LAMPIRAN A
Tabel Data Hasil Percobaan
Keadaan : Normal
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 Cm
Pada suhu (T) : 27℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 18.8 21.6 19.3 22.3 20.54
1,5 30.9 29.9 31.2 31.2 30.48
2 38.7 38.3 39.6 38.4 38.75
2,5 48.7 48.5 47.5 48.5 48.30
Pada suhu (T) : 30℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.3 21.5 20.8 19.4 20.25
1,5 27.5 28.6 31.6 30.9 29.65
2 37.8 37.8 40.2 38.3 38.52
2,5 47.8 46.3 49.9 48.9 48.22
Pada suhu (T) : 33℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.1 21.0 18.4 22.1 20.15
1,5 28.8 29.2 30.1 29.4 29.37
2 36.4 39.3 38.1 38.9 38.17
2,5 46.3 47.9 47.9 49.6 47.92
Pada suhu (T) : 36℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 20.0 19.1 20.2 19.9 19.80
1,5 29.1 29.3 28.2 30.3 29.22
2 36.3 37.2 39.1 38.3 37.72
Pada suhu (T) : 39℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.3 18.9 20.8 20.1 19.77
1,5 27.9 28.5 30.0 29.8 29.05
2 36.3 37.6 37.1 37.8 37.20
2,5 47.8 46.8 46.7 47.3 46.15
Pada suhu (T) : 42℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.3 17.9 19.7 21.4 19.57
1,5 28.2 27.6 29.1 29.3 28.55
2 36.0 35.8 37.4 36.0 36.30
2,5 46.1 46.4 46.6 46.5 46.40
Pada suhu (T) : 45℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.8 19.6 18.6 19.6 19.40
1,5 28.5 28.3 29.1 27.4 28.33
2 35.4 35.7 35.9 37.6 36.17
Keadaan : Terpolusi Asam HNO3
Ph Asam HNO3 : 2
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 Cm
Pada suhu (T) : 27℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.8 20.1 20.8 20.3 20.25
1,5 28.3 29.8 30.2 29.3 29.40
2 38 37.4 36.8 37.8 37.50
2,5 48.6 46.3 47.9 46.2 47.25
Pada suhu (T) : 30℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 20.1 19.9 19.9 20.5 20.10
1,5 29.3 28.9 28.8 29.6 29.17
2 37.2 37.5 37.5 37.1 37.34
2,5 46.8 47.6 46.3 47.6 47.09
Pada suhu : 33℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 20.1 20.3 19.9 19.5 19.95
1,5 28.3 28.9 29.3 29.5 29.01
2 36.8 37.5 36.3 37 36.92
1,5 28.2 28.9 28.9 28.3 28.58
2 37.8 36.1 36.8 36.3 36.75
Pada suhu (T) : 39℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 20.1 20 18.6 19.8 19.69
1,5 28.7 28.1 29.2 28.8 28.72
2 35.9 36.4 36.9 35.9 36.28
2,5 45.9 46.1 46.1 46.3 46.11
Pada suhu (T) : 42℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.5 19.6 19.1 19 19.30
1,5 28.4 28.7 28.3 27.9 28.31
2 35.8 36.2 36.4 35.9 36.05
2,5 46.2 46.1 46.5 46.1 46.23
Pada suhu (T) : 45℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.1 19.2 19.2 19.1 19.15
1,5 27.9 27.9 28 28.5 28.07
2 35.4 35.8 35.9 36.4 35.89
Keadaan : Terpolusi Asam HNO3
Ph Asam HNO3 : 2
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 Cm
Waktu percobaan : hari ke-7 setelah elektroda bola terpolusi Asam HNO3
1,5 28.5 28.2 28.5 27.2 28.11
2 35.8 35.8 36 36.1 35.94
2,5 47.3 45.9 44.9 44.8 45.74
Pada suhu (T) : 39℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.3 18.9 18.3 18.3 18.70
1,5 27.4 27.8 27.6 27.3 27.54
2 35.2 35.2 35.3 35.3 35.25
2,5 45.2 45.3 44.9 44.8 45.07
Pada suhu (T) : 42℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.1 18.7 18 18.4 18.56
1,5 27.8 27.5 27.3 26.9 27.38
2 34.8 35.6 35 34.6 35.01
2,5 45.2 45.1 45 44.3 44.91
Pada suhu (T) : 45℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 18.6 18.6 18.2 18.1 18.38
1,5 26.8 27.5 27.4 27.8 27.38
2 34.9 35 34.7 35.2 34.97
Keadaan : Terpolusi Asam HNO3
Ph Asam HNO3 : 2
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 Cm
Waktu percobaan : hari ke-14 setelah elektroda bola terpolusi Asam HNO3
Pada suhu (T) : 27℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19.2 19.3 19.5 18.9 19.23
1,5 29.6 29.2 28.1 28.7 28.63
2 37.4 36.2 35.3 35.5 36.12
2,5 45.9 45.9 46.1 46.3 46.07
Pada suhu (T) : 30℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 19 19.1 18.9 18.9 18.98
1,5 28.3 28.4 28.3 28.5 28.38
2 36.7 36.8 35.8 34.7 36.01
2,5 45.2 45.7 44.9 47.1 45.74
Pada suhu (T) : 36℃
Pada suhu (T) : 39℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 17.9 18.5 18.3 19.5 18.55
1,5 28.6 27.4 26.8 27 27.47
2 34.8 35 35.3 35.2 35.08
2,5 44.9 45 45.2 44.9 45.00
Pada suhu (T) : 42℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 17.7 18.1 18.6 19.1 18.39
1,5 26.9 27.2 27.7 27.2 27.27
2 34.5 33.6 34.9 36.7 34.93
2,5 44.4 44.8 45 45.3 44.88
Pada suhu (T) : 45℃
S(cm) VBD (KV)
1 2 3 4 Rata-rata
1 17.9 18.1 18.4 18.2 18.17
1,5 26.9 27 27.5 26.7 27.03
2 34.2 34.7 34.9 35.2 34.77
LAMPIRAN B
DAFTAR PUSTAKA
1. L Tobing. Bonggas, 2003, Dasar Pengujian Tegangan Tinggi, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
2. Arismunandar. A, Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1984.
3. K. Dieter, dkk. High-Voltage Insulation Technology, Frieder. Vieweg & Shon, Braunscheig, 1985.
4. Zebua. Oktafianus, 2006, Pengaruh Ketinggian Alat Ukur Elektroda Bola-Bola Di Atas Permukaan Tanah Terhadap Kesalahan Pengukuran, diunduh dari Resipository USU.ac.id.
5. Wilvian, 2008, Pengaruh Kelembaban Terhadap Tegangan Flashover Ac Isolator, diunduh dari Resipository USU.ac.id.
6. Boy, 2012, Pengenalan Korosi dan Penyebab – Penyebab Korosi”,
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Tempat pengujian dilakukan di laboratorium Teknik Tegangan Tinggi
FT-USU. Pengujian dilakukan dari hari senin hingga sabtu pada pukul 08.00
sampai dengan pukul 18.00 WIB.
3.2 Bahan, Peralatan, dan Metode
3.2.1 Bahan yang digunakan dalam penelitian.
1. 10 liter air ledeng
2. 3 liter larutan asam Nitrat dengan pH 2
3.2.2 Peralatan yang digunakan dalam penelitian
a. 1 unit Trafo Uji
b. 1 unit AutoTrafo
Gambar 3.2 AutoTrafo
c. 1 unit tahanan peredam
Gambar 3.3 Tahanan Peredam
d. 1 unit Multimeter
e. 2 unitbarometer/humiditymeter/thermometerdigital.
Gambar 3.5Barometer/Humiditymeter/Thermometerdigital
f. 4 buah elektroda bola yang terbuat dari baja terdiri dari 2 buah
bola berdiameter 5 cm, dan 2 buah elektroda bola dengan diameter
10 cm.
g. 1 unit wadah berupa ember 10 liter.
h. 1 unit Termometer kaca
Gambar 3.6 Termometer kaca
i. Ruang pengeringan berupa ruang tertutup yang dindingnya terbuat
dari bahan plastik transparan.
j. Lampu pijar Philips dengan daya 150 &200 W.
l. 1 buah lampu Halogen dengan daya 150 W.
Gambar 3.7 Lampu Halogen
m. 1 rangkaian yang tersusun dari 13 bola lampu yang terhubung
secara seri dan paralel.
Gambar 3.8 Rangkaian Bola Lampu
3.3 Metode yang dilakukan dalam penelitian
a. Metode eksperimen
Usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dengan
caramelakukan percobaan pada tegangan tembus udara diantara sela
bola. Dalam percobaan ini diambil data dari pengaruh kenaikan
temperatur terhadap elektroda bola yang sebelum sudah terpolusi
dengan asam klorida pada hari yang berbeda. Kenaikan temperatur
dibuat dengan cara meletakkan sebuah bola lampu pijar sejajar dengan
kedua elektroda bola sesuai dengan jarak standar yang sudah
Uji coba dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Percobaan pengaruh kenaikan temperatur terhadap tegangan tembus pada
elektroda bola.
Pada percobaan ini elektroda bola tidak terpolusi dengan larutan asam
Nitrat, percobaan ini hanya mengukur pengaruh besarnya kenaikan
temperatur terhadap tegangan tembus.
2. Percobaan pengaruh kenaikan temperatur terhadap tegangan tembus pada
elektroda bola yang sudah terpolusi asam.
Pada percobaan ini elektroda bola sudah terpolusi asam Nitrat dengan
kadar keasaman yang sudah ditetapkan pada percobaan, setelah itu dilihat
pengaruh kenaikan temperaturnya terhadap tegangan tembusnya.
b. Metode Analisis
Setelah melakukan pengukuran selanjutnya dilakukan analisa untuk
menetukan pengaruh kenaikan temperatur terhadap tegangan tembus
udara, dan membandingkan hasil antara elektroda bola yang tidak terpolusi
3.4 Rangkaian Penelitian
Gambar 3.9. Rangkaian pengujian pengaruh kenaikan temperatur terhadap
tegangan tembus udara pada elektroda bola terpolusi asam.
Keterangan :
AT = Autotrafo S2 = Saklar sekunder
TU = Trafo uji Rp = Tahanan Peredam
S1 = Saklar utama Vin= Tegangan masukan
.
3.5 Prosedur Penelitiaan
3.5.1 Percobaan pengujian pengaruh temperatur terhadap tegangan
tembus dengan elektroda bola tidak terpolusi asam.
1. Mengukur suhu, tekanan dan kelembaban udara disekitar
percobaan.
2. Elektroda bola berdiameter 5 cm.
3. Jarak sela elektroda bola-bola dibuat 1 cm.
4. Mengatur jarak lampu dengan jarak > (0,25 + VBD/ 30).
5. Saklar pemisah (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan
keluarannya nol.
7. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap dengan
kecepatan 1kV/detik sampai udara pada sela bola tembus listrik.
8. Saat terjadi tembus listrik, dicatat tegangan sekunder trafo uji dan
saklar sekunder (S2) segera dibuka.
9. AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
10. Ulangi prosedur 5 s/d 8 sebanyak 3 kali.
11. Lakukan prosedur 5 s/d 8 untuk jarak sela bola 1,5 cm, 2 cm, dan
2,5 cm.
12. Lakukan prosedur 5 s/d 8 untuk elektroda bola berdiameter 10 cm.
13. Atur suhu pengujian dengan cara menghidupkan lampu pijar 100
Watt dan 150 Watt dan lampu Halogen.
14. Ukur suhu disekitar objek penelitian.
15. Untuk setiap kenaikan suhu 3°C hingga suhu 45°C, ulangi
prosedur 5 s/d 8, dan ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
3.5.2 Pengujian pengaruh temperatur terhadap tegangan tembus
dengan elektroda bola terpolusi asam.
1. Elektroda bola berdiameter 5 cm.
2. Seluruh permukaan elektroda bola disemprot dengan larutan asam
Nitrat dengan pH 2.
3. Keringkan elektroda bola dalam ruang pengering dan biarkan
selama 24 jam.
4. Mengukur suhu, tekanan dan kelembaban udara disekitar
5. Jarak sela elektroda bola-bola dibuat 1 cm.
6. Mengatur jarak lampu dengan jarak > (0,25 + VBD/ 30).
7. Saklar pemisah (S1) ditutup dan AT diatur hingga tegangan
keluarannya nol.
8. Saklar (S2) ditutup.
9. Tegangan keluaran TU dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan
1kV/detik sampai udara pada sela bola tembus listrik.
10. Saat terjadi tembus listrik, dicatat tegangan sekunder trafo uji dan
saklar sekunder (S2) segera dibuka.
11. AT diatur kembali hingga tegangan keluarannya nol.
12. Ulangi prosedur 5 s/d 8 sebanyak 3 kali.
13. Lakukan prosedur 5 s/d 8 untuk jarak sela bola 1,5 cm, 2 cm,dan
2,5 cm.
14. Lakukan prosedur 5 s/d 8 untuk elektroda bola berdiameter 10 cm.
15. Atur suhu pengujian dengan cara menghidupkan lampu pijar 100
Watt dan 150 Watt dan lampu halogen.
16. Ukur suhu disekitar objek penelitian.
17. Untuk setiap kenaikan suhu 3°C hingga suhu 45°C, ulangi prosedur
5 s/d 8, dan ulangi percobaan sebanyak 3 kali.
18. Masukan kembali elektroda bola kedalam ruang pengering.
19. Ulangi percobaan kembali pada hari ke-7 dan ke-14 setelah bola
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA
4.1 Umum
Seperti dijelaskan pada teori bahwa terjadinya tegangan tembus dipengaruhi
oleh permukaan yang tidak seragam yang disebabkan pengaruh luar dan
temperatur. Tegangan tembus lebih cepat terjadi apabila permukaannya tidak
seragam. Dimana gaya medan listrik lebih besar pada bagian yang tidak rata
sehingga dengan gaya itu elektron akan ditarik keluar yang kemudian
elektron-elektron tersebut akan berbenturan, yang menyebabkan terjadinya tegangan
tembus lebih cepat. Dan kenaikan temperatur juga berpengaruh terhadap
terjadinya tegangan tembus lebih cepat. Dimana dengan semakin tingginya suhu
udara di sekitar alat pengukuran akan mempercepat pergerakan molekul sehingga
terjadi benturan, dan benturan tersebut akan menyebabkan elektron-elektronnya
terlepas kemudian timbullah medan listrik yang menimbulkan adanya gaya listrik
sehingga terjadi tegangan tembus.
Dalam pengujian ini, analisis dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh kenaikan temperatur terhadap tegangan tembus apabila alat
pengukurannya telah terpolusi.
Pengujian dilakukan dengan elektroda bola yang terpolusi asam.Asam
yang digunakan berupa Asam Nitrat (HNO3) yang mempunyai nilai keasaman
(pH) 2. Pengujian dilakukan selama 14 hari setelah elektroda bola terpolusi asam.
Elektroda bola yang digunakan terbuat dari bahan baja dengan diameter 5 cm dan
pengering. Hal ini dimaksudkan agar elektroda terhindar dari polusi yang tidak
diinginkan. Kenaikan temperatur diatur dengan menggunakan bola lampu pijar
150 W dan 200 W. Dan untuk menjaga kestabilan temperatur digunakan lampu
Halogen dengan daya 150 W. Gambar 4.1 menunjukkan rangkaian pengujian.
Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Pengaruh Kenaikan Temperatur Terhadap
Tegangan Tembus Udara Pada Elektroda Bola Terpolusi Asam.
Diameter elektroda bola yang digunakan dalam pengukuran ini adalah
5 Cm dan 10 cm, jarak sela bola adalah 1 Cm, 1.5 Cm, 2 Cm dan 2.5 Cm. Pada
keadaan udara standar, yaitu temperatur udara 20 0C, tekanan udara 760 mmHg
tegangan tembus sela bola standar untuk ukuran diameter dan jarak sela bola ini
adalah 8 kV. Dalam prakteknya, keadaan udara tidak selalu sama dengan keadaan
standar. Oleh karena itu, suhu dan tekanan selalu dicatat pada saat pengukuran
dilaksanakan.
Hasil yang didapat berupa nilai tegangan tembus akibat pengaruh dari
4.2 Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 10 Cm
4.2.1 Hasil percobaan untuk jarak sela 1 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 cm
Jarak sela (S) : 1 cm
Dimana :
VA: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
normal
VB: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-1
VC: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-7
VD: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-14
Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 1 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 10 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 20.54 20.25 19.57 19.23
30°C 20.25 20.10 19.10 18.98
33°C 20.15 19.95 18.81 19.01
36°C 19.80 19.75 19.00 18.85
39°C 19.77 19.69 18.70 18.55
42°C 19.57 19.30 18.56 18.39
45°C 19.40 19.15 18.38 18.17
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing suhu dari 27°C-45°C pada kondisi normal ( ).
, , ,
x 100 % = 4,722 % , ,
,
x 100 % = 5,550 %
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus
udara dengan jarak sela 1 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.0005 X4 - 0.021 X3+
0.3 X2– 1.4 X + 3.3 pada keadaan normal dengan jarak sela 1 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
, ,
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -2.4e-005 X6 + 0.0013
X5 - 0.024 X4 + 0.21 X3 - 0.82 X2 + 1.4 pada keadaan terpolusi hari ke-1
dengan jarak sela 1 Cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source codeuntuk
memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Pada kondisi terpolusi ke-1,jarak sela 1 cm
y = - 2.4e-005*x6 + 0.0013*x5 - 0.024*x4 + 0.21*x3 - 0.82*x2 + 1.4*x
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -6.9e-007 X8 +
4.8e-005 X7- 0.0013 X6+ 0.018 X5- 0.12 X4 + 0.31 X3pada keadaan terpolusi hari
ke-7 dengan jarak sela 1 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code
untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.5.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 4.2e-006 X6 - 0.00014
X5+ 0.00024 X4+ 0.031 X3- 0.33 X2 + 1.2 X pada keadaan terpolusi hari
ke-14 dengan jarak sela 1 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code
untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
4.2.1.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 10 Cm
Dengan Jarak Sela 1 Cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 10 cm dengan jarak sela 1 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.6
Gambar 4.6 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 10 cm dengan jarak sela 1 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C - 45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 3.929%,dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.147% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.972%.
Berdasarkan hasil persentase, diketahui bahwa elektroda dalam keadaan
normal dengan temperatur dari 27°C sampai dengan 45°C lebih rendah
dibandingkan dengan ketika elektroda dalam keadaan terpolusi dan diketahui juga
bahwa apabila elektrodanya telah terpolusi dalam waktu yang lebih lama.
4.2.2 Hasil Percobaan untuk jarak sela 1.5 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 cm
Jarak sela (S) : 1.5 cm
Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 1.5 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 10 cm.
suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 30.48 29.40 28.75 28.63
30°C 29.65 29.17 28.46 28.38
33°C 29.37 29.01 28.11 28.05
36°C 29.22 28.58 27.76 27.83
39°C 29.05 28.72 27.54 27.47
42°C 28.55 28.31 27.38 27.27
45°C 28.33 28.01 27.38 27.03
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
masing-masing suhu dari 27°C-45°C pada kondisi normal ( ).
, , ,
x 100 % = 6,332% , ,
,
x 100 % = 7,054%
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = = 0.00044 X3 –
0.0029 X2 + 0.21 X + 2.1 pada keadaan normal dengan jarak sela 1.5 cm untuk
setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
, ,
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi terpolusi ke-1
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = = 0.0001 X4– 0.003 X2+
0.022 X – 0.095 pada keadaan terpolusi hari ke-1 dengan jarak sela 1.5 Cm untuk
setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 2.7e - 005 X4 – 0.0018
X3+ 0.021 X + 0.38 X – 0.13 pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan jarak sela
1.5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan mathlab, diperoleh fungsi Y = -4.9e - 005 X4+ 0.0019
X3- 0.027 X2+ 0.5 X – 0.42 pada keadaan terpolusi hari ke-14 dengan jarak sela
1.5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C
4.2.2.2 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 10 Cm
Dengan Jarak Sela 1.5 Cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 10 cm dengan jarak sela 1.5 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 10 cm dengan jarak sela 1.5 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari suhu
27°C - 45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 4.738%. Sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 2.573%, dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.2.3 Hasil Percobaan untuk jarak sela 2 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 cm
Jarak sela (S) : 2 cm
Tabel 4.3 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 2 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 10 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 38.75 37.50 36.30 36.12
30°C 38.52 37.34 36.14 36.01
33°C 38.17 36.92 35.94 35.83
36°C 37.72 36.75 35.43 35.30
39°C 37.20 36.28 35.25 35.08
42°C 36.30 36.05 35.01 34.93
45°C 36.17 35.89 34.97 34.77
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C-45°C pada kondisi normal
( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.12 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan jarak sela 2 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00074 X4+ 0.028 X3
-0.35 X2 + 2 X – 3 pada keadaan normal dengan jarak sela 2 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari pertama
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak
Gambar 4.13 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2 cmdengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00066 X3+ 0.015 X2+
0.19 X – 0.21 pada keadaan terpolusi hari ke-1 dengan jarak sela 2 cm untuk
setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
Gambar 4.14 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -1.9 e-005 X6+ 0.001 X5
- 0.021 X4 + 0.2 X3– 0.83 X2+ 1.3 X pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan
jarak sela 2 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk
memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan untuk
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -9e - 006 X6+ 0.00054 X5
- 0.012 X4 + 0.12 X3 – 0.54 X2 + 0.88 X pada keadaan terpolusi hari ke-14
dengan jarak sela 2 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk
memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
4.2.3.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 10 Cm
Dengan Jarak Sela 2 Cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 10 cm dengan jarak sela 1 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.16
Gambar 4.16 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 10 cm dengan jarak sela 2 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C - 45°C dalam keadaan normal, persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 2.621% sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 3.564%, dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.324% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.251%. Kenaikan temperatur pada elektroda bola yang terpolusi semakin lama
akan mempengaruhi persentase penurunan tegangan tembusnya.
4.2.4 Hasil Percobaan untuk jarak sela 2.5 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 10 cm
Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 2.5 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 10 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 48.33 47.25 46.53 46.07
30°C 48.22 47.09 46.17 45.83
33°C 47.92 46.83 45.74 45.74
36°C 47.35 46.44 45.34 45.19
39°C 47.15 46.11 45.07 45.00
42°C 46.90 46.23 44.91 44.88
45°C 46.75 45.86 44.73 44.56
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada kondisi normal
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.17 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada kondisi normal.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00042 X3+ 0.0048 X2+
0.27 X – 0.65 pada keadaan normal dengan jarak sela 2.5 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak
sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 6.1 e-006 X6– 0.00027
X5+ 0.0044 X4– 0.032 X3+ 0.12 X2– 0.05 X. Pada keadaan terpolusi hari ke-1
dengan jarak sela 2.5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code
untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 0.00014 X4– 0.0056 X3
+ 0.1065 X2+ 0.021 X + 0.27 pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan jarak sela
2.5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh
fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
terpolusi ( ).
k enaik an tem peratur (°C)
p
, , ,
x 100 % = 2,583 % , ,
,
x 100 % = 3,711 %
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.20.
Gambar 4.20 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 10 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -1.4e-005 X6 +
0.00084 X5– 0.018 X4 + 0.18 X3– 0.82 X2 + 1.4 X pada keadaan terpolusi hari
ke-14 dengan jarak sela 2.5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.
4.2.4.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 10 cm
Dengan Jarak Sela 2.5 cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 10 cm dengan jarak sela 2.5 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.21
Gambar 4.21 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 10 cm dengan jarak sela 2.5 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C-45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 1.961% sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 1.741%, dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
2.604% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C-45°C sebesar
1.962%.
4.3 Hasil percobaan untuk elektroda bola berdiameter 5 cm
4.3.1 Hasil percobaan untuk jarak sela 1 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 5 cm
VA: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
normal
VB: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-1
VC: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-7
VD: Nilai Tegangan Tembus udara pada Elektroda bola dalam kondisi
terpolusi Hari ke-14
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 1 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 5 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 18.07 17.35 16.82 16.70
30°C 17.95 17.20 16.77 16.56
33°C 17.72 16.88 16.50 16.32
36°C 17.50 16.62 16.38 16.08
39°C 17.37 16.55 16.00 15.84
42°C 17.12 16.17 15.85 15.60
45°C 17.00 15.99 15.66 15.25
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada kondisi normal
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.22 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00025 X4+ 0.01 X3–
0.16 X2+ 1.3 X + 2.2 pada keadaan normal dengan jarak sela 1 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari pertama
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
Gambar 4.23 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00056 X4+ 0.025 X3–
0.39 X2 + 2.8 X - 4.8 pada keadaan terpolusi hari ke-1 dengan jarak sela 1 cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk memperoleh fungsi di
atas ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.24.
Gambar 4.24 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.0011 X3+ 0.03 X2 +
0.21 X – 0.51 pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan jarak sela 1 Cm untuk
setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
, , ,
x 100 % = 6,586 % , ,
,
x 100 % = 8,682 %
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.25.
Gambar 4.25 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan mathlab, diperoleh fungsiY = - 0.00011 X3- 0.029 X2+
0.7 X - 1 pada keadaan terpolusi hari ke-14 dengan jarak sela 1 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C.
4.3.1.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 5 cm
Dengan Jarak Sela 1 Cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 5 cm dengan jarak sela 1 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.26
Gambar 4.26 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 5 cm dengan jarak sela 1 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C - 45°C dalam keadaan normal, persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 2.467%. sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 3.428%, dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.725% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.84%.
Berdasarkan hasil persentase, diketahui bahwa elektroda dalam keadaan
normal dengan temperatur dari 27°C sampai dengan 45°C lebih rendah
dibandingkan dengan ketika elektroda dalam keadaan terpolusi dan diketahui juga
bahwa apabila elektrodanya telah terpolusi dalam waktu yang lebih lama.
4.3.2 Hasil Percobaan untuk jarak sela 1.5 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 5 cm
Jarak sela (S) : 1.5 cm
Dimana :
Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 1.5 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 5 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 27.87 26.35 25.83 25.64
30°C 27.77 26.12 25.49 25.52
33°C 27.42 25.93 25.27 25.24
36°C 27.27 25.60 24.87 24.80
39°C 27.00 25.32 24.50 24.35
42°C 26.65 25.98 24.22 24.35
45°C 26.40 24.72 24.00 24.08
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada kondisi normal
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1,5 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.27 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1,5 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00046 X4+ 0.02 X3
-0.29 X2+ 2 X – 3.4 pada keadaan normal dengan jarak sela 1,5 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-1 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
Gambar 4.28 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00034 X4+ 0.014 X3–
0.18 X2 + 1.3 X + 0.27pada hari ke-1 setelah terpolusi dengan jarak sela 1,5 cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di
atas ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
terpolusi(Vc).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
Gambar 4.29 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 1.1 e-006 X7- 3.6 e-005
X6+ 0.00016 X5+ 0.0049 X4– 0.06 X3+ 0.23 X2pada keadaan terpolusi hari
ke-7 dengan jarak sela 1,5 cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code
untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C- 45°C pada hari ke-14 setelah
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 1.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.30.
Gambar 4.30 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 1.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = 0.00024 X4- 0.012 X3+
0.2 X2- 0.84 X + 2.4 pada keadaan terpolusi hari ke-14 dengan jarak sela 1,5 cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.
4.3.2.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 5 cm
Dengan Jarak Sela 1.5 cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 5 cm dengan jarak sela 1.5 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.31
Gambar 4.31 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 5 cm dengan jarak sela 1.5 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C - 45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 2.816% sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 4.808%, dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
2.794% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
4.278%.
4.3.3 Hasil Percobaan untuk jarak sela 2 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 5 cm
Tabel 4.7 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 2 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 5 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 36.60 35.54 33.90 33.48
30°C 35.60 34.30 33.58 33.37
33°C 35.30 33.75 33.00 32.85
36°C 34.95 33.50 32.75 32.20
39°C 34.77 32.92 32.52 32.00
42°C 34.27 32.92 32.23 31.90
45°C 34.15 32.80 31.80 31.73
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada kondisi normal
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.32.
Gambar 4.32 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan jarak sela 2 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00034 X4+ 0.014 X3–
0.18 X2+ 1.3 X + 0.27 pada keadaan normal dengan jarak sela 2 cm untuk setiap
kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk memperoleh fungsi di atas
ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari pertama
setelah terpolusi (VB).
, ,
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak
sela 2 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam ditampilkan
pada Gambar 4.33.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -8.6-008 X9 + 5.6e-006
X8– 0.00015 X7+ 0.0019 X6– 0.012 X5+ 0.031 X4pada keadaan terpolusi hari
ke-1 dengan jarak sela 2 Cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code
untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C-45°C pada hari ke-7 setelah
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.34.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00017 X4+ 0.01 X3–
0.19 X2+ 1.7 X – 2.8pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan jarak sela 2 Cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk memperoleh fungsi di
atas ditampilkan pada lampiran B.
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.35.
Gambar 4.35 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan jarak sela 2cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00058 X4- 0.023 X3+
0.3 X2- 0.9 X + 0.92 pada keadaan terpolusi hari ke-14 dengan jarak sela 2 cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk memperoleh fungsi di
atas ditampilkan pada lampiran B.
4.3.3.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 5 cm
Dengan Jarak Sela 2 cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 5 cm dengan jarak sela 2 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.36
Gambar 4.36 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 5 cm dengan jarak sela 2 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari
suhu 27°C - 45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus
sebesar 4.808%. sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C - 45°C
sebesar 3.401%,dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
3.697% dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C - 45°C sebesar
3.399%.
4.3.4 Hasil Percobaan untuk jarak sela 2.5 cm
Tekanan (P) : 754,5 mmHg
Diameter Elektroda bola-bola : 5 cm
Jarak sela (S) : 2.5 cm
Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Tegangan Tembus Pada Jarak Sela 2.5 cm pada
Elektroda bola-bola berdiameter 5 cm.
Suhu (T) VBD(kV)
VA VB VC VD
27°C 43.02 41.19 40.85 40.29
30°C 42.60 41.32 40.65 40.19
33°C 42.45 40.85 40.22 40.00
36°C 41.87 40.29 39.50 39.87
39°C 41.40 40.10 39.73 39.28
42°C 41.22 39.80 39.25 39.23
45°C 40.95 38.80 38.25 38.12
a) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada kondisi normal
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal ditampilkan pada
Gambar 4.37 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada kondisi normal
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -6.2e-006 X6+ 0.00041 X5
- 0.01 X4+ 0.11 X3- 0.58 X2+ 1.3 X pada keadaan normal dengan jarak sela 2.5
cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source codeuntuk memperoleh fungsi
di atas ditampilkan pada lampiran B.
b) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak
sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-1 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.38.
Gambar 4.38 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-1
setelah terpolusi asam
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -1.1-005 X6+ 0.00063 X5
- 0.013 X4+ 0.13 X3 - 0.54 X2+ 1.3 Xpada keadaan terpolusi hari ke-1 dengan
jarak sela 2.5 Cm untuk setiap kenaikan temperatur 3°C. Source code untuk
memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
c) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-7 setelah
, ,
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.39.
Gambar 4.39 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-7 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.00066 X4- 0.023 X3+
0.24 X2- 0.59 X + 0.59 pada keadaan terpolusi hari ke-7 dengan jarak sela 2.5 cm
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk memperoleh fungsi di
atas ditampilkan pada lampiran B.
2 4 6 8 10 12 14 16 18
perubahan tem peratur (°C )
p
d) Perhitungan untuk memperoleh persentase penurunan tegangan tembus
udara untuk masing-masing suhu dari 27°C - 45°C pada hari ke-14 setelah
terpolusi ( ).
Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan
jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam
ditampilkan pada Gambar 4.40.
Gambar 4.40 Grafik perhitungan persentase penurunan tegangan tembus udara dengan jarak sela 2.5 cm dengan diameter 5 cm pada hari ke-14 setelah terpolusi asam.
Dengan menggunakan matlab, diperoleh fungsi Y = -0.0021 X3 + 0.063
untuk setiap kenaikan temperatur 3°C.Source code untuk memperoleh fungsi di atas ditampilkan pada lampiran B.
4.3.4.1 Analisis Percobaan Untuk Elektroda Bola Berdiameter 5 Cm
Dengan Jarak Sela 2.5 Cm
Dari hasil percobaan, maka perbandingan grafik dalam keadaan normal
dan keadaan terpolusi untuk diameter bola 5 cm dengan jarak sela 2.5 cm untuk
suhu 27°C - 45°C ditampilkan pada Gambar 4.41
Gambar 4.41 Grafik perbandingan persentase penurunan tegangan tembus udara pada kondisi normal dengan terpolusi pada elektroda bola
berdiameter 5 cm dengan jarak sela 2.5 cm.
Dari analisis diperoleh hasil untuk setiap kenaikan suhu 3°C yaitu dari suhu
27°C-45°C dalam keadaan normal,persentasi penurunan tegangan tembus sebesar
2.955%. sedangkan dalam terpolusi hari ke-1 dari suhu 27°C-45°C sebesar
3.072%,dalam kondisi terpolusi hari ke-7 dari suhu 27°C-45°C sebesar 3.059%
dan dalam kondisi terpolusi hari ke-14 dari suhu 27°C-45°C sebesar 3.673%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada Elektroda bola berdiameter 10 cm saat kondisi normal, kenaikan
temperatur menyebabkan penurunan persentase tegangan tembus sebesar
7.56 %, saat kondisi hari pertama setelah terpolusi sebesar 9.03 %, pada
saat hari ke-7 setelah terpolusi sebesar 14.92 %, dan pada saat hari ke-14
setelah terpolusi sebesar 16,17 %.
2. Pada Elektroda bola berdiameter 5 cm saat kondisi normal, kenaikan
temperatur menyebabkan penurunan persentase tegangan tembus sebesar
5.53 %, saat kondisi hari pertama setelah terpolusi sebesar 8.75 %, pada
saat hari ke-7 setelah terpolusi sebesar 12.68 %, dan pada saat hari ke-14
setelah terpolusi sebesar 13,63 %.
3. Fungsi = tidak bisa digunakan pada saat permukaan elektroda bola
tidak rata, tetapi untuk mencari fungsi pendekatan persentase penurunan
tegangan tembus dapat menggunakan mathlab seperti yang tertera pada
lampiran B.
4. Kenaikan temperatur akan mempercepat penurunan tegangan tembus,
cepat dan saling bertabrakan dan membuat elektron bebas banyak di udara
dan membuat semakin cepat tegangan tembusnya.
5. Tegangan tembus pada permukaan yang rata berbeda dengan permukaan
yang tidak rata dikarenakan medan listrik pada permukaan tidak rata lebih
tinggi dibandingkan permukaan yang tidak rata yang membuat gaya listrik
yang membuat banyak elektron diudara.
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih maksimal, perlu dilakukan perbaikan kekurangan
yang terdapat pada penelitian tugas akhir ini. Beberapa saran yang bisa
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Tugas akhir ini dapat dikembangkan dengan menambahkan
lamanya waktu mengukur tegangan tembusnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektroda Bola
Pengukuran tegangan tinggi dengan elektroda bola pada kenyataannya
dipengaruhi beberapa hal, salah satunya adalah keadaan udara. Dalam prakteknya,
keadaan udara saat pengujian tidak selalu sama dengan keadaan standar. Oleh
karena itu hasil pengukuran pada keadaan udara sembarang adalah sebagai
berikut:
= δ s
(2.1)dimana :
= Tegangan sela bola pada saat pengujian (keadaan udara sembarang)
s = Tegangan tembus sela bola standar
δ = faktor koreksi udara
Faktor koreksi udara tergantung kepada suhu dan tekanan udara, besarnya adalah
sebagai berikut :
δ = . (2.2)
dimana :
P = Tekanan (mmHg)
θ = Suhu (°C)
Elektroda bola standar terdiri dari dua elektroda bola yang disusun satu
sumbu dan jarak kedua elektroda dapat diatur. Udara yang mengisolasi kedua
kondisi standar jika temperaturnya 20°C, tekananan 760 mmHg dan kelembaban
nya mutlak 11 g/m3. Pada kondisi udara standar ini, sela bola akan mengalami
tembus listrik pada suatu nilai tegangan tetap dan sudah diketahui, asalkan medan
elektrik pada sela bola uniform [4].
Pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2, ditunjukkan elektroda bola standar
yang disusun horizontal dan vertikal. Salah satu elektroda dihubungkan ke
terminal tegangan tinggi yang hendak diukur, sedangkan elektroda bola yang lain
ditanahkan. Sebuah resistor disusun seri dengan elektroda bola, agar ketika udara
mengalami tembus listrik, besar arus hubung singkat dapat dibatasi dan osilasi
pada sumber tegangan dapat diredam dengan cepat. Nilai resistor ini 100-1000
kiloOhm pada pengukuran tegangan tinggi ac dan dc, dan tidak lebih dari 500
Ohm pada pengukuran tegangan tinggi impuls.
Syarat-syarat agar medan elektrik pada sela bola uniform adalah
1. Diameter bola sama.
2. Letak kedua elektroda harus satu sumbu.
3. Panjang sela tidak lebih dari setengah diameter bola.
4. Titik percikan elektroda bola bertegangan tinggi harus memiliki
jarak bebas(clearance)[1].
Elektroda bola umumnya terbuat dari bahan tembaga, kuningan atau
alumunium. Permukaannya harus halus dan kelengkungannya seragam (uniform).
Ukuran standar diameter elektroda bola antara lain 2 cm, 10 cm, 50 cm, bahkan
ada yang mencapai 200 cm. Jarak-jarak itu dirancang dan dipilih seperti itu agar
lewat denyar (flashover) terjadi di dekat titik percik. Permukaan bola harus bersih
S
D
dipertahankan tetap bersih tetapi tidak perlu dipoles. Jika ada lubang yang terjadi
akibat tembus listrik yang berulang-ulang maka elektroda harus dibersihkan.
Untuk memperoleh ketelitian yang tinggi, hal-hal ini diperhatikan :
1. Jarak sela (S) < Diameter (D).
2. Jarak sela > 5 % jari-jari elektroda.
3. Permukaan elektroda tidak boleh berdebu.
4. Elektroda harus licin (jangan dibersihkan dengan pembersih kasar).
5. Jarak benda disekitar elektroda > (0,25 + VBD/ 300) m.
6. Untuk mencegah osilasi saat percikan, sebuah resistor yang
tahanannya > 500 ohm diserikan degan elektroda bola. [4]
Gambar 2.1 Elektroda Bola Susunan Horizontal
Gambar 2.2 Elektroda Bola Susunan Vertikal. S
2.2 Distribusi Medan Listrik Pada Permukaan Elektroda Bola
Distribusi medan listrik pada elektroda bola bisa terjadi pada permukaan yang
rata dan permukaan yang tidak rata. Permukaan rata merupakan permukaan yang
sangat halus dan bentuknya sama sedangkan permukaan yang tidak rata
merupakan permukaan yang mengalami perubahan bentuk karena pengaruh dari
luar seperti benturan, polusi dan lain-lain. Distribusi medan listrik pada
permukaan tidak rata lebih tinggi dibandingkan permukaan yang rata.
2.2.1 Distribusi Medan Listrik Pada Permukaan Yang Rata
Distribusi medan listrik pada dua elektroda bola dengan permukaan yang
rata dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini. Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa
distribusi medan listrik di setiap titik adalah sama atau uniform. dengan
permukaan yang halus atau sama maka medan listrik disekitar elektroda bola juga
sama, sehingga tidak ada gaya yang mendorong pergerakan elektron terlepas dari
molekulnya.
Gambar 2.3 Distribusi medan listrik diantara dua elektroda bola dengan
permukaan yang rata
2.2.1 Distribusi Medan Listrik Pada Permukaan Yang Tidak Rata
Distribusi medan listrik pada dua elektroda bola dengan permukaan yang
Gambar 2.4 Distribusi medan listrik diantara dua elektroda bola dengan
permukaan yang tidak rata.
Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa distribusi medan listrik di setiap titik tidak
serba sama atau non uniform. Ini disebabkan adanya bagian yang runcing di salah
satu atau beberapa titik pada elektroda bola. Sehingga distribusi medan magnet
antara bahagian yang runcing dengan yang rata tidaklah sama. Medan listrik pada
bahagian yang runcing lebih rapat dibandingkan dengan medan listrik pada
bahagian yang rata atau EB > EA. Ini menyebabkan bagian yang runcing
mengalami gaya yang lebih besar dibandingkan dengan bagian yang rata, atau :
a
Ea = Medan elektrik pada elektroda bola a
Eb = Medan elektrik pada elektroda bola b
Fa = Gaya yang timbul pada elektroda bola a
Fb = Gaya yang timbul pada elektroda bola
Selanjutnya, kemungkinan terjadinya polarisasi, ionisasi, dan tembus listrik pada
2.3 Pengaruh Temperatur Terhadap Tegangan Tembus Udara
Jika temperatur udara mengalami kenaikan, maka molekul-molekul udara
akan bersikulasi dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi benturan antar molekul
dengan molekul. Jika temperatur semakin tinggi, maka kecepatan molekul
semakin tinggi. Sehingga benturan antar molekul semakin keras dan dapat
membuat terlepasnya elektron dari molekul netral. Terlepasnya elektron dari
molekul netral menyebabkan banyaknya elektron-elektron bebas diudara.
Banyaknya elektron diudara akan memungkinkan terjadinya tembus listrik pada
udara tersebut.
Gambar 2.6 Peristiwa terlepasnya elektron dari molekul netral akibat
kenaikan temperatur.
2.4 Pengaruh Objek Sekitar Terhadap Pengukuran Dengan Elektroda
Bola-Bola
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan tembus pada pengukuran
dengan elektroda bola di antaranya adalah:
1. Objek di sekitar elektroda bola,
2. Kondisi dan kelembaban udara,
4. Polaritas dan kenaikan waktu gelombang tegangan.
Gambar 2.6 menunjukkan bentuk medan listrik yang terbentuk akibat pengaruh
objek di sekitar elektroda bola.
Gambar 2.6 Pengaruh Objek Terhadap Pengukuran Elektroda Bola-Bola
2.5 Korosi
Korosi adalah teroksidasinya suatu logam. Korosi adalah kerusakan atau
degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga
diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara
kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Korosi juga akan membuat bentuk
permukaan suatu logam berubah.
2.5.1 Faktor yang mempengaruhi Korosi
Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa
faktor, antara lain:
1. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
2. Kontak dengan Elektrolit
3. Keberadaan Zat Pengotor
4. Temperatur
5. pH
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan isolasi yang banyak digunakan untuk mengisolasi
peralatan tegangan tinggi karena biaya lebih murah. Isolasi digunakan untuk
memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga tidak
terjadi tembus listrik. Namun dalam kenyataan, udara sesungguhnya terdiri dari
molekul yang sebagian kecil di dalamnya terdapat ion dan elektron yang
mengakibatkan udara mengalirkan arus. Kejadian ini bisa dipengaruhi oleh bentuk
permukaan yang disebabkan oleh polutan dan temperatur yang semakin tinggi
menyebabkan molekul memperoleh energi yang dapat mempercepat pergerakan
elektron di udara. Sehingga menurunkan fungsi udara sebagai bahan isolasi, hal
ini ditunjukan oleh terjadinya tegangan tembus pada peralatan listrik. Misalnya
apabila peralatan listrik yang berada di daerah padat industri, kemungkinan akan
terpolusi dan suhu disekitarnya semakin tinggi maka akan lebih cepat terjadi
tegangan tembusnya. Dalam hal ini, fungsi udara sebagai isolasi akan berkurang
sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memberikan solusi untuk mengatasinya
atau mengurangi terjadinya tegangan tembus.
Pengujian ini dilakukan pada elektroda bola yang telah terpolusi asam
nitrat dengan lama waktu yang berbeda dan dibandingkan dengan keadaan normal
atau tidak terpolusi dengan masing-masing elektroda bola dinaikkan
temperaturnya setiap 3°C mulai dari suhu 27°C sampai dengan suhu 45°C.
Dari hasil pengujian ini, diketahui pengaruh kenaikan temperatur terhadap
tegangan tembus yang dihasilkan, maka dapat diketahui seberapa besar
kemampuan udara untuk tetap mengisolasi elektroda bola apabila telah terpolusi
dan suhu udaranya tinggi. Sehingga hasilnya bisa digunakan untuk memberikan
solusi dalam mengurangi tegangan tembusnya apabila hal itu terjadi pada
peralatan listrik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
pada Tugas Akhir ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh kenaikan temperatur terhadap penurunan tegangan
tembus udara.
2. Bagaimana pengaruh konduktor yang terpolusi asam terhadap tegangan
tembus udara.
3. Bagaimana pengaruh jangka waktu terhadap tegangan tembus udara
setelah konduktor terpolusi asam.
1.3 BATASAN MASALAH
Adapun yang menjadi batasan masalah pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Penempatan elektroda adalah vertikal.
2. Jarak sela antara elektroda bola bervariasi 1 cm, 1,5 cm, 2 cm, dan 2,5 cm.
3. Besarnya diameter elektroda bola adalah 5 cm dan 10 cm besarnya tetap
untuk berbagai pengukuran.
4. Variasi temperatur dalam ruang uji diatur dengan menggunakan lampu
5. Isolasi yang digunakan adalah isolasi udara.
6. Tegangan yang diterapkan adalah tegangan AC dengan frekuensi 50 Hz.
7. Pengujian isolator terpolusi dilakukan 1 hari setelah terpolusi, 7 hari
setelah terpolusi, dan 14 hari setelah terpolusi.
8. Pengaruh medan listrik pada pengujian diabaikan.
1.4 TUJUAN PENGUJIAN
Adapun tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan nilai dari
tegangan tembus udara yang diakibatkan oleh kenaikan dari temperatur kondisi
sekitar konduktor pengujian yang disertain dengan polusi asam yang terdapat pada