Abstrak - Setiap jaringan komunikasi bergerak seluler membutuhkan perencanaan sel dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pencakupan sel yang ditunjukan oleh jumlah base station, dimana diusahakan seminimal mungkin tetapi dapat memenuhi kapasitas trafik dan coverage area yang dibutuhkan. Optimasi penempatan BTS ini mecakup dua aspek yaitu ditinjau dari segi coverage dan dari segi trafik. Penanganan beban trafik meliputi prediksi jumlah pelanggan pada setiap sel, dimana dengan pertimbangan beban trafik yang diperlukan oleh pelanggan dan beban trafik yang diperlukan untuk mengatasi beban trafik yang diperlukan oleh pelanggan.
Pada tugas besar ini akan dibuat perancangan jaringan 4G LTE di Provinsi Papua Barat. Dipilihnya Provinsi Papua Barat dikarenakan di wilayah tersebut belum terdapat jaringan akses 4G LTE. Teknologi LTE merupakan teknologi 4G evolusi dari GSM dengan datarate mencapai 100 Mbps. Hal ini juga dipengaruhi karena tingkat kebutuhan masyarakat akan akses data semakin meningkat Perancangan sel yang dilakukan di Provinsi Papua Barat dibagi menjadi 5 coverage area menurut kabupaten dan kota yang ada. Kelima daerah tersebut terbagi menjadi 1 daerah sub urban dan 4 daerah rural. Daerah sub urban 1 Kota Sorong mempunyai 42 Sel. Daerah rural I yang merupakan gabungan dari kabupaten Fak-fak, kabupaten Kaimana, kabupaten Teluk Wondama, dan kabupaten Teluk Bintuni mempunyai 196 Sel. Daerah rural II merupakan gabungan dari kabupaten Manokwari, kabupaten Manokwari Selatan, dan pegunungan arfak mempunyai 95 Sel. Daerah rural III merupakan gabungan dari kabupaten Sorong Selatan dan Sorong mempunyai 59 Sel. Daerah rural IV merupakan gabungan dari kabupaten Raja Ampat, kabupaten tambraw, dan kabupaten Maybrat mempunyai 52 Sel.
Dari semua perhitungan yang dilakukan dalam
perancangan jaringan di Papua Barat memenuhi syarat Path Loss karena nilai seluruh Path Loss Uplink dan Downlink lebih kecil dari MAPL.
Kata kunci : 4G LTE, coverage, path loss
I. PENDAHULUAN
Telekomunikasi dapat diibaratkan jalan. Bila ada terbuka maka akses orang berkomunikasi menjadi terbuka. Jaringan 4G secara spesifik diarahkan untuk menyediakan layanan berkualitas tinggi dan kecepatan transfer data yang tinggi pula. 4G mampu memberikan kecepatan transfer data minimal 100 Mbps saat pengguna bergerak pada kecepatan tinggi (seperti ketika sedang berada di kereta api), serta sebesar satu Gbps dalam posisi diam.
Long Term Evolution, atau LTE, merupakan standar baru untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan saat ini. LTE menggunakan radio yang berbeda, namun tetap menggunakan dasar jaringan GSM / EDGE dan UMTS / HSPA. Jaringan ini ditujukan untuk memberikan kualitas penerimaan yang lebih baik, aliran transfer data lebih stabil, serta pertukaran informasi lebih cepat. Pada teknologi LTE digunakan Orthogonal Frequency Multiple Acces (OFDMA) sebagai teknologi akses jamaknya. Penggunaan OFDMA dapat mengurangi efek Intersymbol Interference (ISI), akan tetapi dengan diterapkannya teknologi OFMA yang memakai frekuensi tunggal menyebabkan peningkatan efek Intercell Interference (ICI).
Pada perancangan ini, dipilih provinsi Papua Barat, karena Papua Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang belum memiliki jaringan akses 4G/LTE. LTE dapat menjawab kebutuhan akses data berkecepatan tinggi.
II. DASAR TEORI 1. 4G LTE
LTE adalah suatu set perangkat tambahan Universal Mobile Telecommunications System (UMTS) yang diperkenalkan oleh 3rd Generation Partnership Project (3GPP) merupakan teknologi radio yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan akses data hingga mencapai 100 Mbps pada sisi downlink dan 50 Mbps pada sisi uplink. Selain itu, LTE mampu mendukung aplikasi yang secara umum terdiri dari layanan voice, data, video, termasuk juga IPTV.
2. Traffic Forecasting
Salah satu aspek perancangan penyeleggaraan jaringan seluler adalah Traffic Forecasting. Perhitungan Traffic Forecasting untuk menentukan kapasitas jaringan tahun ke- 1, 2 dst.
Traffic Forecasting didapat dengan adanya unsur berikut:
Perancangan Jaringan Seluler 4G LTE Frekuensi 1780-1875 MHz di Provinsi Papua Barat
Nurul Hidayah Mt.R1), Fitriana Istiqomah2), Muhammad Dickri Primayuda3) dan Nur Indah4)
Prodi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom Bandung
Jl. Telekomunikasi No.1 Dayeuhkolot, Bandung Selatan, Bandung Indonesia 55283 Email:
hidayahmatsito@students.telkomuniversity.ac.id1), fitqom@students.telkomuniversity.ac.id1), dickiprima@students.telkomuniversity.ac.id1), dan nurindah@students.telkomuniversity.ac.id1)
Jenis jaringan.
Jumlah penduduk.
Trafik suara.
Trafik data.
Minimum income aktif kapita/tahun.
Pertumbuhanhun penduduk/tahun.
Penetrasi populasi tahun ke-1, 2, 3, dst.
Traffic Capacity/BTS tahun ke-1, 2, 3, dst.
BTS Capacity tahun ke-1, 2, 3, dst.
3. Radio Link Budget
Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai semua parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx sampai Rx melalui media transmisi. Link merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan yang menggunakan media transmisi berbagai macam. Link budget ini dihitung berdasarkan jarak antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link budget juga dihitung karena adanya penghalang antara Tx dan Rx misal gedung atau pepohonan. Link budget juga dihitung dengan melihat spesifikasi yang ada pada antenna.
4. Cell Dimensioning
Perhitungan Cell Dimensioning menentukan jumlah sel yang diperlukan distribusi dan ukuran sel pada tiap sub-area.
Seperti :
Frekuensi
Ketinggian antena MS
Ketinggian antena BTS
Faktor lingkungan
Constant COST231-Hatta Terms
Luas cakupan tipe
III. PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Penggunaan Spektrum 4G LTE Penggunaan Spektrum 4G LTE
Parameters Value
LTE Duplex FDD
Frequency 1800 MHz
Frequency Uplink 1775-1785 MHz Frequency Downlink 1870-1880 MHz
Bandwidth 10 MHz
Modulasi AMC (QPSK,16 QAM,
64 QAM) Tabel 3.2 Konfigurasi LTE eNodeB
Konfigurasi LTE eNodeB
Parameters Value
PTx (dBm) 46 dBm
Gain Antena Tx 18 dBi
Jumper Cable 0.2 dB/Km
Feeder Cable 0.4 dB/Km
Rx Sensitivity (dBm) -100 dBm
Gain Antena Rx 18 dBi
TMA/MHA 13 dB
Sector 3
3.1 Data Wilayah dan Penduduk
Di bawah ini adalah data wilayah dan kependudukan dari Provinsi Papua Barat tahun 2013 sebagai pertimbangan untuk merencanakan pembangunan jaringan bergerak seluler:
Luas Wilayah : 97. 024, 17 km2
Jumlah Penduduk : 828.293 jiwa
Kepadatan penduduk/km2 : 8,54 jiwa/km2
Jumlah Area :13 (12 Kabupaten dan 1 Kota)
Jumlah coverage : 5 area (1 daerah sub urban dan 4 daerah rural)
Tabel 3.3 Data Sebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok usia
Usia Jumlah Penduduk
0 - 14 tahun 264.202
15 - 49 tahun 480.410 50 tahun ke atas 83.681 3.1.1 Data Daerah Perencanaan
Pembagian Daerah
Daerah I (Sub Urban) : Kota Sorong
Kepadatan : 187,12 user/km2
Jml penduduk : 211.840 jiwa
Luas total wilayah : 656, 64 km2
Daerah II (Rural I) : Kabupaten Fak-fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni
Kepadatan : 11,31 user/km2
Jml penduduk : 207.133 jiwa
Luas total wilayah : 52.078,68 km2
Daerah III (Rural II) : Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak
Kepadatan : 19,96 user/km2
Jml penduduk : 197.824 jiwa
Luas total wilayah : 14.250,94 km2
Daerah IV (Rural III) : Kabupaten Sorong Selatan dan Sorong
Kepadatan : 12,03 user/km2
Jml penduduk : 117.754 jiwa
Luas total wilayah : 123.731 km2
Daerah V (Rural IV) : Kabupaten Raja Ampat, Tambraw, dan Maybrat
Kepadatan : 8,52 user/km2
Jml penduduk : 93.742 jiwa
Luas total wilayah : 18.675,58 km2 3.2 Traffic Forecasting
Perencanaan dilakukan dengan beebrapa asumsi seperti di bawah ini :
1. Hanya usia 15-49 tahun (Usia Angkatan KErja) yang memiliki handset LTE. Selain itu dianggap tidak memberikan trafik.
2. Distribusi market pada daerah perencanaan adalah sebagai berikut :
Sub-Urban : 25,22%
Rural I : 17,24%
Rural II : 22,38%
Rural III : 21,52%
Rural IV : 13,64%
3. Presentase pengguna layanan suara, video, streaming, data dan multimedia.
Layanan Suara : 30%
Layanan Video : 10%
Layanan Data : 40%
Layanan Streaming : 10 %
Layanan Multimedia : 10%
4. Faktor pertumbuhan pelanggan dan sebaran populasi setiap daerah:
Tabel 3.4 Laju Pertumbuhan dan Sebaran Populasi tiap Daerah
NO. KABUPATEN/
KOTA
LAJU PERTUMBUHAN
DAERAH (%)
PERSENTASI POPULASI
(%)
1 FAK FAK 1.83 9
2 KAIMANA 2.74 6
3 TELUK
WONDAMA 2.11 3
4 TELUK
BINTUNI 2.30 7
5 MANOKWARI 2.73 18
6 MANOKWARI
SELATAN 1.91 3
7 SORONG
SELATAN 2.19 5
8 SORONG 2.61 9
9 KOTA SORONG 3.31 26
10 RAJA AMPAT 1.57 5
11 TAMBRAW 0.75 2
12 MAYBRAT 2.23 4
13 PEGUNUNGAN
ARFAK 3.37 3
IV. PERHITUNGAN dan ANALISA
Diasumsikan seluruh usia produktif merupakan pelanggan potensial (memiliki handset dual mode).
Diasumsikan perancangan untuk 3 tahun kedepan berdasarkan usia produktif.
Diasumsikan 13 kabupaten/kota di atas, dibagi menjadi 5 coverage area, seperti yang telah disebutkan pada bagian III.
Total User Berpotensi berdasarkan sensus penduduk badan Pusat Statistik tahun 2013 terdapat 480.410 penduduk Papua Barat berusia 15-49 tahun. Diasumsikan semua penduduk pada usia tersebut merupakan pelanggan GSM.
Sehingga dari data tersebut, diperoleh jumlah user produktif sebesar 480.410 user. Maka prediksi jumlah user produktif pada tahun 2013 hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut.
*) User tahun I (2013)
Jumlah user = jumlah usia produktif x Presentasi populasi
**) User tahun II (2014)
Jumlah user = (jumlah usia produktif tahun ke-1 x factor pertumbuhan daerah) + jumlah usia produktif tahun ke-1
***) User tahun III (2015)
Jumlah user = (jumlah usia produktif tahun ke-2 x factor pertumbuhan daerah) + jumlah usia produktif tahun ke-2
Tabel 4.1 Jumlah User pada tahun ke I, II dan III
Pembagian coverage area adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Jumlah User pada tahun ke I, II dan III berdasarkan coverage area
Tabel 4.3 Klasifikasi LTE
4.1 Perhitungan Offered bit Quantity (OBQ) tiap daerah:
Untuk menentukan total kebutuhan trafik yang dibutuhkan tiap daerah, maka haruslah di tentukan parameter-parameter yang dapat menentukan jumlah bit di antara trafik yang akan muncul pada tiap daerah.
OBQ = σ x p x d x BHCA x BW Dimana :
σ : kepadatan pelanggan potensial dalam suatu daerah [user/km2]
p : penetrasi pengguna tiap layanan d : lama panggilan efektif [s]
BHCA : Busy Hour Call Attempt[call/s]
BW : bandwidth tiap layanan [Kbps]
1. Daerah Rural I : Fak-fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni
Pelanggan LTE Rural Tahun ke-1 : 120.137 Tahun ke-2 : 122.806 Tahun ke-3 : 125.536 Kepadatan User/Km2 Tahun ke-1 : 11 Tahun ke-2 : 12 Tahun ke-3 : 12
Luas daerah 52.078,68 Km2
Tabel 4.4 nilai OBQ Daerah Rural I
2. Daerah Rural II : Manokwari, Manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak
Pelanggan LTE Rural Tahun ke-1 : 99.235 Tahun ke-2 : 101.845 Tahun ke-3 : 104.524 Kepadatan User/Km2 Tahun ke-1 : 14 Tahun ke-2 : 15 Tahun ke-3 : 16
Luas daerah 11.477,20 Km2
Tabel 4.5 nilai OBQ Daerah Rural II
3. Daerah Rural III : Sorong Selatan, Sorong
Pelanggan LTE Rural Tahun ke-1 : 68.297 Tahun ke-2 : 69.980 Tahun ke-3 : 71.704 Kepadatan User/Km2 Tahun ke-1 : 12 Tahun ke-2 : 12 Tahun ke-3 : 13
Luas daerah 11362.23 Km2
Tabel 4.6 Nilai OBQ Daerah Rural III
4. Daerah Sub-Urban : Kota Sorong
Pelanggan LTE Rural Tahun ke-1 : 122.867 Tahun ke-2 : 126.934 Tahun ke-3 : 131.136 Kepadatan User/Km2 Tahun ke-1 : 187 Tahun ke-2 : 193 Tahun ke-3 : 199 Luas daerah 656,64 Km2
Tabel 4.7 Nilai OBQ Daerah Sub Urban
5. Daerah Rural IV : Raja Ampat, Tambraw, dan Maybarat
Pelanggan LTE Rural Tahun ke-1 : 69.873 Tahun ke-2 : 71.323 Tahun ke-3 : 72.807 Kepadatan User/Km2 Tahun ke-1 : 14 Tahun ke-2 : 14 Tahun ke-3 : 15 Luas daerah 21.449 Km2
Tabel 4.8 Nilai OBQ Daerah Rural IV
4.2 Cell Dimensioning
Tabel 4.8 Kapasitas LTE e-NodeB
1. Daerah Rural I : Fak-fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni
Kapasitas eNodeB = 50,4 (asumsi menggunakan 64 QAM, BW = 10 MHz )
√
√
2. Daerah Rural II : Fak-fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni
Kapasitas eNodeB = 50,4 (asumsi menggunakan 64 QAM, BW = 10 MHz )
√
√
3. Daerah Rural III : Manokwari, manokwari Selatan, dan Pegunungan Arfak
Kapasitas eNodeB = 50,4 (asumsi menggunakan 64 QAM, BW = 10 MHz )
√
√
4. Daerah Sub Urban : Kota Sorong
Kapasitas eNodeB = 50,4 (asumsi menggunakan 64 QAM, BW = 10 MHz )
√
√
5. Daerah Rural IV : Raja Ampat, Tambraw, dan Maybarat
Kapasitas eNodeB = 50,4 (asumsi menggunakan 64 QAM, BW = 10 MHz )
√
√ 4.3 Radio Link Budget
Perhitungan path loss maksimum di 5 daerah di Provinsi untuk daerah Urban, daerah Sub-Urban dan Rural akan digunakan model propagasi Cost 231-Hatta. Frekuensi carrier LTE : 1800 MHz Digunakan model COST 231 – Hata.
Tabel 4.9 Spesifikasi Model COST 231
Asumsi:
Tabel 4.10 Spesifikasi Uplink Link Budget LTE
Tabel 4.11 Spesifikasi Downlink Link Budget LTE
a (hR) Uplink
a(hr)= (1.1*log fc-0.7)*hR-(1.56*log fc-0.8) dB |fm uplink : 1770 MHz
a(hr)= (1.1*log 1780-0.7)*1.65-(1.56*log 1780-0.8) dB
|fm uplink : 1770 MHz a(hr)= 0.474
a (hR) Downlink
a(hr)= (1.1*log fc-0.7)*hR-(1.56*log fc-0.8) dB |fm downlink : 1875 MHz
a(hr)= (1.1*log fc-0.7)*hR-(1.56*log fc-0.8) dB |fm downlink : 1875 MHz
a(hr)= 0.48
1. Daerah Rural I : Fak-fak, Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni
Uplink
Frekuensi Uplink (f) = 1780 MHz Radius Sel (d) = 7,249776 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1780) - 13.82 log (80) - 0.474 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 7.249976 + 0
L= 46.3 + 110.1 -26.3 - 0.474 + 27.905 L= 157.531 dB
Downlink
Frekuensi Downlink (f) = 1875 MHz Radius Sel (d) = 7,249776 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1875) - 13.82 log (80) - 0.48 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 7.249976 + 0
L= 46.3 + 110.95 - 26.3 - 0.48 + 27.905 L= 158.375 dB
2. Daerah Rural II : Manokwari, Manokwari Selatan,dan Pegunungan Arfak
Uplink
Frekuensi Uplink (f) = 1780 MHz Radius Sel (d) = 5.425992929 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1780) - 13.82 log (80) - 0.474 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 5.425992929 + 0
L= 46.3 + 110.1 -26.3 - 0.474 + 23.822 L= 153.448 dB
Downlink
Frekuensi Uplink (f) = 1875 MHz Radius Sel (d) = 5.425992929 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1875) - 13.82 log (80) - 0.48 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 5.425992929 + 0
L= 46.3 + 110.95 -26.3 - 0.48 + 23.822 L= 154.292 dB
3. Daerah Rural III : Sorong dan Sorong Selatan
Uplink
Frekuensi Uplink (f) = 1780 MHz Radius Sel (d) = 6,906162 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1780) - 13.82 log (80) - 0.474 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 6,906162 + 0
L= 46.3 + 110.1 -26.3 - 0.474 + 27,22 L= 156,846 dB
Downlink
Frekuensi Uplink (f) = 1875 MHz Radius Sel (d) = 6,906162 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1875) - 13.82 log (80) - 0.48 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 6,906162 + 0
L= 46.3 + 110.95 -26.3 - 0.48 + 27,22 L= 157,69 dB
4. Daerah Sub-Urban : Kota Sorong
Uplink
Frekuensi Uplink (f) = 1780 MHz Radius Sel (d) = 1.762010536 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1780) - 13.82 log (80) - 0.474 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 1.762010536 + 0
L= 46.3 + 110.1 -26.3 - 0.474 + 7.979 L= 137.605 dB
Downlink
Frekuensi Uplink (f) = 1875 MHz Radius Sel (d) = 6,906162 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1875) - 13.82 log (80) - 0.48 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 1.762010536 + 0
L= 46.3 + 110.95 -26.3 - 0.48 + 7.979 L= 138.449 dB
5. Daerah Rural IV : Raja Ampat, Tambraw, dan Maybarat
Uplink
Frekuensi Uplink (f) = 1780 MHz Radius Sel (d) = 8.38919816 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1780) - 13.82 log (80) - 0.474 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 8.38919816 + 0
L= 46.3 + 110.1 -26.3 - 0.474 + 29.9606 L= 159.586 dB
Downlink
Frekuensi Uplink (f) = 1875 MHz Radius Sel (d) = 6,906162 km
L = 46.3 + 33.9 log (f) - 13.82 log (hT) - a(hR) + (44.9 - 6.55 log hT)*log d + Cm
L = 46.3 + 33.9 log (1875) - 13.82 log (80) - 0.48 + (44.9 - 6.55 log 80)*log 8.38919816 + 0
L= 46.3 + 110.95 -26.3 - 0.48 + 29.9606 L= 160.4306 dB
Sehingga hasil Perhitungan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan
Keterangan :
Seluruh perancangan link jaringan 4G di provinsi Papua Barat memenuhi syarat perhitungan pathloss, karena nilai seluruh pathloss uplink dan pathloss downlink lebih kecil dari nilai MAPL uplink downlink.
4.4 HASIL PERENCANAAN
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan
4.5 PEMETAAN SEL 1. Daerah Rural I:
2. Daerah Rural II:
3. Daerah Rural III:
4. Daerah Sub Urban:
5. Daerah Rural IV:
V. KESIMPULAN
1. Pada Perancangan Link Jaringan 4G LTE pada Provinsi Papua Barat, terdapat 13 area, yang terdiri dari 12 kabupaten dan 1 kota.
2. Struktur topografi terbagi 2 area yaitu Sub-Urban 35% dan Rural 65%. Daerah 1 (Sub-Urban) yaitu Kota Sorong 25,22%, daerah 2 (Rural 1) yaitu Kab.
Fak-fak, Teluk Bintuni, Kaimana, dan Teluk Wondama 17,24%, daerah 3 (Rural 2) yaitu Manokwari, Manokwari Selatan dan Pegunungan Arfak 22,38%, daerah 4 (Rural 3) yaitu Kab.
Sorong dan Sorong Selatan 21,52%, dan daerah 5 (Rural 4) yaitu Kab. Raja Ampat, Tambraw dan Maybarat 13,64%
3. Data kependudukan Provinsi Papua Barat luas wilayah 97.024, 17 km2.. Jumlah penduduk sebanyak 828.293 jiwa . Data tersebut diambil tahun 2013-2015.
4. Presentase penggunaan layanan suara, video, streaming, data, multimedia pada perancangan ini yaitu suara 30%, video 10%, data 40%, streaming 10%, dan multimedia 10%.
5. Frekuensi yang digunakan dalam Perancangan LTE adalah 1800 Mhz, dimana frekuensi uplink 1780 Mhz dan frekuensi downlink 1875 MHz, dengan bandwidth 10 MHz.
6. Perancangan ini mengacu pada tahun 1,2 dan 3 dan meliputi beberapa parameter perhitungan berupa konfigurasi jaringan, traffic forecasting, OBQ, cell dimensioning,dan radio link budget (Cost231-Hatta).
7. Seluruh Perancangan Link Jaringan 4G di Provinsi Papua Barat memenuhi syarat perhitungan path loss, karena nilai seluruh path loss uplink dan path loss downlink lebih kecil dari nilai MAPL uplink downlink.
VI. DAFTAR PUSTAKA [1] http://irjabar.bps.go.id/
[2]Modul Perkuliahan Wireless Communications System “Large Scale Fading”. Bandung : Universitas Telkom
[3] Pratama, Wisnu Hendra. 2015. “Analisa Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Menggunakan Metode Frekuency Reuse 1, Fractional Frekuency Reuse Studi Kasus Kota Bandung”.
Bandung : Universitas Telkom
[4] Nurholis, Ahmad. 2014. “Perancangan Jringan LTE Berdasarkan Kapasitas Sel di Wilayah Kabupaten Jember”. Universitas Jember
Nurul Hidayah Matsito Radiman (1101158620). Lahir di Maros, 25 Januari 1994. Telah menyelesaikan program Diploma pada tahun 2014 di Universitas Telkom dengan jurusan peminatan yaitu Teknik Telekomunikasi. Pada tahun 2015 hingga sekarang melanjutkan pendidikan di Universitas Telkomdengan jurusan yang sama, untuk program sarjana.
Fitriana Istiqomah (1101158621).
Lahir di Sukoharjo, 8 Maret 1994.
Merupakan mahasiswi S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom 2015 yang sebelumnya telah memperoleh gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T) jurusan D3 Teknik Telekomunikasi.
Dickri Prima Yudha (1101158609).
Lahir di Sukabumi, 1 Februari 1995.
Merupakan mahasiswa S1 Teknik Telekomunikasi Universitas Telkom 2015 yang sebelumnya telah memperoleh gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T) jurusan D3 Teknik Telekomunikasi.
Nur Indah (1101124345), lahir di Jeneponto, 3 Mei 1995. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Menempuh pendidikan di tanah kelahiran, di mulai pada tingkat TK hingga SMA. Saat ini sedang menempuh pendidikan tingkat akhir S1 Teknik Telekomunikasi, Telkom University. Penulis sangat tertarik di bidang transmisi dan seluler. Oleh karenanya, saat ini sedang menggarap Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Resource Allocation Menggunakan Algoritma Ant Colony Optimization (ACO) Pada Sistem SC-FDMA Long Term Evolution (LTE) Arah Uplink “. Kedepannya, penulis berkeinginan untuk mendalami dan menekuni bidang wireless dan antenna propagation.