• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH HARIYADI TARIGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI OLEH HARIYADI TARIGAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE DAN SPRINGATE PADA

PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

HARIYADI TARIGAN 160521077

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARASI POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE Z-SCORE ALTMAN DAN SPRINGATE PADA

PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan potensi kebangkrutan pada perusahaan Telekomunikasi Terbuka di Bursa Efek Indonesia di dengan menggunakan model Altman Z”-score, dan Springate pada tahun 2012-2017, serta untuk mengetahui analisis kebangkrutan yang paling akurat dari kedua model kebangkrutan tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 4 perusahaan Telekomunikasi terbuka di Bursa Efek Indonesia. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh, dan metode analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis (MDA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara potensi kebangkrutan dengan Atman Z”-score, dan Springate dengan menggunakan Uji Mann-Whitney. The Nagelkerke R2 test results show that the Springate method is more accurate than Z-Score

Kata Kunci: Kebangkrutan, Altman Z”-score dan Springate.

(7)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF POTENTIAL OF BANKRUPTCY WITH Z-SCORE ALTMAN AND SPRINGATE METHODS IN

TELECOMMUNICATION COMPANY REGISTERED IN BURSA EFEK INDONESIA

The purpose of this research is to see potential of bankruptcy in the telecommunication company in Bursa Efek Indonesia by using Altman Z-Score method and springate on 2012-2017, and to know the bankruptcy analysis that the most accurate between two models. The sample that used in this research are 4 telecommunication companies in Bursa Efek Indonesia. The sample in this research is using sample saturate technique. Method of analysis used Multiple Discriminant Analysis (MDA). The result of this research show that there is no diffrence between the bankruptcy potential with Altman Z-Score and Springate by using Mann-Whitney Test.

Keywords: Bankruptcy, Altman Z-score and Springate.

(8)

KATA PENGANTAR

Terimakasih peneliti ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesehatan dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman Dan Springate Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ”.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua terkasih Bapak Pembangunen Tarigan dan Ibuk Tetty Br Sitepu yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi peneliti serta selalu memberikan yang terbaik kepada peneliti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku ketua prodi dan Bapak Doli Muhammad Ja’far Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Sekretaris prodi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nirsrul Irawati, MBA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I yang banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang juga

(9)

banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada kakak dan adik peneliti Maha Perdana Tarigan dan Karina Alemina Br Tarigan yang telah memberikan doa, semangat dan perhatiannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Untuk yang selalu ada Sari Fefayosa yang telah memberikan doa, semangat dan perhatiannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk teman-teman di Program Studi Manajemen Ekstensi stambuk 2016 (Ombut, Fahmi, Nanda, Doli, Bang Undip, Nopri, Recan, Frenty, Putri, Evy, Siti, Sarah, Kak Fima) yang telah melengkapi keindahan masa kuliah. Senang bisa berkenalan dengan kalian.

9. Untuk teman-teman terkasih Bang Veri, Bang Limay, Bang Girsang

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan tugas akhir ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan , Januari 2019 Peneliti,

Hariyadi Tarigan NIM. 160521077

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Laporan Keuangan ... 8

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan... 9

2.1.3 Manfaat Laporan Keuangan ... 9

2.1.4 Kebangkrutan... 10

2.1.5 Penyebab Kebangkrutan ... 11

2.1.6 Manfaat Informasi Kebangkrutan ... 13

2.1.7 Model Altman Z-score ... 15

2.1.8 Model Springate ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual ... 24

2.4 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Batasan Operasional ... 27

3.4 Definisi Oprasional Variabel ... 28

3.4.1 Pengertian Rumus Model Altman Z-score ... 28

3.4.2 Pengertian Rumus Model Springate ... 30

3.5 Poplasi dan Sample Penelitian ... 32

3.5.1 Populasi ... 32

3.5.2 Sample ... 32

3.6 Jenis Data ... 33

3.7 Metode Pengumpulan Data……… ... 33

3.8 Teknik Analisis Data ... 35

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

3.8.2 Multiple Discriminant Analysis (MDA)... 35

3.9 Uji Hipotesis ... 36

(11)

3.9.1 Uji Keakuratan Model Prediksi ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 38

4.2 Analisis Rasio Keuanga Dengan Altman Z-score ... 39

4.3.1 Rasio X1 (Modal Kerja/Total Aset) ... 40

4.3.2 Rasio X2 (Laba Ditahan/Total Aset) ... 41

4.3.3 Rasio X3 (EBIT/Total Aset) ... 42

4.3.4 Rasio X4 (Nilai Buku Ekuitas) Nilai Buku Utang) ... 42

4.3 Analisis Rasio Keuangan dengan Springate ... 43

4.4.1 Rasio X1 (Modal Kerja/Total Aset) ... 44

4.4.2 Rasio X2 (EBIT/Total Aset) ... 45

4.4.3 Rasio X3 (EBT/Utang Lancar) ... 46

4.4.4 Rasio X4 (Penjualan/Total Aset)... 47

4.4 Kebangkrutan Perusahaan menggunakan Model Altman Z-score dan Springate ... 48

4.5 Hasil Penelitian ... 52

4.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52

4.5.2 Uji Normalitas Data ... 55

4.6 Uji Hipotesis ... 56

4.6.1 Uji Mann-Whitney (Perbedaan Skor Prediksi antara Z-Score dan Springate) ... 56

4.6.2 Pengujian Tingkat Akurasi Prekdisi antara Z-Score dan Springate ... 56

4.7 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

DAFTAR LAMPIRAN ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Jumlah Pelanggan dan Pendapatan Perusahaan Operator Seluler GSM di Indonesia

Tahun 2012-2017 ... 4

2.1 Tolak Ukur Dari Rumus Z-Score ... 20

2.2 Penelitian Terdahulu ... 22

3.1 Pengertian Variabel Rumus Z-score ... 33

3.2 Pengertian Variabel Rumus Springate ... 33

3.3 Daftar Perusahaan yang menjadi sample ... 35

4.1 Gambaran Perusahaan ... 38

4.2 Hasil Perhitungan Modal Kerja Terhadap Total Aset ... 40

4.3 Hasil Perhitungan Laba ditahan Terhadap Total Aset ... 41

4.4 Hasil Perhitungan EBIT Terhadap Total Aset ... 42

4.5 Hasil Perhitungan Nilai Buku Ekuitas Terhadap Nilai Buku Utang ... 43

4.6 Hasil Perhitungan Modal Kerja Terhadap Total Aset ... 45

4.7 Hasil Perhitungan EBIT Terhadap Total Aset ... 47

4.8 Hasil Perhitungan EBT Terhadap Utang Lancar ... 48

4.9 Hasil Perhitungan Penjualan Terhadap Total Aset ... 49

4.10 Hasil perhitungan kebangkrutan perusahaan dengan Altman Z-Score ... 50

4.11 Hasil perhitungan kebangkrutan perusahaan dengan Springate ... 52

4.12 Statistik Deskriptif Berdasarkan Skor Prediksi Potensi Kebangkrutan Z-Score (Z) dan Springate (S) ... 53

4.13 Prediksi Kondisi Perusahaan berdasarkan Z-Score ... 54

4.14 Prediksi Kondisi Perusahaan berdasarkan Pendekatan Model Springate ... 55

4.15 Uji Normalitas ... 57

4.16 Uji mann-whitney ... 59

4.17 Uji Akurasi Berdasarkan Nagelkerke R2 ... 61

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

1.1 Pertumbuhan Jumlah Pengguna ... 4 2.1 Kerangka Konseptual ... 20

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Hasil Perhitungan Variabel Z-Score... 64

2 Hasil Perhitungan Variabel Springate ... 64

3 Hasil Perhitungan Z-Score ... 65

4 Hasil Perhitungan Springate ... 65

5 Descriptive Statistics ... 65

6 Frequency Prediksi Kebangkrutan Model Springate... 65

7 Frequency Prediksi Kebangkrutan Model Z-Score ... 66

8 Uji Normalitas ... 66

9 Uji Mann-whitney ... 66

10 Uji Akurasi Berdasarkan Nagelkerke R2 ... 66

(15)

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan agar menghasilkan profit sehingga mampu untuk bertahan dan berkembang dalam jangka waktu panjang. Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan terus hidup dan diharapkan tidak akan mengalami likuidasi. Kenyataan yang ada pada saat ini tidak sesuai yang asumsi tersebut. Perusahaan bisa didelisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) disebabkan karena perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress atau sedang mengalami kesulitan yang mugkin bisa mengalami kebangkrutan.

Perkembangan teknologi semakin pesat. Salah satu contohnya adalah dibidang telekomunikasi. Para penyedia layanan telekomunikasi berlomba-lomba untuk menarik pelanggan untuk menggunakan layanannya. Mulai dari iklan yang menarik hingga tarif yang murah dan berbagai hadiah yang digunakan untuk menarik minat pelanggan. Semakin banyaknya penyedia layanan membuat para pelanggan mencari yang terbaik. Oleh karena semakin ketatnya persaingan pangsa pasar telekomunikasi, maka dapat mengakibatkan kebangkrutan apabila tidak mampu untuk bersaing.

Pada era globalisasi ini, sub sektor industri telekomunikasi ini mengalami perkembangan yang semakin pesat seiring dengan pertumbuhan dari jumlah pelanggan selulernya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan dari para pelanggan yang meningkat sehingga perusahaan telekomunikasi (provider) secara

(16)

2

tidak langsung melakukan inovasi terhadap kualitas dari produknya dalam memenuhi kebutuhan pasar.

Gambar 1.1

Pertumbuhan Pengguna Telekomunikasi

Namun, jika dilihat dari tingkat pertumbuhan pengguna telekomunikasi tahun 2013 sampai 2017, pengguna telekomunikasi sedang mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan tersebut diperoleh dari selisih antara jumlah pengguna tahun yang diamati dengan jumlah pengguna tahun sebelumnya.

Berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan bahwa adanya pertumbuhan.

Yaitu, pada tahun 2014 meningkat sebesar 18 juta pengguna, tahun 2015 pengguna stabil dari tahun sebelumnya, tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 96 juta pengguna, dan tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 1 juta pengguna. Sehingga dapat disimpulan terdapat fenomena dimana tahun 2013 ke 2014 jumlah pengguna telekomunikasi meningkat sebesar 7%, tahun 2014 ke

(17)

2015 peningkatan tersebut stabil, sedangkan pada tahun 2016 terdapat peningkatan pertumbuhan yang pesat yaitu sebesar 34% dikarenakan pada tahun tersebut minat masyarakat meningkat tinggi untuk menggunakan jasa telekomunikasi. Namun, pada tahun 2016 ke 2017 kondisi persaingan pasar berubah menjadi sangat ketat hal ini di tunjukan dengan jumlah pengguna yang hanya meningkat sebesar 0,2%. Meskipun demikian, situasi persaingan yang sangat ketat tersebut tidak membuat perjalanan bisnis dari perusahaan telekomunikasi selalu menunjukkan perkembangan usaha. Tetapi pada suatu ketika ada saatnya perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan yang tidak mampu mempertahankan kinerjanya maka akan tersisih dari para pesaingnya dan dikhawatirkan perusahaan tersebut akan menuju ke arah kebangkrutan.

Kondisi kebangkrutan dari sebuah perusahaan dapat diteliti sebelum hal tersebut terjadi. Semakin awal tanda–tanda kebangkrutan itu ditemukan, maka semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen dapat melakukan perbaikan sejak awal. Oleh karena itu, perusahaan perlu menganalisa untuk dapat memprediksi potensi kebangkrutan yang akan terjadi sehingga perusahaan dapat mengambil langkah-langkah penanggulangan dan perbaikan yang tepat.

Dalam mengukur potensi kebangkrutan, ada beberapa metode, salah satunya adalah metode Altman Z-score (1968). Metode Altman Z-score menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis yang di kembangkan oleh Edward I Altman dengan meramalkan apakah suatu perusahaan akan bangkrut, berada di daerah kelabu, atau berada dalam posisi aman untuk beberapa tahun mendatang. Terdapat lima jenis rasio keuangan yang digunakan dalam model

(18)

4

Altman Z-score yaitu rasio modal kerja terhadap total aset, rasio laba ditahan terhadap total aset, rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, dan rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai buku utang.

Model untuk memprediksi kebangkrutan yang lain yakni model Springate yang dikembangkan oleh Gordon Springate (1978) dengan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis. Spingate menggunakan 40 perusahaan sebagai sampelnya dan menggunakan empat dari sembilan belas rasio finansial yang umum untuk memprediksi kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut, yaitu rasio modal kerja terhadap total aset, rasio laba sebelum beban bunga dan pajak terhadap total aset, rasio laba sebelum pajak terhadap utang lancar, dan rasio penjualan terhadap total aset.

Berikut Tabel pertumbuhan jumlah pendapatan dari empat perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Tabel 1.1

Pertumbuhan Jumlah Pendapatan Perusahaan Operator Seluler GSM di Indonesia Tahun 2013-2017

Tahun

Perusahaan

2013 2014 2015 2016 2017

PT. Telekomunikasi Selular Tbk

Laba (rugi) Bersih (Rp Triliun)

14,205 14,471 15,489 19,352 22,145

Presentase

Kenaikan/

Penurunan(%) -

Meningkat 1,8 Meningkat 7,03

Meningkat 24,9

Meningkat 14,4

Pengguna (Juta)

131,5 140,5 152,6 173,9 196

Presentase Kenaikan / Penurunan(%)

- Meningkat 6,84

Meningkat 8,6

Meningkat 13,95

Meningkat 12,7

PT. Indosat Tbk Laba (rugi) Bersih (Rp Triliun)

1,509 0,672 2,362 3,940 4,032

(19)

Lanjutan Tabel 1.1

Tahun

Perusahaan

2013 2014 2015 2016 2017

Presentase

Kenaikan / Penurunan(%)

-

Menurun 55.46

Meningkat 251,4

Meningkat 66,8

Meningkat 2,3

Pengguna (Juta)

53,8 63,2 69,7 85,7 110,2

Presentase Kenaikan / Penurunan(%)

-

Meningkat 17,47

Meningkat 10,28

Meningkat 22,95

Meningkat 28,58

PT. XL Axiata Tbk Laba (rugi) Bersih (Rp Triliun)

21,35 23,569 22,960 21,412 22,901

Presentase

Kenaikan / Penurunan(%)

-

Meningkat 10.3

Menurun 2,5

Menurun 6,7 Meningkat 6,9

Pengguna (Juta)a

60,5 59,6 42,1 46,47 53,5

Presentase Kenaikan / Penurunan(%)

-

Menurun 1,48

Menurun 29,36

Meningkat 10,38

Meningkat 15,12

PT. Smartfren Tbk Laba (rugi) Bersih (Rp Triliun)

(2,534) (1,739) (2,008) (1.979) (3.024)

Presentase

Kenaikan / Penurunan(%)

-

Meningkat 31,3

Menurun 15,4

Meningkat 1,4

Menurunt 52,8

Pengguna (Juta)

11,3 11,9 11 11 11,5

Presentase Kenaikan / Penurunan(%)

-

Meningkat 5,3

Menurun 7,56

Tetap Meningkat 0,9

Sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa 4 (empat) perusahaan telekomunikasi di atas mengalami peningkatan dan penurunan jumlah laba dari tahun 2013 hingga tahun 2017, PT. Telekomunikasi Selular Tbk selalu mengalami peningkatan laba dan jumlah pengguna dari tahun 2013 sampai 2017, PT. Indosat Tbk mengalami pegerakan laba dan jumlah pengguna yang meningkat tiap tahunnya, kecuali pada tahun 2014 yaitu sebesar 672 Miliar dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 1.509 Miliar, dan mengalami keuntungan yang meningkat dari yaitu sebesar 2.362 Miliar pada tahun 2015, dan terus meningkat dari tahun 2016

(20)

6

dan 2017 yaitu 3.940 Miliar dan 4.032 Milliar, PT. XL Axiata Tbk mengalami peningkatan jumlah laba setiap tahunnya kecuali tahun 2015 yaitu sebesar 22.960 Miliar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 23.569 Milliar dan juga pengguna yaitu dari 59,6 menjadi 42,1 juta, sedangkan PT. Smartfren Tbk dari tahun 2014 sampai 2017 selalu mengalami kerugian. Meskipun jumlah Laba dari keempat perusahaan Telekomunikasi tersebut cenderung terlihat mengalami kenaikan pada tahun 2013-2017 Perusahaan masih tetap harus melakukan prediksi kebangkrutan untuk dapat mengambil langkah-langkah perbaikan sejak awal apabila perusahaan tersebut berpotensi mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik membuat penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z- Score Altman Dan Springate Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah ada perbedaan potensi kebangkrutan pada perusahaan telekomunikasi yang terdapat di BEI setelah dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z- Score dan Springate?

1.3 Tujuan Penelitan

Tujuan penelitian ini antara lain adalah Untuk mengetahui dan menganalisis apakah terdapat perbedaan potensi kebangkrutan pada perusahaan

(21)

telekomunikasi yang terdapat di BEI setelah dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-Score dan Springate.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan, khususnya bagi manajer keuangan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan pengambilan keputusan

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan mempertajam daya pikir ilmiah mengenai analisis potensi kebangkrutan pada perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi atau bahan wacana untuk penelitian selanjutnya.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan

Menurut Deanta (2009) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi, dimana setiap transaksi diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa sehingga laporan akhirpun disajikan dalam nilai uang. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi.

Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu pada neraca dan periode tertentu untuk laporan laba rugi. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti:

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan, dan laporan kas.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

Menurut Syamsudin (2009) analisa laporan keuangan perusahaan pada

(23)

dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa ada teknik tertentu dan alat yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan menjadi informasi yang lebih berguna, mendalam dan lebih tajam sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.1.3 Manfaat Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Menurut Kasmir (2014) tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

(24)

10

periode tertentu.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8. Informasi keuangan lainnya.

2.1.4 Kebangkrutan

Kebangkrutan (bankcruptcy) menurut (Rudianto, 2013) diartikan sebagai

“kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya”.

Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan akan menyebabkan penciutan usaha, perusahaan menjadi lebih kecil, bahkan dalam kesulitan yang lebih berat akan menyebabkan perusahaan tersebut ditutup. Dengan adanya kesulitan keuangan tersebut, perusahaan dapat dikatakan gagal.Kegagalan perusahaan tidak saja karena kesulitan keuangan, tetapi juga dalam kenyataan tidak jarang perusahaan mengalami kesulitan dalam persaingan sehingga memperkecil skala perusahaan, atau bahkan harus menutup perusahaan atau dilikuidasi.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 dimana suatu instansi dinyatakan pailit oleh keputusan pengadilan apabila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan adalah suatu kegagalan yang terjadi dalam perusahaan, apabila perusahaan tersebut mengalami:

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan ekonomi berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biayanya sendiri.

2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

Kegagalan keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan

(25)

perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mungkin sebagai awal kebangkrutan.

Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu.

Kebangkrutan merupakan akumulasi dari kesalahan pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang. Karena itu, diperlukan alat untuk mendeteksi potensi kebangkrutan yang mungkin dialami perusahaan. Analisis kebangkrutan diperlukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Alat pendeteksi dini kebangkrutan dibutuhkan untuk melihat tanda awal-awal kebangkrutan. Semakin awal tanda kebangkrutan diperoleh maka semakin baik bagi pihak manajemen, karena pihak manajemen bisa melakukan berbagai langkah perbaikan sebagai upaya pencegahan. Pihak kreditor dan juga pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.

2.1.5 Penyebab Kebangkrutan

Manajemen yang kurang kompeten juga menjadi penyebab utama kegagalan yang berakhir kebangkrutan perusahaan. Pada prinsipnya, penyebab utama kegagalan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu (Rudianto, 2013) :

1. Faktor Internal

Kurang kompetennya manajemen perusahaan akan berpengaruh terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil. Kesalahan dalam mengambil keputusan akibat kurangnya kompetennya manajemen yang dapat menjadi

(26)

12

penyebab kegagalan perusahaan, meliputi faktor keuangan maupun nonkeuangan. Kesalahan pengelolaan di bidang keuangan yang dapat menyebabkan kegagalan perusahaan, meliputi:

a. Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat bagi perusahaan.

b. Adanya “current liabilities” yang terlalu besar di atas “current assets”

c. Lambatnya penagihan piutang atau banyaknya “bad debts” (piutang tak tertagih dari aktifitas kredit).

d. Kesalahan dalam “dividend policy”

e. Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.

Kesalahan pengelolahan dibidang nonkeuangan yang dapat menyebabkan kegagalan perusahaan, meliputi:

a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan b. Kesalahan dalam penetuan produkyang dihasilkan.

c. Kesalahan dalam penetuan besarnya perusahaan d. Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan e. Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan f. Kesalahan dalam kebijakan pembelian

g. Kesalahan dalam kebijakan produksi h. Kesalahan dalam kebijakan pemasaran 2. Faktor Eksternal

Berbagai faktor eksternal dapat menjadi penyebab kegagalan sebuah perusahaan. Penyebab eksternal adalah berbagai hal yang timbul atau berasal

(27)

dari luar perusahaan dan yang berada di luar perusahaan atau kendali pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu:

a. Kondisi perekonomian secara makro, baik domesti maupun internasional b. Adanya persaingan yang ketat.

c. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya.

d. Turunya harga-harga dan sebagainya.

2.1.6 Manfaat Informasi Kebangkrutan

Akumulasi dari kesalahan pengelolaan perusahaan dalam jangka panjang akan mengakibatkan kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dengan melibatkan rasio keuangan diperlukan untuk melihat tanda-tanda awal kebangkrutan. Analisis kebangkrutan akan memberikan informasi kebangkrutan bagi beberapa pihak berikut ini (Rudianto, 2013):

1. Manajemen

Apabila manajemen perusahaan bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan lebih awal, maka tindakan pencegahan bisa dilakukan.

Berbagai aktivitas atau biaya yang dianggap dapat menyebabkan kebangkrutan akan di hilangkan atau diminimalkan. Langkah pencegahan kebangkrutan yang merupakan tindakan akhir penyelamat yang dapat dilakukan bisa berupa merger atau restrukturisasi keuangan.

2. Pemberi pinjaman (kreditor)

Informasi kebangkrutan perusahaan bisa bermanfaat bagi sebuah badan usaha yang berposisi sebagai kreditor untuk mengambil keputusan mengenai diberikan tidaknya pinjaman kepada perusahaan tersebut. Pada

(28)

14

langkah berikutnya, informasi tersebut berguna untuk memonitor pinjaman yang telah diberikan.

3. Investor

Infomasi kebangkrutan perusahaan bisa bermanfaat bagi sebuah badan usaha yang berposisi sebagai investor perusahaan lain. Jika perusahaan investor berniat membeli saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang telah dideteksi kemungkinan kebangkrutannya, maka perusahaan calon investor itu dapat memutuskan membeli atau tidak surat berharga yang dikeluarkan perusahaan tersebut

4. Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah bertanggung jawab mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tidakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.

5. Akuntan public

Akuntan publik perlu menilai potensi keberlangsungan hidup badan usaha yang sedang diauditnya, karena akuntan akan menilai kemampuan going concern perusahaan tersebut.

Terdapat beberapa model analisis kebangkrutan yang digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan. Beberapa model analisis kebangkrutan dihasilkan dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli seperti Altman Z-Score, Springate Model, dan Zmijewski Model.

(29)

2.1.7 Model Altman Z-Score

Analisis Z-Score adalah model untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan atau memprediksi kemungkinan kebangkrutan perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda satu dengan lainnya. Analisis Z-Score adalah model rasio yang menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA). Analisis Z-score pertama kali dikemukakan oleh Edward I Altman pada tahun 1968 sebagai hasil penelitian dari beberapa objek perusahaan yang berbeda kondisinya untuk melihat perusahaan yang bangkrut atau tidak bangkrut. Model Altman menekankan pada profitabilitas sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan.

Dalam penelitiannya, Altman menghasilkan beberapa rumus yang berbeda untuk digunakan beberapa perusahaan dengan kondisi yang berbeda.

Rumus Z-score pertama atau Z-score asli dihasilkan oleh Altman pada tahun 1968 merupakan hasil dari penelitian atas berbagai perusahaan manufaktur di Amerika Serikat yang menjual sahamnya di bursa efek. Z-score asli dirumuskan dengan mengambil sampel sebanyak 66 perusahaan manufaktur publik di Amerika yang 33 diantaranya adalah perusahaan bangkrut dan 33 lainnya perusahaan tidak bangkrut. Jumlah rasio keuangan yang diseleksi adalah 22 buah rasio, tetapi Altman hanya memilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkorelasi dengan kebangkrutan. Rumus pertama Z-score adalah sebagai berikut (Rudianto, 2013) :

Z = 1,2X1 + 1,4X2 +3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5 Di mana :

(30)

16

1. Rasio X1 (Modal Kerja/Total Aset)

Mengukur likuiditas dengan membandingkan aset likuid bersih dengan total aset. Aset likuid bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai aset lancar dikurangi total kewajiban lancar (aset lancar – utang lancar). Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat ketimbang total aset sehingga menyebabkan rasio ini turun.

X1: 2. Rasio X2 (Laba Ditahan/Total Aset)

Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini mengukur besarnya kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba).

X2 : 3. Rasio X3 (EBIT/Total Aset)

Rasio ini mengukur profitabilitas, yaitu tingkat pengembalian atas aset, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax) tahunan perusahaan dengan total aset pada neraca akhir tahun. Rasio ini menjelaskan pentingnya pencapaian laba perusahaan terutama dalam rangka memenuhi kewajiban bunga para investor.

X3 : 4. Rasio X4 (Nilai Saham/Total Utang)

Rasio ini merupakan kebalikan dari utang per modal sendiri (DER = Debt To Equity Ratio) yang lebih terkenal. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah

(31)

nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan pasar saham per lembar sahamnya (jumlah lembar saham x harga pasar saham per lembar). Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal akan mengakumulasikan lebih banyak utang dibandingkan modal sendiri.

X4 : 5. Rasio X5 (Penjualan/Total Aset)

Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aset untuk menghasilkan penjualan yang merupakan operasi inti dari perusahaan untuk dapat menjaga kelangsungan hidupnya.

X5 :

Dikarenakan adanya beberapa kelemahan Z-score asli, Altman mengembangkan dua varian dari Z-score yaitu Z’-score dan Z”-score. Pada tahun 1984, Altman melakukan penelitian kembali di berbagai negara dengan menggunakan berbagai perusahaan manufaktur yang tidak go public.Z’-score ditujukan untuk perusahaan manufaktur yang tidak menjual sahamnya di bursa efek. Rasio nilai pasar saham terhadap total hutang akan diganti dengan nilai buku perusahaan terhadap nilai buku utang. Hasil penelitian tersebut menghasilkan rumus Z-score yang kedua untuk perusahaan-perusahaan manufaktur yang tidak go public, sebagai berikut (Rudianto, 2013):

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Di mana :

X1 :

(32)

18

X2 :

X3 :

X4 :

Model kebangkrutan Altman Z-score kedua hanya tepat untuk perusahaan manufaktur non go public. Karena itu, Altman kembali melakukan penelitian di Mexico yang merupakan negara berkembang dengan harapan bahwa Z-score dapat digunakan dalam perusahaan go public dan non go public. Hasil penelitian Altman menghasilkan Z-score ketiga yang merupakan rumus yang sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk berbagai jenis bidang usaha perusahaan, baik yang go public maupun yang tidak. Rumus Z-Score terakhir menurut Rudianto (2013) “Dapat digunakan di negara berkembang seperti Indonesia”.

Rumus Z-score ketiga sebagai berikut (Rudianto, 2013):

Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Di mana : X1 :

X2 :

X3 :

X4 :

Hasil perhitungan dengan menggunakan Z-score pertama, Z-score kedua, dan Z-score ketiga akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu

(33)

perusahaan dengan perusahaan lainnya Skor yang dihasilkan harus dibandingkan dengan standar penilaian untuk menilai keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Tiga penelitian yang dilakukan Altman dengan 3 objek penelitian yang berbeda akan menghasilkan tiga rumus pendeteksi kebangkrutan dan standar penelitian yang berbeda. Tolok ukur dari ketiga rumus Z-score yang digunakan untuk menilai keberlangsungan hidup berbagai kategori perusahaan, dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Tolak Ukur dari Ketiga Rumus Altman Z-Score

Perusahaan Manufaktur

Go-Public

Perusahaan Manufaktur Non Go-Public

Berbagai Jenis

Perusahaan Interpretasi

Z > 2,99 Z > 2,90 Z > 2,60

Zona Aman >>>

Perusahaan dalam kondisi sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan

sangat kecil terjadi.

1,81 > Z > 2,99 1,23 > Z > 2,90 1,1 > Z > 2,60

Zona Abu-abu >>>

Perusahaan dalam kondisi rawan (grey area). Pada

Kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan cara yang

cepat.

Z < 1,81 Z < 1,23 Z < 1,1

Zona Berbahaya >>>

Perusahaan dalam kondisi bangkrut (mengalami kesulitan keuangan dan

risiko tinggi) Sumber: Rudianto (2013)

2.1.8 Model Springate

Gorgon L.V. Springate pada tahun 1978 menghasilkan model Springate sebagai pengembangan dari Altman Z-score. Model Springate adalah model rasio yang menggunakan Multiple discriminat analyis (MDA). Model Springate menggunakan MDA untuk memililh 4 rasio dari 19 rasio keuangan yang populer dalam literatur-literatur, yang mampu membedakan secara baik antara sinyal usaha

(34)

20

yang pailit dan tidak pailit. Springate menggunakan variabel-variabel Modal Kerja dibagi dengan Total Aset, EBIT dibagi dengan Total Aset, EBT dibagi dengan Utang Lancar, dan Penjualan dibagi dengan Total Aset Rumus Springate sebagai berikut (Rudianto, 2013):

S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4

di mana : X1 :

X2 :

X3 :

X4 :

Model Springate akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Setiap skor yang dihasilkan harus dibandingkan dengan standar penilaian untuk menilai keberlangsungan hidup perusahaan. Standar penilaian model Springate yaitu (Syahyunan, 2015):

1. Jika nilai S < 0,862 maka mengindikasikan perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan yang serius (bangkrut).

2. Jika nilai 0,862-1,062 maka mengindikasikan bahwa pihak manajemen harus hati-hati dalam mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi kebangkrutan (daerah rawan kebangkrutan).

3. Jika nilai S > 1,062 mengindikasikan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat (tidak bangkrut).

(35)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian

1 Harril

Brimantyo, Topowijono, dan Acmad Husaini / 2012

Penerapan Analisis Altman Z- Score Sebagai Salah Satu Alat Untuk Mengetahui Potensi

Kebangkrutan Perusahaan Pada Perusahaan Telekomunikasi yang Listing di BEI Periode Tahun 2009-2011

Dependent : Potensi Kebangkrutan Independent : Altman Z- score dan Springate

analisis altman Z- score

Menunjukkan bahwa Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1), Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva (X2), dan Rasio Earning Before Interest and Tax (EBIT) terhadap total aktiva (X3) adalah rasio-rasio yang paling mempengaruhi prediksi kebangkrutan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Rasio- rasio tersebut menjadi yang paling memepengaruhi karena beberapa perusahaan yang diteliti selalu memiliki nilai yang negatif di dalam rasio-rasio tersebut, sehingga meskipun rasio Nilai Pasar Saham terhadap total Hutang (X4), dan rasio penjualan terhadap total aktiva (X5) menunjukkan nilai yang baik, nilai tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap hasil perhitungan nilai Z- Score perusahaan

2 Rizky

Ardhianto, Emrinaldi Nur DP , Nur Azlina/2014

Analisis Financial Distress Dengan Pendekatan Altman Z”-Score untuk memprediksi kebangkrutan.

Perusahaan Telekomunikasi Indonesia (BEI

Dependen:

Financial Distress Independen:

Pendekatan Altman Z”

Score

analisis Altman Z”- Scor e)

Hasil studi ini menunjukkan bahwa dalam analisis Altman Z”-score, kondisi keuangan pada PT. Bakrie Telecom Tbk,. PT.

Indosat Tbk, PT.

Smartfren Telecom Tbk, PT

Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT. XL Axiata Tbk selama periode 2006 – 2012 berada dalam kategori financial distress.

Hal ini ditunjukkan

(36)

22

Lanjutan Tabel 2.2

No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisi Data

Hasil Penelitian dengan nilai dari z”- score yang diperoleh oleh kelima

perusahaan telekomunikasi selama periode 2006 hingga 2012 < 1,1 Dan dari hasil uji secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat financial distress pada perusahaan telekomunikasi yaitu Net Working Capital To Total Asset dan EBIT To Total Asset

3 Komang Devi

Methili Purnajaya,Ni K.

Lely A.

Merkusiwati / 2014

Analisis

Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Dependen:

Potensi Kebangkrutan Independen:

Metode Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski

uji beda rata-rata/uji K sampel

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis diperoleh bahwa terdapat perbedaan potensi

kebangkrutan industri kosmetik yang terdaftar di BEI dengan metode Z- Score model Altman, Model Springate dan model Zmijewski.

Perbedaan rata-rata terlihat pada model zmijewski, sedangkan model z- score dan Springate.

memiliki rata-rata potensi

kebangkrutan yang sama

4 Soelistijono Boedi Devi Tiara /2013

Analisis prediksi kebangkrutan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia dengan model altman revisi

Dependen:

Prediksi kebangkrutan Independen:

Altman revisi

analisis deskriptif

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 5 perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia semuanya berada di Area Telkomsel atau dikenal dengan nama PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. yang dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan berada di daerah yang rawan karena nilai z-scorenya di atas

1,23 akan tetapi masih di bawah nilai aman 2,9, karena itu PT

Telekomunikasi. -

(37)

Lanjutan Tabel 2.2

No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis Data

Hasil Penelitian

Indonesia tidak dapat dikatakan perusahaan sehat atau mengalami kebangkrutan. Akan tetapi nilai z-score PT Telekomunikasi Indonesia adalah satu satunya perusahaan yang memiliki nilai z- score 2 dan nilainya terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2009-2011 walaupun belum mencapai titik aman. yang memiliki nilai z- score 2 dan nilainya terus meningkat setiap tahunnya dari tahun 2009-2011 walaupun belum mencapai titik aman

5 Pasaman

Silaban / 2014

Analisis kebangkrutan dengan menggunakan model altman (z-score) studi kasus di perusahaan telekomunikasi

Dependen:

Analisis Kebangkrutan Independen:

Metode Altman Z- score

Multivariate discriminant analysis.

Hasil penelitian ini memberikan dukungan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana metode Z- score Altman dapat dipergunakan sebagai acuan dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Oleh karena itu walaupun penelitian ini berbeda objek dengan penelitian terdahulu, namun hasil yang diberikan tidak jauh berbeda antar perusahaan di sektor yang berbeda.

6 Sondakh,

Christoforus Adhitya, Sri Murni dan Yunita Mandagie, 2014.

Analisis Potensi Kebangkrutan dengan Menggunakan Metode Altman Z- Score, dan Springate pada Industri

Perdagangan Ritel yang Terdaftar di BEI Periode 2009- 2013”, Jurnal EMBA, Vol. 2, No.

4

Dependen:

Potensi Kebangkrutan Independen:

Metode Altman Z- Score dan Springate

Altman’s Z- Score

Penelitiannya menyatakan bahwa metode Springate memiliki tingkat keakuratan yang lebih tinggi daripada metode Altman Z- Score.

7 M. Fakhri Precision of the Dependen: Altman, , Semakin besar

(38)

24

Lanjutan Tabel 2.2

No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian Husein, Galuh

Tri Pambekti /2014

models of Altman, Springate, Zmijewski, and Grover for predicting the financial distress

financial Independen:

Altman, Springate, Zmijewski, and Grover distress

Springate, Zmijewski and Grover

jumlah utang, semakin akurat prediksi model terhadap kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Ini juga menunjukkan bahwa contoh kategori perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan cenderung memiliki masalah leverage. Saham yang Daftar Efek Syariah

8 Dr.Imad Kutum

/2012

Predicting the Financial Distress of Non-Banking Companies Listed on the Palestine Exchange (PEX)

Depeden Financial Distress Independen Altman Z- score.

Altman Z- score.

1. Berdasarkan analisis data, peneliti menemukan bahwa kategori perusahaan yang paling mungkin 2. untuk mengajukan

kebangkrutan adalah perusahaan asuransi

Perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa merupakan yang kedua yang paling mungkin

mengajukan kebangkrutan dengan signifikan 42% dari mereka dalam kesulitan

9 Vineet

Chouhan, Bibhas Chandra, Shubham Goswami/2014

Predicting financial stability of select BSE companies revisiting Altman Z score

Dependen:

Financial Stability Independen:

Altman Z score,

Altman Z score,

Altman Z-score didasarkan pada argumen bahwa Z- score telah berubah di perusahaan BSE yang dipilih, telah ditemukan sebagai kesimpulan yang tidak terjangkau dan semua perusahaan ditemukan berada dalam zona aman kecuali HDFC Bank dan BHEL. Akhirnya kita dapat

menyimpulkan bahwa model Altman masih ada dan digunakan oleh perusahaan untuk mengukur kelayakan kredit perusahaan dan masih tetap menjanjikan

(39)

Lanjutan Tabel 2.2

No. Peneliti/Tahun Judul Penelitian Variabel

Teknik Analisis

Data

Hasil Penelitian 10 Vineet Agarwal

and Richard Taffler/ 2008

Comparing the performance of market-based and accounting-based bankruptcy prediction models

Dependen:

The performance of market- based and accounting- based bankruptcy Independen:

Z score

Z score Akhiri Bahwa Meskipun Kritik Ekstensif Pendekatan Perhitungan Risiko Kredit Berbasis Akuntansi-Rasio Tradisional, Dan Kerangka Pemikiran Kontingen yang Secara Teoretis Menarik, Dalam Prakteknya Pendekatan Konvensional Ini Kuat Dan Tidak Didominasi Secara Empiris Oleh Model Berbasis Opsi Kmv- Type. Faktanya, Pendekatan Berbasis Akuntansi Menghasilkan Manfaat Ekonomi Yang Signifkan Melalui Pendekatan Berbasis Pasar

2.3 Kerangka Konseptual

Kebangkrutan (bankcruptcy) menurut (Rudianto, 2013) diartikan sebagai

“kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi untuk mencapai tujuannya”.

Bagi perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang besar pasti membutuhkan analisis untuk memprediksi kebangkrutanuntuk merancang strategi baru apabila perusahaan itu diprediksi akan bangkrut. Penerapan analisis altman z-score dan springate sebagai alat untuk mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan, pada penelitian penelitian Hadi & Anggraeni (2008) menemukan bahwa model prediksi Altman merupakan prediktor terbaik di antara ketiga prediktor yang dianalisis yaitu model Altman, model Zmijewski dan model Springate yang mendukung Penelitian Casterella (2000) yang mengungkapkan kelemahan penggunaan Zmijewski model sebagai model prediksi kebangkrutan.

(40)

26

Berdasarkan teori–teori dan kajian-kajian penelitian terdahulu, maka disusun kerangka konseptual mengenai analisis komparasi potensi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score dan Springate, seperti yang dijelaskan Gambar 2.1

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan yang signifikan potensi kebangkrutan pada perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Altman Z- score dan Springate.

Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Telekomunikasi Model

Altman Z-Score

Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan telekomunikasi Model

Springate

Perusahaan Telekomunikasi yang terdafar Di Bursa Efek Indonesia

(41)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif menurut Situmorang (2014) adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil analisis kebangkrutan yang dihitung dengan model Altman Z-Score dan model Springate pada perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan media internet, data dari Indonesian Capital Market Directory dan www.idx.co.id. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari April 2018.

3.3 Batasan Operasional

Agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dan lebih terarah maka penulis menetapkan batasan operasional penelitian. Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Model analisis potensi kebangkrutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Altman Z-Score dan Springate. Dimana variabel independen yang terdapat dalam kedua model tersebut terdiri dari: modal kerja terhadap total aset, laba ditahan terhadap total aset, laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset, nilai buku ekuitas terhadap nilai buku utang, laba setelah pajak terhadap utang lancar, penjualan terhadap total aset, laba bersih

(42)

28

terhadap total aset, utang lancar terhadap total aset, aset lancar terhadap utang lancar. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Potensi Kebangkrutan Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia periode 2013 sampai dengan 2017

2. Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia periode 2013 sampai dengan 2017, dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Perusahaan Telekomunikasi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Sample Jenuh)

3. Model Altman Z-score dan Springate yang digunakan dalam penelitian ini hanya untuk mendeteksi potensi terjadinya kebangkrutan, bukan sebagai penentu kepastian kebangkrutan.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang memuat cara mengukur variabel bebas dan terikat supaya dapat dioperasikan. Definisi variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian.

3.4.1 Pengertian Rumus Model Altman Z-Score

1. Modal kerja terhadap total aset (X1) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya secara tepat waktu dengan membandingkan modal kerja terhadap total aset.

2. Laba ditahan terhadap total aset (X2) mengukur kemampulabaan kumulatif perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur

(43)

perusahaan, karena semakin muda perusahaan, maka semakin sedikit waktu yang dimiliki untuk membangun laba kumulatif. Bias yang menguntungkan perusahaan-perusahaan yang lebih berumur ini tidak mengherankan karena pemberian tingkat kegagalan yang tinggi kepada perusahaan yang lebih muda merupakan hal yang wajar. Bila perusahaan sudah mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai menurun.

3. Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (X3) mengukur kemampuan labaan perusahaan memperoleh tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana yang dipinjam.

Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari bunga pinjamanya

4. Nilai buku ekuitas terhadap nilai buku utang (X4) merupakan kebalikan dari rasio utang per modal. Nilai modal yang dimaksud adalah nilai pasar modal, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya.

5. Potensi kebangkrutan perusahaan dengan model Altman Z-Score dinyatakan dengan rumus:

Z-Score = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4

Perusahaan Telekomunikasi dikategorikan bangkrut apabila nilai Z- Score yang didapat < 1,1. Perusahaan Telekomunikasi dikategorikan berada dalam zona abu-abu (rawan) apabila nilai Z-Score yang dihasilkan berada di

(44)

30

antara 1,1–2,60. Perusahaan Telekomunikasi dikategorikan sehat jika nilai Z”- Score yang dihasilkan > 2,60.

3.4.2 Pengertian Rumus Model Springate

1. Modal kerja terhadap total aset (X1) mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu dengan membandingkan modal kerja terhadap aset lancar.

2. Laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset (X2) mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aset pada neraca akhir tahun.

3. Laba sebelum pajak terhadap utang lancar (X3) mengukur produktivitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak dari bunga pinjaman.

4. Penjualan terhadap total aset (X4) mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan.

5. Potensi kebangkrutan perusahaan dengan model Springate dinyatakan dengan rumus:

S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4

Perusahaan Telekomunikasi dikategorikan bangkrut apabila nilai S yang dihasilkan < 0,862.Perusahaan Telekomunikasi dikategorikan dalam keadaan rawan bangkrut apabila nilai S yang dihasilkan diantara 0,862 - 1,062.Perusahaan

Gambar

Tabel 2.2  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1   Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa organisasi merupakan sistem yang dipengaruhi oleh sub-sub sistem yang terdiri dari lingkungan internal

Maket pada perancangan sistem ini adalah sebagai visualisasi dari sistem aliran daya yang ada pada praktikum distribusi dan transmisi dimana terdapat dua pembangkit dan lima

Berdasarkan data hasil penelitian, mengenai kinerja guru PPKn berupa perangkat pembelajaran pada program tahunan dan program semester, ditemukan bahwa kedua guru PPKn

Januari 2018, di Ruang Dekan FTK UIN Ar-Raniry.. Membahas tentang pelaksanaan Pasal 23 terhadap pegaulan mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan hasil wawancara dengan

Šiame straipsnyje nagrinėjami išankstinio atsisakymo nuo pirmumo teisės įsigyti parduodamas uždarosios akcinės bendrovės akcijas teisinio vertinimo (teisėtumo) klausimai.

Berbagai hal yang dapat menjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan

Menurut Pasal 1 ayat 2 KUHAP penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari

 perdamaian dan semoga Tuhan Yang Maha Esa bagi pemilik  ang Maha Esa bagi pemilik  Rasulullah sahabat Allah Sadatna dan Segala puji bagi Allah Rasulullah sahabat Allah Sadatna