• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELATIONSHIP BETWEEN SELF REGULATED LEARNING WITH PROBLEM SOLVING ABILITY LEARNING MATHEMATICS TO STUDENTS IN SMUN 53 EAST JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELATIONSHIP BETWEEN SELF REGULATED LEARNING WITH PROBLEM SOLVING ABILITY LEARNING MATHEMATICS TO STUDENTS IN SMUN 53 EAST JAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RELATIONSHIP BETWEEN SELF REGULATED LEARNING WITH PROBLEM SOLVING ABILITY LEARNING MATHEMATICS TO STUDENTS IN SMUN 53

EAST JAKARTA

AMELIA ELVINA, DR. AWALUDDIN TJALLA Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2008

Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id

Key Word : relationship, self regulated, learning, mathematic, students, Jakarta

ABSTRACT :

This study aims to determine the image problem-solving ability of students in Mathematics Learning and examined the relationship between Self-Regulated Learning by Problem Solving Ability in Mathematics Learning in SMUN 53 students in East Jakarta. Minister of National Education Republic of Indonesia has recently issued a decision that set mathematics as compulsory material tested on the national exam in 2008. In accordance with decree number 34 of 2007, Article 6, paragraph 1 and 2.

Mathematics itself is one of the subjects avoided by most of the students especially for students majoring in social sciences (IPS). Teachers teaching methods that are tedious, the way a teacher at the time of delivery providing the material in class or calculations are confusing, probably one of the reasons why students IPS became afraid of math. Besides classroom teaching is more emphasis placed on memorization or calculation speed but a good way of teaching refers to a process of thinking and students' skills in solving problems in the future. Problem Solving Ability in Mathematics Learning anything to do with the way student learning, how student learning was known as the Self-Regulated Learning which is an active way of learning by individual students to achieve academic goals with controlling behavior, to motivate yourself and use cognitive learning.

Population in this study is to grade students SMUN 3 of 53 East Jakarta 235 students.

Subjects in the study of 150 students. 50 students used as a test while 100 students used as a sample. The sampling strategy using the method of purposive sampling method by setting the subject in accordance with the purpose of research. Measurement instruments on Self-Regulated Learning variables of the 102 items tested, 41 items found slain.

Variable reliability testing Self Regulated Learning is done by Cronbach Alpha analysis.

While variables measuring instruments Problem Solving Ability in Mathematics Lessons Learned from the 40 items tested, 19 items found. Variable reliability testing problem- solving ability in learning Mathematics is done by using the Kuder-Richardson 20 (KR- 20). The results of this study showed that 6 students (12%) have the ability to solve high, 39 students (78%) have the ability to solve problems that are and 5 students (10%) have the ability to solve the problem low. From this result shows the level of problem-solving ability in learning mathematics SMUN 53 students in East Jakarta is in the level of being.

The results obtained from the analysis that there is no positive relationship between Self

Regulated Learning by Problem Solving Ability in Mathematics Learning in SMUN 53

(2)

students in East Jakarta. With a significance value of 0, 461 (p> 0.05). The absence of a

positive relationship between the Self-Regulated Learning by Problem Solving Ability in

Mathematics Learning is influenced by other factors. According to Zimmerman (1989)

student's decision to use a learning strategy will depend on his assessment of the benefits

of these strategies to help him learn something. If in accordance with his experience he

does not need a specific strategy in understanding the math, the students also will not use

a particular strategy. Based on our research has been done, recommended for further

research to try to use other variables related to the ability to Solve Problems In

Mathematics Learning as a variable interest in students, school performance and teachers'

teaching methods.

(3)

Hubungan antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pembelajaran Matematika Pada Siswa SMUN 53 Di Jakarta Timur.

Amelia Elvina

Dr. Awaluddin Tjalla

Fakultas Psikologi Universiyas Gunadarma

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran matemátika dan menguji hubungan antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur.

Populasi dalam penelitian ini ádalah siswa kelas 3 SMUN 53 Jakarta Timur sebanyak 235 siswa.

Subjek dalam penelitian sebanyak 150 orang siswa. 50 orang siswa digunakan sebagai uji coba sedangkan 100 orang siswa digunakan sebagai sampel. Strategi pengambilan sampel menggunakan metode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian.

Hasil dari analisis diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada siswa SMUN 53 di Jakarta Timur. Dengan nilai signifikansi sebesar 0, 461 (p>0,05). Tidak adanya hubungan positif antara Self Regulated Learning dengan Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh faktor lain.

Menurut Zimmerman (1989) keputusan siswa untuk menggunakan suatu strategi belajar akan tergantung pada penilaiannya tentang manfaat dari strategi tersebut untuk membantunya mempelajari sesuatu. Jika sesuai dengan pengalamannya siswa tidak membutuhkan suatu strategi tertentu dalam memahami pelajaran matematika, maka siswa tersebut juga tidak akan menggunakan strategi tertentu.

Kata Kunci : Self Regulated Learning, Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika

PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang menarik untuk dibahas dan selalu menjadi sorotan dan perhatian itu dikarenakan rendahnya prestasi belajar matematika yang diperoleh mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Khususnya pada tingkat SMU, nilai yang diperoleh dari hasil ujian nasional matematika tahun 2006/2007 lebih rendah daripada nilai ujian lain, yaitu sebesar 7,29 sedangkan mata pelajaran lain sebesar 7,56 dan 7,84 (Badan Penelitian Dan Pengembangan Penelitian, 2007). Rendahnya prestasi belajar matematika khususnya pada siswa SMU, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Metode pengajaran yang monoton ataupun cara penyampaian guru pada saat memberikan materi

di kelas mempengaruhi prestasi belajar maupun cara belajar siswa. Selain itu pola pengajaran matematika di dalam kelas lebih ditekankan kepada hafalan atau kecepatan berhitung seorang siswa. Penekanan pada hafalan yang diterapkan kepada siswa dan juga keharusan kecepatan siswa dalam berhitung sangat mempengaruhi pemikiran siswa dalam memandang matematika.

Sedangkan kualitas pendidikan maupun cara pengajaran yang baik mengacu kepada suatu proses pemikiran dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di masa yang akan datang.

Menurut Hudojo (1998, dalam Aisyah, 2007)

pemecahan masalah adalah suatu proses yang

ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya. Menurut Kantowski

(4)

(1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan masalah.

Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai penggunaan berbagai konsep, prinsip, dan keterampilan matematika yang telah atau yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan soal rutin dan soal nonrution (Aisyah, 2007). Soal rutin adalah soal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal jenis ini banyak terdapat dalam buku ajar dan dimaksudkan hanya untuk melatih siswa menggunakan prosedur yang sedang dipelajari di kelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur yang dipelajari di kelas. Soal nonrutin ini menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumnya (Aisyah, 2007). Kemampuan memecahkan masalah didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menghilangkan gangguan atau hambatan dalam mencapai tujuan (Hidayat, 1998). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu proses, yakni kegiatan yang berkelanjutan dan bukan merupakan kegiatan yang tejadi hanya sesaat, kemampuan tersebut perlu upaya belajar dan latihan-latihan.

Kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pun berkaitan dengan cara pembelajaran siswa, cara pembelajaran siswa itu dikenal dengan istilah Self Regulated Learning. Konsep Self Regulated Learning merupakan salah satu konsep penting dalam teori

belajar sosial. Menurut Pintrich (1995) Self Regulated Learning adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akademik dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Secara ringkas, Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa dengan Self Regulated Learning siswa dapat diamati sejauh mana partisipasi aktif mereka dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan perilakunya di saat mereka belajar.

Proses metakognitif adalah proses dimana siswa mampu mengarahkan dirinya saat belajar, mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan diri sendiri dan melakukan evaluasi diri pada berbagai tingkatan selama proses perolehan informasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam pembelajran matematika berkaitan dengan cara belajar mereka.

TINJAUAN PUSTAKA Masalah

Masalah dalam matematika terbagi menjadi

dua, yaitu masalah rutin atau soal rutin dan soal

nonrutin atau soal nonrutin. Masalah rutin atau

soal rutin adalah soal latihan biasa yang prosedur

penyelesaiannya dipelajari di kelas, biasanya

soal rutin hanya membahas mengenai materi

yang sedang diajarkan di kelas sedangkan

masalah nonrutin atau soal nonrutin adalah soal

yang prosedur penyelesaiannya membutuhkan

pemikiran lebih lanjut karena prosedur

penyelesaiannya tidak sama dengan yang

diajarkan di kelas.

(5)

Memecahkan Masalah

Menurut Kantowski (1975, dalam Webb, 1979) pemecahan masalah adalah suatu interaksi antara pengetahuan dan proses pengaplikasian yang menggunakan faktor kognitif dan afektif dalam memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut NCTM (2000, dalam Budhayanti, 2007) memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Memecahkan masalah pada pembelajaran matematika menurut Anderson (1996, dalam Westen, 1999) seperti kebanyakan memecahkan masalah pada umumnya. Seseorang menyimpan informasi pengetahuan di dalam ingatannya, sama halnya ketika seseorang ingin memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika. Dapat disimpulkan bahwa memecahkan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai dan berhubungan erat dengan proses pemikiran, pembelajaran, memori, transfer, persepsi serta motivasi. Sedangkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika adalah suatu upaya seseorang untuk menyelesaikan suatu soal matematika rutin dengan prosedur yang sudah diajarkan di kelas dan soal nonrutin dengan menggunakan logika dan penalaran dalam menyelesaikan soal.

Tahap Memecahkan Masalah

Menurut Polya (1957, dalam Aisyah, 2007) Tahap memecahkan masalah dibagi menjadi 4 tahap penting, yaitu :

1. Memahami masalah.

2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

3. Melaksanakan penyelesaian soal.

4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.

Strategi Memecahkan Masalah

Menurut Polya (1973, dalam Shadiq, 2004) strategi memecahkan masalah terdiri dari 10 strategi, yaitu :

1. Mencoba-coba.

2. Membuat diagram.

3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana.

4. Membuat tabel.

5. Menemukan pola.

6. Memecah tujuan.

7. Memperhitungkan setiap kemungkinan.

8. Berpikir logis.

9. Bergerak dari belakang.

10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin.

Kemampuan Memecahkan Masalah

Simon dan Larkin (Hidayat, 1998) menjelaskan kemampuan memecahkan masalah adalah adanya keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki individu dengan penerapan pengetahuan tersebut terhadap berbagai masalah.

Self Regulated Learning

Self Regulated Learning adalah suatu upaya

siswa aktif untuk mengembangkan pengetahuan

yang didapat dengan menggunakan cara-cara

yang relevan dan tidak terbatas hanya pada

materi pelajaran yang didapat siswa dari

lingkungan sekolah.

(6)

Strategi Self regulated Learning

Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman

& Schunk (1989) menemukan bahwa para siswa menggunakan 14 tipe strategi Self Regulated Learning. Berikut adalah strategi-strategi Self Regulated learning :

1. Self Evaluating.

2. Organizing and Transforming.

3. Goal-setting and Planning.

4. Seeking Information.

5. Keeping Records and Monitoring.

6. Environmental Structuring.

7. Self Consequating.

8. Rehearsing and Memorizing.

9. Seeking Social Assistance from Peers.

10. Seeking Social Assistance from Teachers.

11. Seeking Social Assistance from Adult.

12. Reviewing Records from note.

13. Reviewing Records from textbook.

14. Other

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Teknuik pengambilan data penelitian ini adalah dengan menggunakan mtode purposive yaitu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan subjek sesuai dengan tujuan penelitian (Prasetyo, 2005).

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan metode pengumpulan data primer yaitu angket atau kuesionert yang digunakan untuk variabel Self Regulated Learning dan Tes prestasi berupa Tes

Kemampuan Memecahkan Masalah soal-soal matematika untuk variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika.

Validitas

Pengujian validitas item Self Regulated Learning menggunakan korelasi Product Moment Pearson. Sedangkan pengujian validitas item Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika menggunakan teknik korelasi Point Biserial (Supardi, 2007).

Pengujian reliabilitas pada variabel Self Regulated Learning menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach sedangkan teknik yang digunakan pada variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Permbelajaran Matematika menggunakan Kuder-Richardson 20 (KR-20). Metode ini digunakan karena untuk penghitungan validitas dan reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika dilakukan menggunakan analisis item Tes Prestasi.

HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian

Kemampuan memecahkan Masalah Dalam

Pembelajaran Matematika siswa SMUN 53 di

Jakarta Timur berada dalam tingkat sedang,

dengan klasifikasi 6 orang siswa (12%) memiliki

kemampuan memecahkan masalah tinggi, 39

orang siswa (78%) memiliki kemampuan

memecahkan masalah sedang dan 5 orang siswa

(10%) memiliki kemampuan memecahkan

masalah rendah.

(7)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada pengukuran instrument variabel Self Regulated Learning dari 102 item yang diuji cobakan 41 item dinyatakan gugur. Pada pengukuran instrumen variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajran Matematika dari 40 item yang diuji cobakan 19 item dinyatakan gugur. Pada pengujian reliabilitas variabel Self Regulated Learning didapat koefisien reliabilitas sebesar = 0, 945 sedangkan pada pengujian reliabilitas variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika didapat koefisien reliabilitas sebesar = 0, 798.

UJI ASUMSI Uji Normalitas

Uji Asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Variabel Self Regulated Learning mempunyai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05) dan variabel Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05).

UJI HIPOTESIS

Hasil dari analisis diperoleh bahwa nilai korelasi Self Regulated Learning mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,461 (p>0,05). Hal ini berarti tidak ada hubungan positif antara Self Regulated Learning Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika pada siswa kelas XII jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di SMUN 53 di Jakarta Timur. Hal ini berarti Hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan konsekuensinya Hipotesis nol (Ho) diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, N. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak).

Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional .

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan (2007). Panduan Kebijakan Pemanfaatan Hasil Ujian Naional Untuk Perbikan Mutu Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Budhayanti, S. I. C. & Simanullang, B. (2007).

PengembanganPembelajaran Matematika SD : Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 PGSD Melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) Berbasis ICT (Bahan ajar cetak). Jakarta : Direktorat Jenderal Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hidayat, W. S. (1998). Pelatihan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Konsep Diri & Kemandirian. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Pintrich. (1995). Promotion Of Self Regulated Learning.

http://dwb.unl.edu/Book/CH09/Chapter09 w.html. Diakses 6 Juni 2007.

Prasetyo, B. & Jannah, M. L. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT.

RajaGrafindo Persada.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika Departemen Pendidikan Nasional.

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi.

Supardi., Syah, D., & Syah, D. (2007).

Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Press.

Webb, L. N. (1979). Process, Conceptual

Knowledge, and Mathematical Problem

(8)

Solving Ability. Journal For Research in Mathematics Education, 10, 83-93.

Westen, D. (1999). Psychology : Mind, Brain &

Culture (2

nd

Edition). Canada : John Willey & Sons.

Zimmerman, B. J & Schunk, D. H (1989) (Eds).

Self Regulation Learning and academis achievement: Theory, researah, and practice. New York : Springer-Verlag.

.

(9)
(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Aktivitas Antioksidan dengan metode DPPH .... Penilaian

Penyediaan Peralatan Dan Perlengkapan Kantor 953.592.000,00 Sumber Dana: APBD; Lokasi Kegiatan: DIY... Belanja Modal Pengadaan Buku Ilmu Politik Dan

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang maksimal dalam menjelaskan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang memperhatikan dan menanggapi

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

Dengan ini kami Panitia Pengadaan Barang/Jasa RSUD Kabupaten Nunukan T.A.2012 dengan ini menyatakan sanggahan benar mengenai kekeliruan jadwal yang terlalu singkat dan kesalahan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT First Media Tbk dengan menggunakan metode Economic Value Added

teteskan sedikit demi sedikit p -kloroben zoil klorida ke dalam beaker g lass yang berisi asam antran ilat dalam campu ran piridina dan trietilamin sambil d iaduk pada suhu kamar

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang dari Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Lebong. Nomor.: t'10