• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus baru HIV tertinggi di Asia dan Pasifik pada tahun 2012, yakni Kamboja, Cina, India, Vietnam, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua Nugini, Filipina, Thailand, dan Indonesia. Jumlah keseluruhan orang yang hidup dengan HIV di 12 negara tersebut adalah 4.734.000 orang dan sebanyak 610.000 orang diantaranya berasal dari Indonesia. Kasus baru infeksi HIV di Indonesia meningkat 2,6 kali sejak tahun 2001 yakni dari 29.000 kasus menjadi sekitar 76.000 kasus pada tahun 2012.

Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan sampai dengan September 2014 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan jumlah penderita HIV dan AIDS yang cukup signifikan dalam periode satu triwulan. Dalam triwulan Juli sampai dengan September 2014 terdapat tambahan sejumlah 7.335 untuk HIV dan 176 untuk Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sehingga jumlah HIV dan AIDS

yang dilaporkan 1 Januari sampai dengan 30 September 2014 adalah 22.869 untuk HIV dan 1.876 untuk AIDS. Data jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS berdasarkan provinsi menunjukkan bahwa Yogyakarta menjadi salah satu provinsi dengan kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

(2)

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kenaikan jumlah infeksi HIV dari tahun sebelumnya yakni dari 1.996 kasus di tahun 2013 menjadi 2.611 di tahun 2014. Sedangkan untuk jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan menurut provinsi sampai tahun 2014 di DIY, juga mengalami kenaikan dari tahun 2013 yang pada awalnya sejumlah 821 kasus menjadi 916 kasus (Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan RI, 2014). Komisi Penanggulangan AIDS (KPA, 2014) Yogyakarta menjelaskan bahwa peningkatan penularan kasus HIV/AIDS tersebut didominasi melalui hubungan hubungan seksual.

Penanggulangan HIV/AIDS memerlukan peningkatan kuantitas dan kualitas dari tenaga kesehatan, konselor, serta komponen masyarakat itu sendiri.

Perawat merupakan bagian integral dari perawatan dan pengobatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) beserta keluarganya. Praktik keperawatan HIV/AIDS meliputi rangkaian perawatan menyeleruh, yakni dari pencegahan, diagnosis dan pengobatan, serta perawatan paliatif pada ODHA. Dalam praktik keperawatan HIV tingkat lanjut, perawat dapat berperan sebagai mentor, pelaku penelitian, serta berpartisipasi dalam komunitas masyarakat melalui program-program pencegahan (Association of Nurses in AIDS Care, 2007).

Sebagaimana meningkatnya peran perawat dalam merawat ODHA, maka terlebih dahulu perawat harus memastikan kesiapan pendidikan yang memadai sebelum menjadi tenaga perawat. Namun, sebagian besar perawat di negara- negara berkembang tidak disiapkan dengan baik selama tahap pendidikan mereka dalam hal pengetahuan, keterampilan, serta sikap, sehingga pemberian perawatan

(3)

terkait HIV/AIDS ketika praktik menjadi kurang maksimal dan berkualitas (Knebel et al., 2008).

Salah satu institusi pendidikan di DIY yang berperan dalam mencetak lulusan Ners yang profesional adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM). PSIK FK UGM menerapkan model kurikulum berbasis kompetensi dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran berfokus pada mahasiswa (student centered learning) dimana mata kuliah dikelola dan diorganisasi untuk pencapaian

kompetensi yang sudah ditetapkan (PSIK FK UGM, 2011). Hal ini sesuai dengan pedoman pengembangan kurikulum di berbagai institusi penyelenggara pendidikan Ners di seluruh Indonesia, yakni kurikulum inti pendidikan Ners berbasis kompetensi tahun 2010 yang disusun oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI, 2010).

Kurikulum Pendidikan Ners pada tahap akademik (Sarjana Keperawatan) ditetapkan dengan mengacu kepada 60% kurikulum inti, yaitu 87 SKS (dari 144 SKS) terdiri dari 70% pengetahuan teori dan 30% penerapan praktik. Sedangkan, pengembangan kurikulum setiap institusi disesuaikan dengan visi dan misi institusi masing-masing dengan memasukkan muatan lokal 20% sesuai dengan keunggulan institusi dan 20% isu global, salah satunya yakni perawatan HIV/AIDS (AIPNI, 2010). Materi perkuliahan terkait HIV/AIDS di PSIK FK UGM sendiri disampaikan melalui kuliah, ceramah, tutorial, dan seminar dalam beberapa tingkatan blok, yakni blok 1.6, 2.1, 2.3, 2.5, dan 4.3. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, materi dapat disampaikan oleh dosen tetap, dosen tamu dari LSM, maupun

(4)

mendatangkan perawat klinik yang juga menjadi dosen tidak tetap di PSIK FK UGM.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Camillo, et al. (2013), disebutkan bahwa dosen mempunyai peran penting dalam mengajar materi HIV/AIDS, yakni dalam menyalurkan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan kontekstual dan mengevaluasi kompetensi yang diajarkan kepada mahasiswa. Berkaitan dengan aspek-aspek materi terkait HIV/AIDS, Nugraheni (2015) melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan penyakit HIV/AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM. Nugraheni meneliti sebanyak 224 mahasiswa dari lintas angkatan, yakni 2011-2014 yang menjadi responden penelitian, dimana hanya sebesar 60,5 % responden yang menjawab dengan tepat pernyataan pada kuesioner. Skor pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM terkait pengetahuan umum (faktor risiko dan akibat) HIV/AIDS sebesar 67,97%, skor pengetahuan terkait penularan HIV/AIDS sebesar 72,21%, skor pengetahuan terkait pencegahan HIV/AIDS sebesar 42,28%, dan skor pengetahuan terkait testing HIV/AIDS sebesar 21,73%.

Selain itu, penelitian yang juga dilakukan oleh Antika (2012) mengenai tingkat kesiapan mahasiswa profesi PSIK FK UGM dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS di rumah sakit menunjukkan bahwa sebanyak 72,4% memiliki tingkat kesiapan cognitive yang cukup tentang HIV/AIDS, sedangkan responden yang memiliki tingkat kesiapan cognitive yang baik yakni sebanyak 24,7%. Dari aspek afektif, hanya 59,8% dari 97 responden memiliki tingkat kesiapan afektif yang baik dalam memberikan asuhan

(5)

keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Hal tersebut menunjukkan bahwa standar kompetensi terkait HIV/AIDS dalam penataan kerangka pendidikan masih menjadi tantangan bagi PSIK FK UGM. Terlebih, berdasarkan informasi dari Kaprodi PSIK FK UGM, kompetensi terkait HIV/AIDS masih belum disebutkan secara rinci baik di panduan kurikulum AIPNI 2010 maupun di kurikulum program studi sendiri, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menggali kompetensi-kompetensi yang seharusnya diberikan oleh dosen terkait HIV/AIDS.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM.

C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di PSIK FK UGM.

Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pembelajaran HIV/AIDS di PSIK FK UGM.

(6)

b. Mengetahui materi yang perlu disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar supaya mahasiswa mempunyai kompetensi yang cukup untuk merawat HIV/AIDS.

D. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam lingkup keperawatan.

Manfaat Praktis

a. Bagi program studi

Sebagai bahan masukan kurikulum akademik terkait pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan tentang HIV/AIDS di institusi pendidikan sehingga menjadi bekal bagi mahasiswa untuk terjun ke klinik dan komunitas.

b. Bagi dosen keperawatan

Sebagai bahan pertimbangan dosen keperawatan ketika berpartisipasi dalam pembuatan kurikulum di masing-masing institusi, khususnya integrasi kompetensi keperawatan HIV/AIDS dalam kurikulum.

c. Bagi pembaca dan peneliti lain

Sebagai referensi dalam melakukan penelitian berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian sejenis yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain:

(7)

1. Penelitian oleh Wilson et al. tahun 2012 dengan judul “Global Health Competencies for Nurses in The Americas”. Penelitian tersebut menggunakan

pendekatan survei deskriptif eksploratif yang melibatkan 593 mahasiswa fakultas keperawatan dari berbagai universitas di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin dan beberapa negara di Kepulauan Karibia. Penelitian yang dilakukan oleh Wilson et al. bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa fakultas keperawatan mengenai kompetensi masalah kesehatan global yang perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi yang diajukan dalam penelitian ini penting bagi mahasiswa keperawatan dan mahasiswa menganggap perlunya penambahan kompetensi lain yang berjumlah 32 kompetensi. Perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah metode yang digunakan.

Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Selain itu, terdapat perbedaan pada sasaran (subjek penelitian) dimana peneliti mengambil dosen keperawatan di PSIK FK UGM sebagai responden penelitian. Perbedaan juga terletak pada variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa tentang HIV/AIDS pada program sarjana keperawatan.

2. Penelitian oleh Tafwidhah tahun 2010 dengan judul “Hubungan Kompetensi Perawat Puskesmas dan Tingkat Keterlaksanaan Kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Kota Pontianak”. Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik korelasi dengan rancangan cross sectional dan

(8)

pendekatan kuantitatif. Responden diambil menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel yang didapat adalah 118 perawat. Untuk

menguji hipotesis hubungan antara suatu variabel independen (kompetensi) dengan suatu variabel dependen (tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas) digunakan analisis bivariabel dan multivariabel dengan hasil yang menunjukkan hubungan positif yaitu p<0,05, berarti terdapat hubungan antara kompetensi perawat puskesmas dan tingkat keterlaksanaan kegiatan perkesmas. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang masalah kompetensi. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tafwidhah adalah jenis penelitian kuantitatif.

Selain itu, kompetensi yang akan diteliti oleh peneliti merupakan kompetensi mahasiswa keperawatan, bukan kompetensi perawat. Responden pada penelitian yang akan diteliti adalah dosen keperawatan, sedangkan responden pada penelitian Tafwidhah adalah perawat.

3. Penelitian oleh Aryakhiyati pada tahun 2011 dengan judul “Analisis Sikap dan Kesiapan Dosen FK UGM terhadap Interprofessional Education (IPE)”.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan kesiapan dosen terhadap IPE di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Penelitian yang dilakukan oleh Aryakhiyati merupakan penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai sikap dan kesiapan dosen FK UGM yang signifikan terhadap IPE berdasarkan

(9)

karakteristik responden program studi tempat mengajar yang menyertakan kelompok responden pendidikan dokter, umur, serta pengalaman lama mengajar. Sebanyak 79,45 % dosen FK UGM berada pada kategori pada kategori kesiapan terhadap IPE yang baik dan sikap dosen FK UGM terhadap IPE mayoritas berada pada kategori baik (78,10%). Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti adalah sama-sama menjadikan dosen sebagai responden penelitian. Perbedaannya adalah dosen yang akan dijadikan responden oleh peneliti adalah hanya dosen ilmu keperawatan di FK UGM.

Selain itu, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran kebutuhan pengembangan kompetensi mahasiswa sarjana keperawatan dalam penanganan HIV/AIDS.

4. Penelitian oleh Modeste dan Adejumo (2014) yang berjudul Identification of HIV and AIDS-Related Competencies for Nurse Graduates in South Africa.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi tujuh kompetensi inti yang berhubungan dengan manajemen serta perawatan HIV dan AIDS untuk lulusan keperawatan. Pengumpulan data menggunakan teknik nominal group untuk mengumpulkan data dari dosen berbagai perguruan tinggi di Afrika Selatan. Selain itu, wawancara individu juga dilakukan pada perawat di klinis, perwakilan dari South African Nursing Council, mahasiswa yang baru saja lulus, dan ODHA. Tujuh kompetensi yang

diidentifikasi adalah pengetahuan, etika, kebijakan, pendekatan interdisipliner, perkembangan personal dan professional, latihan mandiri secara holistik, dan pendidikan kesehatan. Setiap kompetensi terdiri dari kompetensi spesifik yang

(10)

memberikan rincian lebih tentang kompetensi inti sebagai hasil dari sintesis berbagai sumber data. Hasil terebut menyediakan daftar kompetensi yang lebih komprehensif yang berkaitan dengan perawatan dan manajemen HIV dan AIDS bagi lulusan perawat. Atas dasar tindak lanjut dari rekomendasi berbagai organisasi, kompetensi yang diidentifikasi terebut akan diintegrasikan lebih lanjut ke dalam kurikulum program sarjana keperawatan di salah satu universitas di Afrika Selatan, yakni University of the Western Cape. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tempat dan juga responden penelitian. Peneliti hanya akan menjadikan dosen keperawatan sebagai responden penelitian. Selain itu, meskipun penelitian yang dilakukan oleh Modeste dan Adejumo pada akhirnya akan dipetakan untuk bahan masukan kurikulum sarjana keperawatan, namun tujuan awal dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan untuk perawat yang baru saja lulus terkait manajemen HIV dan AIDS.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai referensi atau masukan untuk pihak PLN agar dapat mengembangkan teknologi energi terbarukan terutama turbin angin di daerah Nias Utara untuk membantu sektor kelistrikan

Waktu komputasi yang dihasilkan untuk menyelesaikan 4 algoritma ditampilkan pada Tabel 4.20. dan catatan untuk penyelesaian algoritma brute force bagian kedua dengan

“ Allah mengirimkan Muhammad dan menurunkan firman kepadanya. Bagian dari apa yang diturunkan adalah kutipan mengenai hukum rajam. Kita membaca, mengajarkan dan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar hs-CRP lebih tinggi pada remaja dengan obesitas dibandingkan IMT normal, kadar hs-CRP lebih tinggi pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa biskuit formulasi tepung pisang batu dan tepung terigu dengan perbandingan 85:15 (F2) menghasilkan total fenol yang lebih

Rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka dengan ini diumumkan bahwa Pemenang E-lelang Pemilihan Langsung pekerjaan tersebut di atas adalah sebagai berikut :M. NO NAMA PERUSAHAAN NPWP

reduksi dan oksidasi (redoks) unity of sciences dengan kualitas yang baik berdasarkan hasil validasi dari para ahli dan keterbacaan, sehingga dapat mendukung peserta