BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Radiografi Kedokteran Gigi
Radiografi sering digunakan sebagai informasi diagnostik tambahan yang dikumpulkan melalui pemeriksaan jaringan lunak. Radiografi yang pada umumnya digunakan pada praktek kedokteran gigi adalah bitewing radiografi dan periapikal radiografi. Pemeriksaan klinis dan radiografi memegang peranan yang penting dalam diagnosa penyakit periodontal, begitu pula dengan pilihan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Bitewing radiografi dan periapikal radiografi berguna untuk tujuan tersebut. Selain radiografi intra-oral, radiografi panoramik juga digunakan sebagai pemeriksaan tambahan pada jaringan tulang marginal.
152.2 Peran Radiografi dalam Mengenali Periodontitis
Teknik radiografi yang berperan dalam mengenali periodontitis salah satunya
adalah teknik ronsen panoramik. Foto panoramik merupakan foto ronsen ekstra oral
yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk
mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Struktur periodontal yang
teridentifikasi dalam radiografi meliputi lamina dura, tulang alveolar, ruang ligamen
periodontal dan sementum. Foto panoramik dapat mendiagnosa penyakit periodontal
kebanyakan pada kasus yang sudah parah.
16Gambar 1. Radiografi panoramik menunjukkan adanya kehilangan tulang akibat periodontitis kronis.
17Data klinis dan radiografi sangat penting dalam mendiagnosis penyakit periodontal. Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi jumlah tulang yang ada, kondisi alveolar crests, kehilangan tulang pada daerah furkasi, lebar dari ruang ligamen periodontal.
16Peranan radiografi selain dalam mengenali penyakit periodontal.juga berperan untuk: melihat panjang dan morfologi akar gigi, rasio mahkota dengan akar gigi, melihat sinus maksilaris, gigi impaksi, supernumerary dan missing teeth.
16Keterbatasan radiografi, yaitu :
161. Radiografi konvensional memberikan gambar dua dimensi. Sedangkan gigi merupakan objek tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang tumpang tindih, detail bentuk tulang menjadi tidak terlihat.
2. Radiografi tidak memperlihatkan permulaan dari penyakit periodontal.
Setidaknya 55 – 60 % demineralisasi terjadi dan tidak terlihat pada gambaran radiografi.
3. Radiografi tidak memperlihatkan kontur jaringan lunak dan tidak merekam perubahan jaringan – jaringan lunak pada periodonsium.
Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang teliti dikombinasi dengan pemeriksaan radiografi yang tepat dapat memberikan data adekuat untuk diagnosis keberadaan dan penyebaran dari penyakit periodontal.
162.3 Foto Panoramik
Panoramik merupakan salah satu foto ronsen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.
1Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film.
1Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah. Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.
1Adapun seleksi kasus yang memerlukan gambaran panoramik dalam penegakan diagnosa diantaranya seperti:
11. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang
menghalangi gambaran pada intra-oral.
2. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
3. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan.
4. Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan.
5. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih gigi.
6. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
7. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height.
12.4 Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal adalah penyakit yang mengenai jaringan pendukung gigi, seperti gingiva/gusi dan jaringan periodontal, yaitu jaringan yang menghubungkan antara gigi dan tulang penyangga gigi yaitu tulang alveolar. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.
18Ada beberapa sub-tahapan penyakit periodontal, tetapi hanya tiga tahap yang utama:
181. Tahap I adalah periodontitis I, juga dikenal sebagai gingivitis. Gingivitis ditandai dengan gusi bengkak, berdarah ketika mengukur kedalaman saku gusi (kedalaman daerah antara gusi dan gigi). Pasien yang menderita gingivitis akan memiliki kedalaman saku 3mm, seorang pasien normal akan memiliki kedalaman poket kurang dari 3mm (Hafernick).
2. Tahap II dari penyakit periodontal adalah periodontitis II, hal ini ditandai
dengan bengkak, gusi berdarah dengan kedalaman poket hingga 5mm dan tahap awal
dari pengeroposan tulang (Hafernick).
3. Tahap III dari penyakit periodontal adalah periodontitis III, hal ini ditandai dengan bengkak, gusi berdarah, kehilangan tulang lebih, resesi gusi, dan kedalaman saku hingga 6mm (Hafernick).
Kehilangan tulang ini membedakan periodontitis dengan gingivitis. Setelah beberapa tahun, akan terjadi kehilangan gigi.
18Gambar 2. Tahapan penyakit periodontal
19a. Gingiva normal
b. Periodontitis I (gingivitis) c. Periodontitis II
d. Periodontitis III
Periodontitis menunjukkan peradangan yang sudah mengenai jaringan pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif, biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun dan bersifat irreversible (tidak dapat kembali normal).
Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi dan bila gigi tersebut sampai hilang/tanggal berarti terjadi kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga mulut seumur hidup, karakteristik penyakit periodontal berupa pembentukan poket dan kerusakan tulang alveolar. Dari gambaran radiografi dapat
a b c d
dibandingkan ketinggian tulang alveolar terhadap cemento enamel junction (CEJ).
Ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ 2-3 mm belum menunjukan kehilangan tulang yang nyata. Sedangkan ketinggian tulang alveolar terhadap CEJ lebih dari 3 mm biasanya menunjukan kehilangan tulang yang nyata.
18,20,21Penyebab dari penyakit periodontal ini adalah kebersihan rongga mulut yang buruk.
22Gingiva terkena penyakit ketika ada bakteri via tartar (plak) yang terdeposit antara gigi dan gingiva. Ini merusak jaringan gingiva melalui aksi provokatif.
23Periodontitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi di dalam kalkulus (karang gigi) yang biasanya terdapat pada leher gigi.
Penyakit periodontal yang ringan akan terlihat peradangan hanya pada gusi, sedangkan pada keadaan yang lebih berat akan terjadi kerusakan pada tulang pendukung gigi.
24Gigi melekat pada rahang oleh ligamen – ligamen yang kuat. Gingiva juga terhubung dengan gigi oleh serat – serat mikroskopis dan gusi terletak antara perlekatan gigi dan tulang sebagai pelindung. Periodontitis dimulai pada bagian dangkal dimana gigi dan gingiva bertemu, biasanya terbentuk sebagai infeksi gingiva ringan (gingivitis).
9Perkembangan bakteri pada kantung ini disebabkan oleh kebersihan rongga mulut yang inadekuat. Gingiva mulai terlepas dari gigi dan kantung semakin dalam, sehingga semakin susah untuk dibersihkan dan mendorong pembentukan deposit yang melekat kuat dibawah batas gingiva.
9