• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang. dari perkembangan suatu perekonomian. Kemampuan suatu negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang. dari perkembangan suatu perekonomian. Kemampuan suatu negara"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno,2013). Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dari suatu periode ke periode lainnya biasanya akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Arsyad (1999), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara.

P growth

(development). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan

(2)

commit to user

berdimensi lebih luas. Sasaran pembangunan ekonomi salah satunya adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur dari perbedaan produk domestik bruto tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan, oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan- kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad, 2010:74). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

(3)

commit to user

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 2013).

Persamaannya adalah : Y = f ( K, L, T) Y = tingkat pertumbuhan ekonomi

K = tingkat pertambahan barang modal L = tingkat pertambahan tenaga kerja T = tingkat pertambahan teknologi b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow NeoClassical Growth Model) fungsi produksi agregat standar sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

-

Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar

(4)

commit to user

persentase kenaikan PDB bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia. Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

c. Model Pertumbuhan Agregat

Glasson (1997) menyatakan bahwa teori pertumbuhan regional jangka panjang harus memperhitungkan faktor-faktor yang dianalisis, pertumbuhan jangka pendek diasumsikan konstan, yakni seperti penduduk, upah, harga, teknologi dan distribusi pendapatan.

Mobilitas faktor-faktor terutama tenaga kerja dan modal harus menjadi pertimbangan yang sangat penting.

Pada umumnya orang sependapat bahwa pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen yakni faktor-faktor yang terdapat pada daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya. Faktor-faktor penentu penting dari dalam daerah meliputi distribusi faktor-faktor seperti tanah, tenaga kerja dan modal, sedangkan salah satu faktor penentu dari luar daerah yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditas yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

(5)

commit to user

Suatu pendekatan yang lebih baru untuk menjelaskan faktor penentu endogen dari pertumbuhan ekonomi regional adalah melalui penggunaan model ekonomi makro. Model ini berorientasi pada segi penawaran dan berusaha menjelaskan output regional menurut faktor- faktor regional tertentu yang masing-masing dapat dianalisa secara sendiri-sendiri (Glasson,1997) dan dapat ditulis sebagai berikut : On=fn (K, L, Q, Tr, T, So)...(2) Keterangan:

On = Output potensial dari daerah n K = Modal (Capital)

L = Tenaga Kerja (Labor) Q = Tanah (SDA)

Tr = Sumberdaya pengangkutan T = Teknologi

So = Sistem Sosial Politik

Apabila dirumuskan menurut faktor-faktor yang lebih penting dan lebih mudah dikuantitatifkan, maka rumus persamaan mengenai pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai contoh:

On=an kn + (1 an) ln + tn...(3) Keterangan :

O, k, l, t = tingkat pertumbuhan output, modal, tenaga kerjadan teknologi

(6)

commit to user

a = bagian pendapatan yang diperoleh modal (yakni produk marginal dari modal )

d. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem. Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994). Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Definisi modal/kapital diperluas dengan memasukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia.

Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan (Mankiw, 2000).

(7)

commit to user e. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

2. Penerimaan Pajak dan Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom selalu menggunakan instrumen kebijakan fiskal dalam keseimbangan ekonomi makro. Menurut Budiono (1994), kebijakan moneter menunjuk pada upaya pemerintah mempengaruhi situasi makro perekonomian melalui pasar uang (proses penciptaan uang). Sedangkan kebijakan fiskal menunjuk pada kebijakan pengendalian melalui APBN (penerimaan dan pengeluaran pemerintah).

Salah satu tujuan penting kebijakan perpajakan adalah mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Sasaran utama kebijakan perpajakan adalah tersedianya sumber daya, pembentukan kapital, dan instrumen lain untuk mendukung kelancaran proses pembangunan. Definisi pajak

(8)

commit to user

menurut Ilyas dan Suhartono (2007:2) adalah: 1) pungutan/iuran yang sah berdasarkan undang-undang, 2) tidak ada kontra prestasi langsung terhadap wajib pajak, 3) sifatnya dapat dipaksakan, 4) pemungutan dilakukan oleh Negara, baik pemerintah pusat/daerah, 5) pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pembangunan maupun rutin.

Penerimaan pajak merupakan salah satu elemen kebijakan fiskal pemerintah. Menurut Mansury (2000), tujuan kebijakan perpajakan umumnya sama dengan tujuan kebijakan publik, seperti (1) upaya peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran melalui pertumbuhan ekonomi, (2) terciptanya distribusi penghasilan yang lebih merata dan adil, serta (3) stabilitas. Ketiga kebijakan tersebut disebut sebaga external criteria. Keadilan dan visibilitas administrasi termasuk dalam internal criteria. Sedangkan kriteria lainnya mencakup kecukupan penerimaan, kesedarhanaan, netralitas, biaya- biaya produksi yang murah dan lain- lain. Tujuan utama sistem perpajakan di negara berkembang termasuk Indonesia terutama diarahkan pada penerimaan negara yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Implementasi Undang-undang Nomor. 32 tahun 2004 dan Undang-undang Nomor. 33 Tahun 2004 membawa konsekuensi tersendiri bagi daerah dalam melaksanakan program-program pembangunannya. Kesiapan daerah dalam merespon kedua undang-

(9)

commit to user

undang ini akan sangat tergantung dari upaya pemerintah daerah dalam menetapkan strategi pembangunannya. Daerah diberikan kewenangan dalam memberdayakan potensi perekonomian daerahnya guna mencapai kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat daerah berdasarkan kedua undang-undang tersebut.

Percepatan kesejahteraan daerah adalah tujuan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Terkait dengan implikasi desentralisasi tersebut, Oates dalam Cullis and Jones (1992: 295) secara tegas menjelaskan bahwa manfaat kesejahteraan (welfare gains) akan dirasakan oleh masyarakat sebagai dampak dari sistem desentralisasi. Dalam pemahaman ini welfare gains dapat dicapai karena dengan adanya desentralisasi, maka pemerintah daerah dapat menentukan besarnya output yang dibutuhkan oleh masyarakatnya sendiri. Dana bagi hasil sebagai perwujudan dari dana perimbangan, merupakan instrument fiskal yang akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam memberikan public good provision yang maksimal kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat.

Penerimaan pajak tidak tergantung pada bantuan luar negeri dan tidak terdapat kewajiban untuk memberikan sebagian pendapatan negara kepada fihak negara kreditor sebagai bentuk pembayaran bunga pinjaman luar negeri. Besar kecilnya penerimaan pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai

(10)

commit to user

pengeluaran negara baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Penelitian secara empiris yang dilakukan Davodi and Zou (1998) menyimpulkan bahwa pengenaan pajak memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang.

Setiap tahun anggaran (APBN), pemerintah senantiasa berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajak guna membiayai pembangunan yang dilaksanakan. Pengenaan pajak disamping beperan mengisi sumber APBN juga berperan sebagai alat stabilisasi ekonomi.

Pengenaan pajak penghasilan secara proporsional bersifat sebagai stabilisator otomatis (automatic stabilizers). Investasi yang naik dan turun akan mempunyai efek yang lebih kecil pada output bila terdapat penstabil otomatis, ini berarti bahwa dengan adanya penstabil otomatis kita seharusnya mengharapkan output berfluktuasi lebih kecil dibanding jika penstabil otomatis itu tidak ada.

Fungsi-fungsi di atas dapat berjalan dengan baik apabila prinsip- prinsip pelaksanaan kebijakan perpajakan dapat diterapkan. Adam Smith (1994 : 9-13) mengemukakan tentang prinsip kebijakan perpajakan yang dikenal dengan istilah , adalah: (1) Asas kesamaan dan keadilan atau sesuai dengan kemampuan (equality and equity), (2) Asas kepastian hukum (certainty), (3) Asas kemudahan/kelayakan, cepat dan tepat waktu (convenience), dan (4) Asas ekonomi atau efisiensi biaya (efficiency). Kebijakan pemerintah dalam perpajakan semuanya

(11)

commit to user

tidak terlepas dari keempat prinsip ini. Pengabaian atas prinsip-prinsip ini niscaya akan mengundang resistensi masyarakat. Masalah keadilan, kepastian hukum dan kemudahan menjadi tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi pemerintah sebelum meminta masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

Upaya reformasi birokrasi dan modernisasi dalam pelayanan dan transparansi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak saat ini nampaknya merupakan respon dari tuntutan masyarakat. Kesadaran bela negara dalam perpajakan ini tentunya memerlukan kesadaran dikedua belah pihak baik masyarakat wajib pajak maupun pemerintah.

3. Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Inflasi merupakan masalah utama di banyak negara berkembang dan merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia. Inflasi merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi. Inflasi yang ditekan dapat menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran, sedangkan tingkat pengangguran adalah salah satu simbol dari rendahnya produksi nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Inflasi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan kenaikan harga-harga barang dan jasa dalam suatu periode tertentu. Keadaan perekonomian yang baik bagi sebuah negara umumnya diwakili dengan tingkat inflasi yang relatif rendah dan

(12)

commit to user

terkendali. Menurut Sukirno (2013:14) inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, sehingga dapat disimpulkan bahwa inflasi disini merupakan suatu proses kenaikan harga dimana kenaikan tersebut berpengaruh atau berlaku di dalam suatu perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi global yang tidak stabil turut mendorong tekanan inflasi untuk jangka waktu pendek. Tingkat kenaikan harga yang tidak terkawal akan memperburuk lagi tingkat inflasi dan tidak mustahil mampu melumpuhkan ekonomi negara itu. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengurangi daya saing sebuah negara. Keadaan inflasi yang rendah atau sederhana tidak memberi pengaruh buruk kepada pertumbuhan ekonomi, namun inflasi yang terlalu rendah dan terlalu tinggi dapat memperburuk pertumbuhan ekonomi.

Hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi pada umumnya adalah negatif. Menurut Burdekin (2000), tingkat inflasi yang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi adalah pada tahap 3 % bagi negara sedang membangun dan 8% bagi negara industri.

Inflasi dapat mengakibatkan perekonomian tidak berkembang.

Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan oleh adanya inflasi yang masih berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi:

1. Mendorong Penanaman Modal Spekulatif

Inflasi mengakibatkan para pemilik modal cenderung melakukan spekulatif. Hal ini dilakukan dengan cara membeli rumah, tanah dan

(13)

commit to user

emas. Cara ini dirasa oleh mereka lebih menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.

2. Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat dan akan Mengurangi Investasi. Lembaga keuangan akan menaikkan tingkat suku bunga pinjaman untuk menghindari kemerosotan nilai uang atau modal yang mereka pinjamkan. Apabila tingkat inflasi tinggi, maka tingkat suku bunga juga akan tinggi. Tingginya suku bunga akan mengurangi kegairahan penanaman modal untuk mengembangkan usaha-usaha produktif.

3. Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi di Masa Depan.

Kegagalan dalam mengendalikan inflasi akan berdampak terhadap ketidakpastian ekonomi. Selanjutnya, arah perkembangan ekonomi sulit untuk diramal. Keadaan semacam ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.

4. Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran.

Inflasi akan menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah daripada harga barang yang dihasilkan di dalam negeri. Hal ini akan mengakibatkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor.

Selain itu, arus modal ke luar negeri akan lebih banyak dibanding yang masuk ke dalam negeri. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan nilai mata uang dalam negeri.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa

(14)

commit to user

jenis dalam pengelompokan tertentu, dan pengelompokan yang akan dipakai akan sangat bergantung pada tujuan yang hendak dicapai.

1. Jenis Inflasi Menurut Derajatnya

Inflasi ringan dibawah 10% (singledigit) Inflasi sedang 10%-30%.

Inflasi tinggi 30%-100%.

Hyper inflasion diatas100%.

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak dapat mengindikasi parah tidaknya dampak inflasi bagi perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.

Inflasi ringan: inflasi ini masih dapat dikendalikan karena harga- harga masih naik secara umum, dan belum mengakibatkan krisis di bidang ekonomi.

Inflasi sedang: belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang tetap.

Inflasi berat: pada kondisi ini orang cenderung menyimpan barang.

Ini menyebabkan seseorang tidak mau untuk menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflasi.

(15)

commit to user

Hiperinflasi: inflasi ini menyebabkan kondisi perekonomian susah dikendalikan walaupun telah dilakukan tindakan moneter dan tindakan fiskal.

2. Jenis Inflasi Menurut P enyebabnya

Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh terlalu

kuatnya peningkatan aggregate demand masyarakat terhadap komoditi-komoditi hasil produksi di pasar barang. Akibatnya, akan menarik (pull) kurva permintaan agregat kearah kanan atas, sehingga terjadi excess demand, yang merupakan inflationary gap.

Dalam kasus inflasi jenis ini, kenaikan harga-harga barang biasanya akan selalu diikuti dengan peningkatan output (GNPriil) dengan asumsi bila perekonomian masih belum mencapai kondisi full- employment. Pengertian kenaikan aggregate demand seringkali ditafsirkan berbeda oleh para ahli ekonomi. Golongan moneterist menganggap aggregate demand mengalami kenaikan akibat dari ekspansi jumlah uang yang beredar di masyarakat, sedangkan menurut golongan Keynesian kenaikan aggregate demand dapat disebabkan oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi; investasi;

government expenditures; atau net export, walaupun tidak terjadi ekspansi jumlah uang beredar.

Cost push inflation, yaitu inflasi yang dikarenakan bergesernya aggregate Supply curve kearah kiri atas. Faktor-faktor yang menyebabkan aggregate supply curve bergeser tersebut adalah

(16)

commit to user

meningkatnya harga faktor-faktor produksi (baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri) di pasar faktor produksi, sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditi di pasar komoditi.

Dalam kasus cost push inflation kenaikan harga seringkali diikuti oleh kelesuan usaha.

3. Jenis Inflasi Menurut Asalnya

Domestic inflation, yaitu inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh

kesalahan pengelolaan perekonomian baik di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku ekonomi dan masyarakat.

Imported inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh adanya

kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem perekonomian terbuka (open economy system).

Inflasi ini dapat baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang ekspor.

Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam/jenis inflasi, tetapi acap kali karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki hubungan yang independen dalam

(17)

commit to user

suatu sistem perekonomian negara. Contohnya imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic inflation diikuti dengan demand pull inflation, dsb.

Secara garis besar dalam ilmu ekonomi ada beberapa teori yang menjelaskan tentang inflasi, masing-masing teori ini menyatakan aspek- aspek tertentu dari proses inflasi (Boediono, 2001). Teori tersebut adalah:

a. Teori Kuantitas

Teori ini disebut sebagai model kaum moneteris (monetaris models) karena telah disempurnakan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago. Teori ini sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi bagi negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menekankan peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat tentang kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

P.T = M.V Dimana :

P = Tingkat Harga

M = Jumlah Uang Yang Beredar (Penawaran Uang) V = Kecepatan Perputaran Uang

T = Volume Transaksi

Seluruh transaksi penjualan sama dengan nilai seluruh pembelian. Nilai transaksi dikalikan dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan jumlah uang yang beredar dikalikan dengan kecepatan rata-rata perputaran uang. Inti dari teori ini menurut sebagai berikut :

(18)

commit to user

1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar (uang kartal atau penambahan uang giral).

2. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa akan datang.

Meskipun teori ini dianggap berguna dalam menerangkan proses inflasi, namun teori ini juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

1. Perubahan jumlah yang beredar tidak secara langsung akan menaikkan penggunaan uang.

2. Kecepatan laju peredaran uang tidak bersifat stabil dalam masyarakat modern.

b. Teori Keynes

Menurut Keynes, campur tangan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi masalah perekonomian. Pada tingkat makro, pemerintah harus aktif dalam mengendalikan perekonomian ke arah posisi full employment, yang merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tindakan yang terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang secara otomatis. Teori Keynes menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomi mereka, artinya permintaan total masyarakat terhadap barang-barang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat, akibatnya akan terjadi inflationary gap. Menurut Keynes, kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena

(19)

commit to user

suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kualitas uang tetap atau konstan. Jika uang yang beredar bertambah maka harga akan naik. Dengan naiknya harga, permintaan uang untuk transaksi juga akan ikut bertambah sehingga suku bunga juga ikut naik. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan unuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. Analisa Keynes tentang inflasi permintaan yang dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap, dimana inflasi permintaan adalah inflasi yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial. Jika dirumuskan menjadi : Inflasi

= (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi).

c. Teori Strukturalis

Studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang menunujukkan bahwa inflasi bukan merupakan fenomena moneter, tetapi merupakan fenomena struktural atau cost push inflation.

Fenomena yang dimaksud adalah fenomena struktural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala struktural dalam perekonomian di negara berkembang, sering disebut juga structural bottlenecks yang terjadi dalam tiga hal, yaitu:

1. Supply dari sektor pertanian (pangan) tidak elastis. Hal ini karena pengelolaan dan pengerjaan di sektor pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana,

(20)

commit to user

sehingga sektor pertanian domestik tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaannya.

2. Cadangan valuta asing yang terbatas akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor.

Keterbatasan ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang bahan baku maupun barang modal yang sangat diperlukan untuk pembangunan sektor industri menjadi terbatas.

3. Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sektor penerimaan rutin yang terbatas, sehingga tidak cukup untuk membiayai pembangunan, dan sebagai akibatnya timbul defisit anggaran belanja. Akibat dari keterbatasan ini pemerintah memerlukan pinjaman dari luar negeri.

Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan, penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibat inflasi dari luar negeri. Hal ini disebabkan antara lain oleh harga barang-barang import yang meningkat di daerah asalnya. Menurut kesimpulan dari penelitian Dala dan Shachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestik besar, maka kenaikan harga barang akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga

(21)

commit to user

barang impor tersebut dalam inflasi domestik. Dalam teori ini, ada dua faktor utama yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu:

1. Ketidakelastisan penerima ekspor. Hal ini disebabkan dua faktor utama yaitu: jenis barang ekspor yang kurang responsive terhadap kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk

2. Ketidakelastisan produksi bahan makanan dalam negeri. Laju pertumbuhan bahan makanan didalam negeri tidak secepat pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan perkapita, akibatnya terjadi kenaikan harga barang lainnya. Kenaikan harga ini mengakibatkan tuntutan kenaikan ongkos produksi.

Dasar pemikiran model teori ini ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost + Profit Margin

Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dijabarkan menjadi : Price = cos . Apabila terjadi kenaikan harga pada kompenen-kompenen yang menyusun cost of production atau kenaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga pada harga jual komoditi di pasar.

(22)

commit to user 4. Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya (Sukirno,2013). Pengangguran dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan pada pasar tenaga kerja, hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah tenaga kerja yang diminta. Berdasarkan tingkat pengangguran dapat kita lihat kondisi suatu negara, apakah perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau mengalami kemunduran.

Tingkat pengangguran menunjukkan kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat. Pengangguran dapat terjadi akibat dari tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang luas serta penyerapan tenaga kerja yang persentasenya cenderung kecil, hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja.

Faktor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran adalah (i) menganggur karena ingin mencari kerja lain yang lebih baik, (ii) pengusaha menggunakan peralatan produksi modern yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, dan (iii) ketidaksesuaian antara ketrampilan pekerja yang sebenarnya dengan ketrampilan yang diperlukan dalam industri-industri (Sukirno, 2013). Menurut Sukirno (2013: 328) dilihat

(23)

commit to user

dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi:

a. Pengangguran friksional atau normal (frictional or normal unemployment adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan dalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi.

Pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang dari satu daerah ke daerah lainnya, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya atau karena sedang mencari kerja lain yang lebih baik.

b. Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah jenis pengangguran yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja.

Ketidakseimbangan didalam pasar tenaga kerja yang terjadi antara lain karena adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan lainnya mengalami penurunan permintaan, dan permintaan itu sendiri tidak melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut.

c. Pengangguran alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenal dengan istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan (expected inflation) sama dengan tingkat inflasi aktual ( actual inflation).

(24)

commit to user

d. Pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif aggregat (effective aggregate demand) didalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran aggregat . Oleh karena itulah para ahli ekonomi sering menyebut jenis pengangguran

demand- . Pengangguran ini

akan berkurang kalau tingkat kegiatan ekonomi meningkat sehingga permintaan pada produksi juga meningkat.

e. Pengangguran Teknologi yaitu pengangguran yang disebabkan adanya penggantian tenaga manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia karena kemajuan teknologi.

Pengangguran dapat pula digolongkan berdasarkan cirinya menjadi empat, yaitu pengangguran tersembunyi, pengangguran musiman, setengah pengangguran dan pengangguran terbuka. (Sukirno, 2013:330)

a. Pengangguran tersembunyi adalah : pengangguran yang terjadi karena adanya keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan. Contohnya, dalam kegiatan produksi yang dapat berjalan efektif dan efisien dengan 6 pekerjaan saja, namun dalam kenyataanya dikerjakan oleh 8 orang pekerja.

Dari penjelasan ini terlihat bahwa ada kelebihan pekerja sebanyak 2 orang. Kelebihan inilah yang disebut pengangguran tersembunyi.

b. Pengangguran musiman : adalah keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dalam suatu tahunan. Contohnya adalah masa menunggu petani

(25)

commit to user

dalam musim panen, pada saat ini petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan akan menjadi pengangguran.

c. Setengah menganggur (under unemployment): keadaan pengangguran dimana seorang pekerja melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal. Seorang dapat digolongkan setengah menganggur jika dalam bekerja tidak lebih dari 20 jam dalam seminggu atau 3 hari dalam seminggu.

d. Pengangguran terbuka (open unemployment): tenaga kerja yang benar- benar tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran terbuka termasuk pengangguran yang sangat banyak karena memang belum mendapat pekerjaan meskipun sudah berusaha untuk mencari pekerjaan.

Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja dan upah efisiensi.

Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena

(26)

commit to user

faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju, namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara- negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.

Dampak yang muncul akibat pengangguran yang terjadi diantaranya:

1. Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional a. Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita

Upah merupakan salah satu komponen dalam penghitungan pendapatan nasional. Tingkat pengangguran yang semakin tinggi akan mengakibakan nilai komponen upah akan semakin kecil, sehingga nilai pendapatan nasional pun akan semakin kecil. Pendapatan per kapita adalah pendapatan nasional dibagi jumlah penduduk. Pendapatan nasional yang semakin kecil akibat pengangguran akan menurunkan nilai pendapatan per kapita.

b. Penerimaan Negara

Salah satu sumber penerimaan negara adalah pajak, khususnya pajak penghasilan. Pajak penghasilan diwajibkan bagi orang- orang yang memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran meningkat berarti jumlah orang yang membayar pajak

(27)

commit to user

penghasilan berkurang, akibatnya penerimaan negara pun berkurang.

c. Beban Psikologis

Semakin lama seseorang menganggur, semakin besar beban psikologis yang harus ditanggung. Secara psikologis, orang yang menganggur mempunyai perasaan tertekan, sehingga berpengaruh terhadap berbagai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dampak psikologis ini mempunyai efek domino secara sosial, dimana orang menganggur akan merasa minder karena status sosial yang tidak atau belum jelas.

d. Biaya Sosial

Dengan semakin besarnya jumlah penganggur, semakin besar pula biaya sosial yang harus dikeluarkan. Biaya sosial itu mencakup biaya atas peningkatan tugas-tugas medis, biaya keamanan, dan biaya proses peradilan sebagai akibat meningkatnya tindak kejahatan.

2. Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat a. Pendapatan per Kapita

Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja.

Dampak dari hal ini adalah terjadinya penurunan pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila

(28)

commit to user

tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.

b. Pendapatan Negara

Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, upah/gaji tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.

c. Beban Psikologis

Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di tengah-tengah masyarakat.

Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri (minder) karena statusnya yang tidak jelas.

d. Munculnya Biaya Sosial

Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.

(29)

commit to user

Efek buruk dari pengangguran tersebut harus diantisipasi oleh pemerintah dengan membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah pengangguran.

5. Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi

Globalisasi telah membawa dampak dalam pengelolaan pendidikan. Perkembangan teknologi khususnya bidang komunikasi dan informasi telah merubah wajah kehidupan ekonomi dunia, bukan saja waktu dan tempat tidak lagi menjadi pembatas, juga ekonomi baru dunia adalah ekonomi yang didasarkan kepada ilmu pengetahuan. Hal ini berarti masyarakat dan bangsa yang tidak menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan di dalam kehidupannya akan tertinggal dari masyarakat dan bangsa-bangsa lain.

Alasan prinsip yang mendasari perubahan pemikiran ini adalah makin tumbuhnya nilai ekonomis pendidikan, seperti yang dijabarkan an

kontribusi pendidikan pada pertumbuhan ekonomi dan banyak yang menguji konsep investasi SDM.

Pendidikan diharapkan dapat menunjang proses kehidupan ekonomi bahkan dapat mempengaruhi arah dari proses pengembangan ekonomi, karena pelaku-pelaku kehidupan ekonomi adalah manusia itu sendiri. Perkembangan ekonomi pada gilirannya akan menunjang terwujudnya proses pendidikan yang dibutuhkan dalam perkembangan

(30)

commit to user

ekonomi. Ekonomi baru adalah ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan perlu menekankan keseimbangan antara nilai-nilai moral dan etika dengan nilai-nilai ekonomi, karena antara nilai-nilai moral, etika, dan nilai-nilai ekonomi mempunyai hubungan timbal balik.

Ilmu ekonomi pendidikan tumbuh dan berkembang oleh perspektif investasi sumberdaya manusia (human capital). Konsep investasi SDM ini menganggap penting kaitannya antara pendidikan, produktivitas kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Teori human capital mengganggap bahwa tenaga kerja merupakan pemegang kapital (capital holder) yang tercermin dalam ketrampilan, pengetahuan, dan produktivitas kerjanya. Tenaga kerja sebagai pemegang kapital berarti orang dapat melakukan investasi untuk dirinya dalam rangka memilih profesi atau pekerjaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Investasi sebagai konsep umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah barang ataupun jasa di kemudian hari dengan mengorbankan nilai konsumsi sekarang (Psacharopoulos, 1988).

Investasi dalam bidang SDM memiliki prinsip yang tidak berbeda dengan konsep investasi fisik pada umumnya, dimana manusia juga bisa dianggap sebagau suatu entitas yang nilainya bisa berkembang di kemudian hari melalui suatu proses pengembangan nilai seperti peningkatan sikap.

(31)

commit to user

Modal fisik, tenaga kerja (SDM), dan kemajuan teknologi adalah tiga faktor pokok masukan (input) dalam produksi pendapatan nasional.

Semakin besar jumlah tenaga kerja (yang berarti laju pertumbuhan penduduk tinggi) maka semakin besar pula pendapatan nasional dan kemudian akan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya.

Pertanyaannya, apakah ada pengaruh pendidikan terhadap petumbuhan ekonomi?

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu Negara (daerah). Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadikan sumber daya manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara.

Hampir semua negara berkembang menghadapi masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang diakibatkan oleh rendahnya mutu pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tingkat melek huruf yang rendah, pemerataan pendidikan yang rendah, serta standar proses pendidikan yang relatif kurang memenuhi syarat.

(32)

commit to user

Padahal kita tahu, bahwa pendidikan merupakan suatu pintu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak harus dilakukan, karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat memberikan multiplier efect terhadap pembangunan suatu negara, khsususnya pembangunan bidang ekonomi.

Isu mengenai sumber daya manusia (human capital) sebagai input pembangunan ekonomi sebenarnya telah dimunculkan oleh Adam Smith pada tahun 1776, yang mencoba menjelaskan penyebab kesejahteraan suatu negara, dengan mengisolasi dua faktor, yaitu; 1) pentingnya skala ekonomi; dan 2) pembentukan keahlian dan kualitas manusia. Faktor yang kedua inilah yang sampai saat ini telah menjadi isu utama tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Hubungan sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi tersebut menunjukkan suatu keharusan bahwa kebijakan publik harus memperhatikan pengembangan pendidikan, promosi keahlian, dan pelayanan kesehatan.

Lim (1996) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Jepang dan Korea Selatan besar kemungkinan disebabkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, hal ini terlihat dari tingkat melek huruf (literacy rate) yang tinggi, sehingga tenaga kerja mudah menyerap dan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan ekonomi yang terjadi.

(33)

commit to user

Kasus lain seperti yang dikemukkan oleh Al-Samarai dan Zaman (2002) di Malawi, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, pemerintah telah melakukan beberapa program antara lain dengan menghapuskan biaya untuk Sekolah Dasar dan memperbesar pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan. Dampak dari program ini adalah meningkatnya tingkat enrollment rate ratio pendidikan dasar. Namun demikian masalah yang harus diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah adalah distribusi pendidikan yang tidak merata.

Studi yang dilakukan Prof ekonomi dari Harvard Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948- 1979 misalnya menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi adalah disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi. Suryadi (2001) menegaskan dari hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai kesadaran sosial politik dan budaya, serta memacu penguasaan dan pendayagunaan teknologi untuk kemajuan peradaban dan kesejahteraan sosial.

Modal manusia memegang peranan penting dalam pertumbuhan penduduk, akan tetapi para ahli mulai dari ekonomi, politik, sosiologi bahkan engineering lebih menaruh prioritas pada faktor modal fisik dan kemajuan teknologi, karena melihat data AS misalnya, total kombinasi kedua faktor ini menyumbang sekitar 65 persen pertumbuhan ekonomi

(34)

commit to user

AS pada periode 1948-1979. Faktor teknologi dan modal fisik sesungguhnya tidak independen dari faktor manusia. Suatu bangsa dapat mewujudkan kemajuan teknologi, termasuk ilmu pengetahuan dan manajemen, serta modal fisik seperti bangunan dan peralatan mesin- mesin hanya jika negara tersebut memiliki modal manusia yang kuat dan berkualitas.

Perhatian terhadap faktor manusia berkaitan dengan perkembangan dalam ilmu ekonomi pembangunan dan sosiologi banyak dibcarakan saat ini. Para ahli di kedua bidang tersebut umumnya sepakat pada satu hal yakni modal manusia berperan secara signifikan, bahkan lebih penting daripada faktor teknologi, dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Modal manusia tersebut tidak hanya menyangkut kuantitas, tetapi yang jauh lebih penting adalah dari segi kualitas.

William Schweke (2004), menyatakan bahwa pendidikan bukan saja akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi, karena itu investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat.

Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi, sedangkan kegagalan membangun

(35)

commit to user

pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.

Pertanyaannya adalah apakah ukuran yang dapat menentukan kualitas manusia? ada berbagai aspek yang dapat menjelaskan hal ini seperti aspek kesehatan, pendidikan, kebebasan berbicara dan lain sebagainya. Pendidikan dianggap memiliki peranan paling penting dalam menentukan kualitas manusia diantara berbagai aspek tersebut. Manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik melalui pendidikan.

Berbagai studi tersebut menyimpulkan dengan jelas bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berkembangnya kesempatan untuk meningkatkan kesehatan, pengetahuan, dan ketrampilan, keahlian, serta wawasan mereka agar mampu lebih bekerja secara produktif, baik secara perorangan maupun kelompok. Implikasinya, semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semakin berkualitas. Dalam kaitannya dengan perekonomian secara umum (nasional), semakin tinggi kualitas hidup suatu bangsa, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan bangsa tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Takumah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Tax Revenue and Economic Growth in Ghana menggunakan data kuartalan periode 1986-

(36)

commit to user

2010 dengan pendekatan VAR, menguji pengaruh penerimaan pajak terhadap pertumbuhan ekonomi, mendapatkan hasil bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang, penerimaan pajak memberikan efek positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi, kenaikan penerimaan pajak sebesar 1 persen akan menaikkan PDB sebesar 0,64 persen.

Otu dan Adejumo (2013) dalam penelitiannya dengan judul The Effects of Tax Revenue on Economic growth in Nigeria (1970-2011) dengan pendekatan regresi biasa (OLS) tentang pengaruh penerimaan pajak, investasi dalam dan luar negeri serta tenaga kerja mendapatkan hasil bahwa penerimaan pajak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, setiap kenaikan 1 persen dari penerimaan pajak, maka akan menaikkan GDP sebesar 10,58 persen.

Romer dan Romer (2010) dalam penelitiannya di Amerika Serikat dengan data time series tahun 1947 2007 menggunakan Analisis Multivariat tentang pengaruh pajak terhadap pertumbuhan ekonomi mendapatkan hasil bahwa penerimaan pajak memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan yang diambil dari penelitiannya adalah kenaikan pajak sebesar 1 persen akan menurunkan PDB sampai hamper 3 persen.

Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian oleh Dackehag dan Hansson (2012) dengan judul Taxation of Income and Economic Growth di 25 negara maju menggunakan data tahun 1975-2010 dengan pendekatan

(37)

commit to user

Analisa Panel juga mendapatkan hasil bahwa penerimaan pajak memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Winarno (2013) dalam penelitian dengan berjudul The Dynamic Relationship Between Inflation and Economic Growth in Indonesia dengan menggunakan data periode 2002-2012 dari 26 provinsi di Indonesia dengan pendekatan analisis data panel meneliti nilai ambang batas dalam hubungan antara inflasi dan tingkat pertumbuhan PDB. Kesimpulan yang diperoleh adalah nilai ambang batas inflasi adalah 4,62 persen, artinya apabila inflasi dibawah 4,62 persen maka akan memberi pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan PDB, tetapi apabila angka inflasi diatas 4,62 persen, maka akan member pengaruh negatif terhadap pertumbuhan PDB.

Mosikari (2013) menganalisis hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukannya berjudul The Effect of Unemployment Rate on Gross Domestic Product : Case of South Africa, menggunakan data time series tahun 1980-2011. Pendekatan yang digunakan adalah uji stasioneritas Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test, uji Johansen dan Uji kausalitas Granger. Kesimpulan yang dipeoleh dari pengujian tersebut adalah tidak ada hubungan yang ditemukan antara pengangguran dengan pertumbuhan PDB. Penelitian ini akhirnya mendorong semua kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dilakukan selaras dengan usaha untuk menciptakan lapangan kerja yang seluas-luasnya.

(38)

commit to user

Pegkas (2014) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari investasi dalam bidang pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Yunani dan untuk mengetahui pengaruh dari setiap tingkat pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Yunani. Data yang digunakan adalah data dalam periode 1960-2009 dan dianalisis dengan menggunakan Error Correction Model (ECM). Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang dan jangka pendek pendidikan memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pendidikan menengah dan tinggi memiliki pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi pendidikan dasar tidak memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

C. Kerangka Penelitian

Penelitian ilmiah sebelumnya telah banyak yang membahas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Variabel terikat yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi dengan indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Variabel-variabel bebas yang diambil adalah penerimaan pajak, inflasi, pengangguran dan tingkat pendidikan.

Hubungan pertumbuhan ekonomi (terikat) dengan variabel- variabel bebasnya adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan pajak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penerimaan pajak yang merupakan salah satu sumber penerimaan negara memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, dimana

(39)

commit to user

pajak dapat dikatakan sebagai modal yang digunakan dalam pembiayaan pembangunan. Negara yang pertumbuhan ekonominya positif mempunyai kemungkinan kenaikan penerimaan pajak atau dengan kata lain adanya peningkatan penerimaan pajak merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB).

2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian adalah inflasi, dampaknya adalah melemahnya daya beli masyarakat, lesunya investasi sehingga mengakibatkan pertumbuhan perekonomian menjadi terhambat. Inflasi merupakan kenaikan harga-harga umum secara berkelanjutan, yang merupakan salah satu variabel ekonomi makro yang penting, karena dapat mempengaruhi kesejahteraan penduduk suatu negara. Inflasi yang tinggi mengimplikasikan penurunan daya beli sehingga kemampuan masyarakat untuk menikmati barang dan jasa semakin berkurang, dengan kata lain kemakmuran berkurang. Menurut Dornbusch-Fisher (2001), dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain yaitu semakin tingginya biaya memegang uang kartal sehingga permintaan uang kartal akan berkurang, perubahan nilai riil dari aktiva yang ditetapkan dalam bentuk nominal, terjadinya redistribusi kekayaan yang besar antar sektor yang ada seperti dari sektor perusahaan ke sektor rumah tangga meningkatnya kemiskinan, dan meningkatkan nilai riil pembayaran pajak. Inflasi juga menyebabkan beberapa biaya sosial dalam

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu,

10.1.5 Menjelaskan pemerhatian tentang takal melalui lakaran, TMK, penulisan atau lisan

dari pihak luar. 4) kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial

Sumber Data: memuat penjelasan tentang cara peneliti menentukan informan penelitian, baik itu informan kunci (key informan) dan informan lainnya yang menjadi sumber

Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah

Apabila Anda tidak mampu menggali informasi ini dari sistem penjualan dan katering Anda, Anda dapat menyerahkan informasi ini dalam file Excel dengan dilengkapi informasi wajib

Hasil kajian menunjukkan, bahwa : (1) Untuk penanggulangan aliran debris (pasir dan krikil) adalah dengan bangunan Sabo; (2) Aliran debris disebabkan oleh pengaliran air

Dari latar belakang dan judul yang telah ditentukan, maka hal-hal yang akan diteliti dapat dirumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut: (1) bagaimana pengembangan