• Tidak ada hasil yang ditemukan

lssn 巨IE藤厖 KE161= 111J 一 一 一 一 一 一 一 一 一 PERTAMiNA PT PLN(PERSERO) 野 評貯 STTNAS Yogvaka Ⅲ =lsl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "lssn 巨IE藤厖 KE161= 111J 一 一 一 一 一 一 一 一 一 PERTAMiNA PT PLN(PERSERO) 野 評貯 STTNAS Yogvaka Ⅲ =lsl"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IE藤

PT PLN(PERSERO) PERTAMiNA

一. 一一・一・一・・一一一一・・・

.一一

..

.・一一・一

lSSN 190715995

KE161=

““

│111J

野■ 評貯

STTNAS Yogvaka‐ Ⅲ

=lsl

(2)

Penanggung Jawab

Pengarah

Ketua Pelaksana Sekretaris Pelaksana Bendahara Pelaksana Seksi Reviewer Bidang Teknik Elektro Bidang Teknik Mesin Bidang Teknik Geologi Bidang Teknik Pertambangan Bidang Teknik Sipil

Bidang Teknik PWK Seksi Prosiding

Seksi Acara

Seksi Publikasi, Dokumentasi, Perlengkapan

SUSUNAN PANITIA

Ketua STTNAS

(Ir.Ircham, M.T.)

1 Pembantu Ketua I STTNAS Yogyakarta

(Ir. Harianto, M.T.)

2. Pembantu Ketua II STTNAS Yogyakarta

(Ir. Sukartono, M.T.)

3. Pembantu Ketua III STTNAS Yogyakarta

(Ir. Rr. Amara Nugrahini, M.T.)

Dr. h. Ev. Budiadi, M.S.

Dr. Ir. Hill Gendoet Hartono, S.T., M.T.

Winarti, S.T., M.T.

Tugino, S.T., M.T.

Sutrisna, S.T., M.T.

Th. Listyani Retno Astuti, S.T., M.T.

Ir.Ag. Isjudarto, M.T.

Drs. H. Triwuryanto., M.T.

Drs. Achmad Wismoro, S.T., M.T.

Djoko Purwanto, S.T.

Ir. Dianto Isnawan, M.T.

Ferry Okto Satriya, S.T.

Ign. Purwanto

P. Lilik Marsudiyanto

(3)

SEMINAR NASIONAL ke 6 Tahun 2011: Rekayasa Teknologi lndustri dan lnformasi

DAFTAR ISI

Halaman Depan

Susunan

Panitia

Sambutan Ketua Pelaksana Sambutan Ketua STTNAS

Daftar lsi

ELEKTRO

Pengaruh

Interkoneksi Distributed

Generation

Dalam

Sistem Tenaga

Listrik

terhadap

Profil

Tegangan

Elias K.

Bawan,

dkk.

1

Sistem Penilaian

Sertifikasi

Dosen Berbasis

WEB Sri

Kusumastuti,

dkk.

Implementasi Metode Heuristik

pada Perancangan

Sistem Informasi

Peta

Pariwisata Kota

Kendari

Laode Muhamad

Tajidun,

dkk.

Penerapan Basisdata Fuzzy

Model Cindy

P. C. Munaiseche, dkk.

Implementasi Robot Tank Menggunakan Kamera

CCTV Wirelles

Berbasis

Mikrokontroler

Atmega

8535L

Muhammad

Yusvin

Mustar,

Rif'an Tsaqif As

Sadad dan Iswanto Implementasi

Mikrokontroler untuk

Pengendalian Lampu dengan SMS Anna

Nur Nazilah

Chamim, Iswanto

Implementasi

AT89551

sebagai Pengaman Sepeda

Motor Nia

Maharani Raharja, Iswanto

Evaluasi

Kinerja Algoritma

Penjadwalan

Lintas

Lapisan pada Jaringan Celular

OFDM

Gelombang

Milimeter

dengan Kanal

Hujan

Mas

Nurul

Hamidah, Gamantyo

H,

Endroyono

Three Phase l-oad

Flow Algorith

Based on Positive Sequence

for

Unbalanced Power System

Sugiarto, Sasangko Tramono

Hadi, Tumiran

Analisis Uniuk Kerja Harmonik di

lnstalasi

Listrik Industry

dan Upaya Pcnanggulangannya

Janny F.

Abidin, Dulhadi

53

Pengambangan pada Segmentasi

Kata Tulisan

Tangan yang Mcnggunakan Tapis Gaussian

ID

Linggo

Sumarno

Sistem Pemantauan Keamanan

Rumah Menggunakan Aplikasi Video Call

pada Jaringan

GSM

3G

Yohanis Manggau, Damar

Widjaja

Pemantau Perjalanan Kereta Api Menggunakan Sistem Komunikasi Radio

dengan Frekuensi 2,4

GHz

Tatang Ony Prasetyawan, Damar

Widjaja

Sinkronisasi Jam

Digital Nirkabel

Nugroho

Budi Wicaksono, Martanto

Analisis Pengaruh UPFC pada Aliran Daya dengan Batas Kemampuan

Perangkat dan Saluran Transmisi

Petrus Setyo Prabowo

Aplikasi Kontrol PID

pada Pemodelan Heater dengan

Dua Variabel lnput - Dua

Variabel

Output

。1 

¨l l ¨Ⅲ 

・ Ⅳ V

Tahani

untuk Pemilihan

Ponsel Cerdas

10 16

24 30 35

41

48

うん

′υ

68

74 80

87

Pradu Mas

Wibowo,

Bemadeta

Wuri Harini

94

(4)

SEMINAR NASIONAL ke 6 Tahun 2011: Rekayasa Teknologi lndustri dan lnformasi

Harianto

Pengaruh

Komposisi

Paduan

Al-Si

Terhadap Kerentanan

Hot

Tearing

-\khyar,

Suyitno

Pengaruh Peningkatan Kandungan Silikon Terhadap Cacat Hot

Tearing Pada Cctよall

CRCM Vertikal

Bahtiar,

Suyitno

213 221

221 Solidi■kasi Limbah IGomium dalam Glasir Keralmik

Lusia Permata Sari

Hartanti

/- -) /.

GEOLOGI

Resiko Ceologi dan

Sumberdaya

Hidrokarbon Formasi

Ku.jung Lapangan

BTW

Cekungan

Jawa

Timur Utara

Bambang

Triwibowo

235

Kajian Vulkanik

Tepra

Gunung Muria di

Sekitar Tapak

PLTN Uiung

Lemah

ABang (ULA)

Jepara

Basuki

Wibowo, Heni

Susiati, June

Mcliawati

241

Karaktcristik Endapan Emas Orogcnik sebagai Sumber Emas Placer di

Daerah

Wumbuban gka, Bombana, Sulawesi Tenggara

Fadlin

255

GeneraL

Geological

Charat:teristic:s

of

Geoth,ermal Fields

in

Volvanic Areas oJ'Java Lsland Th.

Listyani

Retno

Astuti

Analisis

K unanti tai

I

sebagai Parameter Penentuan Spesies pada

Turritellidae di

Jawa

Hita Pandita .… .… .… .… .…・…・…・…・…・―・…・…・…・…・…・…・…・…・…・…・…・…・…・…・……・…・……

268

Karakterisasi

Fraktal

Seismisitas Sebelum Gempa Yogyakarta 21

Mei2006

Djoko Wintolo

218

Geology

and

Ore Mineralization of Epithermal

Quartz

Vein Type in Tugurejo and

Senepo Area, Slahung

District,

Ponorogo Regency, East Java

Esti

Handayani,

Arifudin

Idrus,

I

Wayan Warmada 283

Karakteristik Gerak

Sesar

Opak dan Dampaknya terhadap Bangunan di Imogiri Bantul,

Daerah

Istimewa Yogyakarta

Sukartono ...

289

Analisis

Posisi Dan

Bentuk

Cebakan

Mineral

Mangan Dengan Metoda Polarisasi

Terinduksi Di

Desa

Fatulotu

Kecamatan

Lasiolat

Kabupaten

Belu NTT

Purwanto

297

Pola Aliran Air Bawah Tanah Di Daerah Karst Gunungkidul Berdasarkan

Kedalaman

Airtanah

Dangkal

Winarti,

Reza

Bikwanto,

Handoko, Rheza Firmansyah,

Rori Hidayat

304

Percabangan

Sungai dan Kerapatan Sungai

Sebagai Respon

Tektonik

Pegunungan

Kulon

Progo

Yogyakarta

Ev.

Budiadi

310

Kaiian Geologi Gunung Api Terhadap Inisiasi Gunung Api Purba Genuk,

Jepara, Jawa Tengah

Hill.

Gendoet Hartono, Basuki

Wibowo,

Imam Hamzah,

Hadi Suntoko

311

Analisis Kimia Abu Vulkanik

Gunung

Merapi

Dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Lingkungan

Dwi

Indah

Purnamawati ...

326

Studi Mineralisasi Bijih Mangaan (Mn) Daerah Kasihan Dan Sekitarnya

Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa

Timur

Miftahussalam dan

Hakim ...

332

Kajian

bahaya Geoteknik Pada tapak

PLTN

Kramatwatu-Bojonegara Bansyah

Kironi,

Basuki

Wibowo, Imam

Hamzah,

Yarianto

SBS

Program

Inversi Non Linier

Dengan Pendekatan

Linier Anomali

Gravitasi

Untuk

Kasus

Bola

Dan

Silinder

Horisontal

262

Agus

Santoso,

Ari

Setiawan

vll

344 338

(5)

SEMINAR NASIONAL ke 6 Tahun 20LL: Rekayasa Teknologi lndustri dan lnformasi

POLA ALIRAN AIRTANAH DI DAERAH KARST WONOSARIBERDASARKAN DATA KEDALAPIAN SUⅣIUR

01ch:

winaniり,Rcza Bikwanto2),HalldOko助 ,Rheza Firlnansyぬ°

,R“

Hidaya♂)

1)StafPcngttar PrOdi Tckllik Qologi STTNAS Yogyak額

ね,Jl.BabarSan,Dcpok,Slcman,

,3)'見

;縦

11∫

慧野篭鴛豊誓弩憲署音爵

'・p・:081328533330 k Gcoloが,STTNAS Yogyakrarta

ABSTRAK

Secara fisiografi daerah Wonosari menempati fisiografi Pegunungan Selatan dengan

litologi

penyusun berupa batugamping dan membentuk morfologi karst yang 1uas. Salah satu potensi yang ada di daerah karst dalah air bawah tanah yang tersimpan dalam bentukan morfologi karst tersebut, sehingga batugamping akan berfungsi sebagai akuifer.

Sifat batugamping yang mudah mengalami pelarutan, agak menyulitkan untuk mengetahui pola aliran air bawah tanah yang terkandung di dalamnya. Batugamping mempunyai sistem akuifer retakan, celahan atau gua. Hal ini mengakibatkan penduduk sekitar sering mengalami kesulitan air, terutama pada musim kemarau. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola aliran air bawah tanah yang ada di kawasan karst yang ada di Wonosari. Metode yang digunakaa dalam upaya mencapai tujuan tersebut adalah dengan menggunakan studi lapangan yaitu dengan mengukur kedalaman mukaair tanah dangkal (sumur) dan tentunya dibantu dengan data sekunder. Berdasarkan hasil penguiuran ksdalaman sumur di 12 lokasi yang tersebar di daerah penelitian, diperoleh kedalaman sumur yang bervariasi. Hasil akhir diketahui bahwa kedalaman muka airtanah yang cenderung dalam berada di bagian darat daya (>29 m) yaitu sekitar daerah Wareg, Duwet dan Siraman. Sedangkan muka airtanah dangkal (<15 m) berada di bagian timur, utara dan barat laut (daerah Piyaman, Wiladek dan Puludan). Pola aliran air di daerah penelitian ada yang meruncar atau mengalir dari topografi tinggi menuju ke rendah seperti

di

Piyaman yang mengalir ke arah Wiladek. Sedangkan aliran air yang mengalir dari topografi rendah menuju ke tinggi terlihat di daerah Warek yang mengarah ke daerah Pulutan. Aliran air dari daerah Semanu berrgerak menuju ke Selang, Wiladek. Aliran air dari Wonosari menuju ke arah Pulutan ataupun kea rah Selang.Daerah Semanu yang mempunyai elevasi tinggi, memiliki pola aliran mengarah ke daerah Selang yang memilitr<i elevasi lebih rendah- Hal ini menunjukklm tahwa aliran air tawah tanah di daer* penelitian dimungkirrka dipengaruhi oleh proses rekahan atau pelmtan pada batugamping sebagai akuifemya. Pada daerah penelitian ymg dianggap mudah untuk mendapatkan air ada di daerah Selang, Wiladeg dan Pulutan.

Kata Kunci : karst, air tanah dangkal, pola aliran

PENDAHULUAN

Sebagian

besar wilayah di

Kabupaten

Gunungkidul dikenal

sebagai kawasan yang tandus atau sulit air terutama di musim kemarau.

Anggapan ini sebagai akibat

kondisi geomorfologi sebagian besar wilayah Kabupaten

Gunungkidul yang dicirikan oleh

bukit-bukit berbatuan gamping yang dikenal sebagai daerah karst. Ford dan

Williams

(1992) mengistilahkan

karst sebagai medan dengan

karakteristik hidrologi dan bentuHalan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan yang mudah larut (soluble

rock)

dar, mempunyai porositas sekunder yang berkembang

baik.

Sebagai akibatnya, kawasan

karst dicirikan dengan minimnya

sungai permukaan dan

berkembangnya

ialur-ialur pcrmukaan.

sungai

bawah

Akibat

porositas sekunder tersebut, maka pola aliran air bawah tanah

di

daerah karst akan mempunyai karakter yang berbeda dibandingkan

pola aliran pada daerah yang

mempunyai porositas primer. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pola aliran

di

daerah kasrt khusunya

di

daerah karst Wonosari, maka perlu dilakukan

kajian lebih lanjut. Dalam kajian ini

untuk mengetahui pola aliran tersebut, maka didekati dengan kajian pengukuran kedalaman muka air tarah dangkal di sumur penduduk. Lokasi daerah

penelitian berada di sebagian

Kabupaten

Gunungkidul terutama pada daerah Wonosari

yang

mempunyai

bentukan morfologi

karst (Gambar 1)

一彎一 一一一一

Cambar

l.

Lokasi daerah pcneliti.rn

SFKO:AH TING61TFKNO1 0GI NAS10NA1 17 Desomher'011

(6)

SEMINAR NASIONAL ke 6 Tahun 20LL: Rekayasa Teknologi lndustri dan lnformasi

},IAKSUD

DAN

TUJUAN

Maksud dari kaiian ini adalah

untuk mengetahui gambaran arah alian air bawah tanah vang ada

di

daerah karst terutama yang ada di rvilayah Wonosari. Sedangkan tujuannya adalah

Lrntllk bisa memberikan solusi yang

tepat permasalahan air bagi penduduk yang mendiami daerah karst.

METODE

Metode yang digunakan dalam kajian ini

adalah dcngan

rncngumpulkan

data

primer

berupa pengamatan geologi

permukaan

(pengamatan gcomorfblogi. litologi

dan

rnengukur kedalaman muka airtanah). Selain itu

dibantu

dengan data-data sekunder

antar

lain dala pengukuran geolistrik.

GEOLOGI UMUM

Wilayah Gunungkidul sccara

fisiograll

terbagi monjadi 4 satuan tisiograli

yaitu Pegunungan Baturagung, Pegunungan Panggung

Masif, Satuan Plato Wonosari dan

Satuan

Gunung Sewu (Mac Donald

&

Partners, 1984).

(Gambar

2).

Berdasarkan pembagian l'isiografi

tcrschut. dueruh ka.iian men('mputi

satuan

Fisiografi

Gunung Sewu.

Fisiografi ini

secara

umum tcrsusun oleh batugamping terumbu dari Formasi Wonosari

dan

mcmpunyai morlblogi berupa bukit-bukit karst.

Kenarnpakan

morfologi karst dari

Foto Udara dan Iapangan scperti pada Gambar 3.

Carnbar 2.

Pembagian

Gunungkidul

(Mac

1 984)

Fisiografi

Kabupaten

Donald &

Partners.

Gambar 3. Kcnampakan karst dari Foto Udara (a) dan lapangan (b)

Karst di daerah Gunungkidul

dicirikan

den gan berkemhan gn ya kubah karst (ke g e L kar,s t), yaitu bcntukan

positif

yang tumpul, tidak terjal

atau sering diistilahkan kubah

sinusoidttl.

Kegelkar,st (Sweeting. 1972 virJe

Adii &

Nurjani, 1999) dikatcgorikan sebagai

bagian dari

tipe karst tropis.

Stratigrafi

Pegunungan Selatan khususnya

Jawa

Tcngah-Daerah

Istimewa

Yogyakartit lersusun oleh bcberapa fbrmasi, dari tua kc muda tercantum pada Tabcl

l.

DASAR

TEORI

Seperti yang sudah didefinisikan

oleh Ford dan

Williams

(1992), maka secara umum karst mempunyai

cirri

:

1.

Terdapatnya

cekungan tcrtutup dan

atau lembah

kering

dalam bcrbagai ukuran dan bentuk.

2. Langkanya

atau

tidak

terdapatnya drainase/sun gai permukaan.

3.

Terdapatnya gua dari sistcm drainase bawah tanah.

Selanjutnya dil<atakan bahwa

secara

umum komponen aliran karst

dibedakan menjadi 2 tipe

yaitu

: aliran t:ondnit

dan

aliran

dffise

(Gambar 41.

Aliran dffitse men-sisi sr-rngai bawah tanah

secara

seragam

dan

perlahan-iahan melalui retakan-rctakan

yang herukuran

I 0-:l-

10

mm (Bonacci, 1990) sebagai aliran infiltrasi dari zone simpanannya

di

pcrmukaan bukit karst. Scbagai ilustrasi aliran tipe

ini

menetcs atau merembes

pada

ornamen

gua. Kemudian untuk

aliran conduit bergcrak dengan cepat

dari

permukaan

menuju sungai bawah tanah

melalui lorong-lorong yang besar berukuran 102-104 mm atau

lebih,

atau scring disebut sebagai saluran terbuka. Akibatnya,

jika ada

masukan aliran SFKOIAH TINGGITFKNO1 061 NAS:ONA1 17 0osemhor,011 亀金電

(7)

S[MINAR NAS:ONAL ke 6 Tahun 2011:Rekayasa Teknologiindustri dan informasi

yang besar melalui pclorongan

ini.

maka

air

di sungai bawah tanah akan cepat naik dan semua pencemar dapat ikut nrasuk ke dalamnya.

Tabel l.Tatanan Stratigrati Regional

Daeriih Pcgunungan

Selatan. dari

bcberapa peneliti (Hendratno, 1999, vidc Winarti, 2005)

Gambar 4.

Aliran

Difu.te clan conduit

di

ak-uifer karsr (White, 1988)

Aliran air

tanah akan dimulai pada daerah rcsapan

air

tanah (recharge

lone).

Daerah ini

adalah wilayah dimana air yang

berada di permukaan tanah

baik air hujan

ataupun air

permukaan mengalami proses

penyusupan

(infiltrasi)

secara _eravitasi

mclalui

lubang pori

tanah/batuan atau celah/rekahan

pada

tanah/batuan.

Proses

infiltrasi ini

akan berakumulasi pada satu

titik

dimana

air

tersebut menemui suatu

lapisan ataLr struktur batuan yang bersifat kedap

air

(.iz1psyppabel1.

Titik

akumulasi

ini

akan

mcn'rbentuk suatu zona

jenth

air (saturated Tctne) yang seringkali disebut sebagai daeraLh luahan air tanah (discftarge ione). Perbedaan kondisi

fisik

secara

alami akan

mengakibatkan

air

dalam zonasi

ini

akan bergerak/mengalir

baik

secara gravitasi, pcrbedaan tekanan.

kontrol

struktur batuan clan paramet.er

lainnya. Kondisi

inilah

yang disebut

sebagai

aliran

airtanah. Daerah

aliran

airtanah

ini

selanjutnya disebut sebagai daerah aliran

(flov pne).

Dalam nilai

stralegisnya pada kebcradaan

air,

kawasan

karst

sangatlah

unik.

Dikatakan

unik

karena kondisi

air

tanah pada batuan karst sangat

rumit dan

khas,

tidak bisa

disamakan dengan kondisi air tanah pada batr-ran antar butir atau celahan.

Di

antara keunikan tersebut antara lain :

l.

Pada

suatu

kawasan

karst. batu

gamping umumnya bertindak sebagai

akuifer

utama yang dialasi oleh batuan kedap

air.

sehingga

semua hydrolic event seperti

imbuhan,

keluaran. dan aliran air tanah

akan berlangsung pada batugamping karst torsebut

2. Air

cli kawasan karst bergcrak melalui sistem retakan, celahan. gua. sedangkan

di

kawasan

bukan karst gerakan air tanah

mengalir mclalui

pori

antar

butir

atau cclahan dengan jumlah sangat kecil.

Airtanah pada kawasan karst

akan membentuk aliran melalui saluran, medianya akan bersifat heterogen. Aliran air tanah akan bergerak

lebih

cenderung bersifat turbulen

atau

berputar. Dengan

demikian air

yang

mengalir melalui

lorong-lorong

gua

dapat

dianggap sebagai akuifer utama

yang berbentuk

sungai bawah tanah

sedangkan

yang mengalir melalui celah

atau retakan batuan sebagai cabangnya.

Sebagian

kecil

airtanah

mengalir

melalui ruang antar butir atau retakan sempit dikenal

sebagai air perkolasi. Air

perkolasi

merupakan aliran difusi yang

mengalir lambat dan bertindak sebagai cadangan untuk mengimbuh pada

air

tanah

yang

ada pada akuifer utama terutama pada musim kemarau.

Air perkolasi di

kawasan

karst

bergerak dengan kecepatan beragam tergantung dan

derajat karstifikasi dan jaringan

sistem percelahan yang sudah terjadi. Jaringan

ini

bisa terbentuk dalam daerah yang cukup luas.

,い鞍4を

'壼 菫

"簗 ,

ヽFKOIAH TINCGITFKN∩

1 061 NAS10NA1 17 0o、

OmhOr,011 ■,■

‐ 鴇

1亀

1多

`'│ヽ'繁

:

鷲=ilゝ〕拳

書瞥 襲

::輩

難議席ζ 観

懇錮 進

i

l″

髪肇

ti電

1摯

=l・

1摯t輩

えヽ

纂 鷲 率´ ず 鵞

〓一一一嚢峯 ‘

, 〓露漱′F

. ´‘︼

〓″

・一■

・”一′ 一■ 予

糠蒙一4“〓■

1奪

′〓“後一事〓

澤 壕 霊 嘉一     一ビ 聾ぃ 鷲

〓●■●“ 一”,, I〓 i■

・    ´ 壺

・・ ´ 一 t奉L 一・摯瑳■夕

. 琴

I幸

・  T鷺

. 醸

﹀■︶﹂響一﹁

i蘇 吝

(8)

SEMINAR NASiONAL ke 6 Tahun 2011:Rekayasa Teknologilndustri dan lnformasi

5.

Pada saat musim pcnghujan kawasan karst mendapat imbuhan air yang mcngalir ntelalui saluran. Tampungan

air ini

dikenal sebagai

akuifer cpikarstik. Akuil-er

epikarstik menampuns

air hujan

yang masuk melalui saluran, sehingga pada saat tcrjadi hujan lebat

terjadi banjir. Jika

akuif-er

ini tidak

bisa menarnpung

lagi air.

rnaka akan terjadi arus

balik yang

menycbabkan terjadinya aliran turbulen.

Aliran ini

sangat penting

di

dalam

proscs

pembentukan

karst. karena

aliran turbulcn tersebut akan melarutkan batuan dan memperbesar

lubang retakan

batuan.

Akibatnya

kemampuan

akuif'cr

epikarstik dalam menampung dan mcngalirkan air hujan

mcnjadi

semakin

lebih

besar. Pada musim

kemarau, akuif'er epikarsttik

mongalirkan airtanah secara perkolasi

ke

dalam saluran utama. Pada musim kcmarau panjang secara berangsur

akuifer ini

menghilang (menjadi

kering). Terbentuknya kembaii

akuif'er memerlukan

waktu yang lama dan

tidak cukup dengan hujan lebat yangjatuh scketika

akan tetapi

memerlukan

waktu

berbulan bulan.

6. Di

bagian dalam karst terdapat akuif'er yang disusun oleh jaringan celah. retakan, dan gua

yang saling berhubungan. Akuil'er

ini

membcntuk subsistcm tersendiri

yang

memiliki

keccpatan aliran lambat atau cepat tergantung

porositas

sekunder

yang

ada.

Kebcradaan subsistcm

ini pcnting

untuk menentukan

sillt

dan

pola

aliran

air

tanah,

selain menjadi faktor pencntu

sistem hidrolika karst yang heterogcn.

Mengacu pada

Cuijic.

1918(vide

Adji &

Nurjani, 1999) dalam batugamping karst tcrdapar 3 zona hidrologi (Gambar

5),

yaitu zona kering yang didominasi oleh aliran sccara vertkal. Zonii pcralihan dengan

aliran

sccara

vertikal

relatif

masih dominan dan setempat

ditandai pemunculan matair periodik. serta zona.jenuh air

yang didominasi oleh aliran horizontal

yang mengalir ke arah dacrah lubah.

Gambar

5.

Zona

hidrologi

pada sistem

akuittr

karst

(Cuijic. l9l

8 vide

Adji &

Nurjani.

I 999)

HASIL

DAN

INTERPRETASI

Bcrdasarkan

hasil kajian

lapangan maka diperolch data kedalaman muka

air

tanah

di l2 tempat yan-q tersebar di wilayah

daerah penclitian (Tabel 2).

Tabcl

2. Data kedalarnan muka muka airtanah di daerah penclitian

Data sekunder dari hasil

pengukuran

geolistrik di

Desa Karangrejek

(3 ritik)

(CV.

Gcokarya, 2002) dipcroteh hasil berupa variasi batuan yang bcrupa :

1. Lapisan

penLrtup

(soil), terdiri dari

pasir"

lepas. lempung. lanau. kerikil.

3

Satuan napal. merupakan campllran lempung dan karbonat. sangat impermeable dan sancat tidak poros.

Satuan napal pasiran, batuan dorninan napal yang bercampur dengan pasir. tetapi dominan napal.

Satuan pasir napalun. hatucn campumn pasir napal tapi dominan pasir, agak permeabel dan agak poros.

5 Satuan pasir gampin_Fan, batuan pasil‐

gampingan, sangat porOs dan pcrmcablc, sangat baik scbagai akuifcr

6 Satuan pasir dcngan fagnlcn gamping, tcrdiri dari pasir gampingan yang banyak mcngandung fragnlcn gamping dcngan tlkuran 2-10 cm

7 Satuan batugamping,tcrdiri dari batugamping bcrlapis,kalkarcnit

TINGGITFKNO1 061 NAS10NA1 17 nosOmhor,oll ■1=

N 0

LOKASI

Elevasi

(m)

M.A.T

(m)

Tingg

i bibir sulnu r(m)

Selisih

Kedala man

(111)

DUSUN/

DESA

KECAⅣ

ATAN

I

1 Wareng Wonosari 34,200

12

2

Siraman Wonosari

19,580

3 Pulutan Wonosari

11,800

1 108

4 ヽ

Viladeg

i

Karangm oio

175

16,000

145

5

Pivaman Wonosari

9.450

177

6

Duwet Wonosari 172

5.170

1

7 Balehafo Wonosari 8、720

8 Wiladcg

2

Semanu

18,670

9

Wonosari Wonosari

18,750

13

Selang Wonosari

14,750

15 133

Pulutan 1 Wonosari

11.800

1

Semaru Wonosari 25,650

15 242

SFKO:AH

(9)

SEMINAR NAS10NAL ke 6 Tahun 2011:Rekayasa Teknologiindustri dan lnformasi

8. Satuan batugamping massif, terdiri

dari batugamping

masif, yang

merupakan reef atau terumbu karalg.

Data-data

di

atas diproses

(Map Info

dan Surfer), untuk mengetahui gambaran pola aliran

air bawah tanah, tentunya

jluga dikompilasi dengan topografi daerah setempat.

Hasil

akhir

pengolahan data tersaji pada Gambar

5.

Sedangkan

yang bertindak sebagai

lapisan akuifer di daerah kajian adalah napal pasiran dan

pasir napalan

(berdasarkan

data

pengukuran geolistrik ).

Hasil akhir peta aliran airtanah,

dapat

diketahui bahwa kedalaman muka

airtanah cenderung dalam berada

di

bagian darat daya yaitu sekitar daerah Wareg, Duwet dan Siraman.

Kedalaman

mukaair tanah di

daerah tersebut

mencapai >29 m.

Sedangkan

daerah

yang mempunyai kedalaman attanah paling dangkal

Seperti pada daerah Wonosari, Semanu dan

Wareg yang

seca.ra

umum

topografinya rendah (<170 m), justru menjadi pusat pancaran

air. Artinya pada

daerah-daerah tersebut air bawah tanah memancar atau mengalir menuju

daerah sekitarnya yang justru

mempunyai

topografi lebih tinggi. Aliran air dari

Wareg

bergerak menuju daerah Pulutan,

sehingga

disekitar daerah Pulutan relatif

dangkal mukaairtanahnya. Aliran air dari daerah Semanu berrgerak menuju ke arah barat (daerah Selang,

ada

di

bagian timur, utara dan barat laut (daerah

Piyaman, Wiladek dan Puludan)

dengan kedalaman <15 m.

Beda elevasi antara daerah terendah dengan tertinggi

di

daerah kajian tidak terlalu menyolok yaitu hanya sekitar 70 m. Daerah dengan elevasi rendah dicirikan oleh warna biru tua, sedangkan

warna biru muda sampai hijau

mencirikan

topograli

semakin

tinggi. Kompilasi

antara kedalaman

muka airtanah

dengan elevasi, menunjukkan adanya pola aliran airtanah. Secara umum dapat terbaca bahwa pola aliran berasal

dari

bagian barat daya (Wareg), bagian utara (Piyaman), bagian tengah (Wonosari) dan dari

bagian tenggara (Semanu). Air

terlihat memancar

ke

segala arah. Apabila

dilihat

dari ketinggian, arah pancaran

air

tersebut terlihat bahwa

tidak

selalu berasal

dari

topografi yang tinggi.

Gambar 5. Kompilasi kcdalaman sumur dengan topografi untuk mengetahui pola aliran airtanah

Wiladek)

sehingga

di

daerah

ini

.juga rclatrr dangkal muka airtanahnya.

Akan tetapi tidak semua aliran airtanah Jr dacrah terscbut seperti yang diuraikan

di arl.

Pola aliran air yang mengalir dari

topogni:

tinggi

menuju

ke

topografi rendah

juga

dap,.

dijurnpai

di

daerah penelitian. Hal

ini

terlihat u.

daerah

sekitar

Piyaman. Pada daerah

ini

ar:

cendcrung

mcngalir dari tinggian

mcnu.ju k.

topografi yang

rclatif

lebih rendah yaitu dacr:,:

Wiladek.

声ETA A註;RA甕

A'R

勢壊ёFal κar議奮t

it1111,71■1"●

A,嚢

=│■

::名菱 響へ姜

'SI■孝4

1‐簗卦鶴│ヽ轟1鐵準ka奥:

h漁″

贔一 一一一

・  一

〓一 一

︲.″一一嬌 t■一一■■■ ︲“ず 、■︲■■.一

, 一一一

SFK01AH TIN661TFKNO1 0G:NAS:ONA1 17 DosOmhor,011

(10)

SEMINAR NASIONAL ke 6 Tahun 2011: Rekayasa Teknologi lndustri dan lnformasi

Akibatnya di daerah Piyaman

mempunyai kcdalaman airtanah

yang lelatif lebih

dalam dibandingkan dacrah Wiladog.

Mendasarkan pada uraian

di

atas, maka dapat diktitakan bahwa pola aliran

air di

dacrah

ponelitian Lidak selalu

berasal

dari

tinggian menuju daerah yang lcbih rcndah. Daerah karst

khususnya Wonosari arah aliran air

tidak tergantung pada

topografi

pcrmukaan, artinya pada dacrah rendahan

tidak

selalu akan mudah

untuk

nrendapatkan

air. contohnya

Desa Warcng, Wonosari ataupun Semanu. Bcgitu pula scbaliknya

di

daerah Pulutan yang merupakan dacrah tinggian lebih mudah untuk mendapatkan air. Hal

ini.

dimungkinkan karena sistcrn akuifbr yang ada

di

dacrah penelitian

memilki

sistern rekahan dan pclarutan. Aliran air di dalam sistem akuif-er pada daerah karst tersimpan dan bergerak

dalam

sistem celahan

yang

menyebar dengan

cara dan kedalaman yang

berheda-beda tergantung pada pola rekahan.

KESIMPULAN

1. Kedalaman muka airtanah di

daerah

penclitian bervariasi. Pada bagian darat daya ccndcrung muka airtanahnya (>29

m)

yaitu sckitar daerah Warcg, Duwet dan Siraman.

Sedangkan muka airtanah dangkal (<15 m) bagian

timur.

utara

dan

barat

laut

(dacrah

Piyaman, Wiladek dan Puludan).

2.

Pola aliran

air di

daerah pcnolitian ada yang memancar atau mengalir dari topografi tinggi menuju

ke

rendah seperti

di

Piyarnan yang mengalir ke arah Wiladek. Seclangkan aliran

air yang mengalir dari topografi

rcndah menuju

ke tinggi tcrlihat di

daerah Warek yang mcngarah ke daerah Pulutan. Aliran air

dari

daerah Semanu berrgelak menu.ju ke Sclang,

Wiladek. Aliran air dari

Wonosari

menuju kc arah

Pulutan ataupun

kea

rah Sclang.

3.

Daerah Semanu

yang

mcnrpunyai elevasi

tinggi, memiliki pola aliran

mengarah ke daerah Selang yang

memiliki

elevasi lebih rendah.

4.

Pola

aliran

tersebut dapat dipengaruhi oleh

rekahan pada batugamping

sebagai

akuil'ernya. schingga perlu dilakukan kajian lebih laniut mengenai pola retakan yang ada di dacrah penelitian.

5. Daelah yang dianggap mudah

untuk mendapatkan

air ada di daerah

Selang, Wiladeg dan Pulutan.

DAFTAR PUSTAKA

Adii.

T.N., Nurjani, E..1999. Optimosi Airtonalt Karst Sebagai Pema.sok Air Dome.stik Patla Kawa.yan

Rritis Air di Gunung

KiduL,

Laporan Penelitian

MAK

5250,

LP

UGM, Yogyakarta.

Bikwanto. R., Handoko, Firmansyah,

R., Hidayat, R., 201 1, Studi

Akufer Air

Tanah

di

Daeruh Karst Wonosorl. Laporan PKM-

P.

CV.Geokarya, 2002. Laltorun

Pekerjaan Pemboran Suntur Produksi

di

kabultttten SlemcLn, Gunungkidul

dan

Kulon Progo

Fcrrd. D. ancl Williams. P. 1992.

Karst Geomorphologt und

Htdrolog\,

Chapman and Hall. London.

Fakultas Kehulanan. 1993. PenyLrsunan Arcthan

Konsen,asi Tanah don Air di

Daerah Tangkapan

Air Cuo Bribin

Kabupaten

Gunung Kidul DlY.

Ker.jasama ontara

Dinas Kchutanan DIY -

Fakultas

Kehutanan UGM Yogyakarta.

Mac

Donald and Partners, 1981, Cave Sw've,-,

Greater Yogtakarta

Groundwater Re,source,s Srnrl.1,,

Vol

3C., 72p. lndoncsia

White, W.B.. 1988. Geomorphoktgy

and

H,-drolog: o.f Karst

Te

rrain.

Oxlbrd

Llniversity Press, New York.

Winarti.

2005. Studi Ketebalan Tanah Dengan Metode GeoLi.strik Hubungannyu Dengun KesLtburan

Tanah di Daerah

Genjahan

Kecornatan Ponjong

Kabupoten

G unun gkid ul D aerah I stimeyt a Yo gy aka rta, Tesis.

SEKOLAH TINGGITEKNOLOGI NAS10NAL,17 Desember2011 3ま ,

Gambar

Gambar 3. Kcnampakan  karst  dari Foto  Udara (a) dan lapangan  (b)
Tabel  l.Tatanan  Stratigrati  Regional  Daeriih Pcgunungan  Selatan.  dari  bcberapa  peneliti (Hendratno,  1999, vidc  Winarti,  2005)
Gambar  5.  Zona  hidrologi  pada  sistem  akuittr karst  (Cuijic. l9l  8 vide  Adji &amp;  Nurjani.
Gambar  5. Kompilasi  kcdalaman  sumur  dengan  topografi  untuk mengetahui  pola  aliran airtanah

Referensi

Dokumen terkait

Sumber Daya Manusia (SDM) pada perpustakaan perguruan tinggi memegang peranan penting dalam keberhasilan perpustakaan menjalankan fungsinya serta berperan dalam

Hasil tema KKS Pengabdian yang dicapai oleh LPM UNG dalam jangka panjang untuk suatu seri program KKS Pengabdian untuk pemberdayaan kelompok pengusaha stikmjagung

Profesor McGonagall bergerak lebih cepat dari apa yang bisa Harry percayai: tongkatnya megiris udara dan untuk sedetik Harry mengira Snape telah rubuh, tak sadar, tapi dengan

Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik terbesar terjadi di koridor ekonomi Jawa yaitu sebesar 99 persen di tahun 2010, hal ini dimungkinkan bahwa di koridor tersebut

Province City Provider Name Address Telp Fax.. 1 ACEH BANDA ACEH TENGKU FAKINAH BANDA ACEH,

Jangkauan penelitian dalam penulisan skripsi ini meliputi kasus para tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negri khususnya Arab Saudi dan peran serta

Utility Approach ) → kpuasan konsumen bisa diukur dg uang or satuan lainc. Ordinal Utility Approach (

Robot Beroda atau Wheeled Mobile Robot adalah konstruksi robot yang ciri khasnya mempunyai aktuator berupa roda untuk menggerakkan keseluruhan badan robot tersebut, sehingga