• Tidak ada hasil yang ditemukan

Utilization of chicken intestine waste for growth of catfish

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Utilization of chicken intestine waste for growth of catfish"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 14 No. 2:193-198 Oktober 2021 Peer-Reviewed 

URL: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.14.2.193-198

Pemanfaatan limbah usus ayam untuk pembesaran ikan lele

Utilization of chicken intestine waste for growth of catfish

St. Zaenab 1, Andi Nur Apung Massiseng 2

1 Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar, Makassar, Indonesia

2 Program Studi Agrobisnis Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar, Makassar, Indonesia

 Info Artikel:

Diterima : 22 Juni 2021 Disetujui : 8 Agustus 2021 Dipublikasi : 22 Agustus 2021

 Artikel Penelitian

 Keyword:

Alternative feed Growth Survival rate Protein-rich

 Korespondensi:

St. Zaenab

Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan, Universitas Cokroaminoto Makassar, Makassar, Indonesia

Email: [email protected]

Copyright© Agustus 2021 The Author(s)

Abstrak. Pakan merupakan komponen yang sangat penting dalam budidaya karena ketersediaan pakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah usus ayam yang kaya akan protein sebagai pakan alternatif untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum bagi ikan lele. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 60 hari dengan pemberian pakan 10% dari bobot tubuh dan diberikan setiap satu kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan ikan lele dengan memanfaatkan limbah usus ayam dapat memberikan pertumbuhan yang optimum. Pertambahan berat mutlak adalah 103,84 g, pertambahan panjang mutlak adalah 28,13 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) 4,65% perhari, dan tingkat kelangsungan hidup adalah 85%.

Abstract. Feed is an important component in aquaculture because the availability of feed will affect the growth and survival of fish. This study aims to utilize protein- rich chicken intestine as an alternative feed to obtain optimal growth for catfish. Fish maintenance was carried out for 60 days by feeding 10% of body weight and given once a day. The results showed that feeding catfish by utilizing chicken intestine waste can provide optimal growth. The absolute weight gain was 103.84 g, the absolute length was 28.13 cm, the specific growth rate (SGR) was 4.65% per day, and the survival rate was 85%.

I. PENDAHULUAN

Salah satu potensi perikanan terbesar di Indonesia adalah perikanan budidaya, namun yang sudah dimanfaatkan baru mencapai 16 persen atau sekitar 16-17 juta ton per tahun (KKP, 2021).

Berdasarkan data Renstra Bidang Sumberdaya Maritim (2020), Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya yang sangat luas yaitu 17,91 juta ha meliputi lahan budidaya air tawar 2.8 juta ha (15.8%), lahan budidaya air payau 2,96 juta ha (16.5%) dan lahan budidaya laut 12,12 juta ha (67.7%). Ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan air tawar yang berpotensi untuk dikembangkan selain patin, mujair, nila dan gurami (Lingga dan Kurniawan, 2013). Produksi ikan lele (Clarias sp.) setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2015 produksi ikan lele mencapai 719.619 ton per tahun dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 764.797 ton per tahun. Pada tahun 2017 produksi lele nasional

meningkat 131,7% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 1.771.867 ton (DJPB, 2018).

Kebutuhan konsumsi ikan lele terus meningkat. Idris et al. (2018) menyatakan bahwa kebutuhan konsumsi ikan pada tahun 2018 yaitu sebesar 50,65 kg/kapita/tahun sehingga produksi juga terus mengalami peningkatan guna mencukupi kebutuhan konsumsi ikan.

Berdasarkan data Ditjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi lele pada tahun 2017 mencapai 1,8 juta ton atau mencapai 131,7% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan produksi lele disebabkan karena potensi pasar yang masih tinggi, selain itu usaha budidaya lele masih digemari masyarakat karena tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses pemanenan, proses perawatannya mudah, dan biaya yang dibutuhkan relatif ringan (Darseno, 2013).

Dalam kegiatan usaha budidaya, pakan merupakan komponen yang sangat penting karena

(2)

ketersediaan pakan akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan (Karimah et al., 2018). Namun, hingga saat ini permasalahan utama dalam biaya produksi ini adalah pakan. Kebutuhan biaya pakan dalam produksi mencapai 60-70% dari total biaya operasional budidaya (Hadadi et al., 2009), seperti halnya pakan yang berasal dari rumput laut yang mengandung karbohidrat (Zaenab et al., 2020).

Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam peningkatan pertumbuhan ikan yang bergantung pada kualitas nutrisinya (Masriah dan Alpiani, 2019). Umumnya, pembudidaya ikan lele mengandalkan pakan buatan yang dijual di pasaran dengan kandungan protein sebagai nutrien utama (Harsono, 2009). Namun, harga pakan buatan terus mengalami kenaikan harga yang menyebabkan turunnya efisiensi usaha budidaya. Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah dengan pemberian pakan alternatif.

Usus ayam kaya akan protein sehingga dapat menjadi pakan alternatif bagi ikan lele. Nutrien yang sangat dibutuhkan untuk proses pertumbuhan ikan utamanya saat ikan pada usia benih adalah protein (Hariani dan Purnomo, 2017).

Amin et al. (2020) menyatakan bahwa bahan baku lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani antara lain keong mas, tepung anak ayam, rebon, dan tepung usus ayam. Usus ayam merupakan salah satu bahan limbah pangan yang disukai oleh ikan lele. Hasil penelitian Syahrizal et al. (2019) menunjukkan pemberian pakan usus ayam sebanyak 75% dapat meningkatkan pertumbuhan bagi ikan lele. Ketersedian pakan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan dan kandungan nutrisi yang cukup akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Alasan inilah yang menjadi latar belakang penelitian pemberian limbah usus ayam untuk pembesaran ikan lele. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh pemberian pakan usus ayam terhadap laju pertumbuhan mutlak (G), laju pertumbuhan spesifik/spesific growth rate (SGR), dan tingkat kelangsungan hidup/survival rate (SR) ikan lele.

II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai April 2021 di Kelurahan Balang Baru Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2.2. Alat dan bahan

Bahan yang digunakan adalah benih lele dengan pemberian pakan usus ayam dan pelet.

Sedangkan peralatan yang digunakan kolam semen, DO meter, pH meter, penggaris, hand refraktometer, dan timbangan analitik.

2.3. Prosedur penelitian

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolam semen yang berukuran 250x150x100 cm. Benih ikan yang akan ditebar berukuran panjang 4-5 cm, kemudian dipelihara selama 60 hari. Frekuensi Pemberian pakan ikan dilakukan sebanyak satu kali sehari pada pukul 16.00.

Pengambilan sampel dilakukan setiap 10 hari sekali. Pergantian air dilakukan setiap hari sebanyak 25%. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan mutlak (G), laju pertumbuhan spesifik (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR) dan kualitas air media pemeliharaan.

Pertumbuhan Berat Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak dihitung dengan rumus Effendie (1997):

Wm = Wt – Wo ... (1) Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g),

Wt = Berat biomassa pada akhir penelitian (g), Wo = Berat biomassa pada awal penelitian (g).

Pertambahan Panjang Mutlak

Pertambahan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997):

Pm = Lt – Lo ... (2) Pm = Pertambahan panjang mutlak (cm),

Lt = Panjang rata-rata akhir (cm), Lo = Panjang rata-rata awal (cm).

Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Laju pertumbuhan spesifik merupakan % dari selisih berat akhir dan berat awal, dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan. Menurut Zenneveld et al., (1991), rumus perhitungan laju pertumbuhan spesifik adalah:

𝐒𝐆𝐑 =𝒍𝒏𝑾𝒕 𝒍𝒏𝑾𝒐𝑻 𝒙𝟏𝟎𝟎 ... (3) SGR= Laju pertumbuhan spesifik (%/hari),

Wo= Berat rata-rata benih pada awal penelitian (g), Wt = Berat rata-rata benih pada hari ke-t (g), T = Lama pemeliharaan (hari).

Kelangsungan Hidup (SR)

(3)

Tingkat kelangsungan hidup (SR) dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐒𝐑 =𝑵𝒐 𝑵𝒕𝑵𝒐 𝒙𝟏𝟎𝟎 ... (4) SR = Kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (individu)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (individu) Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap seminggu sekali yang meliputi suhu, pH dan salinitas yang dilakukan setiap 10 hari sekali.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemberian pakan usus ayam, pertambahan berat mutlak adalah 103,84 g, pertambahan panjang mutlak adalah 28,13 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) 4,65% perhari, dan tingkat kelangsungan hidup adalah 85%. Sedangkan pada pemberian pakan pellet nilai pertambahan berat adalah 81,69 g, pertambahan panjang mutlak adalah 22,03 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) 4,42% perhari, dan tingkat kelangsungan hidup adalah 87%

(Tabel 1).

Hasil pengukuran pertambahan berat mutlak dan pertambahan panjang mutlak yang dipelihara selama 60 hari dari awal hingga akhir penelitian mengalami peningkatan. Berat rata-rata dengan pemberian pakan usus ayam dan pellet pada awal penelitian yaitu 3,31 g dan berat pada akhir penelitan untuk pakan usus ayam adalah 107,15 g dan pakan pellet adalah 85,03 g. Sedangkan panjang rata-rata pada awal penelitian yaitu 4,36 cm dan panjang pada akhir penelitian untuk pakan

usus ayam adalah 32,49 cm dan untuk pakan pellet adalah 26,48 cm (Gambar 1 dan 2).

Gambar 1. Pertambahan berat rata-rata ikan lele selama 60 hari.

Gambar 2. Pertambahan panjang rata-rata ikan lele selama 60 hari.

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah usus ayam yang memiliki kandungan gizi seperti yang disajikan pada Tabel 2.

Untuk pengamatan suhu, DO, dan tingkat keasaman (pH) dilakukan dilokasi penelitian.

0 20 40 60 80 100 120

0 10 20 30 40 50 60

Pertambahan berat (g)

Waktu pengamatan Usus ayam

Pelet

0 5 10 15 20 25 30 35

0 10 20 30 40 50 60

Pertambahan panjang (cm)

Waktu pengamatan Usus ayam

Pelet

Tabel 1. Pertambahan berat mutlak, pertambahan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR), dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan ikan lele yang dipelihara selama 60 hari

Jenis Pakan Pertambahan berat mutlak (g)

Pertambahan panjang mutlak

(cm)

Laju pertumbuhan

spesifik (SGR) Tingkat kelangsungan hidup (%)

Usus ayam 103,84 28,13 4,65 85

Pelet 81,69 22,03 4,42 87

Tabel 2. Kandungan gizi usus ayam (per 100g)

Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

53,1 29,2 2,0 4,6

Sumber: Syahrizal, et al. (2019)

(4)

Hasil dari pengukuran parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kualitas air

Suhu pH DO

27-28°C 7-7,5 4-4,4 mg/l

Pembahasan

Salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya adalah pakan.

Ketersediaan pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan yang dibudidayakan. Anis dan Hariani (2019) menyatakan bahwa pakan memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya ikan lele mulai dari pembenihan, pembesaran hingga ikan siap dipanen. Kandungan pakan juga harus sesuai dengan kebutuhan ikan.

Dalam proses budidaya ikan khususnya pada kegiatan pembesaran, faktor yang terpenting adalah ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup dengan kandungan nutrisi yang baik terutama sumber protein. Ketersedian pakan dengan kandungan nutrisi yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal (Syahrizal et al., 2019).

Pakan berupa usus ayam yang diberikan pada pembesaran ikan lele memiliki kandungan gizi yang tinggi utamanya protein. Asam amino yang terdapat di dalam sel akan disintesis menjadi protein dan diekspresikan dalam bentuk bertambah bobot ikan yang menunjukkan adanya pertumbuhan (Saputra, 2014). Pengambilan sampel yang dilakukan setiap 10 hari sekali selama pemeliharaan memberikan bukti bahwa terjadi pertumbuhan setiap harinya (Tabel 1).

Pertumbuhan ikan lele pada penelitian ini (Gambar 1 dan 2) menunjukkan angka yang tinggi selama pemeliharaan 60 hari. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan usus ayam yang mengandung gizi yang tinggi utamanya protein (Tabel 2). Pakan usus ayam ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi untuk pertumbuhan ikan lele. Pertambahan berat mutlak selama pemeliharaan 60 hari adalah 103,84 g dan pertambahan panjang mutlak adalah 28,13 cm (Tabel 1). Falahudin et al. (2016) menyatakan bahwa pemberian usus ayam mempengaruhi pertumbuhan berat dan panjang tubuh pada lele dumbo (Clarias gariepinus, B). Usus ayam mudah dicerna dan menghasilkan sumber energi yang dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh

dan sisanya energi akan digunakan untuk pertumbuhan. Pada pemeliharaan ikan lele dengan pemberian pakan buatan berupa pelet juga menunjukkan pertumbuhan yang baik pada awal penelitian. Namun, pada masa pembesaran menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah daripada pemberian dengan usus ayam. Hal ini disebabkan oleh kandungan gizi yang terkandung dalam pelet belum optimal untuk proses pertumbuhan ikan lele. Selain itu, ukuran pelet yang kecil tidak sesuai dengan ukuran tubuh lele yang terus mengalami pertumbuhan. Syahrizal, et al. (2019) dan Indriyani et al. (2020) menyatakan bahwa ukuran tubuh ikan lele dumbo (C.

gariepinus B) lebih kecil pada fase bibit dan ukuran tubuhnya akan terus berubah sampai menjadi dewasa.

Laju pertumbuhan spesifik pada pembesaran ikan lele yang diamati setiap 10 hari sekali selama 60 hari penelitian adalah 4,65% untuk pakan usus ayam dan 4,42% untuk pakan pellet. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan usus ayam maupun pellet berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik. Kebutuhan gizi berbeda tergantung pada stadia pertumbuhan (Rakhfid et al., 2020). Pada awal pemeliharaan, usus ayam dipotong kecil-kecil disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pemberian pakan usus ayam hanya diberikan sekali sehari dengan persentase 10%

bobot tubuh. Pertumbuhan terjadi setelah energi untuk metabolisme dan aktivitas tubuh terpenuhi.

Menurut Hidayat et al. (2013), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar, adapun faktor dari dalam yaitu ketahanan terhadap penyakit, sifat keturunan, dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan, sedangkan faktor dari luar yaitu sifat fisika, kimia dan biologi perairan.

Tingkat kelangsungan hidup selama 60 hari pemeliharaan yaitu 85% pada pemberian pakan usus ayam dan 87% pada pemberian pakan pelet.

Tingkat kematian banyak terjadi pada masa awal pemeliharaan ikan. Hal ini diduga disebabkan karena ikan masih beradaptasi terhadap lingkungan dan perlakuan. Medinawati dan Yoel (2011) menyatakan bahwa pada budidaya ikan lele, kematian ikan sering terjadi pada minggu pertama dan kedua yang disebabkan perubahan kondisi lingkungan yang akhirnya membuat ikan stres.

Pada perlakuan dengan pemberian pakan usus ayam menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pakan pelet. Hal ini disebabkan karena ukuran usus

(5)

ayam yang cukup besar dibandingkan dengan bukaan mulut ikan lele pada awal pemeliharaan.

sehingga ikan masih beradaptasi dengan makanannya. Anggrailiyana (2017) menyatakan bahwa benih ikan lele apabila tidak mengkonsumsi pakan, maka tidak terjadi pertumbuhan dan akan mengalami kematian.

Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian yaitu suhu, pH dan oksigen terlarut (Tabel 3). Pengukuran kualitas air selama penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.

Perairan yang optimum untuk mendukung kelangsungan hidup ikan lele yaitu perairan dengan suhu berkisar 25-32°C, pH berkisar 6,5-8,5, dan DO > 3 mg/l (Cahyo, 2009).

Suhu adalah salah satu parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi aktifitas dan nafsu makan ikan yang dibudidayakan. Semakin tinggi suhu air, maka laju metabolisme akan bertambah sehingga mengakibatkan tingginya tingkat konsumsi pakan karena nafsu makan ikan lele meningkat. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air pada penelitian menunjukkan bahwa suhu air yaitu berkisar 27-28°C. Suhu selama masa pemeliharaan menunjukkan kondisi yang optimum. Monalisa dan Minggawati (2010) menyatakan bahwa suhu air yang optimal akan meningkatkan aktivitas makan ikan, sehingga mempercepat pertumbuhan, sedangkan suhu yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi dari kisaran optimal.

Tingkat keasaman (pH) selama penelitian adalah berkisar 7-7,5. Nilai tersebut merupakan kisaran yang optimum dalam budidaya ikan. pH yang baik bagi kehidupan ikan lele adalah pH netral yaitu 7, pH yang tidak terlalu asam dan juga tidak terlalu basa. pH yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya nafsu makan benih ikan lele. Air dengan tingkat keasaman yang tinggi dapat membahayakan kehidupan benih lele karena penyakit dapat berkembang pada suasana asam (Ahmadi et al., (2012)

Kandungan oksigen terlarut selama penelitian ini yaitu berkisar 4-4,4 mg/l, kisaran tersebut cukup untuk mendukung kehidupan ikan lele. Benih ikan lele memerlukan oksigen untuk bernafas, berenang, proses pertumbuhan dan melakukan reproduksi. Oksigen terlarut merupakan faktor terpenting dalam menentukan kehidupan ikan. Ikan membutuhkan kandungan oksigen terlarut lebih dari 3 mg/l (Zonneveld et al., 1991).

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan ikan lele dengan memanfaatkan limbah usus ayam dapat memberikan pertumbuhan yang optimum. Pertambahan berat mutlak adalah 103,84 g, pertambahan panjang mutlak adalah 28,13 cm, laju pertumbuhan spesifik (SGR) 4,65% perhari, dan tingkat kelangsungan hidup adalah 85%.

REFERENSI

Ahmadi, H., Iskandar & N. Kurniawati. 2012., Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Pendederan II. Jurnal Perikanan dan Kelautan UNPAD. 3(4): 99-107.

Amin, M., Jubaedah, D., Yulisman., Mukti, C.R., Sasanti, D. A., & Amri, A. M. 2020. Pemanfaatan Limbah Usus Ayam Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Lele Di Desa Karang Endah, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. 4(1): 69-72.

Anggrailiyana, D. Y. 2017. Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Media Terkontrol.

[Skripsi]. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Semarang.

Anis, Y. M., & Hariani, D. 2019. Pemberian Pakan Komersial dengan Penambahan EM4 (Effective Microorganisme-4) untuk Meningkatkan Laju Pertumbuhan Lele (Clarias sp.). Jurnal Riset Biologi dan Aplikasinya. 1(1): 1-8.

Cahyo, B. 2009., Budidaya Lele dan Betutu (Ikan Langka Bernilai Tinggi). Pustaka Mina. Jakarta. 131 hal.

Darseno. 2013., Budidaya Lele. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. 78 hal.

Deputi SD Maritim, 2020. Rencana Strategis 2020-2024 Deputi Bidang Koordinasi Sumberdaya Maritim. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Jakarta. 60 hal.

DJPB. 2018. Subsektor Perikanan Budidaya Sepanjang Tahun 2017 Menunjukkan Kinerja Positif. Diakses melalui https://kkp.go.id/djpb/artikel/3113- subsektor-perikanan-budidayasepanjang-tahun-2017- menunjukkan- kinerja-positif

Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 155 hal.

(6)

Falahudin, I., Syarifah., & M. Rahmalia. 2016., Pengaruh Jenis Pakan Usus Ayam dan Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Biota, 2(2): 132-137.

Hadadi, A., Herry, K.T, Wibowo, E., Pramono, A., Surahman., & Ridwan, E. 2009. Aplikasi Pemberian Maggot Sebagai Sumber Protein dalam Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) dan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.).

Laporan Tinjauan Hasil Tahun 2008. Balai Pusat Budi daya Air Tawar Sukabumi.

Hariani, D & Purnomo, T. 2017. Pemberian Probiotik dalam Pakan Untuk Budidaya Lele. Stigma Journal of Science.

10(1): 31-35.

Harsono P, 2009. Pembenihan dan Pembesaran Lele Dumbo Hemat Air. Kanisius. Yogyakarta. 60 hal.

Hidayat D., Sasanti,D.A., & Yulisman. 2013. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efesiensi pakan ikan gabus (Channa striata) yang diberi pakan berbahan baku tepung keong mas (Pomacea sp). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2): 161–172.

Idris, T., Sukmawan, D., Prihatmajanti, D., Setiawan, Wijianti, D., Nizar, M. & Sidiharta, D.I. 2018. Peraturan Direktur Jendral Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan No. 65/PER-DJPB/2018 Tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok Tahun 2018. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.

Indriyani Y., Susiana S., & Rochmady R. 2020. Length-weight relationship and condition factors of Rabbitfish (Siganus guttatus, Bloch 1787) in Sei Carang Waters, Tanjungpinang City, Indonesia. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 13(2): 327-333. DOI: https://doi.org/10.29239/j.agrikan.13.2.327-333.

Karimah, U., Samidjan, I., & Pinandoyo. 2018. Performa Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang Diberi Jumlah Pakan yang Berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 7(1): 128-135.

KKP. 2020. Target Dan Progam Prioritas Perikanan Budidaya Tahun 2021. diakses melalui https://kkp.go.id/djpb/artikel/26026-target-dan-progam-prioritas-perikanan-budidaya-tahun-2021

Lingga, N & Kurniawan, N. 2013. Pengaruh Pemberian Variasi Makanan terhadap Pertumbuhan Ikan Lele (Clarias gariepinus). Jurnal Biotropika. 1(3): 114-118.

Madinawati., Serdiati, N., & Yoel, 2011. Pemberian Pakan yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Media Litbang Sulteng. 4(2): 83-87.

Masriah, A & Alpiani. 2019. Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forsskal) Yang diberi Pakan Dengan Dua Jenis Sumber Bahan Baku Karbohidrat Pakan Yang Terhidrolisis Limbah Cairan Rumen Sapi.

Gorontalo Fisheries Journal. 2(2): 78-87.

Monalisa, S. & Minggawati, I., 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical Fisheries, 5(2): 526-530.

Rakhfid, A., Mauga, R., Fendi, F., Mosriula, M., Wulan, W.S., Bakri, M., Alimin, A., & Rochmady, R., 2020. Frequencies of feed for growth of Sangkuriang Catfish larvae (Clarias gariepinus). Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 13(2): 260-268. https://doi.org/10.29239/j.agrikan.13.2.260-268.

Statistik.kkp.go.id, 2021., Diakses melalui https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total&i=2#panel-footer

Saputra, D. 2014. Penentuan Daya Cerna Protein In Vitro Ikan Bawal (Colossoma macropomum) pada Umur Panen Berbeda. COMTECH. 5(2): 1127-1133.

Syahrizal., Sugihartono, M., & Jasa, A., 2019. Respon Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus, B) Dalam Wadah Jaring Hapa Yang diberi Pakan Kombinasi Pellet dan Usus Ayam. Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 4(2); 50-59.

Zaenab St. Malina, A.C., Tassakka., Sulfahri., & Kasmiati. 2020. Utilization of Double Fungal Treatment by Trichoderma harzianum and Saccharomycopsis fibuligera to produce biosugar from red seaweed Kappaphycus alvarezii. IOP Conference Series; Earth and Environmental Science. 575: 1-5.

Zenneveld, N,. E. A. Huisman & J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

318 hal.

How to cite this article:

Zaenab, S., & Massiseng A.N. 2021. Utilization of chicken intestine waste for growth of catfish. Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan, 14(2): 193-198. DOI: https://doi.org/10.29239/j.agrikan.14.2.193-198

Gambar

Gambar 2.  Pertambahan  panjang  rata-rata  ikan  lele  selama 60 hari.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun Kondisi fisik rumah yang mendukung terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yaitu suhu ruang rumah yang sangat panas dapat menyebabkan biang keringat yang

Perilaku atau kebiasaan tidak sehat yang biasa dilakukan ibu tanpa disadari yang memiliki resiko terjadinya ISPA pada Balita dimulai dari yang paling dominan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penelitian ini dibuat berdasarkan kesamaan pada penelitian yang sudah dilakukan atas variabel kecerdasan emosional, perbedaan

Wawancara dengan Bapak Abdullah (pewaris dan pemilik sanggar Joget Dangkong) pada tanggal 21 Mei 2016.. digemari oleh masyarakat. Masyarakat sering mengundang setiap mereka mengadakan

Tujuan penelitian ini adalah (1)Mendekripsikan pola pekerjaan “urang kandang ” (2)Menganalisis pola ekonomi kekerabatan Minangkabau dan pemberdayaan pada usaha

Jamur yang digunakan merupakan jamur yang termasuk dalam kelompok white rot dimana jamur ini memiliki potensi yang besar dalam biodelignifikasi dikarenakan jamur pada

Reviewed by Michael Dirda This year marks the 50th anniversary of The Tin Drum, the first and best-known novel of Nobel Prize-winning author Günter Grass. While its narrator,

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal dengan sebagai Hipertensi.. merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari