DAFTAR PUSTAKA
1. Kacaribu, Rusdin. Skripsi – Pengaruh Pelapisan Minyak Pada Dielektrik
Plastik Terhadap Tegangan Tembus AC. Universitas Sumatera Utara.
Medan. 2007
2. Chanlyn, Join Wan. Skripsi – Pengaruh Butiran Air Hujan Terhadap
Tegangan Tembus Udara. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2013
3. Tobing, Bonggas L. Dasar-dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi,
edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta. 20012
4. Simanjuntak, Christian Daniel. Skripsi – Pengaruh Kenaikan Suhu
Terhadap Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda Bola Yang Terpolusi
Asam. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2014
5. Nurhamzah, Tezar Prima. Skripsi – Studi Laju Korosi Pada Sampel Pipa
Baja API 5L X-52 dengan Pengaruh Kecepatan Putaran dan Gas CO2 Pada pH 6 dalam Larutan NaCl 3.5%. Universitas Indonesia. Depok.
2011
6. Djaprie, Sriati. Ilmu dan Teknologi Bahan ( Ilmu Logam dan Bukan
BAB III
METODOLOGI
Pada bab ini akan dibahas mengenai persiapan dan proses pengujian dalam
pengambilan data. Dimana data ini akan di analisa untuk mendapatkan pengaruh
kelembaban udara terhadap tegangan tembus sela bola yang telah terpolusi asam.
Ada beberapa proses untuk dapat melakukan pengujian ini dengan baik.
1. Tahap persiapan, yang diantaranya melengkapi peralatan dan bahan
yang akan digunakan serta mengecek kondisi peralatan.
2. Tahap proses pengujian, yang diantaranya melakukan prosedur
pengujian yang baik dan pengambilan data.
3.1 Tahap Persiapan
Untuk melakukan pengujian ini dibutuhkan beberapa bahan dan
peralatan.Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini dimiliki oleh
Laboratorium Tegangan Tinggi Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3.1.1 Peralatan yang Digunakan
1. Empat buah elektroda bola
Elektroda yang digunakan dalam pengujian ini terbuat dari bahan baja
dengan diameter 5 cm sebanyak 2 buah dan diameter 10 cm sebanyak 2
buah
2. Satu unit trafo uji
Trafo uji ini memiliki spesifikasi 200/100.000 Volt; 50 Hz; 10
kVA.Gambar 3.1 menunjukkan satu unit trafo uji yang digunakan
Gambar 3.1 Trafo Uji
3. Satu unit autotrafo
Autotrafo yang digunakan memiliki spesifikasi 220/0-200 Volt; 10
kVA.Gambar 3.2 menunjukkan satu unit autotrafo yang digunakan
dalam pengujian.
Gambar 3.2 Autotrafo
4. Satu unit tahanan peredam
Tahanan peredam yang digunakan dengan spesifikasi
10 MΩ; 60 MW.Gambar 3.3 menjukkan tahanan
Gambar 3.3 Tahanan peredam
5. Satu unit multimeter
Multimeter yang digunakan dengan spesifikasi merk Excel DT9205A;
0,2 – 750 VAC; 0,2 – 1000 VDC; 0,02 – 20 AAC; 0,002 – 20 ADC.
Gambar 3.4 memperlihatkan satu unit multimeter yang digunakan
dalam pengujian.
Gambar 3.4 Multimeter
6. Satu unit barometer/humiditymeter/thermometer digital
Spesifikasi: merk Lutron PHB 318; range tekanan 7,5 – 825,0 mmHg;
range kelembaban 10 – 110 % RH; range suhu 0 – 50 0C.Gambar 3.5
menunjukkan satu unit barometer/humiditymeter/thermometer digital
7. Ketel listrik
Ketel listrik digunakan untuk menghasilkan uap untuk
kelembaban.Gambar 3.6 memperlihatkan ketel listrik yang digunakan
dalam pengujian ini.
Gambar 3.6Ketel Listrik
8. Wadah untuk melembabkan udara di sekitar elektroda
Wadah ini berupa peti terbuat dari rangka kayu dengan dinding plastic
transparan.Peti berukuran 100 x 30 x 30 cm ini diberi 2 lubang pada
dinding plastiknya.Satu lubang untuk tempat masuk dan keluarnya uap
air dan lubang yang lainya tempat memasukkan humiditymeter untuk
mengukur kelembaban udara di dalam wadah.Gambar 3.7
memperlihatkan wadah untuk melembabkan udara dalam pengujian ini.
Gambar 3.7Wadah untuk Melembabkan Udara di Sekitar Elektroda
9. Selang plastik
Selang plastik digunakan untuk memasukkan uap air ke kotak kaca
Ember plastik digunakan untuk tempat mencelupkan elektroda bola ke
dalam larutan asam klorida.
3.1.2 Bahan yang Digunakan
1. 10 liter air murni
2. 3 liter larutan asam klorida dengan pH 4
3.1.3 Tempat dan Waktu
Tempat pengujian dilakukan di laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
FT-USU. Pengujian dilakukan dari hari senin hingga jumat pada pukul
10.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB.
3.2 Tahap Proses Pengujian
Pada tahapan ini akan dijelaskan bagaimana tahapan-tahapan dalam
pengambilan data yang diinginkan. Tahapan ini meliputi rangkaian pengujian
dan prosedur pengujian.
3.2.1 Rangkaian Percobaan
Gambar 3.8 Rangkaian Pengujian Pengaruh Kelembaban Terhadap
Tegangan Tembus Udara pada Elektroda Bola Terpolusi
Asam.
Keterangan :
3.2.2 Prosedur Pengujian
Pengujian yang akan dilakukan ada dua pengujian yaitu
pengujian pengaruh kelembaban terhadap tegangan tembus udara
dengan elektroda bola yang tidak terpolusi asam dan pengujian
pengaruh kelembaban terhadap tegangan tembus udara dengan
elektroda bola yang telah terpolusi asam.
3.2.2.1 Pengujian Pengaruh Kelembaban Terhadap Tegangan
Tembus Udara dengan Elektroda Bola tidak Terpolusi
Asam.
1. Mengukur suhu, tekanan, dan kelembaban udara
disekitar percobaan.
2. Elektroda bola berdiameter 5 cm.
3. Jarak sela elektroda bola-bola dibuat 0,8 cm.
4. Atur tingkat kelembaban udara di dalam kotak dengan
mengalirkan uap pada kotak.
5. Saklar pemisah (S1) ditutup dan AT diatur hingga
tegangan keluarannya nol.
6. Saklar (S2) ditutup.
7. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap
dengan kecepatan 1 kV/detik sampai udara pada sela
bola tembus listrik.
8. Saat terjadi tembus listrik dicatat tegangan sekunder
trafo uji dan saklar sekunder (S2) segera dibuka.
9. AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
10.Ulangi prosedur 4 s.d.8 sebanyak 3 kali.
11.Lakukan prosedur 4 s.d. 8 untuk jarak sela bola 1,4 cm
12.Lakukan prosedur 5 s.d. 8 untuk elektroda bola
berdiameter 10 cm.
3.2.2.2 Pengujian Pengaruh Kelembaban Terhadap Tegangan
Tembus Udara dengan Elektroda Bola yang
Telah Terpolusi Asam.
2. Seluruh permukaan elektroda bola direndam dalam
larutan asam klorida dengan pH 2.
3. Keringkan elektroda bola dalam ruang pengering dan
biarkan selama 2 hari.
4. Mengukur suhu, tekanan dan kelembaban udara
disekitar percobaan.
5. Jarak sela elektroda bola-bola dibuat 0,8 cm.
6. Atur tingkat kelembaban udara di dalam kotak kaca
dengan memasukkan uap air melalui pipa masuk uap.
7. Saklar pemisah (S1) ditutup dan AT diatur hingga
tegangan keluarannya nol.
8. Saklar (S2) ditutup.
9. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap
dengan kecepatan 1kV/detik sampai udara pada sela
bola tembus listrik.
10.Saat terjadi tembus listrik dicatat tegangan sekunder
trafo uji dan saklar sekunder (S2) segera dibuka.
11.AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
12.Ulangi prosedur 5 s.d.8 sebanyak 3 kali.
13.Lakukan prosedur 5 s.d.8 untuk jarak sela bola 1,2 cm.
14.Lakukan prosedur 5 s.d. 8 untuk elektroda bola
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil pengujian dan menganalisa
pengaruh kelembaban terhadap kekuatan dielektrik udara pada elektroda bola
yang terpolusi asam.
4.1 Hasil Percobaan untuk Elektroda Berdiameter 10 cm
Untuk hasil percobaan elektroda berdiameter 10 cm dibagi kedalam
dua bagian, yaitu untuk jarak sela 0,8 cm dan untuk jarak sela 1,4 cm.
4.1.1 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 0,8 cm
Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 10 cm dengan
jarak sela 0,8 cm ditampilkan pada table berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Pengaruh Kelembaban untuk Elektroda
Bola Diameter 10 cm dengan Sela Bola 0,8 cm.
% RH
Tegangan Tembus (kV)
Va Vb Vc
85 13,32 11,08 9,76
a. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi elektroda bola
normal (Va).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang belum terpolusi asam, seperti pada Gambar 4.1
berikut.
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 0,8
cm Pada Saat Elektroda Bola Belum Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,005x3 – 0,106x2 + 1,619x – 2,090. Dimana nilai x pada keadaan
elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban 5%.
b. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-2
elektroda bola terpolusi asam asam (Vb).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam selama dua hari, seperti pada
Gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 0,8
cm Pada Hari ke-2 Elektroda Bola Terpolusi Asam.
yaituy = -0,033x3 + 1,275x2 – 13,078x + 41,115. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
c. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-7
elektroda bola terpolusi asam (Vc).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam selama tujuh hari, seperti pada
Gambar 4.3 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 0,8
cm Pada Hari ke-7 Elektroda Bola Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = -0,047x3 + 1,7843x2 – 16,939x + 47,581. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
Untuk memudahkan pengamatan, ketiga grafik tersebut dapat
Gambar 4.4 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dan Jarak Sela 0,8
cm dengan Ketiga Keadaan Polusi Asam.
Dimana:
Grafik untuk keadaan elektroda bola sebelum terpolusi
asam.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama dua hari.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama tujuh hari.
4.1.2 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 1,4 cm
Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 10 cm dengan
jarak sela 1,4 cm ditampilkan pada table berikut.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Pengaruh Kelembaban untuk Elektroda Bola
Diameter 10 cm dengan Sela Bola 1,4 cm.
% RH
% RH = Kelembaban relatif celah udara.
Va = Tegangan tembus udara pada elektroda kondisi sebelum terpolusi
Vb = Tegangan tembus udara pada hari ke-2 setelah elektroda terpolusi
asam.
Vc = Tegangan tembus udara pada hari ke-7 setelah elektroda terpolusi
asam.
a. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi elektroda belum
terpolusi asam (Va).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang belum terpolusi asam, seperti pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Saat Elektroda Bola Belum Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,0178x3 – 0,6614x2 + 8,7956x – 25,463. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
b. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-2
elektroda bola terpolusi asam asam (Vb).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam selama dua hari, seperti pada
Gambar 4.6 berikut.
Gambar 4.6 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Hari ke-2 Elektroda Bola Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,0115x3 – 0,4504x2 + 6,515x – 13,148. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
c. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-7
elektroda bola terpolusi asam asam (Vc).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam selama tujuh hari, seperti pada
Gambar 4.7 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Hari ke-7 Elektroda Bola Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,0159x3– 0,6211x2 + 8,4946x – 20,558. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
Untuk memudahkan pengamatan, ketiga grafik tersebut dapat
ditampilkan dalam grafik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 10 cm dan Jarak Sela 1,4
cm dengan Ketiga Keadaan Polusi Asam.
Dimana:
Grafik untuk keadaan elektroda bola sebelum terpolusi
asam.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama dua hari.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama tujuh hari.
4.2 Hasil Percobaan untuk Elektroda Bola Diamater 5 cm.
Untuk hasil percobaan elektroda berdiameter 10 cm dibagi kedalam dua
bagian, yaitu untuk jarak sela 0,8 cm dan untuk jarak sela 1,4 cm.
4.2.1 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 0,8 cm.
Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 5 cm dengan
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Pengaruh Kelembaban untuk Elektroda Bola
Diameter 5 cm dengan Sela Bola 0,8 cm.
% RH
% RH = Kelembaban relatif celah udara.
Va = Tegangan tembus udara pada elektroda kondisi sebelum terpolusi
a. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi elektroda bola
belum terpolusi asam.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang belum terpolusi, seperti pada Gambar 4.9 berikut.
Gambar 4.9 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 0,8 cm
Pada Saat Elektroda Bola Belum Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = -0,0136x3 + 0,5461x2 – 5,7535x + 17,179. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
b. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-2
elektroda bola terpolusi asam asam (Vb).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam selama dua hari, seperti pada
Gambar 4.10 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 0,8
cm Pada Hari ke-2 Elektroda BolaTerpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,0253x3 – 0,9768x2 + 12,665x – 39,926. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
c. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke 7
elektroda bola terpolusi asam asam (Vc).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam selama tujuh hari, seperti pada
Gambar 4.11 berikut.
Gambar 4.11 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 0,8 cm
Pada Hari ke-7 Elektroda Bola Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = 0,0072x3 – 0,2653x2 + 4,0646x – 13,265. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
Untuk memudahkan pengamatan, ketiga grafik tersebut dapat
Gambar 4.12 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dan Jarak Sela 0,8cm
dengan Ketiga Keadaan Polusi Asam.
Dimana:
Grafik untuk keadaan elektroda bola sebelum terpolusi
asam.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama dua hari.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama tujuh hari.
4.2.2 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 1,4 cm.
Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 5 cm dengan
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Pengaruh Kelembaban untuk Elektroda
Bola Diameter 5 cm dengan Sela Bola 1,4 cm.
% RH
a. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi elektroda bola
belum terpolusi asam (Va).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang telah belum terpolusi asam, seperti pada Gambar
4.13 berikut.
Gambar 4.13 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Keadaan Elektroda Bola Belum Terpolusi Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = -0,0025x3 + 0,094x2 – 0,7085x + 1,652. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
b. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-2
elektroda bola terpolusi asam asam (Vb).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-90%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam selama dua hari, seperti pada
Gambar 4.14 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Keadaan Hari ke-2 Elektroda Bola Terpolusi
Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = -0,0017x3 + 0,0765x2 – 0,6353x + 2,2075. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
5%.
c. Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing kelembaban dari 80% - 100% pada kondisi hari ke-7
elektroda bola terpolusi asam asam (Vc).
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-85%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-95%.
Persentase penurunan tegangan tembus udara saat kelembaban
dinaikkan dari 80%-100%.
Dari perhitungan diatas dapat ditampilkan grafik persentase penurunan
tegangan tembus terhadap kenaikan kelembaban pada elektroda bola
berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam selama tujuh hari, seperti pada
Gambar 4.15 berikut.
Gambar 4.15 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dengan Jarak Sela 1,4
cm Pada Keadaan Hari ke-7 Elektroda Bola Terpolusi
Asam.
Berdasarkan grafik diatas dapat ditulis hubungan antara persentase
penurunan tegangan tembus (y) dengan kenaikan kelembaba %RH (x)
yaituy = -0,0047x3 + 0,1866x2 – 1,746x + 5,4275. Dimana nilai x pada
keadaan elektroda bola belum terpolusi asam dengan kenaikan kelembaban
Gambar 4.16 Grafik Penurunan Tegangan Tembus Udara Pada
Elektroda Bola Berdiameter 5 cm dan Jarak Sela 1,4 cm
dengan Ketiga Keadaan Polusi Asam.
Dimana:
Grafik untuk keadaan elektroda bola sebelum terpolusi
asam.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
selama dua hari.
Grafik untuk keadaan elektroda bola telah terpolusi asam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian dan menganalisa data hasil pengujian
maka didapat beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Pada elektroda bola berdiameter 10 cm, persentase penurunan
tegangan paling tinggi terjadi saat kenaikan kelembaban 20% (100%
RH). Pada jarak sela 0,8 cm dengan kondisi elektroda sebelum
terpolusi asam 27,61%, setelah dua hari terpolusi asam 25,87% dan
setelah tujuh hari terpolusi asam 46,17%. Pada jarak sela 1,4 cm
dengan kondisi elektroda sebelum terpolusi asam 27,96%, setelah dua
hari terpolusi asam 28,71% dan setelah tujuh hari terpolusi asam
28,26%.
2. Pada elektroda bola berdiameter 5 cm, persentase penurunan tegangan
paling tinggi terjadi saat kenaikan kelembaban 20% (100% RH). Pada
jarak sela 0,8 cm dengan kondisi elektroda sebelum terpolusi asam
11,57%, setelah dua hari terpolusi asam 24,7% dan setelah tujuh hari
terpolusi asam 19,59%. Pada jarak sela 1,4 cm dengan kondisi
elektroda sebelum terpolusi asam 5,10%, setelah dua hari terpolusi
asam 6,77% dan setelah tujuh hari terpolusi asam 7,88%.
3. Kenaikan kelembaban udara mengakibatkan penurunan tegangan
tembus udara. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya
kelembaban maka kandungan air dalam udara juga semakin tinggi,
sementara itu energi ikat air lebih rendah dibanding dengan unsur lain
yang terkandung dalam udara, yaitu 13,6 eV.
4. Semakin lama elektroda bola terpolusi asam mengakibatkan tegangan
tembus udara semakin menurun. Hal ini disebabkan karena pada
elektroda yang terpolusi asam akan menimbulkan korosi pada
permukaan elektroda bola, sehingga permukaan elektroda bola tidak
5.2 Saran
Penelitian ini masih memiliki kekurangan, untuk penelitian yang lebih baik
harus dilakukan beberapa perbaikan. Adapun saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya antara lain:
1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan memperhitungkan
waktu perendaman elektroda ke dalam larutan asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dielektrik
Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang
sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.Bahan dielektrik dapat berwujud
padat, cair dan gas. Pada bahan dielektrik tidak terdapat elektron-elektron
konduksi yang bebas bergerak di seluruh bahan oleh pengaruh medan listrik.
Sifat inilah yang menyebabkan bahan dielektrik itu merupakan isolator yang
baik.Sifat utama suatu isolator adalah kekuatan dielektrik. Yaitu nilai
gradient potensial, V/mm, yang dapat digunakan oleh perancang untuk
menghindarkan terjadinya kegagalan listrik
Agar dielektrik mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka
dielektrik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:[1]
1. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi.
2. Rugi-rugi dielektrik yang rendah, agar suhu bahan isolasi tidak melebihi
batas yang ditentukan.
3. Memiliki kekuatan kerak tinggi, agar tidak erosi karena tekanan elektrik
permukaan.
4. Memiliki kostanta dielektrik yang tepat dan cocok.
5. Kemampuan menahan panas tinggi.
6. Kerentanan terhadap perubahan bentuk pada keadaan panas.
7. Konduktivitas panas yang tinggi.
8. Koefisien muai panas yang rendah.
9. Tidak mudah terbakar.
10. Tahan terhadap busur api.
11. Daya serap air yang rendah.
Udara memiliki sifat listrik yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar,
sehingga nilai tegangan tembus udara juga akan berubah sesuai kondisi
Peningkatan temperatur udara akan mempengaruhi pertambahan
energi yang dapat mempercepat pergerakan electron-elektron di udara,
selain itu temperature yang tinggi juga akan meningkatkan jumlah proses
ionisasi termis dan emisi termis yang akan berakibat pada penurunan
kekuatan dielektrik udara.
2. Tekanan Udara
Bila tekanan udara besar, jumlah molekul di dalam udara semakin
banyak yang berarti proses ionisasi dapat terjadi lebih banyak. Tetapi bila
tekanan terlalu tinggi, gerakan muatan dari proses ionisasi akan terhambat
sehingga proses ionisasi berikutnya akan berkurang. Bila tekanan udara
terlalu rendah, jumlah molekul yang sedikit akan menyebabkan proses
ionisasi sangat sedikit.
3. Kelembaban Udara
Kelembaban didefenisikan sebagai besarnya kandungan uap air
dalam udara. Bila kelembaban tinggi, kandungan air dalam udara
meningkat sehingga mudah terjadi ionisasi karena air memiliki energi ikat
yang lebih rendah dari kandungan udara lain dalam udara.
Hasil pengujian dielektrik udara tergantung pada kondisi udara.
Karena itu, hasil pengujian ketika udara dalam keadaan standar perlu
dinyatakan, yaitu pada suhu 200C, tekanan udara 760 mmHg dan kelembaban
udara 11 g/m3. Hasil pengujian pada keadaan standar adalah:
Vs = (kh/kd) Vb (2.1)
Dimana:
Vs = hasil pengujian pada keadaan standar
kh = faktor koreksi kelembaban udara
kd = faktor koreksi kerapatan udara
Vb = hasil pengujian pada sembarang keadaan udara
Faktor koreksi kerapatan udara dihitung dengan persamaan
Dimana:
kd = faktor koreksi kerapatan udara
p = tekanan udara (mmHg)
T = temperatur udara (0C)
m,n = 1,0 untuk pengujian dengan tegangan tinggi dc dan impuls petir
1,0 untuk semua objek uji yang ditempatkan pada sela elektroda
bola-bola
2..2 Teori Kegagalan Isolasi
Jika suatu peralatan listrik mengalami percikan (sparkover) atau
lompatan listrik (flashover) menandakan bahwa peralatan tersebut
mengalami kegagalan isolasi.Terjadinya percikan atau lompatan listrik
diakibatkan isolasi yang digunakan mengalami tembus listrik. Tembus listrik
berhubungan dengan peristiwa ionisasi, deionisasi dan emisi. Ketiga
peristiwa ini akan dijelaskan berikut ini.[2]
1. Ionisasi
Ionisasi adalah proses fisik mengubah atom atau molekul
menjadi ion dengan menambahkan atau mengurangi partikel bermuatan
seperti elektron atau lainnya. Kegagalan listrik yang terjadi pada
dielektrik udara tergantung dari jumlah electron bebas yang ada dalam
udara tersebut.Konsentrasi electron bebas ini dalam keadaan normal
sangat kecil dan ditentukan oleh pengaruh radioaktif dari luar.Pengaruh
ini dapat berupa radiasi ultraviolet dari sinar matahari, radiasi radioaktif
dari bumi, radiasi sinar kosmis dari luar angkasa dan sebagainya, yang
semua hal tersebut menyebabkan udara terionisasi.
Jika diantara elektroda diterapkan suatu tegangan V, maka akan
timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu.
Di dalam medan listrik, elektron-elektron bebas akan mendapat energi
elektron yang terikat tadi keluar dari lintasannya menjadi elektron bebas,
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1 (b).
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Suatu Elektron Bebas Membentur Elektron Terikat
(b) Elektron Terikat Keluar dari Lintasannya Menjadi
Elektron Bebas
Kegagalan listrik yang terjadi di udara tergantung dari jumlah
elektron bebas yang ada di udara. Penyebab tembus antara lain tekanan,
temperatur, kelembaban, konfigurasi medan, tegangan yang diterapkan,
material elektroda, dan kondisi permukaan elektroda. Ada beberapa cara
pembangkitan ion antara lain:
a. Ionisasi benturan elektron
b. Ionisasi termal
d. Ionisasi radiasi sinar kosmis.
2. Deionisasi
Deionisasi adalah preoses bergabungnya suatu elektron dengan
suatu ion positif menghasilkan suatu molekul netral. Proses deionisasi
merupakan kebalikan dari proses ionisasi. Deionisasi akan mengurangi
partikel bermuatan dalam suatu gas. Jika pada suatu gas terjadi aktivitas
deionisasi yang lebih besar dari pada aktivitas ionisasi, maka
muatan-muatan bebas didalam gas itu akan berkurang.
3. Emisi
Emisi adalah peristiwa pelepasan elektron dari permukaan suatu
logam menjadi elektron bebas di dalam gas.Gambar 2.2 menunjukkan
beberapa elektron yang terlepas dari permukaan suatu logam.
Dalam keadaan normal, elektron tidak dapat terlepas dari
permukaan logam karena gaya elektrostatik antara elektron dengan ion
dalam kisi logam. Supaya elektron ini dapat keluar dari permukaan
logam, diperlukan sejumlah energi luar.Besarnya energi ini
didefenisikan sebagai fungsi kerja dengan satuan elektron Volt (eV)
yang besarnya berbeda untuk setiap jenis logam.
Gambar 2.2 Emisi yang Terjadi pada Logam
Ada empat proses yang menyebabkan terjadinya emisi, yaitu:
d. Emisi termis
a. Emisi Fotoelektrik
Emisi fotoelektrik terjadi ketika permukaan logam terkena
cahaya. Cahaya menghasilkan energi foton akan membentur
permukaan logam yang memiliki banyak elektron bebas. Ketika
energi foton lebih besar dari energi ikat elektron maka elektron
akan terlepas dari permukaan logam seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Emisi Fotoelektrik
b. Emisi Benturan Ion Positif
Massa ion positif (proton) lebih besar daripada
massaelektron bebas. Ketika ion positif membentur elektron,
elektron akan terlepas dari permukaan logam. Hal ini dikarenakan
energy kinetik ion positif lebih besar dari energi ikat elektron
logam tersebut.Gambar 2.4 memperlihatkan electron yang terlepas
Gambar 2.4 Emisi Benturan Ion Positif
c. Emisi Medan Tinggi
Permukaan suatu logam tidak semuanya mulus, tetapi
selalu ada titik-titik yang runcing. Gambar 2.5 menunjukkan suatu
permukaan elektroda yang memiliki bagian yang runcing dikenai
medan elektrik. Maka elektron yang terdapat permukaan logam
katoda (K) akan mengalami gaya yang arahnya menuju anoda (A).
Gambar 2.5 Emisi Medan Tinggi
Elektron pada ujung runcing akan mengalami gaya yang
lebih besar karena intensitas medan elektrik di titik tersebut relatif
lebih besar dibandingkan dengan intensitas medan elektrik
dibagian yang datar. Jika intensitas medan elektrik cukup besar,
maka dari titik runcing tersebut akan dilepaskan elektron bebas.
Pelepasan elektron ini yang disebut emisi bintik katoda.
d. Emisi Termis
kinetic elektron lebih besar dari gaya elektrostatik logam, maka
elektron tersebut keluar dari permukaannya dan menjadi elektron
bebas pada udara disekitar permukaan logam tersebut, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.6 berikut.
Gambar 2.6 Emisi Termis
2.3 Mekanisme Tembus Listrik pada Udara
Ada 2 teori meklanisme tembus listrik pada udara, yaitu mekanisme
Townsend dan mekanisme Streamer. Mekanisme towsend hanya berlaku
pada medan listrik seragam, sedangkan mekanisme Streamer berlaku pada
medan listrik seragam maupun tidak seragam.
2.3.1 Mekanisme Townsend
Mekanisme ini ditemui ketika dua plat sejajar mempunyai
jarak yang sempit dihubungkan dengan sumber tegangan. Dari
Gambar 2.7 dapat dijelaskan bahwa didalam udara terdapat electron
bebas yang disebabkan karena peristiwa ionisasi foton dan radiasi
sinar ultraviolet dan juga terdapat molekul-molekul netral. Apabila
kedua elektroda dihubungkan dengan sumber tegangan maka timbul
medan listrik (E) yang arahnya dari anoda ke katoda. Akibat adanya
medan listrik, maka ea (elektron bebas) akan mengalami gaya (F)
yang arahnya berlawanan dengan arah medan listrik (E).Karena
adanya gaya (F) maka ea bergerak dari dari katoda ke anoda. Dalam
perjalanan menuju anoda, elektron bebas membentur molekul netral.
Jika energi kinetik elektron bebas yang membentur molekul netral
ionisasi benturan. Ionisasi benturan menghasilkan satu elektron bebas
baru (eb) dan satu ion positif.Jadi ea dan eb terus bergerak menuju
anoda.Dalam perjalannya menuju anoda ea dan eb membentur lagi
molekul netral sehingga terjadi lagi ionisasi sehingga jumlah elektron
bebas dan ion positif semakin banyak.Ion positif bergerak menuju
katoda dan terjadilah benturan antara ion positif dengan permukaan
katoda yang disebut dengan emisi benturan ion positif.Dari
permukaan katoda muncul elektron-elektron baru hasil emisi ion
positif membentur lagi molekul netral sehingga terjadi lagi ionisasi
sehingga jumlah elektron dan ion positif semakin banyak. Selama
medan listrik masih ada maka proses ionisasi benturan dan emisi ion
positif akan terus berlangsung sehingga terjadilah banjiran elektron
dan ion positif. Ion positif yang membentur katoda semakin banyak
sehingga elektron hasil emisi ion positif semakin banyak yang
menyebabkan banjiran muatan seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.8. Muatan yang berpindah dari katoda ke anoda semakin
besar yang dimana perpindahan muatan sebanding dengan arus dan
dalam selang waktu tertentu perpindahan muatan akan terus
bertambah yang menyebabkan banjir muatan dan arus pun semakin
besar yang kemudian terjadilah tembus listrik.
Gambar 2.8 Banjiran Elektron Penyebab Tembus Listrik
2.3.2 Mekanisme Streamer
Mekanisme Streamer berlaku pada medan listrik seragam
maupun tidak seragam. Udara yang berada di antara dua plat sejajar
yang diberi tegangan, akan mengalami terpaan medan listrik sebesar
E0 yang seragam. Elektron bebas di udara yang dihasilkan dari proses
ionisasi radiasi sinar kosmis atau fotoionisasi akan mengalami gaya
yang arahnya menuju anoda.Dalam perjalanannya, elektron ini akan
menyebabkan proses ionisasi benturan sehingga terbentuk suatu
muatan. Karena adanya muatan ruang pada celah, maka medan listrik
pada celah kedua plat berbeda pada setiap bagian pada celah, seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Medan pada Celah karena Adanya Muatan Ruang
a. Positif, atau streamer yang mengarah ke katoda
b. Negatif, atau streamer yang menuju ke anoda
a. Streamer Positif
Karena massa elektron yang lebih ringan dari pada ion
positif, maka pergerakan elektron lebih cepat daripada ion positif.
Saat elektron bebas sudah mencapai anoda dan masuk ke dalam
anoda, ion positif dapat dianggap masih dalam posisi semulanya.
Ion positif yang tertinggal ini membentuk muatan ruang seperti
kerucut dengan muatan yang terkonsentrasi pada bagian depan
kerucut (kawasan P dan Q) dekat anoda sehingga medan listrik di
sekitarnya lebih besar dibandingkan dengan bagian runcing
kerucut, seperti yang dapat dilihat pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Ion Positif Masih Berada pada Posisinya Saat
Elektron Telah Masuk ke dalam Anoda
Kemudian elektron bebas baru terbentuk dari proses
fotoionisasi dan bergerak ke daerah P dan Q. Selama perjalanan,
elektron ini akan membentur molekul netral dan membentuksuatu
banjiran muatan sekunder, seperti yang dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2.11 Terbentuknya Banjiran Muatan Sekunder dari
Elektron Bebas Baru
Banjiran elektron pada banjiran muatan ini akan bergerak
menuju bagian depan kerucut dan membentuk plasma. Plasma adalah
gas terionisasi, yaitu gas yang memiliki banyak elektron bebas dan ion
positif. Karena plasma memiliki elektron bebas dan ion positif,
medanlistrik pada plasma lebih rendah daripada medan listrik E0.
Bagian depan kerucut memendek karena terbentuknya plasma tersebut,
tetapi medan listrik di sekitarnya masih tinggi. Proses pembentukan
banjiran muatan sekunder terjadi lagi di sekitar bagian depan kerucut
lagi dan membentuk plasma sehingga plasma memanjang, seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Ion Positif dan Elektron Membentuk Plasma dan
Proses ini akan terus berlangsung sampai plasma mencapai
katoda. Saat plasma ini menghubungkan anoda dan katoda,
peristiwa lewat denyar terjadi.Mekanisme ini disebut mekanisme
Streamer positif karena plasma memanjang dari anoda ke katoda.
b.Streamer Negatif
Pada mekanisme Streamer negatif ini, plasma berawal dari
katoda dan memanjang sampai anoda.Saat electron bebas awal
berada dekat dengan katoda dan banjiran muatan terjadi dekat
dengan katoda. Banjiran electron ini menyebabkan medan listrik E1
di daerah R menjadi lebih besar daripada medan listrik E0
ditunjukkan pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Medan Listrik pada Daerah R Berubah karena
Muatan pada Celah
Kemudian elektron bebas dari proses fotoionisasi yang
berada pada daerah tersebut akan bergerak lebih cepat dan
membentuk suatu banjiran muatan sekunder, ditunjukkan dalam
Gambar 2.14 Terbentuknya Banjiran Muatan Sekunder pada
Daerah R
Banjiran ion positif sekunder akan bergerak menuju
banjiran elektron awal dan membentuk plasma ditunjukkan dalam
Gambar 2.15. Proses ini akan berlangsung terus sampai plasma
mencapai anoda.
Gambar 2.15 Terbentuknya Plasma dan Proses Plasma
Memanjang
2.4 Elektroda Bola
Salah satu alat yang digunakan dalam pengukuran tegangan tinggi
adalah elektroda bola.Elektroda bola standar terdiri dari dua elektroda bola
mengisolasi kedua elektroda disebut sela bola. Udara yang terdapat di antara
sela bola dikatakan dalam keadaan standar jika termperaturnya 20oC,
tekanannya 760 mmHg, dan kelembaban mutlaknya 11 g/m3. Pada kondisi
udara standar ini, sela bola akan mangalami tembus listrik pada suatu nilai
tegangan yang tetap dan sudah diketahui dengan catatan medan elektrik
pada sela bola uniform. Misalnya, udara standar pada sela bola 1 cm akan
mengalami tembus listrik pada tegangan 31,7 kV. Nilai tegangan tembus ini
tetap, baik untuk tegangan ac, tegangan dc, maupun tegangan impuls
sepanjang kondisi udara tidak berubah.Sifat elektrik inilah yang menjadi
dasar pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda bola standar.
Elektroda bola umumnya terbuat dari bahan tembaga, kuningan, atau
aluminium.Permukaannya halus dan kelengkungannya uniform. Ukuran
standar elektroda bola antara lain 2, 5, 6, 6,25, 10, 12,5, 15, 20, 50, 50, 75,
150, dan 200 cm. Permukaan elektroda dijaga bersih dan kering, tidak boleh
digosok dan berdebu, tidak boleh terkena cat dan minyak, dan lapisan
lainnya.
Saat pengujian menggunakan elektroda bola standar diusahakan agar
medan elektrik pada sela bola uniform. Syarat-syarat medan elektrik di sela
bola dikatakan standar adalah sebagai berikut:[3]
1. Diameter bola sama;
2. Letak kedua elektroda bola harus satu sumbu;
3. Panjang sela tidak lebih dari setengah diameter elektroda bola, dan
4. Titik percikan elektroda bola bertegangan tinggi harus memiliki
jarak bebas (clearance).
Pada saat pengujian adakalanya dijumpai keadaan udara yang tidak
standar. Oleh karena itu, hasil pengujian dalam kondisi udara sembarang
adalah sebagai berikut:
S
D
̂= Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara sembarang) ̂s = Tegangan tembus sela bola standar
δ = faktor koreksi udara
Faktor koreksi udara tergantung pada suhu dan tekanan udara.
Besarnya faktor koreksi tersebut adalah sebagai berikut :
δ
=
(2.4)
Dimana :
P = Tekanan (mmHg) θ = Suhu (°C)
Dalam pengujian menggunakan elektroda bola, elektroda bola
dapat diposisikan horizontal dan vertikal.Gambar 2.2 menunjukkan
elektroda bola yang diposisikan secara vertical dan Gambar 2.3
menunjukkan elektroda bola yang diposisikan elektroda bola secara
horizontal.
Gambar 2.2Posisi Elektroda Bola Vertikal
Distribusi medan elektrik pada permukaan elektroda bola dapat
terjadi pada permukaan rata dan permukaan kasar.
2.4.1 Distribusi Medan Elektrikpada Permukaan Elektroda Bola yang
Rata
Distribusi medan elektrik pada permukaan elektroda yang rata
dan halus tersebar secara rata di setiap permukaan. Dengan meratanya
medan elektrik di setiap titik pada permukaan elektroda
mengakibatkan tidak ditimbulkannya gaya yang menyebabkan
elektron terlepas dari molekulnya. Gambar 2.4 menunjukkan medan
elektrik yang merata pada dua elektroda bola yang permukaannya
rata.
A
B
Gambar 2.4 Distribusi Medan Elektrik diantara Dua Elektroda
Bola dengan Permukaan Merata.
2.4.2 Distribusi Medan Elektrik pada Permukaan Elektroda Bola yang
tidak Rata
Permukaan elektroda bola yang kasar dan tidak merata
menyebabkan distribusi medan listrik di setiap titik pada permukaan
elektroda bola tidak uniform seperti yang ditunjukkan oleh Gambar
2.5.
Gambar 2.5 Distribusi Medan Elektrik diantara Dua Elektroda Bola
Pada Gambar 2.5 diatas terlihat bahwa distribusi
medanelektrik tidak merata di setiap permukaan elektroda bola. Ini
disebabkan karena sebagian permukaan elektroda memiliki bagian
yang runcing. Pada bagian runcing, rapat medan elektrik lebih besar
dari bagian yang rata, yaitu EA ≥ EB.[4]
Perbedaan rapat medanelektrik ini menyebakan gaya lebih
besar pada bagian runcing daripada gaya pada bagian yang rata.
Kelembaban adalah jumlah uap air di udara.Kelembaban dapat
dinyatakan berupa kelembaban absolut, kelembaban relatif, dan kelembaban
spesifik.
Dalam pengujian ini hanya kelembaban relatif yang diperhitungkan.
Rasio kelembaban (ω) adalah berat atau massa air yang terkandung dalam setiap kilogram udara kering.[2]
(2.8)
dimana:
ω = rasio kelembaban (kg uap air/kg udara kering)
Ps = tekanan parsial uap air dalam keadaan jenuh (kPa)
Bila kelembaban tinggi, kandungan air dalam udara meningkat
sehingga mudah terjadi ionisasi karena air memiliki energy ikat yang lebih
rendah dari kandungan lain dalam udara. Energy ikat air sekitar 13,6 eV,
nitrogen (N2) sekitar 17,1 eV, karbon dioksida (CO2) sekitar 14,6 eV, dan
oksigen (O2) sekitar 12,08 eV. Dimana eV adalah satuan dari energy suatu
partikel yang besarnya 1,6 x 10-19 Joule. Bila kandungan air yang terdapat di
udara semakin banyak maka udara akan lebih mudah terionisasi dan
menyebabkan kekuatan dielektrik udara turun. Hal ini menyebabkan
tegangan maksimum yang dapat ditahan udara sebelum terjadi tembus listrik
akan semakin kecil.
2.6 Korosi
Korosi didefenisikan sebagai degradasi dari material yang
diakibatkan oleh reaksi kimia dengan material lainnya dan lingkungan.
Akibat dari adanya korosi, suatu material akan mengalami perubahan sifat
kearah yang lebih rendah atau dapat dikatakan kemampuan dari material
tersebut akan berkurang.Gambar 2.6 memperlihatkan perubahan materi dari
elektroda bola sebelum mengalami korosi (a) dan sesudah mengalami korosi
(b).
(b)
Gambar 2.6 (a) Elektroda Bola Sebelum Terkena Korosi
(b) Elektroda Bola Setelah Terkena Korosi
Peristiwa korosi terjadi akibat adanya reaksi kimia dan
elektrokimia.Namun untuk terjadinya peristiwa korosi terdapat beberapa
elemen utama yang harus dipenuhi agar reaksi tersebut dapat berlangsung.
Elemen-elemen utama tersebut adalah sebagai berikut:[5]
a. Material
Dalam suatu peristiwa korosi, suatu material akan bersifat sebagai
anoda. Anoda adalah suatu bagian dari reaksi yang akan mengalami
oksidasi. Akibat reaksi oksidasi, suatu logam akan akan kehilangan
elektron.
b. Lingkungan
Dalam suatu peristiwa korosi, suatu lingkungan akan bersifat
sebagai katoda. Katoda adalah suatu bagian dari reaksi yang akan
mengalami reduksi. Akibat reaksi reduksi, lingkungan yang bersifat
katoda akan membutuhkan electron yang akan diambil dari anoda.
Beberapa lingkungan yang bersifat katoda adalah lingkungan air,
atmosfer, gas, mineral acid, tanah, dan minyak.
Peristiwa korosi hanya akan terjadi jika terdapat hubungan atau
kontak langsung antara material dan lingkungan. Akibat adanya
hubungan tersebut, akan terjadi reaksi reduksi dan oksidasiyang
berlangsung secara spontan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi korosi adalah:[4]
1. Kontak langsung dengan H2O dan O2
2. Kontak dengan elektrolit
3. Keberadaan zat pengotor
4. Temperatur
5. Tingkat keasaman lingkunga sekitar (pH)
6. Mikroba.
Beberapa cara yang dilakukan dalam pengendalian korosi adalah:[6]
1. Mengadakan lapisan pelindung
2. Menghindari terjadinya pasangan galvanic
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peralatan listrik terutama yang bertegangan tinggi banyak
menggunakan udara sebagai media isolasi.Hal ini disebabkan
olehpenggunaan udara sebagai bahan isolasinya lebih murah dari segi biaya
dibandingkan dengan menggunakan isolasi minyak atau gas.Udara
digunakan untuk memisahkan dua atau lebih elektroda sehingga tidak terjadi
tembus listrik saat kedua atau lebih elektroda tersebut diberi tegangan.
Sifat elektrik udara tidak selalu konstan pada berbagai keadaan
seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban. Selain terpengaruh oleh tiga
hal tersebut, sifat elektrik dalam hal ini kekuatan dielektrik udara juga
dipengaruhi oleh kandungan zat lain di dalam udara tersebut. Misalnya, di
daerah perindustrian yang banyak mengeluarkan limbah berbentuk gas,
udara disekitar daerah ini telah bercampur dengan limbah yang biasa disebut
sebagai polusi udara. Jika udara yang bertindak sebagai isolator peralatan
listrik tersebut telah terpolusi, fungsinya sebagai isolator akan berkurang.
Polutan yang terkandung di udara dapat menempel pada permukaan
isolator berangsur-angsur membentuk suatu lapisan tipis pada permukaan
isolator.Lapisan ini akan bersifat konduktif saat keadaan udara disekitarnya
lembab dan menyebabkan arus bocor yang mengalir melalui arus lapisan ini
akan semakin besar.
Pengujian dilakukan pada elektroda bola yang udara sekitarnya
dilembabkan.Selanjutnya elektroda bola diberi larutan asam klorida sebagai
bahan polutan.Kemudian udara disekitarnya dilembabkan dengan persentase
kelembaban meningkat secara bertahap, lalu diuji berapa tegangan
tembusnya. Dari hasil pengujian ini dapat dicari solusi bagaimana cara
mengatasi tegangan tembus pada peralatan yang terpolusi dan keadaan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan
masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini:
1. Bagaimana pengaruh kelembaban udara terhadap tegangan tembus
udara?
2. Bagaimana pengaruh konduktor yang terpolusi asam terhadap
tegangan tembus udara?
3. Bagaimana pengaruh kelembaban udara disekitar konduktor yang
terpolusi asam terhadap tegangan tembus udara?
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada Tugas Akhir ini akan dibatasi pada:
1. Elektroda bola yang diuji terbuat dari bahan baja dengan diameter 5 cm
dan 10 cm.
2. Kelembaban udara di sekitar objek yang diuji diperoleh dengan
memasukkan uap air melalui selang kedalam wadah yang didalamnya
telah terdapat elektroda bola yang akan diuji.
3. Uap air diperoleh dari ketel listrik.
4. Jarak sela bola diatur pada 0,8 dan 1,4 cm
5. Pengujian elektroda bola yang terpolusi dilakukan pada 2 hari dan 7 hari
setelah polusi tanpa membersihkan polutan yang ada pada elektroda.
6. Tegangan yang diterapkan adalah AC 50 Hz.
7. Pengaruh medan listrik sekitar diabaikan.
1.4 Tujuan Pengujian
Adapun yang menjadi tujuan dari pengujian ini adalah untuk
mendapatkan nilai pengaruh kelembaban udara disekitar elektroda bola yang
terpolusi asam dan pengaruh jangka waktu (durasi) terhadap kondisi
ABSTRAK
Udara merupakan salah satu bahan dielektrik yang baik, tetapi kekuatan dielektrik udara akan dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu dan kelembaban. Semakin tinggi kelembaban udara maka kekuatan dielektrik udara tersebut akan berkurang. Pengujian tegangan tembus udara dilakukan pada dua buah elektroda bola yang belum terpolusi asam dan dua buah elektroda yang telah terpolusi asam. Dari pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 10 cm yang belum terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan terbesar 27,61% dan 27,96 pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus terbesar 46,17% dan 28,26 pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 5 cm yang belum terpolusi pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus terbesar 11,57% dan 5,1% pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian menggunakan elektroda berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus 19,59% dan 7,88% pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Penurunan tegangan tembus udara saat meningkatnya kelembaban disebabkan adanya ionisasi dan emisi medan tinggi yang terjadi pada udara dan elektroda bola.
TUGAS AKHIR
Pengaruh Kelembaban Terhadap Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda
Bola Yang Terpolusi Asam
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalammenyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) padaDepartemen Teknik Elektro
Sub Konsentrasi Teknik Energi Listrik
Oleh :
WILLIAM STEVEN SIJABAT
080402038
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengaruh Kelembaban Terhadap Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda
Bola Yang Terpolusi Asam
Oleh :
William S Sijabat
080402038
Disetujui oleh:
Pembimbing,
Ir. SYAHRAWARDI
NIP. 195702231983031002
Diketahui oleh:
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si
NIP. 19540531 198601 1002
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Udara merupakan salah satu bahan dielektrik yang baik, tetapi kekuatan dielektrik udara akan dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu dan kelembaban. Semakin tinggi kelembaban udara maka kekuatan dielektrik udara tersebut akan berkurang. Pengujian tegangan tembus udara dilakukan pada dua buah elektroda bola yang belum terpolusi asam dan dua buah elektroda yang telah terpolusi asam. Dari pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 10 cm yang belum terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan terbesar 27,61% dan 27,96 pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 10 cm yang telah terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus terbesar 46,17% dan 28,26 pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian yang menggunakan elektroda berdiameter 5 cm yang belum terpolusi pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus terbesar 11,57% dan 5,1% pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Pengujian menggunakan elektroda berdiameter 5 cm yang telah terpolusi asam pada sela 0,8 cm mengalami penurunan tegangan tembus 19,59% dan 7,88% pada sela 1,4 cm saat kelembaban 100% RH. Penurunan tegangan tembus udara saat meningkatnya kelembaban disebabkan adanya ionisasi dan emisi medan tinggi yang terjadi pada udara dan elektroda bola.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala berkat dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :
PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA YANG TERPOLUSI ASAM
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. .
Selama masa kuliah sampai penyelesaian Tugas akhir ini, penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan, maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Syahrawardi, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan tugas akhir ini.
2. Bapak Ir. Pernantin Tarigan, MSc selaku Dosen Wali penulis.
3. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Elektro FT.USU serta Bapak Rahmat Fauzi, ST,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro FT USU yang banyak memberi motivasi selama penulis menjalani kuliah.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan saudara-saudara penulis yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil.
7. Asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi terutama Sandro Panggabean dan Josiah yang telah membantu penulis mengambil data untuk Tugas Akhir ini.
Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki Tugas Akhir ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, Mei 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik……….. 3
2.2 Teori Kegagalan Isolasi……… 5
2.2.1 Ionisasi……… 5
2.2.2 Deionisasi……… 7
2.2.3 Emisi……… 7
2.3 Mekanisme Tembus Listrik pada Udara……….. 10
2.3.1 Mekanisme Twosend………. 10
3.1.2 Bahan yang Digunakan………. 27
3.1.3 Tempat dan Waktu………. 27
3.2 Tahap Proses Pengujian……… 27
3.2.1 Rangkaian Percobaan……….. 28
3.2.2 Prosedur Pengujian………. 28
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Percobaan untuk Elektroda Berdiameter 10 cm………….. 31
4.1.1 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 0,8 cm……… 31
4.1.2 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 1,4 cm……… 36
4.2 Hasil Percobaan untuk Bola Diameter 5 cm………. 42
4.2.1 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 0,8 cm……… 42
4.2.2 Hasil Percobaan untuk Jarak Sela 1,4 cm……… 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 55
5.2 Saran……….. 56