• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

39 BAB IV

ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai pengaruh perilaku oportunistik, etika dan komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran. Berdasarkan teori yang dipaparkan, penulis akan menganalisis data yang telah dikumpulkan sesuai dengan pokok permasalahannya dan formulasi hipotesis yang telah ditetapkan untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.

Pada bagian ini, peneliti membagi prosedur analisis menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Berisi hasil pengumpulan data yang menjelaskan jumlah data yang siap dianalisis.

1. Berisi hasil pengujian data yang berkaitan dengan uji validitas dan uji reliabilities agar dapat memenuhi syarat pengujian hipotesis.

2. Berisi pembahasan hasil penelitian yang berkaitan dengan uji hipotesis.

4.1. HASIL PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data seperti telah dijelaskan dalam bab tiga, yaitu dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini sebagai subjek responden adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) se-Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

(2)

40 menyebarkan sebanyak 275 kuisioner yang diberikan secara langsung ke sekretariat responden yaitu DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, DPRD Kabupaten Sleman, DPRD Kabupaten Bantul, DPRD Kabupaten Kulon Progo dan DPRD Kabupaten Gunung Kidul.

Sebanyak 275 kuisioner disebarkan ke berbagai wilayah sekretariat dalam rentang waktu 15 Desember 2015 hingga 15 Januari 2016 yang pada prosesnya diisi oleh anggota DPRD dan selanjutnya dikembalikan jawabannya. Ringkasan pengiriman dan pengembalian dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1.

Hasil Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah Persentase

Kuisioner yang disebar 275 100%

Kuisioner yang tidak kembali 132 48%

Kuisioner yang kembali 143 52%

Kuisioner yang tidak memenuhi syarat 55 20%

Kuisioner yang memenuhi syarat 88 32%

Sumber: Hasil Penelitian, 2016

(3)

41 Tabel 4.2.

Rincian Sebaran Kuisioner Berdasarkan Sekretariat DPRD

Keterangan

Sekretariat DPRD Total

DIY YOG SLM BTL KP GK

Kuisioner yang disebar 55 40 50 45 40 45 275

Kuisioner yang tidak kembali

30 27 41 16 18 20 132

Kuisioner yang kembali

25 13 9 29 22 45 143

Kuisioner yang tidak memenuhi syarat

16 0 8 21 10 0 55

Kuisioner yang memenuhi syarat

9 13 1 8 12 45 88

Sumber: Hasil Penelitian, 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 dan 4.2 serta rincian kuisioner yang telah diisi pada LAMPIRAN 5 menunjukkan bahwa untuk pengiriman 275 kuisioner, yang kembali dan layak untuk dianalisis sejumlah 88 kuisioner, dengan tingkat useable response rate 32%.

4.2. PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Analisis faktor konfirmatori atau sering disebut Confirmatory Factor Analysis (CFA) digunakan untuk menguji dimensionalitas suatu konstruk. Pada umumnya sebelum melakukan analisis structural model, peneliti terlebih dahulu harus melakukan pengukuran model (measurement model) untuk menguji validitas dan

(4)

42 reliabilitas dari indikator-indikator pembentuk konstruk laten tersebut dengan melakukan analisis faktor konfirmatori (CFA). Outer model dengan indikator refleksif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability atau cronbach alpha untuk blok indikatornya. Sedangkan outer model dengan indicator formatif dievaluasi melalui substantive content-nya yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikansi dari indikator konstruk tersebut (Latan dan Ghozali, 2012).

4.2.1. Uji Validitas

Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan convergency validity dan discriminant validity.

1. Convergency validity (validitas konvergen) dari model pengukuran dengan

model reflektif indikator dinilai berdasarkan korelasi antara item skor atau komponen skor dengan konstruk skor yang dihitung menggunakan Smart PLS 2.0 M3. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Latan dan Ghozali, 2012)

Hasil uji validitas konvergen tahap pertama pada LAMPIRAN 6 menunjukkan bahwa nilai outer loading indikator konstruk memiliki nilai di atas 0,50, kecuali item ET1, ET6, IA2, KO1, KO4, KO8, PO1, PO3, PO4,

(5)

43 SA3, SA4, SA6, SA7, dan SIS3. Pada hasil pengujian untuk melihat convergent validity, terdapat indikator yang harus di-drop dikarenakan

memiliki nilai kurang dari 0,50 dan jika tidak dihapus, akan mempengaruhi nilai dari composite reliability.

Untuk mendapatkan nilai di atas 0,50, drop indikator kembali dilakukan (dapat dilihat pada tabel outer loading di lampiran). Langkah yang dilakukan yaitu dikeluarkannya item yang tidak memenuhi syarat pada uji validitas konvergen tahap pertama dan selanjutnya diolah lagi melalui uji validitas konvergen tahap kedua yang disajikan pada LAMPIRAN 6. Adapun hasil uji validitas tahap kedua dengan menggunakan ketentuan faktor loading 0,50, menunjukkan bahwa nilai outer loading indikator konstruk memiliki nilai di atas 0,50. Berdasarkan uji tersebut, maka seluruh item faktor loading tahap kedua dianggap valid.

2. Discriminant validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai

berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk pada LAMPIRAN 6.

Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada ukuran blok lainnya (Latan dan Ghozali, 2012).

(6)

44 4.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ukuran konsistensi internal dan indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai mana masing-masing indikator tersebut mampu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum. Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70. Sebuah konstruk dikatakan reliable jika tingkat reliabilitasnya sebesar 0,70 (Latan dan Ghozali, 2012).

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dapat dilihat dari nilai composite reliability. Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa item IA, KO, PO, SA, SIS dan

UN memiliki nilai composite reliability > 0,70, sedangkan ET kurang dari 0,70. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua konstruk dalam penelitian ini adalah reliable atau memenuhi uji reliabilitas kecuali Etika (ET).

Tabel 4.3.

Nilai Composite Reliability

Composite Reliability

SIS 0.848

UN 0.900

ET 0.592

PO 0.916

KO 0.796

SA 0.746

IA 0.932

Sumber: Hasil Penelitian, 2016

(7)

45 4.3 PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dengan program Smart PLS 2.0 M3. Pengujian terhadap lima hipotesis yang telah dikemukakan pada

bab dua tersebut dilakukan dengan melihat result of inner weight. Apabila nilai koefisien original sampel estimate positif maka ada hubungan positif begitu pula sebaliknya. Untuk melihat pengaruh antar variabel, peneliti membandingkan nilai T- statistic dengan T-table. Menurut Latan dan Ghozali (2012), nilai pada T-table

didapat dengan rumus (N - K), yaitu N sebagai jumlah responden dan K sebagai jumlah variabel.

Dapat disimpulkan bahwa T-table adalah 1,664 yang didapat dari pengurangan 88 (jumlah responden) – 7 (jumlah variabel) yang menghasilkan point 81. Sehingga untuk penelitian satu arah dengan alpha 5 %, untuk baris 80 (dalam rentang 80 – 100 dalam T-table) ditemukan nilai 1,664. Jika nilai T-statistic lebih tinggi daripada nilai T-table, hal tersebut dapat membuktikan adanya pengaruh antar variabel.

Tabel 4.4.

Result of Inner Weights

Factor Loading Original Sample Estimate Mean of Subsamples Standard Deviation T-Statistic

SIS -> PO 0.241 0.240 0.009 27.433

UN -> PO 0.618 0.619 0.010 63.031

ET -> SA -0.002 -0.002 0.009 0.236

(8)

46 Tabel 4.4. (Lanjutan)

Result of Inner Weights

Factor Loading Original Sample Estimate Mean of Subsamples Standard Deviation T-Statistic

PO -> SA 0.380 0.379 0.012 31.134

KO -> SA -0.620 -0.621 0.008 73.011

IA -> SA 0.063 0.062 0.009 6.683

Sumber: Hasil Penelitian, 2016

4.3.1. Alokasi Tertentu dalam Anggaran oleh Eksekutif (Specific Investment by Suplier) Berpengaruh Positif terhadap Perilaku Oportunistik

Hasil dari pengujian terhadap hipotesis pertama yaitu alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif (specific investment by suplier) berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif terhadap perilaku oportunistik memiliki nilai T-statistic di atas 1,664 yaitu sebesar 27,433. Didukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang positif sebesar 0,241, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin tinggi alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif maka semakin rendah pula tingkat perilaku oportunistik yang terjadi. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku oportunistik didukung oleh data.

(9)

47 Alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif merupakan suatu bentuk wewenang yang dimiliki oleh pihak eksekutif dalam menyusun anggaran, dalam hal ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kebijakan yang dimiliki oleh eksekutif ini didasarkan pada keperluan dan kebutuhan daerah dalam menjalankan kebijakan publik dengan adanya koordinasi bersama pihak legislatif. Menurut Suryarini (2012), selama dua dekade terakhir peran legislatur dalam pembuatan kebijakan publik dan penganggaran semakin meningkat. Berdasarkan hasil data di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku oportunistik, sesuai dengan Teori Ekonomi Biaya Transaksi atau Transaction Cost Economics (TCE) Theory.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhattacharya, et al., (2015) yang menyatakan bahwa Specific Investment by Suplier berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik. Alokasi

tertentu dalam anggaran oleh eksekutif dapat mempengaruhi munculnya perilaku oportunistik, karena alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif akan membuat kedua pihak diharapkan mampu menangani permasalahan akan munculnya perilaku oportunistik dengan bertindak untuk menjaga stabilitas dan menjaga hubungan jangka panjang.

(10)

48 4.3.2. Ketidakpastian (Uncertainty) Berpengaruh Positif terhadap Perilaku

Oportunistik

Hasil dari pengujian terhadap hipotesis kedua yaitu ketidakpastian (uncertainty) berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh alokasi tertentu dalam anggaran oleh eksekutif terhadap perilaku oportunistik memiliki nilai T-statistic di atas 1,664 yaitu sebesar 63,031. Didukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang positif sebesar 0,618, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin rendah munculnya ketidakpastian dalam penganggaran maka semakin kecil pula tingkat perilaku oportunistik yang mungkin terjadi. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) ketidakpastian berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku oportunistik didukung oleh data.

Ketidakpastian dalam anggaran merupakan suatu tindakan yang mungkin terjadi karena adanya kesempatan oleh oknum tertentu dalam lingkup penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kesempatan yang dimiliki oleh oknum tersebut yaitu timbulnya unsur penyalahgunaan wewenang dan akhirnya memunculkan ketidakpastian dalam anggaran. Menurut Bhattacharya, et al.

(2015), legislatif dalam menanggapi ketidakpastian dalam penetapan anggaran mencoba meyakinkan eksekutif untuk membuat kontrak tersebut fleksibel dan dapat terus menambahkan item baru berdasarkan perubahan permintaan. Studi lain menunjukkan bahwa legislatif mengambil keuntungan dari informasi yang lebih

(11)

49 besar, mereka mungkin harus membuat persaingan di antara eksekutif selama proses penawaran kontrak dan mendorong pihak eksekutif untuk menyetujui persyaratan kontrak yang merugikan mereka. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa risiko oportunisme meningkat dengan tingkat yang lebih besar dari ketidakpastian.

Berdasarkan hasil data di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa ketidakpastian berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perilaku oportunistik, sesuai dengan Teori Ekonomi Biaya Transaksi atau Transaction Cost Economics (TCE) Theory.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhattacharya, et al., (2015) yang menyatakan bahwa uncertainty berpengaruh positif terhadap perilaku oportunistik. Ketidakpastian dalam penetapan anggaran dapat mempengaruhi munculnya perilaku oportunistik, karena legislatif dalam menanggapi ketidakpastian dalam penetapan anggaran mencoba meyakinkan eksekutif untuk membuat kontrak tersebut fleksibel dan dapat terus menambahkan item baru berdasarkan perubahan permintaan. Pihak legislatif juga berusaha mengambil keuntungan dari informasi yang lebih besar, dan mereka mungkin harus membuat persaingan di antara eksekutif selama proses penawaran kontrak dan mendorong pihak eksekutif untuk menyetujui persyaratan kontrak yang merugikan mereka.

(12)

50 4.3.3. Perilaku Oportunistik (Opportunistic Behavior) Berpengaruh Positif

terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)

Hasil dari pengujian terhadap hipotesis ketiga yaitu perilaku oportunistik berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh perilaku oportunistik terhadap senjangan anggaran memiliki nilai T-statistic di atas 1,664 yaitu sebesar 31,134. Didukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang positif sebesar 0,380, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin rendah perilaku oportunistik oleh eksekutif maupun legislatif maka semakin rendah pula senjangan anggaran yang mungkin terjadi. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis ketiga (H3) perilaku oportunistik berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap senjangan anggaran didukung oleh data.

Perilaku oportunistik (opportunistic behavior) merupakan perilaku yang mengeksploitasi peluang keuntungan jangka pendek mengorbankan keuntungan jangka panjang. Besarnya kewenangan legislatif dalam proses penyusunan anggaran (UU 22/1999) membuka ruang bagi legislatif untuk “memaksakan” kepentingan pribadinya. Menurut Suryarini (2012), posisi legislatif sebagai pengawas bagi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah, dapat digunakan untuk memprioritaskan preferensinya dalam penganggaran. Berdasarkan hasil data di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa perilaku oportunistik berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap senjangan anggaran, sesuai dengan Teori Ekonomi Biaya Transaksi atau Transaction Cost Economics (TCE) Theory dan Teori Keagenan (Agency Theory).

(13)

51 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bhattacharya, et al. (2015) yang menyatakan bahwa perilaku oportunistik (opportunistic behavior) berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Perilaku oportunistik dapat mempengaruhi munculnya senjangan anggaran karena politisi memiliki preferensi atas alokasi yang mengandung lucrative opportunities dan memiliki dampak politik jangka panjang untuk merealisasikan kepentingan pribadinya. Pada praktiknya, legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk menaikkan alokasi pada sektor-sektor yang mendukung kepentingannya. Legislatif cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi untuk pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak bersifat job programs dan targetable (Suryarini, 2012).

4.3.4. Etika Berpengaruh Negatif terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)

Hasil dari pengujian terhadap hipotesis keempat yaitu etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran tidak terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh perilaku oportunistik terhadap senjangan anggaran memiliki nilai T-statistic di bawah 1,664 yaitu sebesar 0,236. Hasil penelitian ini juga terdukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang negatif sebesar - 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis keempat gagal menolak hipotesis nol (H0) yaitu etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran atau dengan kata lain hipotesis empat (H4) tidak didukung oleh data.

(14)

52 Etika merupakan suatu tindakan yang memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi yang mana objeknya adalah tingkah laku manusia. Etika diperlukan untuk mendorong siapa yang bertanggungjawab atas penyusunan serta pelaksanaan anggaran guna mencapai tujuan organisasi. Menurut Triadhi (2014), adanya hubungan etika dengan kesenjangan anggaran karena adanya hubungan sosial antar pekerja. Penyusunan dan pelaksanaan alokasi anggaran yang telah ditetapkan merupakan kondisi yang menuntut etika dari pegawai yang mendapat penugasan. Pegawai tersebut tentunya dituntut agar memiliki etika yang tinggi dalam menjalankan fungsi, wewenang dan tanggungjawabnya agar menghindari kecurangan. Berdasarkan hasil data di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa etika tidak berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap senjangan anggaran, sesuai dengan Teori Keagenan (Agency Theory).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Triadhi (2014) yang menyatakan bahwa etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran, akan tetapi pada penelitian ini faktor etika tidak berpengaruh secara signifikan terhadap senjangan anggaran. Padahal menurut Teori Blocher pada penelitian yang dilakukan oleh Triadhi (2014), etika dapat mempengaruhi munculnya senjangan anggaran karena adanya hubungan sosial antar pekerja, bila pekerja memiliki etika yang baik maka mereka tidak akan menganggarkan pendapatan yang sangat rendah sehingga terjadi senjangan anggaran pendapatan yang tinggi.

Sebaliknya bila para pegawai memiliki etika yang baik maka mereka akan menyusun

(15)

53 anggaran sesuai dengan potensi riil yang ada bukan hanya membuat anggaran untuk mendapatkan bonus semata.

4.3.5. Komitmen Organisasi Berpengaruh Positif terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)

Hasil dari pengujian terhadap hipotesis kelima yaitu komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh komitmen organisasi terhadap senjangan anggaran memiliki nilai T-statistic di atas 1,664 yaitu sebesar 73,011. Didukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang negatif sebesar -0,620, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin tinggi komitmen organisasi oleh eksekutif maupun legislatif maka semakin rendah pula senjangan anggaran yang mungkin terjadi. Hal ini menyatakan bahwa hipotesis kelima (H5) komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap senjangan anggaran didukung oleh data.

Menurut Mahadewi (2014), komitmen organisasi merupakan motivasi individu yang dapat mempengaruhi dalam melakukan suatu hal, termasuk partisipasinya dalam penyusunan anggaran. Komitmen organisasi yang kuat akan membuat individu berusaha untuk mencapai tujuan organisasi dan mengutamakan kepentingan organisasi. Berdasarkan hasil data di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap senjangan anggaran, sesuai dengan Teori Keagenan (Agency Theory).

(16)

54 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dan Erawati (2014) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Komitmen organisasi dapat mempengaruhi munculnya senjangan anggaran karena apabila individu memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka ia akan berusaha memanfaatkan situasi ketika datang suatu kesempatan sehingga memungkinkan terjadinya senjangan anggaran. Pendekatan principal-agent framework pada hubungan keagenan (Agency Theory) merupakan salah satu upaya menjanjikan untuk menganalisis komitmen

organisasi saat membuat kebijakan publik karena pembuatan dan pengimplementasiannya melibatkan persoalan kontraktual. Hasilnya dapat menjadi pedoman dalam menilai pengaruh komitmen organisasi yang tinggi dengan indikasi senjangan anggaran yang akan rendah (Mahadewi, 2014).

4.3.6. Informasi Asimetris Berpengaruh Positif terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)

Hasil dari pengujian terhadap variabel kontrol yaitu informasi asimetris berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran terbukti secara signifikan. Hal ini terjadi dikarenakan pengaruh informasi asimetris terhadap senjangan anggaran memiliki nilai T-statistic di atas 1,664 yaitu sebesar 6,683. Didukung oleh nilai koefisien (original sample of estimate) yang positif sebesar 0,063, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara keduanya adalah searah. Artinya, semakin rendah informasi

(17)

55 asimetris yang dimiliki oleh pihak eksekutif dari pihak legislatif, maka semakin rendah pula senjangan anggaran yang mungkin terjadi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dan Erawati (2014) yang menyatakan bahwa informasi asimetris berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Informasi asimetris dapat mempengaruhi munculnya senjangan anggaran karena apabila pihak eksekutif tidak memiliki informasi yang cukup atas pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh pihak legislatif, maka besar kemungkinannya akan merugikan pihak eksekutif (Mahadewi, 2014).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam teori juga sudah dijelaskan bahwa, pengendalian dan mitigasi risiko likuiditas, terdapat beberapa hal yang seharusnya dilakukan oleh bank Islam, yaitu

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Konsentrasi K+ dlm larutan tanah merupakan indeks ketersediaan kalium, karena difusi K+ ke arah permukaan akar berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusi tgt pada

(20) Diisi nomor urut dari Buku Rekening Barang Kena Cukai Minuman yang Mengandung Etil Alkohol dalam angka.. (21) Diisi kantor yang mengawasi pengusaha pabrik minuman yang

Aqiqah ialah : “ Menyembelih hewan pada hari ketujuh hari kelahiran bayi dan mencukur rambutnya.” Selanjutnya Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : “ Dari penjelasan ini

Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah yang dilakukan di Jakarta ini telah dilakukan tiga belas kali dimulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2011, seperti

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Pasien anak umur kurang dari 14 tahun yang memenuhi kriteria klinis demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan sindrom syok dengue (SSD) menurut WHO (1997) disertai