• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Informasi Aspirasi Online Berbasis Web Menggunakan Pemodelan Reuse-Oriented Development (Studi Kasus : DPM Universitas Brawijaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Sistem Informasi Aspirasi Online Berbasis Web Menggunakan Pemodelan Reuse-Oriented Development (Studi Kasus : DPM Universitas Brawijaya)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya 1174

Pengembangan Sistem Informasi Aspirasi Online Berbasis Web Menggunakan Pemodelan Reuse-Oriented Development

(Studi Kasus : DPM Universitas Brawijaya)

Ali Fikri1, Ismiarta Aknuranda2, Fajar Pradana3

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstrak

Sebagai lembaga legislatif DPM UB mempunyai fungsi untuk mengadvokasi aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa ataupun lembaga lain dalam struktur LKM UB. Namun, kurang maksimalnya layanan penyampaian dan penyerapan aspirasi yang diterapkan mengakibatkan minimnya aspirasi yang diterima, sehingga berdampak pada kurang optimalnya kinerja organisasi tersebut. Untuk mewujudkannya, maka diperlukan implementasi good student governance agar dapat mengoptimalkan pelayanan yang disediakan. Bersadarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu intrumen teknologi informasi yaitu dengan mengembangkan sistem informasi aspirasi yang berbasis online. Metode pendekatan yang digunakan adalah reuse-oriented development model agar mendapatkan kualitas dan produktivitas yang lebih tinggi dalam proses pengembangannya. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah studi literatur, pemodelan proses bisnis, analisis persyaratan, analisis komponen, modifikasi persyaratan, perancangan dengan komponen, implementasi, pengujian dan analisis. Untuk keperluan pembangunan sistem, dihasilkan 2 model proses bisnis as-is, 1 model proses bisnis to-be, serta menghasilkan 10 use- case sistem. Hasil uji validasi sistem menyatakan 100% valid, rata-rata hasil uji kompatibilitas sebesar 89%, hasil uji penerimaan pengguna sebesar 81%, dan hasil uji efisiensi waktu sebesar 84,4%. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi yang dikembangkan menggunakan metode reuse-oriented dapat diterima dan memberikan dampak yang positif bagi LKM UB.

Kata kunci: Aspirasi, DPM, LKM, Pengembangan Sistem Informasi, Reuse-oriented.

Abstract

As a legislative institution, DPM UB has a function to advocate for aspirations delivered by students or other institutions in the structure of LKM UB. However, the lack of service delivery and absorption of aspirations that were implemented resulted in a lack of aspirations received, resulting in an underperformance of the organization. To make it happen, it is necessary to implement good student governance in order to optimize the services provided. Based on these problems, an information technology instrument is needed, namely by developing an online aspiration information system. The approach method used is a reuse-oriented development model to obtain higher quality and productivity during the development process. The steps taken in the study are literature studies, business process modeling, requirements analysis, component analysis, requirements modification, design using components, implementation, testing and analysis. For system development purposes, were produced 2 as-is business process models, 1 to-be business process model, and generate 10 use-case system. The system validation test results stated 100% valid, the average results of compatibility tests were 89%, the results of user acceptance tests were 81%, and the results of the time efficiency test were 84.4%. So from these results, it can be concluded that the use of information technology developed using reuse-oriented methods can be accepted and have a positive impact on LKM UB.

Keywords: Aspiration, DPM, LKM, Information System Development, Reuse-oriented.

(2)

Dalam menjalankan fungsinya, aspirasi sangat penting bagi DPM UB, karena dapat melakukan advokasi, menentukan pengambilan keputusan atau merumuskan kebijakan dengan adanya aspirasi tersebut. Dalam penyerapan aspirasi, DPM UB menyediakan layanan menyampaikan aspirasi secara langsung melalui sekretariat DPM UB dan melalui kegiatan Safari Fakultas.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan anggota komisi III DPM UB, menyatakan bahwa terdapat kendala yang dihadapi dalam menyerap aspirasi mahasiswa sehingga berdampak pada kurang optimalnya kinerja DPM UB. Padahal menurut Siregar, et al.

(2016) peran aktif mahasiswa dalam mengawasi maupun berpartisipasi menjalankan organisasi kemahasiswaan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kinerja organisasi sehingga dapat mewujudkan fungsi dan tujuan organisasi tersebut. Penyebab kurangnya aspirasi dapat dikarenakan banyaknya mahasiwa yang cenderung apatis (kurang peduli) terhadap lembaga kemahasiswaan yang ada dan juga disebabkan karena pelayanan aspirasi dari organisasi tersebut memang kurang maksimal yang berdampak pada lambatnya penyerapan aspirasi. Sekretaris jenderal DPM UB berdalih bahwa anggotanya tidak mampu menemui berbagai elemen mahasiswa secara langsung karena disibukkan dengan agenda-agenda lain termasuk karena statusnya juga masih sebagai mahasiswa aktif yang juga sibuk dengan tugas dan jadwal kuliah. Oleh karena itu diperlukanlah good student governance atau tata kelola organisasi yang baik dapat melayani kebutuhan aspirasi dengan mudah dan harapannya mampu mengurangi sikap apatis mahasiswa terhadap kinerja lembaga kemahasiswaan dalam struktur LKM UB.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan penerapan suatu sistem informasi yang dapat menunjang kebutuhan mahasiswa dan DPM UB itu sendiri. Karena sistem ini memiliki kemiripan fungsi dengan sistem

“LAPOR” yang ada di BEM FILKOM UB, maka akan dilakukan analisis untuk mendapatkan komponen yang dapat digunakan ulang agar dapat mempercepat proses

pemodelan reuse-oriented, karena Baldassarre, et al. (2005) menyatakan bahwa semua pengembangan berorientasi penggunaan ulang yang ditelitinya mengarah ke kualitas dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional (waterfall). Maka dari itu, dalam pengembangan sistem ini menggunakan pemodelan reuse-oriented development agar dapat menghemat waktu dan tenaga kerja pengembangannya. Karena, rekayasa perangkat lunak berorientasi reuse memiliki keuntungan dalam mengurangi jumlah fungsi yang dikembangkan, biaya, risiko dan pengembangannya akan lebih cepat (Sommerville, 2011).

2. LANDASAN TEORI 2.1. Aspirasi Online

Kata aspirasi berasal dari kata aspire yang mempunyai makna menginginkan atau bercita- cita. Aspirasi adalah harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang (KBBI, 2018). Menurut Hurlock (1979) arti aspirasi adalah keinginan yang sangat kuat yang ditandai dengan usaha untuk meraih sesuatu hal yang dipandang lebih tinggi dan lebih bernilai dari keadaan sekarang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kata aspirasi online dalam penelitian ini berarti bahwa permintaan oleh pihak mahasiswa atau lembaga secara daring (dalam jaringan) kepada DPM UB untuk menindak sesuai undang- undang yang digunakan dalam LKM UB.

2.2. Reuse-Oriented Development

Reuse-oriented development atau reuse- oriented software engineering merupakan salah satu pendekatan sistematis dalam pembuatan produk rekayasa perangkat lunak (Sommerville, 2011). Sommerville menjelaskan bahwa reuse- oriented development adalah suatu pendekatan yang didasarkan karena adanya sejumlah komponen reusable, model pengembangan ini berfokus untuk mengintegrasikan komponen- komponen yang sudah ada ke dalam suatu rancangan sistem daripada mengembangkannya

(3)

dari nol.

Pada Gambar 1 menunjukkan diagram alir model reuse-oriented development yang terdiri dari beberapa tahapan, meskipun tahap spesifikasi persyaratan awal dan tahap validasi sistem sebanding dengan model perancangan lainnya, namun berbeda pada tahapan intermediate dalam proses reuse-oriented (Sommerville, 2011), berikut ini merupakan penjelasan dalam tahapan intermediate reuse- oriented development:

1) Component analysis, dilakukan untuk mencari komponen yang sesuai dengan spesifikasi, biasanya tidak ada kecocokan yang tepat, hanya tersedia beberapa fungsi tertentu saja dari yang diperlukan namun tetap dapat digunakan.

2) Requirements modification, dari komponen reuse yang ditemukan kemudian dilakukan modifikasi terhadap persyaratan agar sesuai dengan komponen. Jika persyaratan tidak memungkinkan dimodifikasi, maka analisis komponen dapat dilakukan ulang untuk mendapatkan solusi alternatif.

3) System design with reuse, fase ini melakukan perancangan desain sistem dengan menggunakan komponen reuse.

Apabila komponen tidak tersedia, maka dimungkinkan untuk memodifikasi yang tersedia atau merancang komponen baru.

4) Development and Integration, jika komponen reuse tersedia, maka akan diintegrasikan untuk membentuk suatu sistem yang baru, namun ketika komponen tidak bisa diperoleh secara eksternal, maka diperlukan suatu pengembangan baru.

Integrasi sistem dalam model ini lebih baik menjadi bagian dari proses pengembangan dari pada menjadi bagian terpisah.

Dalam pengembangan perangkat lunak berbasis reuse dapat mengurangi waktu dan biaya. Modul dan kelas yang digunakan ulang dapat mengurangi waktu implementasi, meningkatkan kemungkinan bahwa penggunaan

dan pengujian sebelumnya telah menghilangkan bug dan melokalisasi modifikasi kode ketika memerlukan perubahan (Tahir, et al., 2016).

3. METODOLOGI

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan-tahapan yang harus dilalui, dalam Gambar 2 berikut ini merupakan gambaran alur dari setiap tahapan penelitian.

Gambar 2 Diagram Metodologi Penelitian Metode penelitian ini dimulai dengan studi literatur untuk memahami teori terkait penelitian yang dilakukan. Selanjutnya pemodelan proses bisnis yang dilakukan untuk mendefinisikan proses serta memodelkan aliran aktivitas bisnis dan prosedur yang berjalan. Analisis persyaratan merupakan tahapan untuk mengetahui spesifikasi persyaratan yang dibutuhkan sistem.

Analisis komponen merupakan tahapan pengumpulan komponen yang dapat digunakan Gambar 1 Diagram Reuse-Oriented Development

(4)

ulang dalam penelitian. Modifikasi persyaratan merupakan tahapan untuk menentukan modifikasi yang akan dilakukan. Perancangan dengan komponen merupakan tahapan merancang arsitektur sistem yang akan diimplementasikan berdasarkan komponen reuse yang tersedia. Implementasi merupakan tahapan pengembangan sistem dan melakukan integrasi terhadap komponen reuse sehingga membentuk sistem baru. Tahapan terakhir yaitu pengujian dan analisis untuk menjamin sistem sudah memenuhi harapan sesuai spesifikasi persyaratan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemodelan Proses Bisnis

Hasil identifikasi pemodelan proses bisnis saat ini (as-is) pada layanan aspirasi DPM UB dengan melakukan wawancara pada anggota DPM dan melakukan observasi lapangan didapatkan dua cara menyampaikan aspirasi, yaitu: melalui sekretariat DPM UB dalam Gambar 3 dan melalui kegiatan Safari Fakultas dalam Gambar 4. Dari kedua model bisnis tersebut ditemukan kekurangan dan kelebihan mengenai pelayanan saat ini yang diuraikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kelebihan & kekurangan proses bisnis saat ini

Kelebihan 1. DPM UB lebih merasakan permasalahan mahasiswa karena bertemu secara langsung dengan mahasiswa/lembaga.

Kekurangan

1. Mahasiswa/lembaga diharuskan bertemu dan bertatap langsung dengan anggota DPM UB.

2. Pencatatan masih dilakukan secara manual kedalam format excel.

3. Mahasiswa/lembaga tidak bisa memantau perkembangan aspirasi yang disampaikan.

4. Membutuhkan waktu yang lama karena mahasiswa/lembaga harus datang ke sekretariat DPM UB atau menunggu anggota DPM UB melakukan Safari Fakultas.

5. Belum adanya server basis data yang dapat di akses dari mana saja.

6. Pelayanan menjadi tidak maksimal ketika anggota DPM UB bagian advokasi tidak ada atau tidak dapat ditemui.

Selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengatasi kekurangan pada pemodelan proses bisnis as-is yaitu dengan membuat model proses bisnis usulan (to-be) dengan memanfaatkan sistem informasi berbasis online.

Dalam model bisnis ini mahasiswa/lembaga dimodelkan agar tidak terhubung secara langsung dengan anggota DPM UB, melainkan dilayani oleh sistem yang dikembangkan. Dari Gambar 3 Pelayanan aspirasi melalui sekretariat DPM UB (as-is)

(5)

proses penyampaian sampai mendapatkan hasil aspirasi dilakukan menggunakan sistem.

Pada Gambar 5 merupakan pemodelan dari proses bisnis usulan (to-be) yang ditawarkan, dimulai dari mahasiswa/lembaga yang mengakses sistem, menyampaikan aspirasi menggunakan sistem, mendapatkan notifikasi yang berisi ID aspirasi melalui email, memantau perkembangan menggunakan ID aspirasi, memberikan tanggapan hingga mendapatkan hasil tetap melaui sistem. Sedangkan bagi DPM UB tidak perlu bertemu mahasiswa/lembaga dan tidak perlu mencatat aspirasi lagi karena disimpan otomatis oleh sistem. Anggota komisi

III cukup mengakses halaman admin sistem untuk mengelola aspirasi yang telah disampaikan mahasiswa/lembaga.

Untuk kelebihan dan kekurangan dari model proses bisnis usulan (to-be) pelayanan aspirasi ini diuraikan dalam Tabel 2.

Gambar 4 Pelayanan aspirasi melalui DPM UB Safari Fakultas (as-is)

Gambar 5 Model proses bisnis pelayanan aspirasi usulan (to-be)

(6)

Kelebihan

3. Mempercepat proses penyampaiannya karena tidak mengharuskan datang ke sekretariat DPM atau mengikuti kegiatan Safari Fakultas.

4. Otomatisasi penyimpanan data aspirasi mahasiswa ke dalam basis data sehingga tidak memerlukan tenaga anggota DPM lagi.

5. Klasifikasi aspirasi dapat dilakukan menggunakan sistem secara otomatis.

6. Mahasiswa/lembaga dapat memantau dan menerima notifikasi perkembangan, tanggapan dan hasil dari aspirasinya melalui sistem.

7. Mahasiswa dapat memberikan tanggapan/

feedback atas aspirasinya.

Kekurangan 1. Membutuhkan koneksi internet untuk mengakses sistem.

2. Layanan tidak dapat beroperasi jika terjadi server down.

4.2. Analisis Persyaratan

Pada tahap analisis persyaratan dilakukan proses elisitasi kebutuhan, identifikasi aktor, spesifikasi kebutuhan, verifikasi dan validasi.

Proses-proses dalam tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan spesifikasi persyaratan sistem yang dilakukan dengan metode wawancara kepada stakeholder dan observasi lapangan.

Berikut dalam Tabel 3 merupakan hasil dari spesifikasi persyaratan fungsional.

Tabel 3. Persyaratan Fungsional Sistem

Kode Persyaratan Fungsional PF-01 Login

PF-02 Logout

PF-03 Melengkapi identitas PF-04 Memperbarui identitas PF-05 Mengirimkan aspirasi PF-06 Mendapatkan email notifikasi PF-07 Mengelola daftar aspirasi PF-08 Melihat statistik aspirasi PF-09 Mencatat perkembangan aspirasi PF-10 Memberikan tanggapan aspirasi PF-11 Memantau perkembangan aspirasi PF-12 Membuat akun lembaga

PF-13 Menghapus akun lembaga

yang dapat digunakan untuk menggambarkan interaksi aktor dengan sistem, Gambar 6 berikut ini merupakan use-case dari Sistem Informasi Aspirasi Online pada DPM UB.

Gambar 6. Diagram Use Case SIAP Online DPM UB

Sedangkan untuk persyaratan non- fungsional sistem berkaitan dengan security, usability, compatibility dan accessibility.

4.3. Analisis Komponen

Tahapan analisis komponen dilakukan untuk mencari komponen yang sesuai dengan spesifikasi persyaratan (Sommerville, 2011).

Sommerville menambahkan bahwa komponen yang telah ditentukan biasanya tidak ada kecocokan yang tepat melainkan hanya tersedia beberapa fungsi saja. Dalam Tabel 4 berikut merupakan daftar komponen yang digunakan ulang beserta kegunaannya.

Tabel 4. Daftar komponen yang digunakan ulang

Nama Kegunaan

CodeIgniter Sebagai framework back-end sistem.

Source code Untuk memudahkan dalam

(7)

LAPOR BEM pembuatan fungsi dan logika yang dibutuhkan sistem.

Web Service API BAIS

Sebagai otentikasi akun mahasiswa melakukan login PHPMailer

dan SMTP

Mengirimkan notifikasi email dari sistem kepada email pengguna

Ci PHP QrCode Membuat gambar QRCode yang dapat di scan oleh pengguna

Time ago Helpers

Mengkonversi format waktu menjadi “x menutes ago” atau

“x hours ago”.

Mobile Detect

Mendeteksi dan

memaksimalkan tampilan sistem pada browser seluler dan tablet.

AdminLTE-3.0 Sebagai framework front-end sistem

4.4. Modifikasi Persyaratan

Pada tahapan ini melakukan alisis perubahan yang dibutuhkan atau modifikasi yang akan dilakukan pada komponen-komponen yang telah didapatkan. Berikut dalam Tabel 5 merupakan komponen yang dilakukan modifikasi.

Tabel 5. Daftar modifikasi komponen Nama Perubahan yang dilakukan

Web Service API BAIS

Sebelum: Output yang didapatkan dari API BAIS berupa JSON.

Sesudah: Diubah kedalam format array dan hanya diambil beberapa value saja.

Time ago Helpers

Sebelum: Menggunakan bahasa inggris, contoh: “3 minutes ago”.

Sesudah: Menjadi bahasa indonesia, contoh: “3 menit yang lalu”.

4.5. Perancangan dengan Komponen

Perancangan yang dilakukan meliputi perancangan arsitektur sistem, perancangan interaksi objek, perancangan kelas objek, perancangan basis data, perancangan dan integrasi komponen, dan perancangan antarmuka.

Dalam perancangan arsitektur sistem menggunakan pola perancangan MVC (model- view-controller). Sedangkan dalam perancangan interaksi objek digambarkan ke dalam sequence diagram yang bertujuan agar memudahkan programmer melakukan pengambangan sistem dalam membuat fungsi dan interaksi yang dilakukan antar kelas.

Gambar 7 merupakan hasil dari perancangan kelas objek yang menunjukkan

relasi dari kelas model dengan controller sistem.

Gambar 8 merupakan contoh dari diagram interaksi, yaitu diagram interaksi mengirimkan aspirasi. Sedangkan untuk rancangan basis data sistem dimodelkan dalam Gambar 9.

4.6. Implementasi

Implementasi merupakan hasil nyata dari perancangan sistem, tahap implementasi dilakukan dengan menerjemahkan desain ke dalam kode pemrograman. Dasar dari kode pemrograman yang digunakan adalah menggunakan framework CodeIgniter sebagai back-end, sedangkan untuk framework front-end menggunakan AdminLTE 3.0 yang merupakan template yang dikembangkan menggunakan dasar bootstrap. Kelas controller, model dan view yang diimplementasikan oleh Sistem Informasi Aspirasi Online (SIAP Online) pada DPM UB ditunjukkan dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Implementasi Kelas

N

o Jenis Nama

Kelas Nama File

1 Controller Aspirasi Aspirasi.php 2 Controller User User.php 3 Controller Admin Admin.php 4 Controller Mahasiswa Mahasiswa.php 5 Controller Lembaga Lembaga.php 6 Model M_Aspirasi M_Aspirasi.php 7 Model M_User M_User.php 8 Model REST_API REST_API.php 9 View File HTML User_Index.php 10 View File HTML User_Edit.php 11 View File HTML Aspirasi_Detail.php 12 View File HTML Aspirasi_Kirim.php 13 View File HTML Aspirasi_Detail_Tanggapan.

php

14 View File HTML Aspirasi_List.php 15 View File HTML Aspirasi_Statistik.php 16 View File HTML Admin_KelolaAkun.php 17 View File HTML Admin_KelolaPostingan.php 18 View File HTML Admin_Login.php

Selanjutnya adalah implementasi antarmuka, dalam implementasi ini terdapat dua antar muka utama yaitu antamuka halaman awal (home) dan dashboard sistem. Gambar 10 dan Gambar 11 merupakan antar muka home dari SIAP Online DPM UB.

(8)

Gambar 8. Diagram Interaksi Mengirimkan Aspirasi

Gambar 9. Rancangan Basis Data

Gambar 10. Antarmuka Halaman Utama Sedangkan antarmuka awal dari admin sistem merupakan halaman login saja.

Gambar 7. Diagram Relasi Kelas Model dengan Controller

(9)

Gambar 11. Antarmuka Login Admin Antarmuka dashboard mahasiswa, lembaga, operator dan admin memiliki perbedaan hak akses menu berdasarkan masing- masing tipe user, berikut pada Gambar 12-14 merupakan beberapa contohnya.

Gambar 12. Antarmuka Kirim Aspirasi

Gambar 13. Antarmuka Statistik Aspirasi

Gambar 14. Antarmuka Kelola Aspirasi 4.7. Pengujian dan Analisis

Hasil dari pengujian validasi dengan

menggunakan metode black-box dari 10 kasus uji yang dilakukan menyatakan 100% valid, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsional sistem sudah sesuai persyaratan fungsional yang ditentukan dalam analisis persyaratan.

Uji kompatibilitas mendapatkan nilai rata- rata 89% dari hasil uji menggunakan software SortSite seperti pada Gambar 15 dan Tabel 7.

Gambar 15. Hasil Uji Kompatibilitas Tabel 7. Tingkat Uji Kompatibilitas

Kategori Tingkat Kompatibilitas Critical issue 14 Berhasil dari 16 Browser

Major issue 14 Berhasil dari 14 Browser Minor issue 12 Berhasil dari 15 Browser

Gambar 16 berikut ini merupakan hasil uji penerimaan pengguna yang dilakukan pada 26 responden yang terdiri dari 15 mahasiswa, 5 perwakilan lembaga, dan 6 anggota DPM UB yang total rata-ratanya adalah 81%.

Gambar 16. Persentase hasil uji penerimaan pengguna

72%

74%

76%

77%

78%

80%

80%

80%

81%

81%

81%

82%

83%

85%

85%

87%

87%

90%

0% 50% 100%

Cara mendapatkan informasi aspirasi Jumlah penjelasan Keamanan dan kenyamanan Gambar/grafik Informasinya ringkas Mbt mengubah perencanaan/tindakan

Mbt mematuhi standar pelayanan Mbt mengambil keputusan yang baik Antarmuka sistem Respon sistem Kegunaan dalam pelayanan aspirasi Efektifitas & efisiensi menyampaikan…

Melakukan tugas berdasarkan instruksi Informasi mudah ditemukan Kegunaannya sangat jelas dan tepat Efektifitas & efisiensi mengelola aspirasi Dmpk stat. utk mengambil keputusan Dmpk stat. utk prioritas penanganan

(10)

Gambar 17. Grafik rata-rata hasil uji efisiensi waktu

Grafik pada Gambar 17 menunjukkan hasil dari uji efisiensi waktu yang didapatkan rata-rata efisiensi waktu sebesar 84,4% dengan nilai total efisiensi bagi mahasiswa atau lembaga sebesar 83,2%, dan untuk DPM UB sebesar 86,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa efisiensi waktu proses bisnis usulan (to-be) lebih baik dibanding dengan proses bisnis saat ini (as-is).

5. KESIMPULAN & SARAN

Dari seluruh tahapan penelitian yang telah dilakukan maka dihasilkan kesimpulan penelitian berikut ini:

1) Didapatkan usulan pembaruan pada pemodelan proses bisnis pelayanan aspirasi di DPM UB, yaitu dengan mengeliminasi 8 aktivitas (as-is), 5 aktivitas yang diubah dan menambahkan 4 aktivitas baru (to-be).

Sehingga didapatkan efektifitas dan efisiensi yang lebih baik.

2) Analisis persyaratan mendapatkan 17 persyaratan fungsional sistem dan 4 persyaratan non-fungsional sistem, yang dimodelkan ke dalam 10 use-case.

3) Tahapan rancangan dan implementasi sistem, mendapatkan 8 komponen yang digunakan ulang, 2 komponen yang perlu dimodifikasi, dan 6 jenis desain rancangan sistem. Sedangkan hasil implementasi menghasilkan beberapa kode program dan antarmuka sistem. Yang mana dalam proses pengembangan menjadi lebih cepat karena menggunakan pemodelan reuse-oriented.

4) Hasil uji berdasarkan 4 jenis pengujian yang dilakukan pada SIAP online DPM UB meliputi: uji validasi mendapatkan hasil 100% valid, uji kompatibilitas mendapatkan skor 89%, uji penerimaan pengguna mendapatkan skor 81%, sedangkan hasil uji efisiensi waktu mendapatkan skor 84,4%.

Saran untuk pengembangan selanjutnya

6. DAFTAR PUSTAKA

Baldassarre, M. T., Bianchi, A., Caivano, D. &

Visaggio, G., 2005. An Industrial Case Study on Reuse Oriented Development.

Hurlock, E. B., 1979. Personality Development.

New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company ltd.

KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at: https://

kbbi.web.id/aspirasi [Diakses 12 Februari 2018].

Siregar, M. R. et al., 2016. Implementasi Good Governance pada Organisasi Mahasiswa di Universitas Gadjah Mada Demi Mewujudkan Good Student Governance.

Sommerville, I., 2011. Software Engineering.

9th ed. America: Pearson Education, Inc.

Tahir, M. et al., 2016. Framework for Better Reusability in Component Based Software Engineering, pp. 77-81.

As-Is To-Be Efisiensi

Gambar

Gambar 2 Diagram Metodologi Penelitian Metode penelitian ini dimulai dengan studi  literatur untuk memahami teori terkait penelitian  yang  dilakukan
Tabel 1. Kelebihan & kekurangan proses bisnis saat  ini
Gambar 4 Pelayanan aspirasi melalui DPM UB Safari Fakultas (as-is)
Tabel 3. Persyaratan Fungsional Sistem
+4

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi yang sudah selesai dirancang harus diuji terlebih dahulu, dalam pengujian aplikasi Kedai Kopi.Net mengunakan metode boundary value analysis serta validasi,

Dalam konteks kecakapan hukum atau mampu bertindak dalam lalu lintas hukum ini, maka hal tersebut adalah merupakan salah satu perbedaan utama antara manusia dengan badan

hanya meniru pengerjaan tugas dari siswa lain yang bersungguh-sungguh mengerjakan, sehingga siswa yang hanya mengandalkan siswa lain yang aktif (benar- benar mengerjakan)

kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga proposal ini yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Penulisan skripsi ini berjudul “ Pengaruh Motivasi Belajar dan Presepsi Kelengkapan Fasilitas Laboratorium Komputer Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

No wilayah Kode Wilayah Peserta No... No wilayah Kode Wilayah Peserta

Keeratan Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian TB Paru Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 0,247 menunjukkan keeratan hubungan

Bila ikterus terlihat pada hari ke 2-3 dengan kadar bilirubin indirek 5-6 mg/dl dan untuk selanjutnya menurun hari ke 5-7 kehidupan maka disebut ikterus