruh daerah di Indonesia mempunyai tradisi atau usaha membuat

gerabah, dengan ciri khas dari masing-masing daerah. Gerabah merupakan

salah satu hasil dari seni terapan. Seni terapan merupakan seni yang

hasilnya memiliki fungsi dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat.

Desa Pagerjurang, Melikan merupakan salah satu Desa yang

terletak di Kabupaten Klaten yang merupakan salah satu desa penghasil

gerabah yang cukup terkenal di Klaten. Gerabah yang ada di Desa

Pagerjurang, Melikan ini juga tidak lepas dari peran para pengrajin

gerabah itu sendiri yang masih selalu berusaha untuk mempertahankan

(22)

setempat untuk membantu para pengrajin dalam mengembangkan usaha

gerabahnya ini. Gerabah yang diproduksi oleh para pengrajin gerabah dari

Desa Pagerjurang, Melikan tentunya mempunyai ciri khas dan keunikan

tersendiri jika dibandingkan dengan gerabah-gerabah yang diproduksi dari

daerah lain. Hampir sebagian besar masyarakat mengenal produk-produk

gerabah yang ada di desa Pagerjurang, Melikan lebih dikenal dengan

sebutan “Gerabah Putaran Miring”, karena dalam proses pembuatannya

menggunakan teknik putaran miring. Teknik pembuatan yang belum

pernah ada di daerah bahkan negara manapun, dan hanya di Desa

Pagerjurang, Melikan inilah teknik putaan miring ini dikembangkan

hingga saat ini. Teknik putaran miring inilah yang akhirnya menarik

perhatian seorang peneliti dari Jepang. Yang bernama Chitaru Kawasaki,

seorang profesor dari Universitas Kyoto Seika, Jepang. Pada 1994, ia

datang ke desa Pagerjurang, Melikan untuk meneliti gerabah dengan

teknik putaran miring. Sang professor yang juga merupakan ketua jurusan

keramik di Universitasnya itu mengaku tertarik dikarenakan teknik putaran

miring tidak ada di daerah lain di dunia dan hanya ada di Klaten. Selain

meneliti, Kawasaki juga memberikan sumbangan untuk didirikannya

“Gedung Pusat Keramik Putaran Miring” di desa tersebut, yang kemudian

diresmikan pada tahun 2005. Pengembangan teknik dan desain gerabah

pun ia bagi kepada masyarakat sekitar. Gedung Pusat Keramik Putaran

Miring yang dulunya diberi nama” Laboratorium Pusat Pelestarian Budaya

(23)

biaya retribusi sebesar Rp 10.000-Rp.12.000 lengkap dengan fasilitas.

Diantaranya, pengunjung bisa melihat secara langsung proses pembuatan

gerabah dengan teknik putaran miring dari awal sampai akhir. Mereka

juga bisa mencoba ikut membuat gerabah, dan hasil karyanya boleh

dibawa pulang.

Sebagai daerah sentra industri, masyarakat Desa Melikan

berpeluang untuk bisa mengembangkan usahanya lebih baik lagi dan lebih

maju, sehingga akan berpengaruh pada tingkat penghasilannya yang

tinggi. Perkembangan industri kerajinan gerabah dapat dilihat dari

perubahan yang terjadi pada tingkat produksi dan pendapatan yang

diperoleh selama setahun yang dihitung pada akhir tutup buku. Pendapatan

bersih yang dimaksud disini adalah pendapatan yang diperoleh industri

atau pengusaha setelah dikurangi dengan biaya produksi, gaji karyawan

dan lain-lain. Untuk dapat terus mengembangkan industri gerabah

tersebut, para pengusahan memperoleh sumber modal usaha dari kredit,

simpan pinjam, bantuan pemerintah setempat, atau bahkan dari modal

sendiri. Selain itu untuk lebih mendukung adanya perkembangkan ukm

ini, maka adanya pendidikan untuk terus mengembangkan kesenian

tradisional ini. salah satunya dengan adanya SMKN ROTA I di kecamatan

Bayat. Dengan keterampilan utamanya ialah mempelajari gerabah dan

keramik, baik melalui undangan untuk para pelajar belajar di Jepang

maupun datang ke sekolah sebagai guru tamu, karena di sekolah ini

(24)

Industri gerabahh yang merukapan salah satu industri kreatif

masyarakt yang telah dikembangkan secara turun temurun, sangat perlu

memperhatikan tingkat kesejahteraannya, agar tinkat operasi usaha

tersebut dapat terus berkembang dengan baik dan lancar, dilihat dari

seberapa besar jumlah gerabah yang diproduksi. Alasan penulis meneliti

industri gerabah desa Pagerjurang, Melikan, sebagai berikut:

1. Industri gerabah yang ada di desa Pgerjurang, melikan

memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dibanding

gerabah-gerabah dari daerah lain, terlebih dalam teknik pemtuatannya.

2. Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan gerabah buatan

desa Pagrerjurang, Melikan, dan penasaran dengan keunikan

dan ciri khas gerabah yang dihasilkan. Sehingga desa tersebut

cocok dijadikan sebagai lokasi penelitian.

3. Industri gerabah sebagai salah satu industri yang masih

berkembang di desa Pagerjurang, Melikan dengan ciri khas dan

keunikannya, juga perlu memperhatikan bagaimana

perkembangan industri gerabah di deaerah lain agar dapat terus

mengembangkan kreativitas produknya agar dapat terus

bersaingan dengan produk dari luar.

4. Masyarakat semakin banyak yang menggunakan produk

gerabah sebagai perabot rumah tangga, ornamen ruang, dan

(25)

B. Identifikasi Masalah

Dengan semakin banyaknya industri-industri gerabah di

daerah-daerah lain, yang juga selalu meningkatkan kualitas dan kreasi dari produk

gerabah yang dihasilkannya, maka para pengrajin gerabah di desa

Pagerjurang, Melikan harus dapat lebih mengembangkan produk

gerabahnya dengan lebih kreatif lagi.

Masalah perkembangan industri gerabah di desa Pagerjurang,

Melikan sangat menalik penulis untuk melakukan penelitian di desa

tersebut dengan mengamati bagaimana produktivitas pengrajin dalam

memproduksi gerabah, berapa besar omset yang dihasilkan dari setiap

penjualan gerabah, dan berapa banyak jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan dalam memproduksi gerabah.

C. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang sudah diuraikan tersebut, maka

peneliti merumuskan masalah yang akan menjadi pokok bahasan dari

penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa

Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau

dari segi produksi ?

2. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa

Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau

(26)

3. Bagaimana tren perkembangan sentra industri gerabah di Desa

Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten dari tahun 2006 – 2015 ditinjau

dari segi jumlah tenaga kerja ?

D. Variabel dan Definisi Operasional a. Tingkat Produksi

Tingkat Produksi adalah jumlah gerabah yang dihasilkan oleh para

perajin gerabah dalam setiap tahunnya.

b. Omset Penjualan

Omset Penjualan adalah perolehan hasil atau nilai dari penjualan

gerabah, yang dinilai dengan satuan mata uang (Rp).

c. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang bekerja

dalam setiap industri gerabah yang ada, dalam menghasilkan gerabah.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitiannya ialah sebagai

berikut:

X1 : Produksi

X2 : Omset Penjualan

X3 : Jumlah Tenaga Kerja

(27)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan

gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau

dari segi produksi tahun 2006 - 2015.

2. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan

gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau

dari segi omset penjualan tahun 2006 - 2015.

3. Untuk mengetahui tren perkembangan usaha industri kerajinan

gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan, Bayat, Klaten yang ditinjau

dari segi jumlah tenaga kerja tahun 2006 - 2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengusaha Gerabah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengrajin dalam lebih mengembangkan produk-produk gerabahnya

secara lebih kreatif dan inovatif lagi, agar dapat terus bertahan dengan

perkembangan dan permintaan pasar yang semakin beragam, dan juga

dapat terus bersaing dengan produk-produk baru yang semakin

berkembang dimasyarakat. Selain itu juga untuk menambah informasi

bagi para pengusaha gerabah, agar lebih memahami setiap manajemen

yang ada di dalam industri ataupun perusahaan. Sehingga nantinya

dapat lebih menganalisis keadaan ekonomi yang ada. Dengan tujuan

untuk lebih meningkatkan usaha gerabahnya. Selain itu juga pihak

(28)

para karyawannya secara layak yang telah bekerja sesuai dengan tgas

dan tanggungjawabnya. Sehingga para karyawan juga mampu

mencukupi kebutuhan perekonomiannya.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pihak pemerintah khususnya

pemerintah daerah setempat agar lebih memperhatikan perkembangan

industri-industri kecil yang ada didaerah-daerah tersebut, khususnya

usaha gerabah yang telah lama berkembang di Desa Melikan. Dengan

harapan agar para pengrajin gerabah dapat lebih meningkatkan

produksinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan melakukan penelitian ini peneliti dapat lebih mengerti

bagaimana perkembangan industri kecil yang ada di daerah sekitarnya,

khususnya industri gerabah yang sudah mulai berkembang sejak lama.

Selain itu juga untuk memberikan gambaran bagi para peneliti lain

mengenai trend perkembangan industri gerabah di Desa Melikan tahun

(29)

BAB 2

KAJIAN TEORI

A. Pengusaha Kecil

1. Pengertian Usaha Kecil

Pengembangan usaha kecil yang ada di Indonesia dapat

menyumbang pendapatan yang cukup besar bagi perekonomian

Negara. Pengertian usaha kecil menurut UU No. 20 pasal 1 tahun

2008 tentang UMKM adalah “usaha ekonomi positif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh peroarangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi

kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

ini.”

Kriteria dalam menentukan besar kecilnya usaha antara lain

dilihat dari besarnya modal yang dimiliki dengan kapasitas produksi,

jumlah tenaga kerja atau pegawai yang dipekerjakan dalam sebuah

industri.

2. Asas dan Tujuan Usaha Kecil

Menurut UU No. 20 pasal 2 tahun 2008 tentang UMKM,

mengenai asas dan tujuan usaha kecil adalah sebagai berikut:

(30)

c. Kebersamaan

d. Berwawasan Lingkungan

e. Kemandirian

f. Efisiensi Berkeadilan

g. Keseimbangan Kemajuan

h. berkelanjutan

3. Tujuan Pengembangan Usaha Kecil

Menurut UU No. 20 pasal 5 tahun 2008 tentang UMKM,

mengenai tujuan pengembangan usaha kecil adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan.

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

pembangungan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan

pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari

kemiskinan.

4. Karakteristik Usaha Kecil

Menurut Prawirokusumo (2010), karakteristik usaha kecil

ialah sebagai berikut :

a. Biasanya usaha kecil dikelola oleh pemiliknya sehingga disebut

owner-manager yang biasanya bertindak sebagai pimpinan yang

(31)

dan tidak berspesialisasi untuk menjalankan usaha. Mereka disebut

management team yang biasanya berasal dari anggota famili, sanak

saudara atau teman dekat.

b. Usaha kecil biasanya hanya mempunyai single product line tidak

diversifikasi usaha. Volume usaha relatif kecil.

c. Penanggung jawab pengambil keputusan biasanya dipegang oleh

satu orang dan kurang memberikan wewenang kepada orang lain.

d. Hubungan antara management dengan pekerjanya bersifat sangat

dekat

Menurut Pandji (2002), secara umum karakteristik usaha

kecil sebagai berikut :

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak

mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar.

b. Margin usaha yang cenderung tipis, mengingat persaingan yang

sangat tinggi.

c. Modal terbatas.

d. Pengalaman manajerial dan mengelola perusahaan masih terbatas.

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil.

f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar

sangat terbatas.

g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal

(32)

5. Kekuatan Usaha kecil

Usaha kecil, dengan karakteristik skalanya yang serba

terbatas ternyata memiliki sejumlah kekuatan. Kekuatan yang

dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam

menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Diantara sejumlah

kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah, fleksibilitas untuk

berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan

melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha besar

pada menjadi kekuatan usaha kecil. Berikut beberapa kekuatan pada

usaha kecil.

a. Mengembangkan Kreativitas Usaha Baru

Kreatifitas tidak selalu dilakukan dengan menampilkan sesuatu

produk yang secara murni baru, namun dapat dilakukan dengan

cara meniru produk yang telah beredar dipasar. Suatu produk baru

dengan fitur lebih luas pada umumnya harus dibeli dengan harga

mahal. Pelaku usaha kecil sering melihat kondisi ini sebagai

peluang usaha.

b. Melakukan Inovasi

Lazimnya dimasa sulit seseorang selalu berusaha menemukan

solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara yang

(33)

Melakukan sebuah inovasi merukan salah satu cara yang biasanya

dilakukan oleh para pelaku usaha kecil dan tidak mungkin

dijalankan oleh perusahaan besar.

c. Ketergantungan Usaha Besar Terhadap Usaha Kecil

Pada umumnya produk yang dihasilkan perusahaan besar tidak

selalu atau boleh dikatakan agak sulit untuk dijangkau oleh para

pembeli kecil ditempat terpencil. Selain daerah terpencil yang sulit

dijangkau juga daya beli pembeli didaerah terpencil pada

umumnya juga rendah. Guna menyiasati kondisi tersebut

perusahaan besar mengemas produknya dalam kemasan kecil

senilai kemampuan daya beli konsumen kecil.

6. Kelemahan Usah Kecil

Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata usaha kecil juga

tidak luput dari faktor kelemahan. Faktor kelemahan juga disebabkan

oleh karakteristik yang ukurannya kecil. Berikut beberapa faktor

kelemahan usaha kecil:

a. Lemahnya Ketrampilan Manajemen

Pelaku usaha kecil seringkali berangkat berwirausaha dengan bekal

sumber daya seadanya. Ketidaksiapan tersebut bukan hanya dalam

modal dana ata peralatan lainnya, tetapi juga ketidaksiapan dalam

penguasaan kompetensi bidang usaha maupun kecilnya

(34)

b. Tingkat Kegagalan dan Penyebabnya

Menurut Siropolis (1994), tingkat kegagalan usaha kecil sebesar

44% disebabkan oleh kurangnya kompetensi dalam dunia usaha.

Yang dimaksud dengan kurangnya kompetensi dibidang usaha,

meliputi kurangnya penguasaan tentang bidang usaha baik secara

fisik. Penyebab kegagalan kedua adalah akibat lemahnya

kemampuan manajemen yang menempati prosentase 17%.

Pengertian lemahnya kemampuan manajemen disini adalah

penguasaan pengetahuan dan pengalaman dalam hal mengelola

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

c. Keterbatasan Sumber Daya

Keterbatasan sumber daya bagi pelaku usaha kecil telah merupakan

hal yang sangat umum. Keterbatasan tersebut bukan semata-mata

dalam hal dana, perelatan fisik namun juga dalam hal informasi.

B. Gerabah

1. Pengertian Gerabah

Gerabah adalah perkakas dari tanah liat (tanah lempung)

yang dibentuk sedemikian rupa, biasanya membentuk sebuah wadah,

kemudian dilakukan proses pembakaran atau penjemuran di bawah

sinar matahari. Setelah kering, gerabah-gerabah itu dapat

dimanfaatkan menjadi alat-alat yang berguna bagi kehidupan

sehari-hari. Gerabah atau kadang juga disebut tembikar dari masa prasejarah

(35)

dalam penggalian-penggalian mereka biasanya menemukan pecahan

benda yang terbuat dari tanah liat atau tembikar (kereweng).

Benda-benda yang terbuat dari unsur tanah dan air itu menjadi luar biasa

karena telah melewati berbagai masa tetapi masih bisa dijumpai.

Bentuk, bahan, dan pola hiasan terkadang menjadi kunci bagi mereka

yang ahli untuk menganalisa lebih jauh artefak gerabah itu.

(http://www.wacananusantara.org/gerabah/). 2. Fungsi Gerabah

Tampak sekali bahwa peranan gerabah dalam kehidupan

masyarakat sangat penting dan fungsinya tidak dapat dengan mudah

digantikan alat-alat yang dibuat dari logam (perunggu atau besi). Pada

umumnya gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari,

misalnya, sebagai temat air, alat untuk memasak, dan tempat

menyimpan makanan. Dalam upacara keagamaan tembikar ini dapat

digunakan sebagai wadah kubur, bekal kubur, atau tempat peralatan

upacara.

Gerabah yang digunakan untuk alat-alat rumah tangga dari

sisi motif mungkin memiliki pola hias yang sederhana atau bahkan

polos, berbeda dengan gerabah-gerabah yang digunaka untuk

kepentingan yang berhubungan dengan seni dan tradisi tentunya

memerlukan pola hias dan motif dan bahkan bentuk yang lebih baik.

(36)

dalam upacara, misalnya upacara keagamaan tentunya akan

mempunyai pola hiasan yang lebih baik bahkan jauh lebih rumit lagi.

Gerabah dapat dibedakan sebagai wadah dan non-wadah.

Sebagai wadah antara lain adalah periuk, tempayang, cawan, piring,

kendi. Sedangkan yang non-wadah antara lain adalah bandul jala,

patung, anglo, saluran air, dan manik-manik. Mula-mula wadah dari

gerabah berbentuk sederhana seperti dasar rata dan tanpa pola hias.

Dalam perkembangannya gerabah mulai dibuat dengan teknik yang

lebih maju, dengan pola hias yang bervariasi, dan bentuk yang

beraneka macam. (http://www.wacananusantara.org/gerabah/). 3. Teknik Pembuatan Gerabah

Pembuatan gerabah pada masa prasejarah ternyata

mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari mulai bentuk

dan pola hias yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks lagi.

Pada masa-masa awal, yaitu pada masa bercocok tanam, segala

sesuatunya mungkin dibentuk dan dikerjakan dengan menggunakan

tangan tanpa teknik atau alat lainnya.

Teknik pembuatan gerabah kemudian berkembang. Teknik

pencetakan mulai dikenal, perekmbangan selanjutnya terlihat dari alat

dan teknologi yang digunakan seperti mulai adanya roda pemutar.

Dengan menggunakan teknik cetak dan roda pemutar, gerabah dapat

(37)

dari segi artistiknya, gerabah-gerabah itu dihias dengan berbagai

warna.

Teknik awal dari pembuatan gerabah adalah teknik

melingkar. Tanah liat terbaik ditumbuk dan diaduk agar mempunyai

tingkat kepadatan yang sempurna. Tanah liat itu kemudian dipilin lalu

dibuat sebuah kumparan secara bertahap hingga kumparan itu

menciptakan bentuk dan memiliki ruang. Setiap pilinan yang

melingkar selanjutnya dirapikan menggunakan jari lalu selanjutnya

adalah proses penghalusan menggunakan batu atau kulit kerang.

Adapun teknik-teknik yang biasanya digunakan oleh para

pengrajin dalam mebuat keramik atau gerabah antara lain sebagai

berikut:(

http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2013/12/seni-kriya-gerabah-teknik-dalam-membuat.html).

1) Teknik lempeng (Slabing)

Teknik lempeng (slabing) merupakan teknik yang digunakan untuk

membuat benda gerabah berbentuk kubistis dengan permukaan

rata. Teknik ini diawali dengan pembuatan lempengan tanah liat

dengan menggunakan rol kayu penggilas. Setelah menjadi

lempengan dengan ketebalan yang sama, kamu dapat memotong

dengan pisau atau kawat sesuai dengan ukuran yang kamu

inginkan. Selanjutnya, kamu dapat membuat menjadi bentuk kubus

atau persegi. Kemudian tahap akhir diberi hiasan dengan cara

(38)

2) Teknik pijat (Pinching)

Teknik pijat (pinching) merupakan teknik membuat keramik

dengan cara memijat tanah liat langsung menggunakan tangan.

Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah agar tanah liat lebih

padat dan tidak mudah mengelupas, sehingga hasilnya akan tahan

lama. Proses pijat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Ambil segumpal tanah liat plastis.

b) Tanah liat tersebut diulet-ulet dan dipijit-pijit dengan ibu jari

sambil dibentuk sesuai dengan bentuk benda yang diinginkan.

c) Haluskan menggunakan kuas dan kain halus.

3) Teknik pilin (Coiling)

Teknik pilin (coiling) adalah cara membentuk tanah liat dengan

bentuk dasar tanah liat yang dipilin atau dibentuk seperti tali. Cara

melakukan teknik ini adalah segumpal tanah liat dibentuk pilinan

dengan kedua telapak tangan. Ukuran tiap pilinan disesuaikan

dengan ukuran yang kamu inginkan. Panjangnya pilinan juga

disesuakan dengan kebutuhan. Kemudian, pilinan tanah liat

tersebut disusun secara melingkar sehingga menjadi bentuk yang

diinginkan. Jangan lupa tiap susunan ditekan dan tambahkan air

supaya menempel.

4) Teknik putar (Throwing)

Untuk membuat gerabah dengan teknik putar (throwing), kamu

(39)

elektrik. Cara melakukan teknik ini adalah dengan mengambil

segumpal tanah liat yang plastis dan lumat. Setelah itu, taruhlah

tanah liat di atas meja putar tepat di tengah-tengahnya. Lalu, tekan

tanah liat dengan kedua tangan sambil diputar. Bentuk tanah liat

sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Teknik putar umumnya

menghasilkan benda berbentuk bulat atau silindris.

5) Teknik pres atau cetak tekan

Teknik cetak tekan dilakukan dengan menekan tanah liat yang

bentuknya disesuaikan dengan cetakan. Teknik ini dilakukan untuk

mendapatkan hasil dengan waktu yang cepat.

6) Teknik cor atau tuang

Teknik cor atau tuang digunakan untuk membuat gerabah dengan

menggunakan acuan alat cetak. Tanah liat yang digunakan untuk

teknik ini adalah tanah liat cair. Cetakan ini biasanya terbuat dari

gips. Bahan gips digunakan karena gips dapat menyerap air lebih

cepat sehingga tanah liat menjadi cepat kering.

4. Daerah Penghasil Gerabah

Indonesia dikenal sebagai negara dengan seribu budaya, oleh

karena itu muncul bermacam-macam produk hasil kebudayaan

tersebut. Salah satunya adalah keramik yang merupakan produk

kebudayaan yang bisa dikatakan paling tua, terbukti dengan

ditemukannya berbagai macam produk berupa tembikar pada masa

(40)

membuat berbagai macam produk keramik di daerah mereka

masing-masing sesuai dengan kekhasan yang dimiliki. Pada mulanya diawali

dengan indutri rumahan seperti di Singkawang-Kalimantan Barat,

Plered-Jawa Barat, Dinoyo-Malang, Kelompok-Jawa Tengah dan

daerah lain yang akan di jabarkan sebagai berikut

(www.wacananusantara.org) :

1) Keramik Singkawang

Singkawang merupakan lokasi pengolahan keramik

terbesar di Kalimantan Barat selain di Siantan, Terdapat 7

perusahaan tetapi hanya 4 yang bertahan akibat kongkurensi dalam

dunia usaha. Menurut cerita daerah tersebut telah memproduksi

keramik mulai abab ke-17 saat imigran China menetap disana,

selain membawa produk keramik mereka juga membawa

keterampilan mengolah bahan dan membuat keramik. Salah satu

yang masih bertahan adalah Sa Liung atau Padang Pasir, Sakok,

memproduksi tiruan keramik kuno gaya China, tempayan atau

martaban, mangkuk, jambangan, dan guci yang bergaya Ming.

Keramik antik gaya China produksi Singkawang yang mirip

dengan aslinya banyak di ekspor ke Hongkong, Singapura dan

Eropa.

2) Keramik Plered dan Citeko

Plered terletak di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Salah

(41)

Kwalita Keramik (AKK), mempunyai potensi besar dan telah

masuk persaingan pasar dunia. Perusahaan ini mengandalkan corak

dan desain yang baru dan terus-menerus dikembangkan, dan

akhirnya pada tahun 1989 memperoleh penghargaan “Upakarti”

dan sering mengikuti pameran di luar negeri. Banyak pengusaha

Belanda datang ke daerah ini dan meminta pengiriman barang

secara rutin. Selain Asep, terdapat nama Samani, seorang pekerja

keramik yang kemudian merintis usaha sejak tahun 1983, Samini

banyak mengikuti lomba keramik di TMII dan menjadi juara

pertama, sehingga produk keramiknya semakin terkenal. Dua orang

tersebut tercatat sebagai pejuang keramik di Plered sehingga

menjadi seperti sekarang ini.

Keramik Plered bentuknya cukup beragam karena

dipengaruhi oleh akademisi dari IKJ dan ITB. Untuk mendukung

produksi keramik Plered, pada tahun 1975 BPIK mendirikan Unit

Percontohan Keramik dan 5 tahun kemudian mendirikan Unit

Pelayanan Teknis, yang menyediakan bahan baku tanah liat yang

telah diolah serta bahan glasir siap pakai.

3) Keramik Klampok Banjarnegara

Daerah yang terletak di Jawa Tengah ini terdapat 4

pengusaha kecil yang cukup menonjol. Diantaranya Keramik

Meandalai, PT Keramik Banjarnegara, Usaha karya, dan Mustika.

(42)

fungsional sampai hiasan. Motif yang banyak dipakai adalah

bunga-bunga, tumbuhan, hewan dan figur manusia, yang lebih

menarik adalah motif pewayangan dan batik. Keramik Klampok

telah mengalami penyelarasan dengan budaya asli Indonesia,

dimana ragam hias cukup menonjol dan laku di pasaran. Disamping

itu mereka juga membuat keramik bergaya Ming dari China,

namun dimodifikasi menjadi bentuk ala mereka.

4) Keramik Kiara Condong

Kiara Condong, Bandung adalah salah satu industri

kermik rakyat yang pantas di tonjolkan, terseut dua nama kakak

beradik yakni Itong dan Pakih yang menggeluti keramik sejak

1930-an. Usaha pertamanya di kota Garut yang memproduksi

piring, cangkir, celengan dan wadah lainnya yang diberi nama

“Itong Saputra”. Dari tahun ke tahun pesanan terus meningkat

diiringi jumlah karyawan yang terus bertambah dan akhirnya

mendirikan pabrik pada tahun 1970 dan terus bertambah menjadi

12 pabrik. Cucu Itong yang bernama Didi Iskandar, sejak usia 26

tahun dipercaya untuk mengelola sebuah pabrik yang kemudian

banyak kemajuan, seperti mengikuti pameran lokal maupun

internasional. Keramik yang diproduksi banyak dipengaruhi oleh

gaya mahasiswa ITB yang praktek kerja di tempatnya dan juga para

seniman Bandung. Kontrak kerjasama dengan negeri Kincir Angin

(43)

produknya. Produk keramik Kiara Condong sangat beragam, ada

yang ala China, Jepang, Vietnam, Thailand, Eropa dan tradisional

Indonesia.

5) Keramik Dinoyo

Terletak di Dinoyo Kecamatan Klojen Malang, terdapat

sepuluh perusahaan dan beberapa unit usaha kecil lainnya.

Diantaranya adalah Djoko Suheri, Keramik Unit Betek, Keramik

Pendowo, Keramik Samsuri dan lain-lain. Dirintis sejak tahun

1950-an, H Achmad Rowie adalah perajin kawakan yang pada

tahun 1943 (zaman Jepang) sudah membantu orang tuanya

membuat produk keramik berglasir. Namun pada tahun 1965

banyak perusahaan keramik gulung tikar dilanda revolusi dan sulit

mendapatkan bahan bakar minyak, usaha Rowie mulai bangkit

kembali tahun 1966 sejak pemerintah mendirikan

REPELITA yang membangkitkan semangat perajin dan pengusaha

untuk mengembangkan usahanya. Pemerintah memberi pekerjaan

pengusaha di daerah ini untuk memproduksi penyimpul kawat

instalasi listrik. Perkembangan keramik dinoyo cukup pesat

sehingga tidak lagi tergantung pada perusahaan negara dan berani

bersaing dengan hasil produk industri besar, tetapi hal tersebut

tidak berlangsung lama karena pertambahan dan perubahan bahan

dan alat yang lebih rumit dengan standar khusus diluar jangkauan

(44)

China dan menggabungkan dengan gaya Eropa terutama gaya Delf

(Belanda), yaitu hisan warna biru, hijau dan coklat. Pemasaran

keramik sampai ke luar negeri seperti Australia, Belanda,

Singapura, da Jepang.

6) Keramik Bali

Daerah Pejaten di Kabupaten Tabanan, Gianyar,

Karangasem, Buleleng, Jembrana, dan Denpasar itulah daerah yang

terkenal sebagai sentra Keramik Bali. Berlangsungnya pembuatan

gerabah tradisi di Bali karena diperlukan untuk upacara peribadatan

agama Hindu yang bahannya dari tanah dan tidak boleh diganti

dengan bahan lain. Sentra pembuatan keramik di Bali terdapat 27

lokasi, yang menarik adalah proses pembuatan gerabah tradisional

yakni seolah-olah pengrajin menari-nari dalam megendalikan

gumpalan yang tidak bergeser, teknik ini merupakan peninggalan

pra-sejarah.

Pengarajin yang cukup kondang adalah I Wayan Kuturan,

yang tinggal di Tabanan, sejak kecil telah menekuni pembuatan

keramik tradisional yakni patung yang ditempatkan pada bangunan

suci (kelentingan) dan peralatan upacara leluhurnya. Suatu hari dia

kedatangan seorang pelukis bernama Kay It yang kemudian banyak

memberi inspirasi pada karya-karya Kuturan dan turut membantu

pemasaran produknya. Akhirnya gaya “kuturan” menjadi tradisi

(45)

banyak digunakan untuk hiasan hotel di Bali. Banyak wisatawan

yang membeli dan diekspor ke luar negeri seperti Australia, New

Zeland, Belanda, Italia, Jerman, Inggris dan Perancis. Pada tahun

2005 Kuturan memperoleh penghargaan “Anugerah Riset

Kabangkitan Tehnologi” dari pemerintah Indonesia.

Gerabah Bali mengalami booming pada tahun 1980

sampai 1990-an, sehingga pemerintah merintis pembentukan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Seni Keramik dan Porselin untuk

menunjang pariwisata.

7) Keramik Tegowanuh dan Kundisari

Berada di daerah Temanggung, Jawa Tengah yang banyak

menghasilkan gebarah jembangan, kuwali, kendi (ada yang 3

corot), pot bunga dan bentuk peralatan rumah tangga lainnya.

Bentuk gerabah sedikit banyak mendapat pengaruh dari keramik

Kasongan dan banyak mendapat bimbingan dari Sapto Hudoyo.

Pengrajin gerabah yang aktif adalah Suwandi yang membuat

keramik hias dan mendapat bantuan dari Departemen Perindustrian,

akan tetapi pemasarannya belum mulus dan hanya konsumsi lokal

saja.

8) Keramik Mayong

Keramik Mayong Jepara ini masih sangat tradisional,

terdapat 300 unit usaha gerabah yang memproduksi keramik

(46)

pesanan khusus ada yang di ekspor ke Perancis. Penampilan gaya

ukiran Jepara dimulai tahun 1980-an dan mendominasi keramik

Mayong. Pembinaan keramik mayong tidak terlapas dari IKIP

Semarang Jurusan Seni Rupa. Akademisi yang langsung terjun

adalah Drs. Punthadi, Dra. Sri Iswidayati dan lain sebagainya yang

mengabdikan untuk kebangkitan produksi. Hasil produksi yang

terkenal adalah wuwungan dekorasi untuk atap yang di beri hiasan

pecahan beling atau porselin.

9) Keramik Lombok

Terletak di 3 kabupaten dengan 50 pengusaha,

Banyumulek sebagai pusat kerajinan gerabah yang sudah terkenal

sejak tahun 1860. Keramik Lombok juga dikenal dengan

“Tembikar Sasak” dengan sebutan Pemongkag menjadi bagian

penting dalam kegiatan ritual suku Sasak. Pada awalnya

Banyumulek hanya memproduksi gentong untuk tempat air, periuk

untuk menanak nasi dan tepak untuk bubungan rumah. Seorang

bernama Rachmat membuat desain baru dan banyak diminati pada

tahun 1981, Pemerintah Selandia Baru menjadi pelopor pemberi

dana pelaksanaan Pengembangan Kawasan Terpadu dan

Banyumulek menjadi prioritasnya. Masing-masing daerah Lombok

mempunyai ciri tersendiri seperti Masbagik memanfaatkan

dekorasi toreh dan motif geometris serta menggunakan kerang laut

(47)

10)Keramik Bima dan Sumbawa

Keramik tradisional Bima memang sudah lama

keberadaanya yang diwariskan turun-temurun. Selain untuk

kebutuhan magis juga untuk keperluan sehari-hari dengan teknik

pembuatan yang sangat sederhana. Mempunyai sentra keramik di 4

kecamatan yaitu Rasana’E, Bolo, Woha dan Sape. Gerabah

tradisional bima sampai saat ini blum bisa dikatakan berkembang

sebagaimana yang diharapkan, konsumen biasanya datang sendiri

untuk memesan.

11)Keramik Kayuagung dan Takalar

Berada di daerah Palembang Sumatra Selatan yang banyak

membuat dekorasi hiasan kuno berupa ornamen-ornamen dan

ukiran geometris “motif Sriwijaya” seperti motif kain Pelembang.

Disini terdapat 180 unit usaha keramik madya dan gerabah

tradisional. Selain membuat keramik untuk keperluan rumah

tangga, juga membuat hiasan dan patung keramik yang terlihat

lugu dan magis.

5. Karakteristik Gerabah Bayat

Gerabah yang diproduksi oleh para pengrajin di Desa

Pagerjurang, Melikan, Bayat mempunyai karakterisik atau kekhasan

tersendiri dari gerabah-gerabah yang diproduksi di daerah-daerah lain

di Indnesia. Yang menjadi karakteristik dari gerabah Bayat ini adalah

(48)

dari proses akhir pelapisan dan pembakaran dengan menggunakan

tungku sederhana menjadi keunika dan kekhasan dari produk gerabah

Bayat. Pelapisan yang dilakukan dengan menggunakan tanah merah

yang berkualitas yang didatangkan langsung dari Wonogiri dan proses

pembakarannya yang menggunakan teknik konvensional

menghasilkan warna alami berupa merah kehitam-hitaman. Hal

tersebut mampu memberikan kesan tradisional, alami dan juga

berkarakter.

Selain itu proses pembuatannya juga menggunaka teknik

khusus, yaitu teknik “Putaran Miring” atau “Perbot Miring” atau

Pelarik”. Dengan menggunakan lempengan bundar yang terbuat dari

kayu jati maupun kayu mahoni dengan diameter tertentu. Dan dengan

menggunakan teknik tersebut, produk-produk gerabah yang dihasilkan

oleh para pengrajin berukuran lebih kecil dari gerabah-gerabah yang

yang lainnya. Selain ukurannya yang cenderung lebih kecil, biasanya

gerabah yang dihasilkan sebagian besar berbentuk lingkaran atau

silinder. Itulah yang membedakan produk gerabah Bayat dengan

produk-produk gerabah yang lainnya.

C. Produksi

1. Pengertian Produksi

Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan baik bentuk barang (goods) maupun jasa (service) dalam

(49)

bagi perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang

(goods) dan jasa (service) sangat tergantung pada kategori aktivitas

bisnis yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Bagian produksi

dalam suatu organisasi bisnis memegang peran penting dalam usaha

mempengaruhi suatu organisasi. Bagian produksi sering dilihat

sebagai salah satu fungsi manajemen yang menentukan penciptaan

produk serta turut mempengaruhi peningkatan dan penurunan

penjualan. Artinya produk yang diproduksi harus selalu mengikuti

standart pasar yang diinginkan, bukan diproduksi atas dasar mengejar

target semata. Karena dengan kontinuitas yang stabil diharapkan

mampu mewujudkan perolehan keuntungan yang stabil (Fahmi,

2014).

Menurut Sugiarto dkk (2007), “produksi adalah suatu

kegiatan yang mengubah input menjadi output”. Kegiatan tersebut

dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi

produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat

dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan

teknologi tertentu

Menurut Sofyan Assauri, “produksi adalah segala kegiatan

dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang

atau jasa”. Untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi

dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill

(50)

2. Faktor-Faktor Produksi

Jalan kegiatan produksi tergantung dari tersedianya faktor

produksi. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang perlukan dalam

kegiatan produksi terhadap suatu barang dan jasa. Faktor-faktor

produksi terdiri dari alam (natural resources), tenaga kerja (labor),

modal (capital), dan keahlian (skill) atau sumber daya pengusaha

(enterpreneurship). Faktor-faktor produksi alam dan tenaga kerja

adalah faktor produksi utama (asli), sedangkan modal dan tenaga kerja

merupakan faktor produksi turunan. Berikut merupakan penjelasan

dari faktor-faktor produksi:

a. Faktor Produksi Alam, adalah semua kekayaan yang ada di alam

semesta digunakan dalam proses produksi. Faktor produksi alam

disebut faktor produksi utama atau asli. Faktor produksi alam

terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, dan barang tambang.

b. Faktor Produksi Tenaga Kerja, adalah faktor produksi insani yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat menjalankan

kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja sebagai faktor

produksi asli. Walaupun kini banyak kegiatan proses produksi

diperankan oleh mesin, namun keberadaan manusia wajib

diperlukan.

c. Faktor Produksi Modal, adalah faktor penunjang yang

(51)

Faktor produksi dapat terdiri dari mesin-mesin, sarana

pengangkutan, bangunan, dan alat pengangkutan.

d. Faktor Produksi Keahlian, adalah keahlian atau keterampilan

individu mengkoordinasikan dan mengelola faktor produksi untuk

menghasilkan barang dan jasa.

3. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati

dalam memproduksi barang atau jasa. Berdasarkan caranya, proses

produksi digolongkan dalam tiga macam antara lain sebagai berikut:

a. Proses Produksi Pendek, adalah proses produksi yang pendek atau cepat dan langsung dalam menghasilkan barang atau jasa yang

dapat dinikmati konsumen.

b. Proses Produksi Panjang, adalah proses produksi yang memakan waktu lama. Contohnya adalah proses produksi menanam padi dan

membuat rumah.

c. Proses Terus Menerus/Kontinu, adalah proses produksi yang mengolah bahan-bahan secara berurutan dengan beberapa tahap

dalam pengerjaan sampai menjadi suatu barang jadi. Jadi bahan

tersebut melewati tahap-tahap dari proses mesin secara

terus-menerus untuk menjadi suatu barang jadi.

4. Tujuan Produksi

Berikut tujuan-tujuan dari produksi antara lain sebagai

(52)

a. Menghasilkan barang atau jasa

b. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa

c. Meningkatkan kemakmuran masyarakat

d. Meningkatkan keuntungan

e. Meningkatkan lapangan usaha

f. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan

D. Omset Penjualan

Berbagai macam usah yang dijalankan oleh perorangan atau

perusahaan pasto mengaharapkan keuntungan atau laba yang sesuai

dengan pengorbanan yang telah dilakukan dan sejalan dengan pandangan

dari para ahli.

Menurut Mulyadi (1993), “biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”. Disini

omset berarti jumlah sedangkan penjualan adalah kegiatan menjual barang

atau jasa yang bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan. Jadi

omset penjualan adalah jumlah laba yang diperoleh dari proses menjual

barang jasa.

Menurut Swastha (1993), “omset penjualan adalah akumulasi

dari penjualan seluruh produk barang dan jasa yang dihitung secara

keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus-menerus atau

dalam suatu proses akuntansi”.

Menurut Rustam (2002), “omset adalah jumlah harta kekayaan

(53)

periode, dan bukan hanya yang dikonsumsi juga tidak ada kaitannya

dengan perubahan modal dan hutang”.

Sesuai dengan fakta dilapangan menunjukkan adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi omset penjualan. Menurut Swastha (1999 :

121). Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya omset penjualan

dibagi menjadi dua faktor yaitu:

1. Faktor Internal

Adalah faktor yang dikendalikan oleh perusahaan, pada

umumnya faktor-faktor internal adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan perusahaan untuk mengelola produk yang

akan dipasarkan

b) Kebijaksanaan harga dan promosi yang digariskan

perusahaan

c) Kebijaksanaan untuk memilih perantara yang digunakan

2. Faktor Eksternal

Adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak-pihak

perusahaan pada umumnya faktor eksternal adalah sebagai

berikut:

a) Perkembangan ekonomi dan perdagangan baik nasional

maupun internasional, perdagangan dan moneter.

b) Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi, perdagangan dan

moneter

(54)

E. Jumlah Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna

menghasilkan produk barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

pribadi, keluarga, dan masyarakat umum. Tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat. Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita

yang berumur 15 tahun ke atas yang sedang dalam dan atau akan

melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja

guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 bab 1 pasal 1 dan 2 tentang

Ketenagakerjaan, pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.

Menurut Alam (2008), tenaga kerja adalah penduduk yang

berusia 15 tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti

Indonesia. Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja adalah

(55)

2. Klasifikasi Tenaga Kerja a. Berdasarkan Penduduknya

1) Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang

dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada

permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja,

mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka

yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

2) Bukan Tenaga Kerja

Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak

mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan

bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun

2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang

berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh

kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia)

dan anak-anak.

b. Berdasarkan Batas Kerja

1) Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang

berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi

sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari

(56)

2) Bukan Angkatan Kerja

Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10

tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus

rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:

anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan

orang cacat, dan para pengangguran sukarela

c. Berdasarkan Kualitasnya

1) Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang

memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu

dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.

Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.

2) Tenaga Kerja Terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki

keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman

kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara

berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.

Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.

3) Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah

tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.

Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan

(57)

3. Permasalahan

Di Indonesia jumlah tenaga kerjanya terbilang sangat banyak,

dan hampir sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja sebagai

tenaga kerja yang bekerja di dalam negeri maupun tenaga kerja yang

bekerja di luar negeri. Dan pada umumnya, para tenaga kerja di

Indonesia kurang dibekali dengan pendidikan yang cukup.

Hal inilah yang mengakibatkan banyaknya masalah-masalah yang

muncul dalam sistem ketenagakerjaan di Indonesia. Dan berikut ini

adalah beberapa permasalahan yang muncul:

a. Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan

dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar

tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal

ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja,

sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas

hasil produksi barang dan jasa.

b. Jumlah Angkatan Kerja Yang Tidak Sebanding Dengan

Kesempatan Kerja

Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi

oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi

(58)

lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan

pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa

menjadi pendorong pembangunan ekonomi.

c. Persebaran Tenaga Kerja Yang Tidak Merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau

Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja,

terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan

kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi

pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya

alam yang belum dikelola secara maksimal.

d. Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak

mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar.

Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain

itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan

semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah

angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran

akan semakin banyak.

F. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Darwis Alfonsus, 2012

Judul Penelitian “Trend Perkembangan Perkebunan Kelapa

Sawit di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2001-2010”. Penelitian

(59)

kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2001-2010.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

dilaksanakan pada bulan Maret hingga april 2012. Teknik

pengambilan data menggunakan metode dokumenter yang di

analisa dengan analisis deret berkala, yaitu metode setengah

rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend perkembangan

perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan barat pada tahun

2001-2010 mengalami peningkatan. Luas lahan rata-ratabertambah

37.906,4 hektar pertahun, jumlah produksi kelapa sawit mengalami

kenaikanrata-rata56.591,4tonpertahun, jumlah petani meningkat

sebanyak 3.629 Kepala Keluarga (KK) per tahun dan harga

crudepalmoil (CPO) mengalami kenaikan rata-rata Rp529,9 per

kilogram.

2. Andreas Frengky, 2014

Judul Penelitian “Trend Perkembangan Sentra Batik Di

Desa Jarum, Bayat, Klaten Ditinjau Dari Upah, Omset Penjualan,

Luas Pasar, Jumlah Tenaga Kerja, Da Laba Usaha Tahun 2009 –

2013” . penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

trend perkembangan sentra batik di desa jarum, bayat, klaten

ditinjau dari upah, omset penjualan, luas pasar, jumlah tenaga

kerja, da laba usaha tahun 2009 – 2013. Penelitian ini merupakan

(60)

data primer hasil wawancara, dengan teknik sampel jenuh, dengan

23 usaha batik yang dihunakan sebagai sampel. Teknik analisis

data yang digunakan adalah analisis trend kuadrat terkecil.

Hasil penelitiannya adalah upah tenaga kerja industi batik

meningkat 4,56%, omset penjualan yang diterima industri batik

mengalami peningkatan sebesar 2,92%, jumlah tenaga kerja yang

bekerja di industri batik mangalami peningkatan sebesar 7%, area

pemasaran industri batik Bayat mencapai DIY, Solo, Semarang,

Klaten, Pekalongan, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan juga sudah

mulai merambah ke pasar internasional seperti Malaysia, Thailand,

India, Jepang, Australia, Perancis, dan Amerika. Dan laba yang

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian longitudinal yang membandingkan perubahan subjek penelitian

setelah setelah periode waktu tertentu.

Penelitian longitudinal adalah jenis penelitian yang bertujuan

untuk mengukur pendapat, perilaku atau sikap dari sekelompok

masyarakat dari waktu ke waktu. Dalam penelitian longitudinal waktu

merupakan hal yang sangat penting, maka data yang dikumpulkan

sekurang – kurangnya dua – tiga kali pengumpulan data (Kholil, 2006).

B. Tempat Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, maka peneliti akan melakukan

penelitian pada Sentra Industri Gerabah di Desa Pagerjurang, Melikan,

Wedi, Klaten. Alasan peneliti memilih lokasi penelitiaan di daerah

tersebut karena dengan pertimbangan bahwa peneliti berdomisili pada kota

atau daerah yang sama yaitu di Klaten, sehingga dengan demikian dapat

lebih mempermudah peneliti dalam memperolehan data, serta waktu,

tenaga dan biaya dapat digunakan seefisien mungkin.

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang digunakan peneliti untuk pelaksanaan

(62)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini mencakup semua pengrajin gerabah

di Dukuh Pagerjurang, Desa Melikan, Kec. Wedi, Kab. Klaten.

2. Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 20 responden yang

terdapat dalam populasi tersebut.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Dimana teknik

pengambilan sampel ini adalah penentuan sampel secara kebetulan, yaitu

siapa saja yang ditemui daapt dijadikan sampel, bila dipandang orang yang

temui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001:60).

F. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer merupakan data yang secara langsung diambil di

lokasi atau lapangan, atau dengan kata lain langsung berasal dari

sumbernya, atau data yang masih asli dan masih perlu untuk

dianalisa secara lebih lanjut lagi. Dalam hal ini, data yang

Gambar

Tabel
Grafik
Table data produksi di atas menunjukkan bahwa jumlah produksi
Tabel data omzet penjualan  di atas menunjukkan bahwa jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur aset, leverage operasi dan profitabilitas terhadap struktur modal Perusahaan Sub-Sektor Perkebunan di

Secara keseluruhan, kemunculan produk placement dalam ketiga sinetron tersebut dapat dilihat di dalam Tabel 6.1. Untuk jenis produk kendaraan seperti Toyota dan

terhadap tersedianya lapangan pekerjaan sekaligus menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam bidang tersebut, sekaligus dapat dijadikan ajang

Bahwa Keputusan Presiden (Keppres) tergugat Nomor 3/P Tahun 2010 yang diterbitkan pada tanggal 6 Januari 2010 khususnya terhadap pengangkatan Letnan Jenderal TNI Sjafrie

Efek penyembuhan luka sayat pada perlakuan gel ekstrak daun singkong 50% menunjukkan luka mulai menutup sempurna pada hari ke-9, keropeng hilang dengan

Bobot faktor peralatan, personil, keuangan, pengalaman kerja, Catalan kegagalan, astek / keselamatan kerja dan faktor lain-lain yang mempengaruhi pengguna jasa / klien

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi

Dosis yang diberikan pada penelitian ini terdiri dari 0,15 g/bb/hari, 0,2 5g/bb/hari, 0,35 g/bb/hari dan kontrol negatif yang tidak menggunakan maserat daun jati