Dalam dunia medis, suatu keadaan disebut gawat apabila sifatnya mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: pasien yang menderita penyakit kanker. Penyakit kanker adalah penyakit yang bisa mengancam nyawa seseorang, namun tidak terlalu memerlukan tindakan sesegera mungkin (immediate treatment). Biasanya keadaan gawat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya kronis, contohnya pada kanker serviks (Wijaya, 2010).
Suatu keadaan disebut darurat apabila sifatnya memerlukan penanganan yang segera. Contoh untuk keadaan ini adalah: baru saja digigit ular berbisa, sedang mengalami pendarahan hebat, tengah menderita patah tulang akibat kecelakaan, kehilangan cairan karena diare hebat, dsb. Meskipun keadaan darurat tidak selalu mengancam nyawa, namun penanganan yang lambat bisa saja berdampak pada terancamnya nyawa seseorang. Biasanya keadaan darurat dapat dijumpai pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut, contohnya pada infark miokard akut (Wijaya, 2010).
Keadaan gawat dan darurat dapat juga terjadi bersamaan. Dalam hal ini, nyawa pasien benar-benar dalam keadaan yang mengkhawatirkan dan diperlukan penanganan yang segera terhadapnya. Contoh untuk kasus ini adalah seseorang yang telah menderita penyakit jantung dalam waktu yang lama dan tiba-tiba saja mendapatkan serangan jantung (heart attack) (Wijaya, 2010).
Kriteria Gawat Darurat Bagian Anak/Pediatri 1. Anemia sedang/berat
2. Apnea/gasping
3. Bayi/anak dengan ikterus 4. Bayi kecil/prematur
5. Cardiac arrest / payah jantung (mungkin maksudnya henti jantung) 6. Cyanotic Spell (tanda penyakit jantung)
7. Diare profus (lebih banyak dari 10x sehari BAB cair) baik dengan dehidrasi maupun tidak
9. Murmur/bising jantung, Aritmia 10. Edema/bengkak seluruh badan
11. Epitaksis (mimisan), dengan tanda perdarahan lain disertai dengan demam/febris 12. Gagal ginjal akut
13. Gangguan kesadaran dengan fungsi vital yang masih baik 14. Hematuria
15. Hipertensi berat
16. Hipotensi atau syok ringan hingga sedang
17. Intoksikasi atau keracunan (misal: minyak tanah, atau obat serangga) dengan keadaan umum masih baik
18. Intoksikasi disertai gangguan fungsi vital 19. Kejang dengan penurunan kesadaran
20. Muntah profus (lebih banyak dari 6x dalam satu hari) baik dengan dehidrasi maupun tidak
21. Panas/demam tinggi yang sudah di atas 40°C
22. Sangat sesak, gelisah, kesadaran menurun, sianosis dengan retraksi hebat dinding dada/otot-otot pernapasan
23. Sesak tapi dengan kesadaran dan kondisi umum yang baik
24. Syok berat, dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur, termasuk di dalamnya sindrom rejatan dengue
25. Tetanus
26. Tidak BAK/kencing lebih dari 8 jam 27. Tifus abdominalis dengan komplikasi (BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bagian Bedah 1. Abses serebri 2. Abses submandibula 3. Amputasi penis 4. Anuria 5. Appendiksitis akut 6. Atresia Ani
7. BPH dengan retensi urin 8. Cedera kepala berat 9. Cedera kepala sedang
10. Cedera vertebra/tulang belakang
11. Cedera wajah dengan gangguan jalan napas
12. Cedera wajah tanpa gangguan jalan napas namun termasuk: {a} patah tulang hidung terbuka/tertutup; {b} Patah tulang pipi (os zygoma) terbuka dan tertutup; {c} patah tulang rahang (os maksila dan mandibula) terbuka dan tertutup; {d} luka terbuka di wajah
13. Selulitis
14. Kolesistitis akut
15. Korpus alienum pada: {a] intra kranial; {b} leher; {c} dada/toraks; {d} abdomen; {e} anggota gerak; {e} genital
16. Cardiovascular accident tipe perdarahan 17. Dislokasi persendian
18. Tenggelam (drowning) 19. Flail chest
20. Fraktur kranium (patah tulang kepala/tengkorak) 21. Gastroskisis
22. Gigitan hewan/manusia 23. Hanging (terjerat leher?)
24. Hematotoraks dan pneumotoraks 25. Hematuria
26. Hemoroid tingkat IV (dengan tanda strangulasi) 27. Hernia inkarserata
28. Hidrosefalus dengan peningkatan tekanan intrakranial 29. Penyakit Hirschprung
30. Ileus Obstruksi 31. Perdaraha Internal 32. Luka Bakar
33. Luka terbuka daerah abdomen/perut 34. Luka terbuka daerah kepala
35. Luka terbuka daerah toraks/dada 36. Meningokel/myelokel pecah 37. Trauma jamak (multiple trauma) 38. Omfalokel pecah
39. Pankreatitis akut
40. Patah tulang dengan dugaan cedera pembuluh darah 41. Patah tulang iga jamak
43. Patah tulang terbuka 44. Patah tulang tertutup 45. Infiltrat periapendikuler 46. Peritonitis generalisata 47. Phlegmon pada dasar mulut 48. Priapismus
49. Perdarahan raktal 50. Ruptur tendon dan otot 51. Strangulasi penis 52. Tension pneumotoraks 53. Tetanus generalisata 54. Torsio testis
55. Fistula trakeoesofagus
56. Trauma tajam dan tumpul di daerah leher 57. Trauma tumpul abdomen
58. Traumatik amputasi
59. Tumor otak dengan penurunan kesadaran 60. Unstable pelvis
61. Urosepsi (BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bagian Kardiovaskuler (Jantung & Pembuluh Darah) 1. Aritmia
3. Korpulmonale dekompensata akut 4. Edema paru akut
5. Henti jantung
6. Hipertensi berat dengan komplikasi (misal: enselofati hipertensi, CVA) 7. Infark Miokard dengan kompikasi (misal: syok)
8. Kelainan jantung bawaan dengan gangguan ABC 9. Krisis hipertensi
10. Miokardititis dengan syok 11. Nyeri dada (angina pektoris) 12. Sesak napas karena payah jantung
13. Pingsan yang dilatari oleh penyakit/kelainan jantung (BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bagian Obstetri Ginekologi (Kebidanan & Kandungan) 1. Abortus
2. Distosia 3. Eklampsia
4. Kehamilan ektopik terganggu (KET) 5. Perdarahan antepartum
6. Perdaragan postpartum 7. Inversio uteri
8. Febris puerperalis
9. Hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi
(BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bagian Mata
1. Benda asing di kornea mata/kelopak mata 2. Blenorrhoe/ Gonoblenorrhoe
3. Dakriosistisis akut
4. Endoftalmitis/panoftalmitis 5. Glaukoma akut dan sekunder
6. Penurunan tajam penglihatan mendadak (misal: ablasio retina, CRAO, perdarahan vitreous)
7. Selulitis orbita
8. Semua kelainan kornea mata (misal: erosi, ulkus/abses, descematolisis)
9. Semua trauma mata (misal: trauma tumpul, trauma fotoelektrik/radiasi, trauma tajam/tembus)
10. Trombosis sinus kavernosus 11. Tumor orbita dengan perdarahan 12. Uveitis/skleritis/iritasi
(BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bagian Paru 1. Asma bronkiale sedang – parah 2. Aspirasi pneumonia
3. Emboli paru 4. Gagal napas
6. Hemoptisis dalam jumlah banyak (massive) 7. Hemoptoe berulang
8. Efusi plura dalam jumlah banyak (massive) 9. Edema paru non kardiogenik
10. Pneumotoraks tertutup/terbuka
11. Penyakit Paru Obstruktif Menahun dengan eksaserbasi akut 12. Pneumonia sepsis
13. Pneumotorak ventil 14. Status asmatikus 15. Tenggelam (BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bidang Penyakit Dalam 1. Demam berdarah dengue (DBD)
2. Demam tifoid 3. Difteri
4. Disekuilibrium pasca hemodialisa 5. Gagal ginjal akut
6. GEA dan dehidrasi 7. Hematemesis melena 8. Hematochezia 9. Hipertensi maligna 10. Keracunan makanan 11. Keracunan obat
12. Koma metabolik 13. Leptospirosis 14. Malaria
15. Observasi rejatan/syok (BPJS, 2013)
Kriterita Gawat Darurat Bidang THT 1. Abses di bidang THT-KL
2. Benda asing di laring, trakea, bronkus dan/atau benda asing tenggorokan 3. Benda asing di telinga dan hidung
4. Disfagia
5. Obstruksi jalan napas atas grade II/III Jackson 6. Obstruksi jalan napas atas grade IV Jackson 7. Otalgia akut
8. Parese fasialis akut
9. Perdarahan di bidang THT
10. Syok karena kelainan di bidang THT 11. Trauma akut di bidang THT-KL 12. Tuli mendadak
13. Vertigo (berat) (BPJS, 2013)
Kriteria Gawat Darurat Bidang Syaraf 1. Kejang
3. Meningoensefalitis (BPJS, 2013)
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage danditurunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaituproses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan sertafasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukanperawatan di UGD setiap tahunnya.(Pusponegoro, 2010)
A. PRINSIP DAN TIPE TRIAGE
Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Triase menggunakan ABCD seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Utamakan memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu.Pasien-pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. (Bagus,2007).