• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Dalam Menghadapi Proses Belajar Pada Siswa Kelas XI IPA di SMA "X" Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

menghadapi proses belajar pada siswa kelas XI IPA di SMA“X” Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran self-efficacy berdasarkan indikator self-efficacy, yaitu pilihan yang dibuat, seberapa besar usaha dikeluarkan untuk mencapai target, lamanya daya tahan ketika mengahadapi rintangan, dan penghayatan perasaan pada siswa kelas XI IPA di SMA ”X” Bandung.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner self-efficacy yang terdiri dari 28 item. Kuesioner ini merupakan alat ukur yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori self-efficacy dari Bandura (2002). Melalui pengolahan data diketahui bahwa validitas dari alat ukur self-efficacy ini berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,71 sedangkan reliabilitasnya adalah sebesar 0,87.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60.8% siswa kelas XI IPA memiliki self-efficacy tinggi dan 39.2% memiliki self-efficacy rendah dalam menghadapi proses belajar di kelas XI IPA. Pada penelitian ini, sumber yang cukup berpengaruh adalah mastery experiences, dimana pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami, dihayati secara positif sehingga siswa menjadi lebih giat belajar. Selain dari sumber ini, sumber-sumber self-efficacy lain kurang berpengaruh secara signifikan pada self-efficacy siswa dalam menghadapi proses belajar.

(2)

The purpose of this research is having description of self-efficacy based on indicator of self-efficacy, which consists of choose to pursue, how many efforts given to achieve target, how long they will persevere in the face of obstacles and failure difficulties, and how much stress they experience in coping with taxing environmental demands for Bandung “X” high school.

The instrument that being use to collect data about self-efficacy is questionnaire of self-efficacy which is used as one of many tools consisting of 28 items. It‘s been structured by researcher based on self-efficacy’s theory from Bandura (2002). The standardization had been done on this questionnaire to search out reliability value and validation value. Data from questionnaire are evaluated and the result is 0.30 to 0.71 for validation and 0.87 for reliability.

The conclusions of this research show that 60.8% student has higher self-efficacy and 39.2% has lower self-self-efficacy in order to overcome learning process in the class. The most effective source is mastery experiences, which are successes experiences and failure is involved with positive and can make student become more impetous learn. Other source’s effects are insignificant to student self-efficacy.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Identifikasi Masalah ... 8

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1. 3. 1 Maksud Penelitian ... 8

1. 3. 2 Tujuan Penelitian... 8

1. 4 Kegunaan Penelitian... 9

1. 4. 1 Kegunaan Ilmiah ... 9

1. 4. 2 Kegunaan Praktis... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10

(4)

2.1.1 Definisi Self-efficacy ... 23

2.1.2 Sumber-sumber Self-efficacy... 25

2.1.3 Proses Self-efficacy... 30

2.2 Remaja... 34

2.2.1 Batasan Remaja ... 34

2.2.2 Ciri-ciri Remaja ... 34

2.2.3 Perkembangan Fisik ... 35

2.2.4 Perkembangan Kognitif... 35

2.2.5 Perkembangan Sosio-Emosional ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Operasional... 38

3.4 Alat Ukur ... 39

3.4.1 Alat Ukur Self-efficacy ... 39

3.4.2. Prosedur Pengisian dan Sistem Penilaian... 41

3.4.3 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang ... 42

(5)

3.5.1 Populasi Sasaran... 44

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 44

3.6 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden... 45

4.1.1 Jenis Kelamin ... 45

4.1.2 Usia ... 45

4.2 Hasil Penelitian... 46

4.2.1 Derajat Self-efficacy... 46

4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Indikator-indikator... 46

4.3 Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 58

5.2. Saran ... 59

5.2.1. Penelitian Lanjutan... 59

(6)
(7)

Tabel 3.2 Rumus Median ... 42

Tabel 3.3 Rumus Persentase... 44

Tabel 4.1 Tabel Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Tabel 4.2 Tabel Persentase Responden Berdasarkan Usia... 45

Tabel 4.3 Tabel Persentase Derajat Self-efficacy Responden... 46

Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Indikator Pilihan ... 46

Tabel 4.5 Tabel Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Indikator Usaha ... 47

Tabel 4.6 Tabel Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Indikator Daya Tahan ... 47

(8)
(9)

efficacy Lampiran II Alat Ukur

Lampiran III Skor Kuesioner Self-efficacy

(10)

Lampiran I.

Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

(11)

Lampiran II.

Alat Ukur

(12)

KATA PENGANTAR

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung sedang melakukan survei mengenai derajat self-efficacy pada siswa kelas XI IPA di SMA ”X” Bandung.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya mengharapkan bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Data yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi survei yang dilakukan. Oleh karena itu, saya harapkan, agar Saudara mengisi daftar pertanyaan ini, sejujur-jujurnya yang menggambarkan kesesuaian dengan diri Saudara. Semua hasil data yang Saudara berikan bersifat rahasia dan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian saja.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Saudara mengisi kuesioner ini.

Bandung, Mei 2008

(13)

DATA PRIBADI

IDENTITAS

Kelas :

Usia :

(14)

Petunjuk Pengisian

Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini, kemudian tentukanlah seberapa yakin Saudara mampu melaksanakan tiap tugas dalam pernyataan tersebut dengan

memberi tanda checklist (√) pada setiap kolom yang sesuai dengan derajat keyakinan Saudara.

a. Pilihlah “SY” jika Saudara Sangat Yakin mampu melakukan tugas tersebut

b. Pilihlah ”Y” jika Saudara Yakin mampu melakukan tugas tersebut

c. Pilihlah “KY” jika Saudara Kurang Yakin mampu melakukan tugas tersebut

d. Pilihlah “TY” jika Saudara Tidak Yakin mampu melakukan tugas tersebut

Contoh:

Pernyataan SY Y KY TY

1. Saya mampu mengerjakan tugas dengan baik walaupun sangat sulit

(15)

No. Pernyataan SY Y KY TY 1. Saya mampu mengatur waktu sehingga dapat

menyelesaikan tugas yang diberikan guru tepat waktu.

2. Saya berusaha berdiskusi dengan teman mengenai materi yang sulit, agar lebih menguasai materi yang disampaikan guru.

3. Menjelang ulangan, saya mampu berusaha mempelajari catatan saya walaupun merasa lelah. 4. Saya berusaha tetap tenang, walaupun banyak tugas

sekolah yang harus saya kerjakan.

5. Saya aktif bertanya dan menjawab ketika guru menerangkan materi di kelas.

6. Saya akan berusaha keras mengumpulkan bahan materi ulangan dengan lengkap (misalnya, dengan memfotokopi, atau meminjam dari teman).

7. Ketika diajak bermain oleh teman, saya memilih menunda kegiatan bermain, dan menyelesaikan tugas terlebih dahulu.

8. Saya merasa senang jika mendapat nilai ulangan yang maksimal karena memperhatikan guru di kelas.

9. Menjelang ulangan, saya mengumpulkan bahan materi ulangan dengan lengkap.

10. Saya mampu berusaha mencari referensi dari buku-buku dan internet untuk menyelesaikan tugas. 11. Walaupun saya tidak suka pada mata pelajaran

tertentu, saya tetap berusaha konsentrasi untuk memahami materi yang diajarkan guru di kelas. 12. Saya merasa lebih tenang jika seluruh catatan saya

(16)

No. Pernyataan SY Y KY TY

13. Saya mampu mengerjakan tugas yang menjadi prioritas terlebih dahulu, sehingga dapat menyelesaikan seluruh tugas tepat waktu.

14. Sebelum jam pelajaran dimulai, saya mampu untuk membaca terlebih dahulu agar lebih memahami materi yang akan disampaikan guru di kelas.

15. Apabila ada soal yang sulit saat ulangan, saya tetap berusaha mengerjakan sendiri, tanpa bekerja sama dengan teman.

16. Saya merasa senang, jika mampu menyelesaikan seluruh tugas tepat waktu.

17. Saya mencatat materi pelajaran yang diajarkan guru di kelas.

18. Saya mampu menyicil dalam menghafal rumus yang banyak agar dapat menghadapi ulangan. 19. Meskipun merasa bosan, saya tetap berusaha

menyelesaikan tugas.

20. Saya merasa optimis akan mendapatkan nilai di atas 6, jika mendengarkan penjelasan guru di kelas. 21. Saya akan belajar bersama teman untuk menghadapi

ulangan, jika memang diperlukan.

22. Saya mampu berusaha sebaik-baiknya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. 23. Jika saya tidak mengerti materi yang disampaikan

guru di kelas, saya berusaha bertanya pada guru untuk mendapatkan informasi yang saya butuhkan. 24. Saya merasa lebih tenang apabila saya telah berlatih

(17)

No. Pernyataan SY Y KY TY

25. Saya mampu menyelesaikan tugas sebaik-baiknya, tanpa melihat tugas yang dikerjakan oleh teman lain.

26. Saya mampu untuk terus berusaha berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru saat pelajaran sedang berlangsung.

27. Walaupun merasa malas, saya mampu tetap berusaha belajar untuk mendapatkan nilai ulangan yang maksimal.

28. Saya merasa puas jika mampu menyelesaikan seluruh tugas saya.

29. Saya mampu menyelesaikan sendiri latihan-latihan soal di kelas, tanpa bertanya pada teman.

30. Sebagai persiapan ulangan, saya mampu berusaha menyediakan waktu dengan berlatih mengerjakan latihan-latihan soal.

31. Saat menghadapi tugas yang sulit, saya akan berusaha mencoba mengerjakannya dulu sendiri. 32. Saya merasa senang jika mampu memahami seluruh

penjelasan guru di kelas. mendengarkan penjelasan guru di kelas daripada mengobrol.

(18)

Data Penunjang

Berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan mengenai pengalaman Saudara selama menempuh pendidikan di SMA. Saudara diharapkan menjawab pertanyaan dengan jujur dan terbuka sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri Saudara.

1. Apakah Saudara pernah mengalami keberhasilan? a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Jika pernah, apa keberhasilan yang berarti bagi Saudara? a. Mendapat nilai yang baik

b. Menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu c. Memenangkan perlombaan/penghargaan d. Dalam bidang lain, seperti olahraga

e. Keberhasilan dalam ……….

3. Keberhasilan yang Saudara alami membuat Saudara …

a. Lebih giat belajar agar dapat mempertahankan/meningkatkan keberhasilan

b. Santai saja dalam belajar karena sering berhasil

c. Merasa terhambat karena ...

d. ………

4. Apakah Saudara pernah mengalami kegagalan? a. Pernah

b. Tidak pernah

5. Jika pernah, kegagalan apa yang Saudara alami?

a. Mendapat nilai yang buruk pada beberapa pelajaran b. Menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu

c. Mengatur waktu belajar

d. Dalam bidang lain, misalnya olah raga

e. Kegagalam dalam………... 6. Kegagalan yang Saudara alami membuat Saudara ………

a. Semakin giat berusaha agar kemudian hari tidak gagal lagi b. Merasa terhambat karena ...

c. ……….

(19)

8.Keberhasilan teman/senior membuat Saudara... a. Meniru gaya belajar mereka dalam mencapai keberhasilan b. Ingin lebih berusaha agar dapat mengungguli mereka c. Tidak percaya diri, karena saya tidak sehebat mereka d. Biasa-biasa saja, kurang berpengaruh.

e. ……….

9. Kegagalan teman/ senior membuat Saudara : a. Tertantang untuk berusaha lebih giat lagi

b. Tidak percaya diri karena saya mungkin tidak akan berhasil juga. c. Biasa saja, kurang berpengaruh.

d. ……….

10. Selama kelas XI, apakah Saudara pernah mendapat kritik/ komentar negatif dari guru, orang tua, atau teman?

a. Pernah b. Tidak pernah

11.Saudara mendapat kritikan dalam hal ... a. Prestasi akademik

b. Tingkah laku belajar, yaitu ... c. Prestasi non akademik, yaitu ... d. Tidak pernah mendapat kritikan

12. Kritikan yang diberikan membuat Saudara:

a. Membuat saya lebih bersemangat dan berusaha memperbaikinya b. Tidak peduli dan mengabaikan kritikan tersebut

c. Menurunkan semangat

d. ……….. 13. Selama kelas XI, kritik/ komentar negatif yang diberikan oleh guru, orang

tua maupun teman membuat Saudara:

a. Lebih berusaha lagi agar berhasil dalam belajar b. Malas berusaha dan tertekan karena ejekan tersebut c. Pesimis terhadap kemampuan diri sendiri

d...

14. Selama kelas XI, apakah Saudara pernah mendapat pujian dari guru, orang tua, atau teman?

a. Pernah b. Tidak pernah

15. Pujian yang diberikan oleh guru, orang tua, maupun teman membuat Saudara:

a. Lebih berusaha untuk mencapai keberhasilan lagi b. Merasa puas dengan hasil yang telah dicapai saat ini c. Biasa saja dan tidak berpengaruh

(20)

16. Bagaimana Saudara menilai kondisi fisik Saudara selama belajar? a. Cepat lelah dan mudah sakit

b. Segar dan sehat

c. ……….. 17. Dengan kondisi fisik seperti di atas, apakah mempengaruhi keyakinan diri

Saudara dalam mengikuti kegiatan belajar?

a. Ya, contoh ... b. Tidak, karena ... 18.Apakah suasana hati mempengaruhi keyakinan diri Saudara dalam

mengikuti kegiatan belajar?

(21)

Universitas Kristen Maranatha

L

1

2

Lampiran III. Skor Kuesioner Self-efficacy

(22)
(23)

Universitas Kristen Maranatha

L

1

4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

47 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 66 Rendah

48 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 88 Tinggi

49 1 2 2 1 3 2 4 1 3 2 3 3 2 2 3 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 60 Rendah

50 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 70 Rendah

(24)

Lampiran IV Hasil Tabulasi Silang Data Penunjang

Lampiran IV.1 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Keberhasilan dengan Derajat

Self-efficacy

Lampiran IV.2 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Jenis Keberhasilan dengan Derajat

Self-efficacy

perlombaan/penghargaan Total 13.7% 9.8% 23.5%

Count 0 1 1

Lampiran IV.3 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Dampak Keberhasilan dengan Derajat

(25)

Lampiran IV.4 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Kegagalan dengan Derajat Self-efficacy

Lampiran IV.5 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Jenis Kegagalan dengan Derajat

Self-efficacy

Lampiran IV.6 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Dampak Kegagalan dengan Derajat

(26)

Lampiran IV.7 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Tokoh Signifikan dengan Derajat

(27)

Lampiran IV.9 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Kegagalan Tokoh yang

Lampiran IV.10 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Frekuensi Pujian dengan Derajat

Self-efficacy

Lampiran IV.11 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Pujian Selama Kelas XI dengan Derajat Self-efficacy

Derajat self-efficacy

Tinggi Rendah Total

Count 20 5 25

Lebih berusaha untuk

mencapai keberhasilan lagi Total 39.2% 9.8% 49.0%

(28)

Lampiran IV.12 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Kritikan/Komentar Negatif dengan

Lampiran IV.13 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Kritik dengan Derajat

Self-efficacy

Derajat self-efficacy

Tinggi Rendah Total

Count 21 8 29

Lebih bersemangat dan

berusaha memperbaiki Total 41.2% 15.7% 56.9%

Count 3 5 8

Tidak peduli dan

mengabaikan kritik tersebut Total 5.9% 9.8% 15.7%

Count 5 5 10

(29)

Lampiran IV.15 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Kritik Selama Kelas XI

Lampiran IV.16 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Kondisi Fisik dengan Derajat

Self-efficacy

Lampiran IV.17 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Kondisi Fisik dengan Derajat

(30)

Lampiran IV.18 Tabel Persentase Tabulasi Silang Antara Pengaruh Suasana Hati dengan Derajat

Self-efficacy

Derajat self-efficacy

Tinggi Rendah Total

Count 28 20 48

Berpengaruh

Total 54.9% 39.2% 94.1%

Count 3 0 3

Suasana hati

Tidak berpengaruh

Total 5.9% .0% 5.9%

Count 31 20 51

Total

(31)

1. 1 Latar Belakang Masalah

Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya remaja adalah melalui pendidikan. Melalui pendidikan, remaja dapat membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Maka seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan menjadi hal yang penting bagi bangsa Indonesia, khususnya mempersiapkan generasi muda sebagai alat penggerak dalam mengelola berbagai informasi yang ada. (Djudju Sudjana, Pikiran Rakyat, 15 Februari 2005)

(32)

2005/2006, SMA”X” menempati posisi sekolah dengan Nilai Ebtanas Murni (NEM) tertinggi ke-7 se-Bandung (http://depdiknas.go.id).

Dalam menempuh pendidikan di sekolah, siswa mengikuti proses belajar. Proses belajar merupakan sejumlah perubahan yang diatur dan direncanakan, supaya tujuan pendidikan sekolah tercapai. (W.S Winkel, 1983). Proses belajar yang dilakukan siswa SMA”X” meliputi antara lain proses belajar di kelas, proses mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ulangan harian, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Dalam satu tahun ajaran, siswa menempuh dua semester. Setelah siswa melaksanakan proses belajar selama satu semester, siswa akan mengikuti Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Demikian pula pada semester berikutnya.

(33)

Dalam proses pemilihan program studi, siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk mengambil keputusan mengenai minatnya terhadap program studi yang akan ditempuh di kelas XI. Hal ini dilakukan oleh siswa dengan mengisi kuesioner pemilihan program studi yang diberikan oleh guru. Dalam kuesioner tersebut, diajukan pertanyaan mengenai pilihan program studi yang diinginkan siswa. Lalu pada akhirnya, guru akan meninjau minat siswa terkait dengan nilai akademik.

Nilai akademik yang dijadikan acuan dalam memilih program studi yakni nilai raport kelas X sebagai hasil proses belajar siswa selama 2 (dua) semester. Pelaksanaan penjurusan berdasarkan nilai akademik dapat dilihat dari nilai raport siswa pada mata pelajaran tertentu. Untuk dapat menempuh program studi IPA, ditentukan dari nilai mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan biologi, sedangkan untuk dapat menempuh program studi IPS, ditentukan dari mata pelajaran matematika, ekonomi, sejarah, geografi dan sosiologi. Di SMA”X”, untuk memilih program studi IPA maupun IPS, rata–rata nilai raport minimal untuk mata pelajaran di atas adalah 6.

(34)

biologi, siswa kelas XI IPA juga perlu melakukan praktikum sebagai aplikasi dari teori yang telah dipelajari, masing-masing 2 jam pelajaran.

Dalam proses belajar, siswa kelas XI IPA harus mengikuti 19 mata pelajaran dalam satu minggu. Pada tahun ajaran 2005/2006, dalam satu minggu total waktu yang digunakan untuk menempuh seluruh mata pelajaran di kelas XI IPA adalah 46 jam pelajaran. Untuk tahun ajaran 2006/2007, total waktu yang digunakan untuk menempuh seluruh mata pelajaran tersebut adalah 42 jam pelajaran, di mana 1 jam pelajaran berlangsung dalam waktu 45 menit. Dalam waktu 42 jam pelajaran selama satu minggu, siswa kelas XI IPA di SMA”X” diharapkan memahami seluruh materi yang disampaikan oleh guru, baik materi yang bersifat teori maupun praktek.

(35)

tugas yang sulit. Mereka menurunkan usahanya dan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan belajar.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada 13 orang siswa kelas XI IPA dan 13 orang siswa kelas XI IPS di SMA”X”, seluruh siswa kelas XI IPS merasa yakin akan kemampuannya dalam menghadapi proses belajar. Akan tetapi seluruh siswa kelas XI IPA mengeluhkan bahwa mereka merasa kesulitan belajar dalam mengikuti proses belajar. Kesulitan yang mereka hayati berbeda-beda. Sebanyak 4 siswa (30,8%) merasa tidak yakin akan berhasil dalam menyelesaikan tugas maupun ujian. Mereka mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dalam belajar dan menghafal rumus yang banyak. Dalam usahanya saat belajar, mereka cenderung belajar hanya satu sampai tiga hari menjelang ujian. Saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas, mereka cenderung merasa tidak mampu menyelesaikannya sebelum mencoba. Merekapun menunda untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru dan latihan-latihan. Mereka mencoba belajar saat mengikuti kursus, tetapi cenderung merasa bosan.

(36)

contoh, pada saat praktikum mempelajari materi bab 4, teori mempelajari bab 2. Sementara itu, ulangan teori dilaksanakan pada jam pelajaran praktikum, sehingga siswa merasa materi teori dan praktikum tidak sejalan. Hal ini menyebabkan siswa merasa bahwa beban materi yang diberikan menjadi sangat banyak dan sulit untuk mengatur waktu belajar dalam mempelajari materi teori dan materi praktikum.

Di samping itu, sebanyak 2 siswa lainnya (15,4%) merasa kurang yakin bahwa dirinya mampu menguasai materi ujian. Mereka merasa akan mendapat nilai di bawah enam, dalam Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester. Menjelang Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester, siswa menganggap tugas yang diberikan guru mengakibatkan tidak bisa berkonsentrasi selama belajar, sehingga siswa menjadi terburu–buru dalam mengerjakan tugas.

Sedangkan sebanyak 4 orang (30,8%) siswa merasa yakin akan berhasil dalam menguasai soal-soal latihan dan menghadapi ujian. Mereka menghayati kesulitan yang mereka rasakan, yaitu dalam menghadapi soal latihan yang sulit dikerjakan. Namun, untuk mengatasinya, siswa setiap hari berlatih mengerjakan soal-soal latihan serta mengikuti kursus. Saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas, mereka tidak menyerah tetapi berusaha bertanya pada teman lain atau guru hingga mereka mengetahui penyelesaiannya.

(37)

menganggap kesulitan sebagai tantangan yang harus diatasi, akan menjalani proses belajar dengan semangat. Mereka tetap berusaha keras walaupun mendapat kesulitan (Bandura, dalam Pajares, 2006). Hal tersebut dapat terlihat dari usahanya dalam mengerjakan tugas sekolah dan latihan soal dengan sungguh-sungguh, mendengarkan apabila guru menerangkan di kelas, tidak mudah menyerah apabila mengalami kesulitan dalam belajar, merasa optimis menjelang ulangan, serta menetapkan target nilai yang tinggi. Bila mereka memperoleh nilai ulangan harian yang tidak memuaskan maka akan memperbaikinya pada ulangan yang berikutnya dengan belajar lebih giat lagi, sehingga pada akhirnya mencapai prestasi yang optimal.

Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 9 orang (69,2%) siswa IPA kelas XI di SMA”X” merasa tidak yakin bahwa dirinya mampu mengatasi setiap kesulitan belajar. Mereka merasa belum yakin mampu menetapkan metode belajar materi teori dan praktikum yang efektif, serta mengatur waktu belajar di luar jam belajar di sekolah. Di samping itu, mereka menunda-nunda mengerjakan tugas dan latihan soal yang banyak, merasa pesimis dalam menghadapi ulangan harian, Ujian Tengah Semester, ataupun Ujian Akhir Semester, sehingga prestasi belajar mereka menjadi kurang optimal.

(38)

mengetahui bagaimana self-efficacy pada siswa kelas XI IPA di SMA “X” Bandung.

1. 2 Identifikasi Masalah

Bagaimana gambaran self-efficacy dalam menghadapi proses belajar pada siswa kelas XI IPA di SMA "X" Bandung.

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. 3. 1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai self-efficacy dalam menghadapi proses belajar pada siswa kelas XI IPA di SMA "X" Bandung.

1. 3. 2 Tujuan Penelitian

(39)

1. 4 Kegunaan Penelitian

1. 4. 1 Kegunaan Ilmiah

1. Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan dan Psikologi Perkembangan dalam hal self-efficacy pada remaja, khususnya siswa SMA kelas XI IPA.

2. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai self-efficacy pada siswa SMA kelas XI IPA.

1. 4. 2 Kegunaan Praktis

1.Sebagai masukan bagi siswa SMA kelas XI IPA, agar memiliki pengetahuan mengenai self-efficacy dalam mengikuti proses belajar dan mempertimbangkan untuk mengikuti pelatihan agar dapat meningkatkan pemahaman mengenai self-efficacy.

2. Sebagai masukan bagi guru pengajar, khususnya kelas XI di SMA ”X” mengenai derajat self-efficacy serta faktor-faktor yang menunjang peningkatan self-efficacy sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan strategi pengajaran di kelas terutama di bidang akademik.

(40)

1.5 Kerangka Pemikiran

Usia remaja berkisar antara 10–22 tahun (Santrock, 2002). Dalam usianya ini, remaja dituntut untuk lebih mandiri, dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas–tugas perkembangannya. Sebagai individu, maka remaja harus belajar untuk memikul tanggung jawab bagi diri mereka sendiri dalam setiap dimensi kehidupan. Salah satunya dalam bidang pendidikan yaitu dengan menuntut ilmu sebagai bekal bagi kehidupan di masa yang akan datang.

(41)

Menurut W.S Winkel (1983), faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, sedangkan faktor internal meliputi taraf kecerdasan, motivasi, sikap, keyakinan diri, dan keadaan psikis. Salah satu faktor yang penting dalam usaha mencapai prestasi menurut Bandura (2002) adalah keyakinan diri. Keyakinan dari dalam diri siswa, oleh Bandura disebut dengan istilah self-efficacy, yang merupakan keyakinan akan kemampuan diri dalam mengatur dan melaksanakan sumber–sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi di masa yang akan datang. Menurut Bandura (2002), self-efficacy dapat berkaitan dengan performance akademis seseorang, seperti aspirasi siswa, tingkat ketertarikan terhadap bidang akademis.Self-efficacy dalam diri siswa dapat dilihat dalam pilihan yang dibuat; usaha yang dikeluarkan; berapa lama siswa bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kesulitan; penghayatan dan perasaannya terhadap hal–hal yang berhubungan dengan proses mengerjakan tugas, proses belajar di kelas dan proses persiapan ulangan.

(42)

yang tinggi pada mata pelajaran matematika dan memilih mengerjakan tugas dan latihan soal dengan sungguh-sungguh. Apabila setelah berusaha, ternyata siswa berhasil mendapat nilai yang tinggi, maka di masa yang akan datang, siswa membentuk keyakinan bahwa dirinya akan mampu mencapai keberhasilan kembali. Pengalaman keberhasilan ini dapat meningkatkan self-efficacy. Sedangkan pada siswa yang kurang yakin akan kemampuannya dalam membuat pilihan, mereka memiliki aspirasi yang rendah dan tidak berkomitmen pada tujuan yang telah mereka tetapkan, misalnya hanya menetapkan target nilai lima pada mata pelajaran matematika dan memilih bermain ketika mendapat tugas, dan tidak mengerjakan tugas tersebut. Ketika siswa mendapat nilai yang rendah pada pelajaran matematika, maka siswa akan membentuk keyakinan bahwa dirinya kurang mampu membuat pilihan dalam menghadapi proses belajar dan di masa yang akan datang, ia akan kembali mendapat nilai yang rendah.

(43)

guru. Hal ini dapat mengakibatkan siswa membentuk keyakinan bahwa kegagalan menyelesaikan seluruh kewajiban belajar disebabkan karena kurangnya kemampuan dalam mengerahkan usaha, sehingga di kemudian hari, siswa menjadi kurang berusaha sehingga pada akhirnya dapat menurunkan self-efficacy.

Berkaitan dengan berapa lama siswa bertahan saat dihadapkan pada rintangan, siswa kelas XI IPA yang yakin akan kemampuannya bertahan ketika mengalami banyak hambatan dalam menghadapi proses belajar, maka akan mempertahankan motivasinya untuk menyelesaikan seluruh proses belajar. Misalnya, saat mendapat nilai ujian yang rendah, siswa akan bertanya pada guru, pada teman sekelasnya. Mereka dengan cepat mengembalikan penghayatan terhadap efficacy ketika menghadapi hambatan belajar, sehingga di kemudian hari mereka berkonsentrasi pada keberhasilan dan meningkatkan self-efficacy mereka. Sedangkan siswa yang kurang yakin akan kemampuannya untuk bertahan dalam mengatasi hambatan, akan menyerah bila dihadapkan pada soal ujian yang dipandang sulit dan memandang hambatan sebagai ancaman bagi diri mereka. Mereka terfokus pada hambatan yang akan dihadapi, sehingga di kemudian hari, ketika menghadapi soal yang sulit, siswa lebih memikirkan kemungkinan hasil yang tidak menyenangkan, dan hal ini dapat menurunkan self-efficacy.

(44)

mengalami hambatan, maka di kemudian hari, siswa membentuk keyakinan bahwa dirinya dapat mengatur perasaannya sehingga dapat meningkatkan self-efficacy-nya. Sebaliknya, siswa kelas XI IPA yang kurang yakin akan kemampuannya mengatasi stres ketika mengalami hambatan, akan mudah merasa stres karena berpikir bahwa dirinya tidak mampu mengatasi kesulitan tersebut. Jika mendapatkan banyak tugas, siswa menjadi malas belajar, menunda–nunda ataupun tidak mengerjakan tugas. Dengan demikian siswa menjadi gagal mengatasi stres sehingga di kemudian hari akan menurunkan self-efficacy siswa.

Dengan demikian, self-efficacy yang tinggi maupun yang rendah dapat dilihat dari keempat indikator di atas, yaitu pilihan yang dibuat siswa, usaha yang dikeluarkan, berapa lama siswa bertahan, serta penghayatan perasaan. Self-efficacy itu sendiri, terbentuk melalui empat sumber informasi yaitu mastery expereriences, vicarious experiences, verbal persuasions dan physiological and affective state (Bandura, 2002). Siswa menerima informasi-informasi tersebut dari sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sosial (Bandura, dalam Pajares 2006). Informasi tersebut diseleksi dan diintergrasikan oleh siswa kelas XI IPA di SMA”X” untuk membuat penilaian terhadap kemampuan yang dimilikinya.

(45)

kimia dan akan selalu mendapat nilai ulangan harian di bawah enam pada ulangan berikutnya.

Vicarious experiences, yaitu pengalaman keberhasilan maupun kegagalan yang diamati dari orang lain sebagai model, misalnya orang tua, teman sebaya, guru. Menurut Santrock (2002), teman sebaya mempunyai peran yang penting pada masa remaja. Apabila seorang siswa kelas XI IPA melihat prestasi siswa lain yang berhasil mendapat nilai yang tinggi melalui usaha yang terus–menerus, dapat meningkatkan keyakinan bahwa dirinya juga memiliki kemampuan untuk mencapai keberhasilan. Jika siswa melihat teman sekelasnya yang lain mendapat nilai ujian yang rendah meskipun sudah berusaha keras, maka siswa akan menurunkan penilaian terhadap self–efficacy dan menurunkan keinginan mereka untuk berusaha.

Verbal persuasions, yaitu ucapan berupa pujian, kritik, dorongan dari teman, guru, dan anggota keluarga, yang dapat menguatkan maupun melemahkan keyakinan bahwa siswa memiliki hal–hal yang dibutuhkan untuk berhasil. Siswa kelas XI IPA yang mendapat dorongan secara verbal oleh teman–temannya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mendapat nilai yang baik, maka akan cenderung mengerahkan usaha yang lebih besar untuk mendapat nilai yang baik dan mempertahankannya. Sedangkan siswa yang dipersuasi bahwa mereka tidak mampu mendapatkan nilai yang baik, maka akan menghindari tugas yang menantang dan merasa tidak mampu sehingga menjadi mudah menyerah.

(46)

mempengaruhi penilaian seseorang terhadap self–efficacynya. Siswa yang merasa proses belajar adalah keadaan yang menyenangkan dapat memperkuat self– efficacy, karena suasana hati yang positif dapat membuat siswa menjadi lebih bersemangat dan memperkuat self–efficacy, sedangkan suasana hati yang tidak menyenangkan ketika sedang menghadapi proses belajar dapat menurunkan semangat dan self–efficacy. Misalnya, siswa yang menyukai mata pelajaran fisika, merasa bersemangat saat mengerjakan soal-soal latihan fisika, mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh, dan dapat meningkatkan self-efficacy bahwa dirinya akan menguasai mata pelajaran fisika, sedangkan pada mata pelajaran lain yang tidak disukai, dapat membuat siswa menjadi kurang bersemangat dalam mengerjakan soal, siswa menjadi tidak berhasil menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru, dan pada akhirnya dapat menurunkan self-efficacy.

Setelah tersedia sumber-sumber pembentuk self-efficacy, seluruh informasi kejadian yang diperoleh dari keempat sumber akan diolah melalui empat proses, yaitu proses kognitif, proses motivasional, proses afektif dan proses seleksi. Keempat proses inilah yang akan mempengaruhi derajat self-efficacy dan tingkah laku siswa (Bandura, 2002). Dengan kata lain, keempat proses ini akan mempengaruhi siswa kelas XI IPA dalam proses berpikir, memotivasi dirinya, menghayati keadaannya dan menampilkan perilaku (Bandura, 2002).

(47)

keberhasilan mendapat nilai ulangan yang tinggi pada mata pelajaran fisika, siswa tersebut akan berpikir bahwa dirinya mampu membuat pilihan yang tepat, mengerahkan usaha semaksimal mungkin, mampu bertahan mengatasi setiap hambatan, serta mampu mengatasi stres dalam menghadapi ulangan berikutnya. Hal ini akan membuat siswa bekerja keras untuk mencapai keberhasilan, sehingga perfomance-nya semakin meningkat. Sebaliknya, siswa yang berulang-ulang mengalami kegagalan, yakni mendapat nilai yang rendah pada pelajaran fisika, siswa tersebut akan berpikir bahwa dirinya tidak mampu membuat pilihan yang tepat, tidak mampu mengerahkan usaha dan mempertahankan motivasinya, serta tidak mampu mengatasi stres dalam menghadapi ulangan fisika berikutnya. Hal ini membuat siswa bekerja seadanya atau bahkan tidak sesuai dengan kemampuan yang sebenarnya, sehingga performance-nya semakin menurun.

Berdasarkan sumber-sumber self-efficacy, maka siswa yang membayangkan situasi keberhasilan di masa yang akan datang, akan menetapkan tujuan atau target yang tinggi, disertai usaha keras untuk mencapai tujuan tersebut, dan memiliki self-efficacy yang tinggi. Sebaliknya siswa yang membayangkan situasi kegagalan, tidak akan menetapkan tujuan yang tinggi, tidak memiliki kemauan untuk berusaha mencapai hasil yang maksimal, dan memiliki self-efficacy yang rendah.

(48)

tujuan. Motivasi diperlukan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan, siswa tidak hanya harus berusaha, tetapi juga mempertahankan motivasinya ketika mengalami banyak hambatan. Apabila siswa tidak dapat mempertahankan usahanya, maka hambatan tersebut gagal dilalui. Siswa sering mendapat pujian karena berhasil menyelesaikan latihan soal matematika yang cukup sulit setelah bersungguh-sungguh belajar selama 2 jam. Siswa tersebut akan membentuk keyakinan bahwa di kemudian hari, dirinya akan dapat menyelesaikan latihan soal matematika yang cukup sulit bila bersungguh-sungguh belajar. Siswa akan berusaha mengerahkan dan mempertahankan usaha dalam mencapai keberhasilan, juga akan tetap berusaha keras mengatasi setiap hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan mempunyai self-efficacy yang tinggi. Sebaliknya apabila siswa mendapat kritik karena sering gagal menyelesaikan latihan soal yang sulit walaupun telah berusaha keras, akan menampilkan perilaku yang kurang mampu dalam mengerahkan dan mempertahankan usaha dalam mencapai keberhasilan dan di kemudian hari cenderung mudah menyerah jika dihadapkan pada hambatan dan kesulitan dan mempunyai self-efficacy yang rendah.

(49)

kesulitan, akan mengalami kecemasan yang tinggi yang akan membuat siswa terpaku pada perasaan mengenai ketidakmampuannya. Hal ini membuat siswa merasa bahwa dirinya tidak mampu menghadapi ancaman dan tidak mampu mengatasi stres. Proses afektif ini akan mempengaruhi tingkah laku siswa dalam penghayatan perasaannya. Ketika dihadapkan pada kesulitan selama menghadapi proses belajar, siswa akan mengalami berbagai penghayatan seperti rasa kecewa, cemas, dan stres. Untuk mengatasi hal tersebut, diharapkan siswa menyadari bahwa itu adalah reaksi yang normal dan berusaha menurunkan derajat penghayatannya.

Proses yang terakhir adalah proses seleksi. Proses ini memungkinkan siswa kelas XI IPA untuk membuat pilihan yang berkaitan dengan aktivitas dan situasi belajar mereka. Siswa akan menghindari aktivitas dan situasi yang mereka yakini di luar kemampuan belajar mereka. Mereka dengan cepat melakukan aktivitas dan memilih situasi yang mereka nilai bahwa mereka mampu menanganinya. Siswa yang sering mendapat nilai tinggi dalam mengerjakan tugas, akan memilih melakukan aktivitas yang menantang dan memiliki keyakinan akan keberhasilan dalam aktivitas yang dipilihnya, misalnya mencoba menentukan sendiri metode belajar yang sesuai dengan dirinya. Sebaliknya, siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan menghindari aktivitas yang menantang dan kurang memiliki keyakinan untuk berhasil dalam aktivitas yang dilakukannya. Siswa akan menunda-nunda mengerjakan tugas.

(50)
(51)

Universitas Kristen Marantha

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

2

2. Usaha yang dikeluarkan

3. Daya tahan saat menghadapi rintangan

(52)

1.6 Asumsi Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka diajukan asumsi penelitian sebagai berikut : 1. Siswa SMA kelas XI IPA mengalami proses belajar, yaitu proses

mengerjakan tugas-tugas, proses belajar di kelas, dan proses persiapan ulangan. Dalam menghadapi proses belajar, siswa dapat mengalami kesulitan, yaitu dalam hal mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas belajar dan menghafal materi ulangan.

2. Untuk mengatasi kesulitan, siswa SMA kelas XI IPA membutuhkan self-efficacy yang tinggi. Siswa kelas XI IPA ada yang memiliki self-self-efficacy yang tinggi dan self-efficacy yang rendah.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa kelas XI IPA di SMA”X” memiliki self-efficacy tinggi

dalam menghadapi proses belajar.

2. Pada siswa kelas XI IPA di SMA”X” dengan self-efficacy tinggi, pengalaman keberhasilan dan kegagalan dihayati secara positif, sehingga mengakibatkan siswa menjadi lebih giat belajar. Pada siswa dengan self-efficacy rendah, pengalaman kegagalan mengakibatkan siswa merasa terhambat dalam menghadapi proses belajar

3. Pada sebagian besar siswa kelas XI IPA di SMA”X” dengan self-efficacy tinggi, keberhasilan dan kegagalan teman sebaya yang merupakan model membuat siswa menjadi lebih berusaha agar dapat mengungguli, sedangkan pada sebagian besar siswa dengan self-efficacy rendah, keberhasilan dan kegagalan model membuat siswa menjadi kurang percaya diri.

(54)

memiliki self-efficacy yang tinggi akan lebih bersemangat, tetapi siswa dengan self-efficacy rendah cenderung menurunkan semangatnya dalam belajar. 5. Pada physiological and affective states, baik siswa yang memiliki self-efficacy

tinggi maupun rendah menghayati kondisi fisik seperti rasa sakit dan lelah mempengaruhi self-efficacy siswa dalam menghadapi proses belajar. Suasana hati siswa, seperti kurang bersemangat, rasa sedih, marah dan kesal karena banyak masalah juga turut mempengaruhi self-efficacy sebagian besar siswa dalam menghadapi proses belajar.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini:

5.2.1. Penelitian Lanjutan

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sumber-sumber efficacy dengan derajat self-efficacy pada siswa kelas XI IPA dan IPS.

2. Disarankan untuk menambahkan sampel penelitian agar dapat lebih menggambarkan derajat self-efficacy.

(55)

5.2.2. Guna Laksana

1. Bagi siswa SMA kelas XI IPA diharapkan dapat menyadari pentingnya memiliki self-efficacy yang tinggi dalam menghadapi proses belajar. Oleh karena itu diharapkan siswa dapat meningkatkan self-efficacy melalui keempat sumber self-efficacy agar mencapai prestasi yang optimal.

2. Bagi guru pengajar kelas XI IPA diharapkan dapat menyadari pentingnya self-efficacy siswa dalam menghadapi proses belajar, sehingga dapat memberikan dorongan kepada siswa dalam rangka meningkatkan self-efficacy.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 2002. Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman and Company.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing, Design, Analysis and Use. USA: Allyn & Bacon

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo.

Pajares, F., & Urdan T. 2006. Self-efficacy Beliefs Of Adolescents. Greenwich, CT: Information Age.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development--Perkembangan Masa Hidup jilid satu, terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia: Erlangga.

______________. 2002. Life Span Development--Perkembangan Masa Hidup jilid dua, terjemahan Juda Damanik, Akhmad Ghusairi. Indonesia: Erlangga.

Siegel, Sidney. 1997. Statistika Nonparametik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

(57)

DAFTAR RUJUKAN

Eterno, Stefani., 2003. Studi Deskriptif Mengenai Self-efficacy Pada Mahasiswa Desain Komunikasi Visual Angkatan 2004 Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Panduan Penelitian Skripsi Sarjana. Agustus 2007. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://www.des.emory.edu/mfp/self-efficacy.html, diakses 4 Februari 2008

http://www.ypibandung.com/sma.htm, diakses 19 April 2007

http://www.pajares/self-efficacy, diakses 4 Februari 2008

(58)

Referensi

Dokumen terkait

Konseling yang berisi kegiatan tanya jawab dengan menantang pikiran-pikiran berkaitan dengan masalah pikiran irasional konseli dinilai sebagai cara konvensional dan

Bahkan terhadap pejabat diplomatik yang telah terbukti melakukan kejahatan atau pelanggaran di Negara penerima, Negara pengirim dapat menanggalkan hak kekebalan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih efektif, yang ditandai: (1) rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi segitiga dengan menggunakan

Keputusan Kepala LAN No.239/IX/6/8/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa akuntabilitas kinerja

Prosentase kesesuaian Data hasil penelitian dalam penunjang penyusunan perencanaan pembangunan daerah. % 20,00

(pengujian pengendalian). Audit atas siklus penjualan menjadi perhatian auditor karena penjualan merupakan pendapatan yang merupakan bagian penting pembentuk laba rugi

Pada tugas akhir ini, nilai histeresis ditentukan sebagai fungsi dari kuat sinyal terima (RSS) dari BS yang sedang melayani1. Kemudian dilihat perubahan jarak terjadi

[r]