BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam kajian pustaka pada bab ini, akan dijelaskan beberapa teori tentang siswa underachiever, karakteristik, ciri-ciri, penyebab siswa menjadi underachiever, upaya pecegahan siswa menjadi underachiever dan strategi guru
dalam membantu keberhasilan belajar siswa underachiever.
A. Siswa Underachiever
1. Pengertian Siswa Underachiever
Menurut Davis dan Rimm (dalam Utami Munandar, 2012), Underachiever atau berprestasi di bawah kemampuan adalah
ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dan indeks kemampuannya sebagaimana nyata dari tes intelegensi, prestasi atau kreativitas, atau dari data observasi, di mana tingkat prestasi sekolah nyata lebih rendah dari pada tingkat kemampuan anak. Rimm juga mengemukakan (dalam Deden Saepul, 2013), anak underachiever merupakan peserta didik dengan kecerdasan tinggi, tetapi tidak mencapai prestasi yang berkisar 50%. Oleh karena itu, anak underachiever ini termasuk peserta didik cerdas istimewa, dan bukan anak berkebutuhan khusus. Mereka hanyalah peserta didik cerdas istimewa yang kurang terlayani atau terabaikan oleh program cerdas istimewa.
Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa anak underachiever memiliki tingkat kecerdasan dan keberbakatakan yang tidak seimbang.
Selain itu, gejala seorang anak menjadi underachiever muncul ketika
anak mulai terlibat kompetisi di dunia sekolah. Contohnya seorang anak memiliki bakat yang luar biasa di sekolah, namun untuk prestasi belajarnya sangat rendah.
2. Karakteristik Siswa Underachiever
Studi longitudinal terhadap 1.500 anak cerdas istimewa yang dilakukan oleh Lewis Terman (dalam Deden Saepul, 2013), mengungkapkan bahwa karakteristik cerdas istimewa berprestasi rendah yaitu:
a. Rendahnya rasa kepercayaan diri b. Ketidakmampuan untuk bertahan c. Kurangnya tujuan/motivasi d. Perasaan rendah diri
Pernyataan Lewis Terman mengenai karakteristik anak berbakat berprestasi kurang diperkuat oleh Rimm (dalam Utami Munandar, 2013), yang menjelaskan bahwa karakteristik anak berbakat berprestasi kurang dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat yang berbeda sehubungan dengan sebab dan gejala yang tampak yaitu karakterisitik primer, karakteristik sekunder, dan karakteristik tersier.
a. Karakteristik Primer: Rasa Harga Diri Rendah
Rasa harga diri yang rendah adalah salah satu karakteristik
yang paling sering ditemukan secara konsisten pada anak berprestasi
kurang. Mereka tidak memiliki kepercayaan diri bahwa mereka
mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan gurunya.
Mereka menutupi rendahnya rasa harga diri mereka dengan perilaku berani dan menentang atau dengan mekanisme pertahanan diri untuk melindungi diri. Sikap tersebut dapat dicontohkan dengan menyalahkan guru yang mengajar atau dengan menyatakan “tidak peduli” atau “tidak berusaha dengan sungguh-sungguh” jika prestasi mereka kurang memuaskan.
b. Karakteristik Sekunder: Perilaku Menghindari
Salah satu karakteristik gejala yang tampak pada anak underachiever yaitu perilaku menghindari. Perilaku tersebut dapat
dicontohkan misalnya saja anak berbakat berprestasi kurang menghindari upaya berprestasi dengan menyatakan bahwa tidak ada gunanya untuk belajar. Selanjutnya mereka dapat mengatakan bahwa jika mereka benar-benar berminat untuk belajar, mereka dapat berprestasi baik. Dengan perilaku menghindari seperti itu, mereka melindungi diri sendiri dari pengakuan bahwa mereka tidak mampu.
Pertahanan lain yang dilakukan anak berbakat berprestasi kurang adalah dengan menyalahkan sekolah agar membantu anak berbakat berprestasi kurang menghindari tanggung jawab untuk berprestasi.
Selain itu, perfectionism juga merupakan mekanisme pertahanan
anak berbakat berprestasi kurang, anak memberi alasan untuk
prestasinya yang kurang ialah karena ia menentukan sasaran belajar
mereka lebih tinggi daripada siswa lain, dengan sendirinya mereka
tidak selalu dapat mencapainya.
c. Karakteristik Tersier
Dari karakteristik primer dan sekunder yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka pada anak berprestasi kurang juga timbul karakteristik tersier. Karakteristik tersier yang timbul pada anak berprestasi kurang antara lain kebiasaan belajar buruk, masalah penerimaan oleh teman sebaya, daya konsentrasi kurang, dan masalah disiplin di rumah dan di sekolah. Melalui karakteristik inilah pendidik melakukan penanganan pertama, yaitu dengan memperbaiki kebiasaan belajar anak dan interaksi anak dengan teman-temannya.
Dari ketiga karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidik harus mampu mengatasi prestasi rendah anak berbakat, yaitu dengan cara menangani ketiga tingkat karakterisitik secara terbalik. Pertama dengan mengoreksi pada karakter tersier, dilanjutkan dengan karakteristik sekunder perilaku menghindari tugas, dan yang terakhir membantu anak berbakat berprestasi kurang menangani masalah intinya yaitu rasa harga diri yang rendah.
3. Identifikasi Anak Berbakat Berprestasi Kurang (Underachiever)
Untuk mengetahui seorang siswa tergolong anak underachiever
atau tidak, diperlukan waktu minimal 2 minggu untuk mengetahuinya
dan berikut akan dijelaskan ciri-ciri atau identifikasinya menurut
Whitemore (dalam Utami Munandar, 2013).
Tabel 1
Daftar Identifikasi Ciri-Ciri Underachiever
Jika siswa menunjukkan ciri-ciri lebih dari sepuluh dalam daftar, kemungkinan besar ia termasuk anak berbakat berprestasi kurang dan memerlukan evaluasi lebih lanjut.
No. Identifikasi
1. Nilai rendah pada prestasi
2. Mencapai nilai rata-rata atau di bawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar, membaca, menulis, berhitung
3. Pekerjaan sehari-hari tidak lengkap atau buruk
4. Memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat
5. Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara lebih baik)
6. Pengetahuan faktualnya sangat luas 7. Daya imajinasi kuat
8. Selalu tidak puas dengan tugas dan seninya
9. Kecenderungan ke perfeksionisme dan mengkritik diri sendiri menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna
10. Menunjukkan prakarsa dalam mengerjakan proyek di rumah yang dipilih sendiri atau keinginannya sendiri
11. Mempunyai minat luas dan mungkin keahlian khusus
12. Rasa harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas
13. Tidak berfungsi konstruktif di dalam kelompok
14. Menunjukkan kepekaan dalam persepsi terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap hidup pada umumnya
15. Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk diri sendiri,
terlalu tinggi atau terlalu rendah
16. Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan
17. Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugas-tugas
18. Mempunyai sikap acuh atau negatif terhadap sekolah
19. Menolak upaya guru untuk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku di dalam kelas
20. Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya, kurang dapat mempertahankan persahabatan
Sumber : Whitmore (dalam Utami Munandar, 2013)