• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang :

„Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.” [QS. An Nahl

(16):72]

Dalil tersebut merupakan salah satu dasar hakikat seorang manusia untuk menemukan pasangan hidup untuk melanjutkan kehidupan. Manusia dalam hakikat ini merupakan kesatuan simbol kehidupan yang menjalankan fungsi sosial yang saling membutuhkan satu dan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial dalam hal ini pula akan saling memberikan warna dalam masing-masing kehidupan. Begitu pula bahwa manusia membutuhkan lawan jenisnya untuk mengisi kehidupan tersebut, melahirkan generasi baru, dan membangun sebuah entitas yang disebut keluarga. Oleh karena dasar inilah dilakukannya sebuah perikatan yang disebut sebagai perkawinan. Dari perkawinan inilah seorang laki- laki dan perempuan bergabung menjadi satu kesatuan dalam sebuah komunitas.

Oleh karena itu perkawinan merupakan salah satu tahap terpenting di dalam siklus

(2)

kehidupan manusia, dimana perkawinan menjadi alat suatu kelompok masyarakat untuk melanjutkan keberlangsungan kelompoknya1.

Keluarga merupakan unsur pembangun dalam kehidupan bermasyarakat.

Keluarga menjalankan peran yang penting dalam fungsi kemasyarakatan dalam kehidupan bermasyarakat dewasa ini. Keluarga melakukan beberapa perbuatan yang menimbulkan akibat hukum yang sedikit banyaknya berdampak pada kehidupan bermasyarakat pada umumnya. Dari keluarga inilah lahir anak-anak sebagai generasi penerus dalam kehidupan bermasyarakat. Perkawinan yang mengawali pembentukan keluarga ini merupakan salah satu perbuatan tersebut.

Dari keluarga ini dilakukan tindakan administratif dan pendaftaran lainnya sebagai bentuk identitas dalam kehidupan bermasyarakat. Munculnya Undang- Undang Perkawinan menjadi sebuah pedoman pengaturan hukum perkawinan di Indonesia. Undang-undang perkawinan memberikan sebuah unifikasi terhadap berbagai ketentuan mengenai perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

Tujuan penting adanya keluarga yakni membangun rumah tangga yang kekal dan melahirkan generasi baru untuk melanjutkan kehidupan dalam komunitas tersebut. Dilahirkannya anak merupakan sebuah anugerah yang tentunya dinanti setiap orang. Orang tua memiliki kewajiban untuk menyayangi

1 Tesis. Septy Veronita, 2013, Hak Perwalian Anak Dibawah Umur yang Beralih Pada Nenenknya, hlm 11

(3)

dan memenuhi kebutuhan anak. Kewajiban tersebut antara lain membentuk pribadi, mendidik serta membimbing anak agar menjadi seorang individu yang berbakti kepada orang tua, agama, bangsa, dan tanah air. Hal tersebut dikarenakan anak merupakan lapisan masyarakat yang sangat menentukan nasib bangsa di masa depan.

Dalam Pasal 47 Undang-Undang Perkawinan mengatur bahwa anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Pada saat yang sama pula hak alimentasi muncul untuk dipenuhi secara timbal balik antara orang tua dan anak. Hak alimentasi berupa kewajiban untuk saling menyayangi dan menghormati dalam sebuah keluarga. Hak alimentasi ini tidak akan berakhir oleh perbuatan apapun kecuali kematian. Setiap orang tua tetap memiliki kewajiban untuk membimbing dan menyayangi anak-anak nya sampai kapanpun. Hal yang sama pula berlaku pada anak-anak yang wajib menghormati dan menyayangi orang tua.

Anak sebagai salah satu unsur dari sebuah keluarga, mengalami hubungan-hubungan antara pribadi yang pertama-tama dalam keluarga dan sesame anggota keluarga lainnya2. Kekuasaan orang tua terhadap anak sendiri dibagi kedalam dua bagian, yaitu: kekuasaan orang tua terhadap diri anak tersebut

2 Irma Setyowati, 1990, Aspek Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, hlm 23

(4)

dan kekuasaan orang tua terhadap harta benda anak3. Orang tua mewakili anak- anaknya yang belum cakap tersebut dalam setiap perbuatan hukum yang dilakukan sebagai syarat sah nya perbuatan hukum tersebut. Orang tua pula mengatur dan menjaga harta kebendaan anak.

Perkawinan merupakan salah satu perbuatan hukum yang terjadi dalam keluarga. Perkawinan yang putus pula memiliki akibat hukum tertentu terhadap para pihak. Putusnya perceraian dapat terjadi akibat kematian, perceraian, maupun putusan pengadilan. Hukum Islam memandang suatu perceraian sebagai suatu pelanggaran dari ikatan lahir batin dalam sebuah perkawinan. Sedangkan Undang-Undang Perkawinan mengatur mengenai putusnya perkawinan tersebut dalam BAB VII mengenai putusnya perkawinan dan akibatnya.

Akibat hukum dari perceraian antara lain mengenai harta perkawinan dan hak asuh atas anak. Terkait harta perkawinan, pasangan suami istri tersebut akan menyesuaikan dengan perjanjian perkawinan yang dibuat sebelumnya. Sedangkan dalam hal tidak dibuatnya perjanjian kawin, maka pembagian harta perkawinan akan dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku sesuai ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Perkawinan. Hukum Islam menerapkan adanya pemisahan harta benda. Hal ini membuat para pihak akan mendapatkan kembali harta masing- masing apabila terjadi perceraian. Sedangkan KUHPerdata menerapkan

3 Skripsi. Erdha Widayanto, 2014, Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Kewajiban Alimentasi Dalam Perkawinan Keluarga Katolik yang Mengalami Perceraian di Kota Yogyakarta, hlm 5

(5)

penggabungan secara bulat sehingga harta bersama akan dibagi rata apabila terjadi perceraian. Akibat hukum terhadap anak yakni peralihan hak asuh yang mana akan ditetapkan melalui penetapan pengadilan saat diajukannya perceraian.

Perceraian menimbulkan akibat hukum berupa hak pengasuhan anak. Berdasarkan Hadis Abdillah Ibn Umar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Baihaqi menerangkan bahwasanya seorang wanita mengadu kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, anakku ini perutkulah yang mengandungnya, kepeduliankulah yang mengawasinya, air susuku-lah minumannya. Bapaknya hendak mengambilnya dariku. Maka Rasulullah SAW memutuskan;”Engkau lebih berhak atasnya selama engkau belum menikah”4. Dalam hal perceraian karena kematian, hak asuh demi hukum dialihkan kepada orang tua yang hidup terlama. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk dialihkannya hak asuh kepada pihak lain selain orang tua dalam kondisi tertentu. Penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79 tahun 2015 merupakan salah satu contoh penjatuhan perwalian kepada pihak selain orang tua yakni kepada nenek kandung.

Nenek melaksanakan perwaliannya dengan melakukan pendampingan terhadap anak tersebut dalam mengurus administrasi tunjangan anak yatim yang diperolehnya. Nenek pula telah melakukan pengasuhan terhadap anak. Wali selain orang tua ini dapat bertindak atas anak anak secara penuh maupun untuk ruang lingkup tertentu berdasarkan penetapan pengadilan terhadap kebutuhan dan

4 Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm 106

(6)

kepentingan si anak dalam pelaksanaan perwalian ini. Perwalian yang dijalankan oleh nenek ini memiliki ruang lingkup yaitu pengurusan dan penerimaan tunjangan anak yatim.

Perwalian yang telah ditetapkan kepada pihak selain orang tua ini tidak serta merta memutuskan hubungan anak kepada orang tuanya maupun sebaliknya.

Dalam hal ini menurut Pasal 41 huruf a Undang-Undang No.1 Tahun 1974 bahwa baik bapak maupun ibu tetap mempunyai kewajiban memilihara dan mendidik anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak5. Dengan adanya ketentuan bahwa hubungan antara anak dan orangtua tidaklah terputus, maka hak alimentasi si anak haruslah tetap dipenuhi oleh orang tua walaupun tidak berada dalan pemeliharaan atau perwalian si orang tua. Adanya jarak dan pemeliharan yang memisahkan anak dan orang tuanya tentu saja menjadi sebuah hambatan untuk memenuhi hak alimentasi tersebut. Oleh karena ini peneliti berkeinginan untuk mengangkat sebuah penelitian mengenai pemenuhan hak alimentasi anak dibawah perwalian pihak selain orang tua.

B. Rumusan Masalah:

1. Bagaimanakah pertimbangan hukum yang digunakan hakim dalam penjatuhan perwalian anak dibawah umur kepada pihak selain orang tua dalam penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/PN.Btl?

5 Muhammad Syafruddin, 2014, Hukum Perceraian, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm 371.

(7)

2. Bagaimanakah pemenuhan hak alimentasi anak dibawah perwalian selain orang tua pasca penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/PN.Btl?

C. Tujuan Penelitian:

Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam penjatuhan perwalian terhadap anak dibawah umur kepada pihak selain orang tua dalam penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pemenuhan hak alimentasi anak dibawah umur dalam perwalian pihak selain orang tua pasca penetapan nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat teoritis dan praktis yaitu :

1. Manfaat kepada Penulis

Melalui penelitian ini, peneliti dapat memperluas wawasannya mengenai mekanisme penjatuhan perwalian dan pelaksanaan pemenuhan hak alimentasi anak dalam hal perwalian oleh pihak bukan orang tua. Melalui penelitian ini pula peneliti juga dapat memberikan kontribusi nyata peneliti dalam proses rekonstruksi dan peningkatan sistem perwalian dan pemenuhan hak alimentasi anak.

(8)

2. Manfaat kepada Masyarakat

Melalui penelitian ini, masyarakat akan dapat lebih mengetahui ketentuan sistem perwalian terhadap anak dibawah umur yang berlaku. Masyarakat dapat mengetahui mekanisme yang dapat ditempuh untuk melaksanakan pemenuhan hak alimentasi anak yang berada dibawah perwalian oleh pihak selain orang tua.

3. Manfaat kepada Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar dan acuan mengenai pelaksanaan sistem perwalian yang telah berlaku. Disamping itu pemerintah dapat melihat mekanisme pemenuhan hak alimentasi yang dilaksanakan oleh masyarakat selama ini sehingga dapat menjadi dasar pembentukan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan perwalian dan pemenuhan hak alimentasi anak.

E. Keaslian Penelitian :

Penelitian ini bukan merupakan penelitian pertama yang meneliti mengenai perwalian anak dibawah umur oleh pihak selain orang tua yang masih hidup dan pemenuhan hak alimentasi anak. Penelitian sejenis telah dilakukan sebelumnya melalui beberapa penelitian:

Pertama adalah penelitian yang dilakukan dalam bentuk tesis oleh SEPTY VERONITA yang mengambil judul yaitu HAK PERWALIAN ANAK DIBAWAH

(9)

UMUR YANG BERALIH PADA NENEKNYA (ANALISIS KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 372K/PDT/2008).

Dari penelitian diatas memiliki rumusan masalah antara lain:

1. Bagaimana hak dan kedudukan anak dalam keluarga dan setelah terjadinya perceraian?

2. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan nenek untuk memperoleh hak perwalian atas cucunya?

Dari kedua rumusan masalah diatas terdapat beberapa perbedaan yang sangat mendasar yang penelitian ini miliki adalah:

1. Kekhususan dalam objek penelitian

Perbedaan objek penelitian dapat terlihat dari judul penelitian. Dalam penelitian tersebut menjadikan perwalian anak dibawah umur yang jatuh kepada nenek sebagai objek penelitian.

Sedangkan dalam objek dari penelitian ini yaitu penjatuhan perwalian kepada pihak selain orang tua yang hidup terlama serta pemenuhan hak alimentasi anak dibawah umur pasca beralihnya perwalian kepada pihak selain orang tua.

2. Kekhususan dalam ruang lingkup penelitian

(10)

Hal ini dapat dilihat pula dari judul penelitian. Dalam penelitian tersebut menjadikan sistem perwalian sebagai fokus bahasan penelitian, sedangkan dalam penelitian ini akan menitikberatkan tidak hanya pada sistem perwalian namun juga mengenai mekanisme pemenuhan hak alimentasi anak yang berada dalam perwalian pihak selain orang tuanya.

Sedangkan di penelitian sejenis lainnya mengambil bahasan penelitian mengenai perwalian anak dibawah umur oleh pihak selain orang tua serta pemenuhan hak alimentasi. yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erdha Widayanto dengan judul TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN

KEWAJIBAN ALIMENTASI DALAM PERKAWINAN KELUARGA

KATOLIK YANG MENGALAMI PERCERAIAN DI KOTA YOGYAKARTA

Adapun rumusan masalah dari penelitian tersebut yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan kewajiban alimentasi dalam perkawinan keliarga katolik yang mengalami perceraian berdasarkan UNDANG-UNDANG PERKAWINAN dan Hukum Gereja Katolik dalam Putusan No.82/PDT.P/2010/PN.YK di Kota Yogyakarta.

2. Bagaimana hak dan kedudukan anak dalam keluarga yang mengalami perceraian dalam menuntut pelaksanaan kewajiban alimentasi menurut UNDANG-UNDANG PERKAWINAN dan Hukum Gereja Katolik dalam Putusan No.82/PDT.P/2010/PN.YK di Kota Yogyakarta.

(11)

Dari rumusan masalah penelitian sejenis kedua ini terdapat kekhususan yang dimiliki oleh penelitian ini, yaitu dalam penelitian dari Erdha Widayanto ini keadaan daripada anak adalah bukan merupakan sebuah perwalian pihak lain melainkan masih berada bersama salah satu orang tua kandung yang hidup terlama. Sedangkan dalam penelitian ini anak telah berada dibawah perwalian pihak selain orang tua yang hidup terlama yakni nenek kandung yang mengajukan permohonan berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl.

Perbedaan lain yakni dalam penelitian dari Erdha Widayanto ini menitikberatkan pada hak alimentasi dalam keluarga katolik secara spesifik, sedangkan dalam penelitian ini tidak menggunakan batasan terhadap kepercayaan yang dianut dalam perkawinan suatu keluarga tertentu melainkan menggunakan batasan yakni studi kasus keluarga yang menjadi pemohon dalam penetapan Pengadilan Negeri Bantul nomor 79/Pdt.P/2015/Pn.Btl serta pelaksanaan perwalian dan pemenuhan hak alimentasi si anak pasca penetapan.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang sifatnya eksploratif untuk mengetahui pengaruh gangguan terhadap kinerja sistem

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya-Nya berupa ilmu pengetahuan dan kesahatan sehingga

Medan magnet dapat digambarkan dengan garis – garis gaya magnet yang keluar dari kutub utara dan masuk ke kutub selatan.. Garis Gaya Magnet adalah garis khayal yang keluar dari

Judul : Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Keluarga (Family Therapy) dalam Mengatasi Kekerasan Orang Tua Terhadap Anak di Desa Banjar Bendo Kecamatan Sidoarjo

vulgaris dengan pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrasi 2,4-D 0,25-1,5 mg/L mampu menginduksi kalus A.vulgaris, dengan tekstur

Muhammad al-Gharnathi, at-Tashîl lî Ulûm at-Tanzîl , vol.. juga yang akan menjaganya, sehingga ia serahkan segala urusannya kepada Allah tentang anaknya dan istrinya yang ia

Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang, sebaiknya dilakukan berdasarkan langkah- langkah pengendalian, seperti, penetapan

Untuk pengelasannya diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain