• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN

TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

Analisis Masalah

Pendekatan kelompok melalui pengembangan KUBE mempunyai makna strategis dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Melalui KUBE, akan terjadi dinamika tindakan kolektif warga untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan bersama, sehingga akan mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi aktif dalam peran yang bukan saja sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara capaian-capaiannya. Dalam pengembangan ekonomi masyarakat, KUBE juga dapat dipakai sebagai media untuk meningkatkan kemampuan berusaha, mengembangkan pengetahuan dan sistem nilai yang mendukung kehidupan usaha, menyuburkan moralitas usaha yang baik, dan meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih luas seperti usaha, kerumahtanggaan, kemasyarakatan dan sebagainya.

Secara umum, pengembangan KUBE diarahkan pada peningkatan motivasi, interaksi dan kerjasama dalam kelompok, mendayagunakanan potensi dan sumber daya ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait. Mengacu pada tipologi perkembangan KUBE sebagaimana telah dijelaskan ternyata ada perbedaan tingkat perkembangan pada ketiga KUBE, padahal pada awal pembentukannya memiliki kondisi dan kualitas relatif sama. KUBE HPMBK-1 bertipologi berkembang, sedangkan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 bertipologi tumbuh. Kondisi ini jelas menunjukkan adanya ketimpangan pada tingkat perkembangan KUBE.

Tingkat perkembangan KUBE yang berbeda tersebut memunculkan permasalahan baik secara umum maupun khusus pada masing- masing KUBE. Permasalahan umum dihadapi ketiga KUBE dan permasalahan khusus hanya dihadapi KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3. Oleh karena itu analisis masalah dan kebutuhan juga disesuaikan dengan kondisi tersebut.

(2)

Permasalahan Umum pada KUBE HPMBK-1, KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3

Berdasarkan hasil kajian terhadap KUBE HPMBK-1 yang bertipologi berkembang dan KUBE HPMBK-2 serta KUBE HPMBK-3 yang bertipologi tumbuh diketahui bahwa terdapat kesamaan permasalahan yang dihadapi, yaitu: 1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE.

Baik pengurus maupun anggota belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengelolaan KUBE baik secara teknik maupun manajerial. Pengelolaan KUBE hanya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman mereka yang diperoleh secara otodidak.

2. Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha.

Modal yang dimilki anggota untuk menjalankan usaha sangat terbatas tetapi anggota kesulitan untuk menambah modal. Tambahan modal hanya mengandalkan bantuan dana bergulir dari pemerintah. Modal dari luar khususnya dari lembaga keuangan formal seperti koperasi dan bank belum dapat diakses karena adanya hambatan prosedural berupa penilaian kualifikasi perbankan yang meliputi: karakter, agunan, kemampuan mengembalikan pinjaman, modal dan kondisi ekonomi yang ditentukan.

3. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain.

KUBE belum memiliki jaringan kerjasama secara lebih luas dengan pihak lain yang dapat mendukung pengembangan KUBE. Walaupun di sekitar wilayah KUBE terdapat banyak perusahaan, pengusaha lokal dan kelembagaan ekonomi, namun KUBE tidak mampu memanfaatkan sumber-sumber tersebut. Kerjasama hanya baru dilakukan dengan satu orang pengusaha lokal dalam kegiatan terbatas.

Permasalahan yang dihadapi ketiga KUBE ini mengakibatkan kesulitan untuk mengembangkan usaha. Usaha yang dilakukan anggota tidak mengalami perkembangan secara optimal baik dalam jenis usaha maupun volume usaha. Agar dapat mencapai tujuan kelompok secara efektif dan efisien, maka kebutuhan ketiga KUBE ini adalah perlunya pengelolaan KUBE secara benar. Bagi KUBE HPMBK-1, perlunya pengelolaan KUBE secara benar merupakan kebutuhan penting.

(3)

Permasalahan Khusus pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3

Pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3, di samping menghadapi permasalahan umum juga menghadapi permasalahan khusus yang tidak dihadapi oleh KUBE HPMBK-1, yaitu:

1. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan.

Hal ini terlihat dari perangkapan tugas yang dibebankan kepada salah satu pengurus. Kepengurusan telah dibentuk, tetapi pengurus lainnya tidak aktif dalam pelaksanaan tugas. Hal ini disebabkan ketidakmampuan pengurus untuk menjalankan tugas yang telah ditentukan dan pengurus sibuk mengurus usahanya sendiri.

2. Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama. Hal ini terjadi karena kurangnya kemauan/motivasi dan kesadaran anggota dalam mematuhi aturan kelompok yang terlihat dari:

a. Sering tidak menghadiri pertemuan rutin. Pertemuan rutin dan berbagai kegiatan yang telah menjadi kesepakatan bersama sering tidak diikuti oleh hampir semua anggota yang disebabkan mereka sibuk dengan usahanya masing- masing dan kurang menyadari manfaat dari pertemuan rutin tersebut.

b. Pengembalian modal pinjaman dari beberapa anggota kadang tidak tepat waktu. Hal ini terjadi karena adanya anggapan dari beberapa anggota yang menganggap bahwa modal bantuan dari pemerintah sebagai hibah sehingga tidak perlu dikembalikan.

3. Kurangnya kerja sama antar anggota dalam mengembangkan KUBE.

Hal ini disebabkan anggota sibuk mengurus usahanya sendiri-sendiri dan beranggapan bahwa bekerjasama tidak penting karena usaha dijalankan masing- masing.

Permasalahan sebagaimana dikemukan menggambarkan bahwa pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3, masalah yang berkaitan dengan ketidakaktifan pengurus, kurang kedisiplinan melaksanakan aturan kelompok dan kurangnya kerjasama antar anggota dan antar anggota dengan pengurus merupakan masalah

(4)

yang menyebabkan kedua KUBE tersebut belum bisa mencapai tipologi berkembang. Oleh karena itu, kebutuhan penting kedua KUBE ini adalah perlunya motivasi untuk meningkatkan kesadaran dan membangun kerjasama antar anggota.

Berdasarkan analisis masalah sebagaimana dijelaskan, maka kebutuhan penting KUBE HPMBK-1 adalah perlunya pengelolaan KUBE secara benar untuk meningkatkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE, permodalan serta jaringan kerjasama dengan pihak lain. Sedangkan kebutuhan penting pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3, perlunya motivasi dan pengelolaan KUBE secara benar untuk meningkatkan partisipasi, kesadaran, kerjasama antar anggota, permodalan, pengetahuan dan keterampilan serta jaringan kerjasama dengan pihak lain.

Proses Penyusunan Program

Penyusunan program pengembangan KUBE dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan pengurus, anggota, tokoh masyarakat, aparat kelurahan dan Dinas Sosial melalui Focus Group Discussion (FGD). Partisipan dalam pelaksanaan FGD disesuaikan dengan tipologi masing- masing KUBE. FGD dilakukan dua kali pada masing- masing tipologi KUBE. FGD pertama dilakukan untuk menentukan permasalahan dan kebutuhan serta potensi dan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan KUBE. FGD yang kedua dilakukan untuk menyusun program pengembangan.

Sebelum pembahasan masalah dan penyusunan program, fasilitator (pengkaji) mengungkapkan permasalahan KUBE pada masing- masing tipologi berdasarkan hasil kajian. Kemudian secara bersama-sama melakukan katagori masalah dan menentukan prioritas masalah. Selain itu dilakukan juga identifikasi potensi lokal yang dapat mendukung pengembangan KUBE.

(5)

Potensi Lokal dan Penentuan Masalah

Potensi Lokal

Berdasarkan hasil diskusi kelompok terfokus, dapat dikemukakan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan KUBE, baik pada KUBE HPMBK-1 (tipologi berkembang) maupun KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (tipologi tumbuh), yaitu:

1. Adanya pendamping sosial.

Meskipun hanya terdapat satu orang pendamping sosial dalam tiga KUBE yang ada, tetapi sumber ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan manajemen dan memfasilitasi KUBE dalam berhubungan dengan pihak luar melalui pendampingan sosial.

2. Adanya dukungan masyarakat.

Dukungan ini berupa kesediaan tokoh-tokoh masyarakat, seperti ketua RT, ketua RW dan pemimpin informal untuk terlibat dalam pengembangan KUBE dengan memberikan kesadaran dan menggerakkan warga untuk memanfaatkan KUBE dalam memenuhi kebutuhan sehari- hari.

3. Adanya dukungan dari pemerintah baik ditingkat kelurahan maupun dari instansi terkait.

Dukungan dari pemerintah ini berupa kesediaan aparat kelurahan untuk memfasilitasi terjadinya jalinan dengan program-program Dinas Sosial dalam pengembangan KUBE secara berkelanjutan, seperti penyuluhan sosial, program pelatihan dan supervisi pelaksanaan kegiatan KUBE.

4. Banyaknya pengusaha lokal dengan berbagai bidang usaha.

Banyaknya pengusaha di tingkat lokal ini dapat dimanfaatkan untuk memperluas pemasaran dan meningkatkan kemampuan manajemen pengurus melalui pelatihan dua arah (mutual training), yaitu mentranfer pengalaman yang dimiliki pengusaha lokal kepada pengurus KUBE yang belum berpengalaman.

5. Adanya kelembagaan lokal seperti kekeluargaan dan ketetanggaan yang masih akrab, adanya kelompok arisan, kelompok pengajian, PKK dan LPM.

(6)

Kelembagaan ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung usaha, seperti dalam pemasaran produk makanan, pakaian dan barang-barang kebutuhan pokok. 6. Adanya lembaga keuangan formal, seperti Koperasi Pasar Cicadas. BRI,

BCA, Danamon dan BNI di sekitar RW 01 Kelurahan Kebon Waru.

Lembaga keuangan ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan modal melalui skema kredit mikro kepada KUBE.

Penentuan Masalah pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi Tumbuh)

Permasalahan yang dihadapi KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 dengan tipologi tumbuh. Hasil FGD tentang penentuan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Prioritas masalah:

a. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditetapkan.

b. Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama.

c. Kurangnya kerjasama antar anggota dalam mengembangkan KUBE. d. Kurangnya permodalan untuk pengembangan usaha.

e. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE. f. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain. 2. Sebab-sebab masalah:

a. Pengurus tidak mampu melaksanakan tugas dan sibuk dengan usahanya masing- masing.

b. Kurang adanya kemauan dan kesadaran anggota.

c. Anggota sibuk mengurus usahanya sendiri dan menganggap kerjasama tidak penting

d. Belum bisa mengakses lembaga keuangan formal (koperasi/bank) terkait adanya hambatan prosedural.

e. Dinas Sosial tidak memberikan pelatihan pengelolaan KUBE. f. Tidak memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya.

(7)

3. Cara mengatasi:

a. Reorganisasi kepengurusan dan memotivasi pengurus untuk membangkitkan semangat bekerja.

b. Pemberian motivasi kepada anggota.

c. Menyadarkan anggota tentang pentingnya kerjasama.

d. Mengembangkan sumber-sumber permodalan melalui peningkatan kedisiplinan dalam membayar cicilan pinjaman modal dan menyelenggarakan simpan pinjam

e. Pelatihan keterampilan baik teknik maupun manajerial untuk pengelolaan KUBE.

f. Menjalin kerjasama dalam memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil produksi serta peningkatan pengelolaan usaha dengan pengusaha/pedagang lokal.

Secara lebih rinci, permasalahan yang menjadi prioritas untuk dipecahkan pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 disajikan pada Tabel 14

Tabel 14 Masalah, Sebab-sebab Masalah dan Cara Mengatasi Masalah pada KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi Tumbuh)

No Masalah Sebab-sebab Masalah Cara Mengatasi

Masalah

1. Pengurus tidak menjalankan tugas sesuai dengan

pembagian kerja yang telah ditetapkan

Pengurus kurang mampu melaksanakan tugasnya

Pengurus sibuk dengan usahanya sendiri a. Reorganisasi kepengurusan b. Pemberian motivasi untuk membangkitkan semangat bekerja

2. Anggota kurang mematuhi aturan kelompok yang telah disepakati bersama

Kurang kemauan dan kesadaran anggota dalam mematuhi aturan kelompok

Pemberian motivasi kepada anggota untuk meningkatkan

kesadaran dalam mematuhi aturan kelompok 3 Kurangnya kerjasama antar

anggota dalam mengembangkan KUBE a. Anggota sibuk mengurus usahanya sendiri-sendiri b. Anggota beranggapan kerjasama kurang penting Pemberian motivasi untuk meningkatkan kesadaran anggota tentang pentingnya kerjasama

(8)

No Masalah Sebab-sebab Masalah Cara Mengatasi Masalah

4. Kurangnya permodalan untuk pengembangan KUBE

Belum bisa mengakses lembaga keuangan formal (koperasi/bank) terkait adanya hambatan prosedural. a. Mengembangkan sumber-sumber permodalan melalui peningkatan kedisiplinan dalam membayar angsuran, menyelenggarakan simpan pinjam. b. Memanfaatkan program pendampingan untuk menjangkau lembaga keuangan

5. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam

pengelolaan KUBE

Dinas Sosial tidak memberikan pelatihan pengelolaan KUBE

Pelatihan keterampilan baik teknik maupun manajerial untuk pengelolaan KUBE 6. Kurangnya jaringan

kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain

Tidak memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya

Menjalin kerjasama dalam memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil produksi serta peningkatan pengelolaanusaha dengan pengusaha/pedagang lokal Sumber: Hasil FGD

Penentuan Masalah pada KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang)

Permasalahan yang dihadapi KUBE HPMBK-1 dengan tipologi berkembang. Hasil FGD tentang penentuan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Prioritas masalah:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE. b. Kurangnya permodalan untuk pengembangan KUBE.

c. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain. 2. Sebab-sebab masalah:

(9)

b. Belum bisa mengakses lembaga keuangan formal (koperasi/bank) terkait adanya hamnbatan prosedural.

c. Tidak memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya.. 3. Cara mengatasi:

a. Pelatihan keterampilan pengelolaan KUBE.

b. Mengembangkan sumber-sumber permodalan dan memanfaatkan program pendampingan.

c. Menjalin kerjasama dalam memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil produksi serta peningkatan pengelolaan usaha dengan pengusaha/pedagang lokal.

Secara lebih rinci permasalahan yang menjadi prioritas untuk dipecahkan pada KUBE HPMBK-1 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Masalah, Sebab-sebab Masalah dan Cara Mengatasi Masalah pada KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang)

No Masalah Sebab-sebab Masalah Cara Mengatasi

1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan KUBE

Dinas Sosial tidak memberikan pelatihan pengelolaan KUBE

Pelatihan keterampilan baik teknik maupun manajerial pengelolaan KUBE 2 Kurangnya permodalan untuk pengembangan KUBE

Belum bisa mengakses lembaga keuangan formal

(koperasi/bank) terkait adanya hambatan prosedural. a. Mengembangkan sumber-sumber permodalan melalui peningkatan kedisiplinan dalam membayar angsuran, menyelenggarakan simpan pinjam b. Memanfaatkan program pendampingan untuk menjangkau lembaga keuangan. 3. Kurangnya jaringan kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak lain

Tidak memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya

Menjalin kerjasama dalam memperoleh bahan baku dan pemasaran hasil produksi serta peningkatan pengelolaan usaha dengan pengusaha/pedagang lokal

(10)

Berdasarkan hasil penentuan masalah ini kemudian disusun rencana program sebagai implementasi dari aktivitas pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan mengacu pada tipologi perkembangan KUBE. Penyusunan program dilakukan bersama-sama melibatkan pengurus, anggota pendamping sosial, tokoh masyarakat, aparat kelurahan, Dinas Sosial dan pengusaha lokal.

Program Peningkatan Motivasi dan Pengelolaan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi Tumbuh)

Tujuan

Tujuan program peningkatan motivasi dan pengelolaan KUBE HPMBK-2 dan HPMBK-3 bertipologi tumbuh, yaitu:

1. Meningkatkan partisipasi anggota dalam pengembangan KUBE.

2. Meningkatkan kesadaran anggota dalam mematuhi aturan yang telah disepakati bersama.

3. Meningkatkan kerjasama antar anggota 4. Meningkatkan permodalan.

5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam pengelolaan KUBE

6. Meperluas jaringan kerjasama/kemitraan dengan pihak lain.

Rencana Program

Program disusun bersama-sama melalui FGD yang diikuti oleh pengurus, anggota, pendamping sosial, tokoh masyarakat, aparat kelurahan, Dinas Sosial dan pengusaha lokal. Dalam penyusunan program ini, pengkaji berperan sebagai fasilitator. Program yang disusun mencakup penentuan tujuan program, penentuan kegiatan yang akan dilakukan dan peranan masing- masing pihak yang terlibat. Secara lebih rinci penyusunan program pengembangan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 bertipologi tumbuh disajikan pada Tabel 16.

(11)

Tabel 16 Rencana Program Peningkatan Motivasi dan Pengelolaan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi Tumbuh) No Program

Kegiatan

Tujuan Kegiatan Pihak yang Terlibat Peranan Pihak yang Terlibat

1. Reorganisasi pengurus Meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan KUBE - Penggantian dan penambahan pengurus - Pembagian tugas - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat

- Menyelenggarakan reorganisasi dan penyusunan pembagian kerja

- Mengikuti kegiatan reorganisasi - Mendampingi kegiatan reorganisasi dan

penyusunan pembagian kerja - Mendukung kegiatan reorganisasi 2. Peningkatan kesadaran anggota terhadap aturan yang menjadi kesepakatan kelompok Tumbuhnya kesadaran anggota sebagai satu kelompok dan mematuhi aturan main yang telah disepakati - Sosialisasi/diskusi tentang aturan KUBE - Musyawarah untuk menyusun aturan main - Pengurus - Anggota - Tokoh masyarakat - Pendamping sosial

- Penanggungjawab kegiatan, mengikuti diskusi dan musyawarah

- Mengikuti diskusi dan musyawarah - Memotivasi pengurus dan anggota - Menfasilitasi diskusi dan musyawarah

3. Peningkatan kerjasama antar anggota Tercipta kekompakan dan mendorong iklim usaha - Pemberian motivasi - Saling bantu diantara anggota - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat

- Memotivasi dan menggerakkan anggota - Menjalin kerjasama antar anggota

- Memberikan pencerahan tentang pentingnya kerjasama.

- Memfasilitasi pengembangan forum kerjasama

4. Peningkatan kemampuan permodalan - Memenuhi kebutuhan modal - Meningkatkan produktifitas - Membentuk kelompok simpan pinjam - Kerjasama dengan perbankan. - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat - Koperasi/Bank

- Membentuk kelompok simpan pinjam, membuat kesepakatan dengan bank

- Membentuk kelompok simpan pinjam, melaksanakan kesepakatan kerjasama - Memfasilitasi kerjasama

- Membantu melakukan pendekatan dengan bank - Membuat kesepakatan dan menyalurkan

(12)

No Program Kegiatan

Tujuan Kegiatan Pihak yang Terlibat Peranan Pihak yang Terlibat

5. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam pengelolaan KUBE Meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola KUBE dalam aspek teknik maupun manajerial - Penyuluhan - Diskusi tentang manajemen KUBE - Bimbingan dan Pelatihan manajemen - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat - Aparat kelurahan - Dinas Sosial

- Mengikuti pendidikan dan latihan manajemen KUBE, menyelenggarakan diskusi dengan anggota

- Mengikuti penyuluhan dan diskusi

- Memfasilitasi diskusi tentang manajemen KUBE - Memotivasi pengurus dan anggota.

- Memotivasi pengurus, memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pengelolaan KUBE

- Menyelenggarakan pendidikan dan latihan manajemen KUBE 6. Membangun jaringan kerjasama/ kemitraan - Memperoleh dukungan dalam pemasaran - Pembinaan manajemen - Melakukan pendekatan dengan pengusaha lokal - Menjalin kerjasama pemasaran hasil produksi - Pengurus - Anggota - Tokoh masyarakat - Pendamping sosial

- Menginformasikan KUBE, membuat kesepakatan tentang kerjasama.

- Melaksanakan kesepakatan kerjasama - Membantu melakukan pendekatan dengan

pengusaha lokal

- Memfasilitasi terwujudnya kerjasama dengan pengusaha lokal

Sumber: Hasil FGD

(13)

Program Peningkatan Pengelolaan KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang)

Tujuan

Tujuan program peningkatan pengelolaan KUBE HPMBK-1 bertipologi berkembang, yaitu:

1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus dalam mengelola KUBE.

2. Peningkatan kemampuan permodalan.

3. Pengembangan jaringan kerjasama/kemitraan.

Rencana Program

Peningkatan pengelolaan KUBE dilakukan secara terencana melalui program yang disusun secara partisipatif. Penyusunan program didasarkan pada kondisi permasalahan yang dihadapi KUBE HPMBK-1 yang bertipologi berkembang. Permasalahan utama yang terjadi pada KUBE HPMBK-1 adalah terbatasnya kemampuan dalam mengelola KUBE, sehingga menghambat kinerja organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi anggota-anggotanya.

Program peningkatan pengelolaan KUBE melibatkan pihak yang lebih luas mencakup pihak-pihak yang memungkinkan untuk mengembangkan jalinan kerjasama/kemitraan usaha. Penentuan pihak-pihak yang terlibat dilakukan melalui diskusi kelompok yang melibatkan pengurus, anggota, pendamping sosial dan tokoh masyarakat. Setelah pihak-pihak yang perlu dilibatkan ditetapkan, selanjutnya pihak-pihak tersebut dilibatkan dalam penyusunan program. Pada penyusunan program ini, pengkaji berperan sebagai fasilitator. Hasil penyusunan program secara rinci disajikan pada Tabel 17.

(14)

Tabel 17 Rencana Program Peningkatan Pengelolaan KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang) No Program

Kegiatan

Tujuan Kegiatan Pihak-pihak yang Terlibat

Peranan Pihak yang Terlibat

1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam pengelolaan KUBE Meningkatkan kemampuan pengurus dalam mengelola KUBE dalam aspek teknik maupun manajerial - Penyuluhan - Diskusi tentang manajemen KUBE - Bimbingan dan Pelatihan manajemen - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat - Aparat kelurahan - Dinas Sosial

- Mengikuti pendidikan dan latihan manajemen KUBE, menyelenggarakan diskusi dengan anggota

- Mengikuti penyuluhan dan diskusi

- Memfasilitasi diskusi tentang manajemen KUBE - Memotivasi pengurus dan anggota.

- Memotivasi pengurus, memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pengelolaan KUBE

- Menyelenggarakan pendidikan dan latihan manajemen KUBE 2. Peningkatan kemampuan permodalan - Memenuhi kebutuhan modal - Meningkatkan produktifitas - Membentuk kelompok simpan pinjam - Kerjasama dengan perbankan. - Pengurus - Anggota - Pendamping sosial - Tokoh masyarakat - Koperasi/Bank

- Membentuk kelompok simpan pinjam, membuat kesepakatan dengan bank

- Membentuk kelompok simpan pinjam, melaksanakan kesepakatan kerjasama

- Memfasilitasi kerjasama

- Membantu melakukan pendekatan dengan bank - Membuat kesepakatan dan menyalurkan pinjaman. 3. Membangun jaringan kerjasama/ kemitraan - Memperoleh dukungan dalam pemasaran - Pembinaan manajemen - Melakukan pendekatan dengan pengusaha lokal - Menjalin kerjasama pemasaran hasil produksi - Pengurus - Anggota - Tokoh masyarakat - Pendamping sosial

- Menginformasikan KUBE, membuat kesepakatan tentang kerjasama.

- Melaksanakan kesepakatan kerjasama

- Membantu melakukan pendekatan dengan pengusaha lokal

- Memfasilitasi terwujudnya kerjasama dengan pengusaha lokal

Sumber:Hasil FGD

(15)

Program kegiatan pada KUBE HPMBK-1, KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 sebagaimana tercantum pada Tabel 16 dan Tabel 17 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Pengurus dan anggota dalam Pengelolaan KUBE. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengurusdan anggota merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota dalam mengelola KUBE baik dalam aspek teknik pelaksanaan kegiatan maupun dalam aspek manajerial. Pengetahuan dan keterampilan ini meliputi penentuan tujuan dan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, pengorganisasian kegiatan, mobilisasi sumber-sumber, pengawasan dan evaluasi.

Kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelolaan KUBE ini dilakukan dengan:

1. Penyuluhan

Penyuluhan merupakan aktivitas pendidikan yang memberikan berbagai informasi berkaitan dengan pengelolaan KUBE dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota baik teknik maupun manajerial.

Penyuluhan melibatkan Dinas Sosial sebagai penanggungjawab program dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat sebagai pengggerak kegiatan.

2. Diskusi

Diskusi ini dilakukan dalam rangka pendidikan dan pelatihan dua arah. Malalui diskusi akan terjadi transformasi pengetahuan dan pengalaman, sehingga akan menumbuhkan saling belajar. Orang yang cukup pengetahuan akan membagikan pengetahuannya kepada yang kurang pengetahuan dan dari yang cukup pengalaman membagi pengalaman kepada yang kurang pengalaman. Dalam diskusi ini, pihak yang dilibatkan adalah anggota dan pengurus. Untuk mengoptimalkan kualitas pengetahuan, dapat melibatkan petugas dari Dinas Sosial sebagai nara sumber.

(16)

3. Bimbingan dan pelatihan keterampilan manajeme n KUBE.

Bimbingan dan pelatihan manajemen merupakan teknik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam aspek manajerial KUBE. Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Sosial.

4. Pendampingan sosial

Pendampingan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota dalam aspek teknik pelaksanaan kegiatan pengelolaan KUBE dengan memfasilitasi diskusi tentang manajemen KUBE. Pihak yang dilibatkan dalam pendampingan ini adalah pendamping sosial dari masyarakat yang memiliki pengalaman dalam melaksanakan kegiatan pendampingan atau pengembangan masyarakat (community development). Pendampingan juga ditujukan untuk memfasilitasi antara KUBE dengan penanggungjawab program (Dinas Sosial). Peningkatan Kemampuan Permodalan. Kemampuan permodalan menunjuk pada kapasitas organisasi dalam aspek finansial untuk mendukung aktivitas dan keberlanjutan KUBE. Peningkatan kemampuan permodalan dapat memanfaatkan potensi dan sumber-sumber baik dari internal maupun eksternal KUBE. Pengembangan sumber-sumber dari dalam dilakukan dengan membentuk dan mengembangkan lembaga keuangan mikro sendiri yaitu membentuk kelompok simpan pinjam. Sedangkan sumber-sumber eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat permodalan adalah menjalin kerjasama dengan koperasi/bank BRI untuk menyalurkan kredit dengan agunan liabilitas kelompok.

Tujuan dari peningkatan permodalan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan modal usaha anggota, sehingga dapat meningkatkan produktifitas usahanya. Dalam kegiatan ini, pihak yang dilibatkan adalah pendamping sosial, tokoh masyarakat, dan koperasi/bank.

Membangun Jaringan Kerjasama. Tujuan dari membangun jaringan kerjasama adalah untuk memperoleh dukungan dalam pemasaran, permodalan, dan peningkatan pengelolaan usaha baik teknik maupun manajerial. Dalam pemasaran hasil produksi, jaringan kerjasama perlu dilakukan dengan lembaga-lembaga masyarakat disekitarnya seperti PKK, kelompok arisan dan kelompok pengajian, dan dengan pengusaha lokal. Untuk peningkatan manajemen pemasaran, jaringan kerjasama dilakukan dengan Dinas Sosial.

(17)

Kegiatan yang dilakukan dalam membangun jaringan kerjasama ini memanfaatkan program pendampingan yang menyelenggarakan fasilitasi pengembangan kemitraan. Pendamping sosial berperan membantu KUBE dalam menjalin kemitraan.

Reorganisasi pengurus. Reorganisasi pengurus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola KUBE. Reorganisasi kepengurusan, dilakukan dengan mengganti atau memperbaiki struktur maupun personil sesuai dengan kondisi KUBE yang bersangkutan. Pemberian kesempatan kepada anggota yang potensial untuk duduk dalam kepengurusan akan mampu mendukung peningkatan partisipasi ini. Pengurus yang selama ini tidak menunjukkan keaktifan dapat diganti dengan anggota yang dianggap lebih mampu. Agar partisipasi anggota terarah dan dapat mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien, maka perlu pengorganisasian kegiatan. Pengorganisasian ini dilakukan melalui pembagian tugas, baik antar pegurus maupun antara pengurus dengan anggota.

Peningkatan Kesadaran Anggota Terhadap Aturan yang Menjadi Kesepakatan Kelompok. Kesadaran anggota sebagai bagian dari kelompok yang terikat oleh nilai dan norma kelompok merupakan prasyarat untuk menciptakan kohesivitas kelompok. Kesadaran ini dapat dicapai dengan meningkatnya pemahaman terhadap KUBE. Meningkatnya kesadaran akan bermuara pada tumbuhnya motivasi dan perasaan sebagai bagian dari kelompok, sehingga menjadi kekuatan yang dapat memelihara keutuhan dan kekompakan kelompok.

Upaya untuk meningkatkan kesadaran anggota terhadap aturan yang menjadi kesepakatan kelompok dilakukan dengan sosialisasi tentang aturan KUBE. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk melaksanakn sosialisasi ini, yaitu melalui diskusi maupun pendampingan sosial. Diskusi akan memungkinkan berlangsungnya komunikasi dua arah, sehingga terjadi transformasi pengetahuan dari yang telah mengetahui kepada yang kurang mengetahui, dari yang berpengalaman kepada yang kurang berpengalaman. Keterlibatan partisipan dari

(18)

pihak luar seperti dukunga n tokoh masyarakat dalam peningkatan kesadaran ini sangat penting.

Peningkatkan kesadaran anggota terhadap aturan yang telah disepakati kelompok merupakan upaya untuk mengembangkan sistem nilai dalam kelompok yang dapat mendukung pengembangan KUBE. Upaya ini dilakukan melalui penetapan tujuan bersama, membuat kesepakatan bersama tentang aturan main dalam kelompok, bagaimana aktivitas-aktivitas yang dilakukan anggota dalam kelompok, bagaimana hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok dan sebagainya. Dalam kegiatan ini, pengurus, anggota, tokoh masyarakat, dan pendamping sosial dapat bersama-sama untuk menyepakati tujuan kelompok, sehingga nilai- nilai yang dikembangkan KUBE dapat mengikat para anggotanya.

Peningkatan Kerjasama antar Anggota. Muara akhir dari terbangunnya kohesivitas kelompok adalah berkembangnya kerjasama antar anggota KUBE, sehingga tercipta kekompakan yang mendorong iklim usaha anggota. Meskipun jenis usaha yang dilakukan oleh anggota berbeda-beda, tetapi kerjasama dan saling bantu diantara anggota harus tetap terpelihara. Kerjasama diantara anggota dapat diwujudkan melalui pemberian motivasi untuk saling membantu ketika ada anggota yang mengalami hambatan dalam mengembangkan usahanya. Dukungan dari pendamping sosial dan tokoh masyarakat dalam meningkatkan motivasi anggota untuk kerjasama dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti.

Gambar

Tabel  14  Masalah, Sebab-sebab Masalah dan Cara Mengatasi Masalah pada  KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi  Tumbuh)
Tabel  15  Masalah, Sebab-sebab Masalah dan Cara Mengatasi Masalah pada  KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang)
Tabel 16 Rencana Program Peningkatan Motivasi dan Pengelolaan KUBE HPMBK-2 dan KUBE HPMBK-3 (Tipologi Tumbuh)  No  Program
Tabel 17 Rencana Program  Peningkatan Pengelolaan KUBE HPMBK-1 (Tipologi Berkembang)   No  Program

Referensi

Dokumen terkait

Asrama putri UIN Malang saat ini memiliki 5 gedung, 4 diantaranya memiliki kesamaan dalam hal desain, baik secara eksterior maupun interior. Dari ke empat gedung tersebut,

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora merupakan penyakit yang paling banyak menyerang buah kakao di dunia dan menyebabkan kerugian yang cukup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian PST sebagai pengganti MBM terhadap organ-organ reproduksi mencit jantan yang meliputi bobot testis, panjang

untuk mengkaji komunikasi melalui media radio dan media cetak. Pada tahun 1960-1970 pendekatan ini banyak digunakan untuk mengkaji media televisi yang pada masa itu telah

Hal ini dikarenakan profit atau laba yang tinggi menunjukkan bahwa prospek perusahaan baik di masa depan serta akan dianggap investor sebagai jaminan untuk

Saya mencatat hal-hal yang dianggap penting selama dosen menyampaikan materi dengan

Jika kedua balok beton tersebut dibandikan terlihat beton yang rawat di air laut kuat tekan lebih besar sedikit dari pada yang di rawat di suhu ruang dengan rasio perbandingan

Hasil dari penelitian ini bahwa Implementasi Program Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir belum berjalan dengan baik dan efektif karena beberapa faktor,