• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Planet bumi sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air (Wardhana, 2004).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan oleh bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

2.1.1. Pencemaran Air

Dewasa ini air mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

dan cermat. Untuk menetapkan standard air yang bersih tidaklah mudah, karena

tergantung pada banyak faktor penentu. Walaupun penetapan standard air yang bersih

tidak mudah, namun ada kesepakatan bahwa air yang bersih tidak ditetapkan pada

kemurnian air, akan tetapi pada keadaan normalnya. Apabila terjadi penyimpangan

dari keadaan normal maka air tesebut telah mengalami pencemaran. Keadaan normal

(2)

air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air.

Selain daripada itu air seringgali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Air ang menandung bakteri atau mikroorganisme tidak dapt langsung digunakan sebaai air minum, tetapi harus direbus dulu agar bakteri dan mikroorganismenya mati (Wardhana, 2004).

2.2. Limbah Cair

2.2.1. Pengertian Limbah Cair

Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan hampir 0,1% daripadanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan bukan organik. Pelimbahan itu banyak berbeda dalam kekuatan dan komposisinya dari suatu kota yang lain disebaban oleh perbedaan – perbedaan yang nyata dalam kebiasaan – kebiasaan masyarakat yang berbeda – beda, sifat makanan mereka dan pemakaian air per kapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar – benar sama. Pelimbahan pada kota – kota non-industri kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni (Mahida, 1984).

Berbagai kepustakaan menyebutkan pengertian limbah cair dalam istilah maupun batasan yang berbeda, namun secara umum mengandung pengertian yang sama. Batasan limbah cair berbagai sumber dikemukakan berikut ini :

1. Okun dan Ponghis (1975) menyatakan :

“kata limbah cair seharusnya dipakai untuk mengartikan semua limbah cair rumah

tangga, termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke sistem

saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan”.

(3)

2. Menurut Willgooso (Udin Djabu, 1990/1991)

“Limbah cair adalah air yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri berupa campuran dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi”.

Dari defenisi limbah cair tersebut, dapat disimpulkan bahwa limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan – bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permuakaan, atau air hujan.

Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari buangan industri (Soeparman, 2001).

2.2.2. Sumber Limbah Cair

Sebagaimana telah dikemukakan, limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources).

1. Aktivitas Manusia

Aktivitas manusia yang menghsilkan limbah cair sangat beragam, sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula. Beberapa jenis diantaranya adalah :

a. Aktivitas Bidang Rumah Tangga

Sangat banyak aktivitas bidang rumah tangga yang menghasilkan limbah cair

antara lain mencuci pakaian, mencuci alat makan/minum, memasak makanan

dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci kendaraan, penggunaan toilet

dan sebagainya.

(4)

b. Aktivitas Bidang Perkantoran

Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan kegiatan pelayanan masyarakat. Limbah cair dari sumber ini biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan toilet (kamar mandi, WC, wastefel), aktivitas pencucian peralatan dan sebagainya.

c. Aktivitas Bidang Perdagangan

Kegiatan dalam bidang perdagangan yang menghasilkan limbah cair, yaitu pengepelan lantai gedung, pencucian alat makan dan minum di restoran, penggunaan toilet, pencucian pakaian, pencucian kendaraan dan sebagainya.

d. Aktivitas Bidang perindustrian

Aktivitas bidang perindustrian juga sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang perindustrian dipengaruhi antara lain oleh faktor jenis bahan baku yang diolah/diproses, jenis bahan jadi yang dihasilkan, kapasitas produksi, teknik/jenis proses produksi yang diterapkan, kemampuan modal, jumlah karyawan, serta kebijakan manajemen industri.

e. Aktivitas Bidang Pertanian

Aktivitas bidang pertanian menghasilkan limbah cair karena digunakannya air untuk mengairi lahan petanian. Peristiwa pengayaan nutrient yang berlebihan pada badan air yang dikenal dengan istilah euthrofikasi merupakan salah satu akibat dari pencemaran limbah cair pertanian.

f. Aktivitas Bidang Pelayanan Jasa

Karakteristik limbah cair dari kegiatan pertanian, perdagangan dan pelayanan

jasa secara umum mempunyai kesamaan. Limbah cair kegiatan ini dimasukkan

kedalam kelompok limbah cair domestik.

(5)

2. Aktivitas Alam

Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang disebut larian (storm water runoff). Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian akan merembes ke dalam tanah (+ 30 %) dan sebgaian besar lainnya (+ 70 %) akan mengaliri permukaan tanah menuju sungai, telaga atau tempat lain yang lebih rendah.

Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai akibat dari hujan yang turun dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan saluran air hujan (storm sewer) teraliri dalam jumlah yang melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir. Atas dasar itu, air hujan atau air larian perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem saluran limbah cair (Soeparman, 2001).

2.2.3. Sumber Pencemar

Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan – bahan terlarut dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limbah (run off) pertanian, limbah domestik, pembuangan limbah industri dan lain – lain.

Bahan Pencemar (Polutan)

Bahan pencemar (polutan) adalah bahan – bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang memasuki suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu penentuan ekosistem tersebut.

1. Polutan Tak Toksik

Polutan/pencemar tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara

alami. Sifat destruktif pencemar ini muncul apabila berada dalam jumlah yang

berlebihan sehingga dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem melalui perubahan

proses fisika-kimia perairan. Polutan tak toksik terdiri atas bahan – bahan tersuspensi

dan nutrient.

(6)

2. Polutan Toksik

Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai bentuk organisme akuatik. Polutan toksik ini biasanya berupa bahan – bahan yang bukan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artificial lainnya.

Mason (1993) mengelompokkan pencemar toksik menjadi lima, sebagai berikut :

a. Logam (metals), meliputi : lead (timbal), nikel, kadmium, zinc, copper dan merkuri. Logam berat diartikan sebagai logam dengan nomor atom 20, tidak termasuk logam alkali, alkali tanah, lantanida dan aktinida.

b. Senyawa organik, meliputi pestisida, organoklorin, herbisida, PCB, hidrokarbon alifatik berklor, pelarut (solvents), surfaktan rantai lurus, hidrokarbon petroleum, aromatic polnuklir, dibenzodioksin berklor, organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan industri, pertanian dan domestik

c. Gas, misalnya klorin dan amonia.

d. Anion, misalnya sianida, flousida, sulfida dan sulfat.

e. Asam dan alkali.

Masyarakat Eropa (European Community) mengelompokkan bahan pencemar

toksik menjadi black and grey list, yang terdapat dalam tabel berikut ini (Effendi,

2003).

(7)

Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa Table 1. Black dan Grey List Bahan Pencemar Toksik pada Masyarakat Eropa

No Daftar Hitam Daftar Semi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7

8.

Senyawa organohalogen

Senyawa organofosfat

Senyawa organotin

Bahan – bahan yang karsinogenik

Merkuri Kadmium

Minyak mineral dan petroleum hidrokarbon

Bahan – bahan sintesis persisten

1. Senyawa logam dan metalloid :zinc, perak, copper, selenium, arsen, antimonium, timah, molybdenum, titanium, uranium, barium, berilium, boron, tellurium, vanadium, kobalt dan talium.

2. Biosida yang tidak muncul pada black list

3. Bahan – bahan yang

menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak.

4. Bahan organik toksik dan persisten.

5. Senyawa organik fosfor

6. Minyak mineral dan hidrokarbon petroleum non-persisten

7. Sianida dan flourida

8. Bahan yang mempengaruhi kesetimbangan oksigen, misalnya amonia dan nitrit.

2.3. Indikator Pencemar Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya

perubahan atau tanda yang dapat diamati. Adanya tanda atau perubahan tersebut

menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar. Uaraian pada bagian selanjutya akan

(8)

menjelaskan mengapa air yang telah tercemar ditandai oleh adanya perubahan – perubahan :

a. Perubahan Suhu Air

Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Padahal setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi kedalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut didalamnya.

b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 – 7,5. Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang ada pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

c. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.

Akan tetapi, tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna

air. Seringkali zat – zat beracun justru terdapat di dalam bahan buangan idustri yang

tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga tampak jernih.

(9)

Bahan buangan industri yang bersifat organik atau bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri pengolahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau yang sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.

Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air normal yang dapat digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam – garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion-ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion Hidrogen dalam air.

Adanya rasa pada air pada umumnya diikuti pula dengan perubahan pH air.

d. Timbulnya Endapan, Koloidal dan Bahan Terlarut

Endapan dan koloidal bahan terlarut berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan industri yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan menjadi koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar sungai akan melayang di dalam air bersama – sama dengan koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan fotosintesis. Karena tidak ada sinar matahari maka proses fotosintesis tidak dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan mikroorganisme menjadi terganggu.

Apabila endapan dan koloidal yang berasal dari bahan – bahan organik, maka

mikroorganisme, dengan bantuan oksigen yang terlarut di dalam air akan melakukan

(10)

degradasi bahan organik tersebut sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana.

Dalam hal ini kandungan oksigen yang terlarut di dalam air akan berkurang sehigga organisme lain yang memerlukan oksigen akan terganggu pula.

e. Mikroorganisme

Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada perkembang-biakan mikroorganisme ini tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang pula. Mikroba patogen adalah penyebab timbulnya berbagai macam penyakit.

f. Meningkatnya Radioaktivitas Air Lingkungan

Memngingat bahwa zat radioaktivitas dapat menyebabkan berbagai macam kerusakan biologis apabila tidak ditangani dengan benar, baik melaului efek langsung maupun tertunda, maka tidak dibenarkan dan sangat tidak etis bila ada yang membuang bahan sisa radioaktivitas ke lingkungan.

Secara nasional sudah ada peraturan perundangan yang mengatur masalah bahan sisa (limbah) radioaktif. Mengenai hal ini Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) secara aktif mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan tersebut.

Pembakaran batubara adalah salah satu sumber yang dapat menaikkan radioaktivitas tersebut ke lingkungan (Wardhana, 2004).

2.4. Analisa Limbah Cair

(Menurut Okun dan Ponghis, 1975), berbagai analisa kualitas limbah cair yang

penting untuk diketahui adalah bahan padat tersuspensi (suspended solids), bahan

padat terlarut (dissolved solids), kebutuhan oksigen biologi (Biological Oxygen

Demand = BOD), kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD),

pH (Soeparman, 2001).

(11)

2.4.1. Analisa BOD

Analisa organik dari limbah adalah dasar yang sepatutnya menetapkan kemampuan menguraikan organik tersebut untuk merancang pengendalian tanaman polusi air dan memantau pekerjaannya, dan juga mengevaluasi dampak air limbah yang dilepaskan ke danau – danau dan sungai – sungai. Jumlah dari beragam campuran, yang telah mengiringi penggunaan umum dari suatu tes uji yang tidak spesifik dan tidak langsung untuk mengidentifikasi penjumlahan besar dari unsur – unsur organik dalam air maupun dalam limbah cair.

Kebutuhan Oksigen Biologi (KOB = BOD) mungkin termasuk sebagian besar penggunaan secara luas dari uji nonspesifik. Pada dasarnya uji coba mengukur jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme selama pembusukan aerobik terhadap polutan organik. Jumlah dari oksigen yang digunakan merupakan pengukuran tak langsung dari jumlah unsur organik yang mampu mengalami biodegradasi yang tersaji dalam sampel yang diberikan. Meskipun dalam kepentingannya, tes uji BOD dan hasilnya cukup sulit dimengerti dan cukup menyiksa.

Prosedur tes BOD memkan waktu dan mungkin juga menghasilkan hasil yang relatif tidak tepat dan interpretasi dari tes uji sering bersifat subjektif. Karena potensial dari masalah, prosedur uji non biologi seperti contohnya COD, dan Total Organic Cabon (TOC), telah diusulkan sebagai alternatif dari tes uji BOD. Uji ini juga

melengkapi pengukuran non-spesifik dalam konten senyawa organik, tetapi dalam

istilah kimia ekivalen ini termasuk jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk

mengoksidasi usur-unsur organik. Walaupun tes tersebut memiliki keuntungan dalam

kecepatan dan ketepatan dari tes uji BOD, mereka hanya memiliki besar tak

bermanfaatnya dalam kemampuan biodegradasi dan ketidak mampuannya dalam

biodegradasi tersebut. BOD hanyalah parameter yang melengkapi suatu indikasi dari

(12)

jumlah senyawa-senyawa organik yang mampu melakukan biodegradasi dalam limbah cair dan sungai – sungai yang menerima pembuangan limbah cair (Minear, 1984).

Banyaknya limbah cair organik dari industri proses makanan dan sumber – sumber lainnya yang mudah dimasuki ke dekomposisi biologi dapat diuji dengan BOD. Bagaimanapun, pemeliharaan khusus harus diberikan dengan sepatutnya dalam menetralisasi suatu limbah cair, pengenceran botol uji atau pengenceran air dengan mikroorganisme dari limbah cair lama atau limbah pencemaran air sungai, dan menggunakan pengenceran yang cukup sehingga efek dari beberapa racun dikurangi dan nilai BOD tercapai. Dalam penamabahan kepada kumpulan atau campuran dan pencmapuran sampel-sampel yang sesuai ke beragam aliran limbah cair, khususnya data hasil harus terekam pada limbah industri. Beberapa campuran sampel terlalu menyita periode waktu yang sering dituntut oleh industri – industri yang beragam jadwal produksinya untuk kunci jumlah dari produksi limbah kepada jumlah atau kuantitas dari produk suatu perusahaan (Hammer, M.J. 2004).

Uji BOD adalah salah atu metode analisis yang paling banyak digunakan dalam penanganan limbah dan pengendalian polusi. Uji ini mencoba menentukan kekuatan polusi dari suatu limbah dalam pengertian kebutuhan mikroba akan oksigen dan merupakan ukuran tak langsung dari bahan organik dalam limbah.

Mikroorganisme dapat mengoksidasi baik senyawa – senyawa yang mengandung karbon dan senyawa – senyawa nitrogen. Bila konsentrasi organisme nitrifikasi yang terdapat dalam botol BOD rendah, akan terdapat periode persiapan (lag) sebelum organisme ini terdapat dalam jumlah cukup banyak untuk memperlihatkan kebutuhan nitrogen yang nyata.

Jumlah oksigen yang rendah dalam botol uji BOD, 2-3 mg, menunjukkan

bahwa limbah yang berkekuatan tinggi, seperti kebanyakan limbah pengolahan

(13)

pangan dan limbah hewan, harus diencerkan terlebih dahulu sebelum analisis.

Kesulitan dalam pengenceran limbah baik secara fisik maupun kimia tidak seragam sehingga menurunkan ketepatan uji BOD standard yang diperkirakan mempunyai ketepatan + 20 persen.

Air buangan domestik yang mengandung limbah idustri mempunyai BOD kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan seringkali lebih dari 1000 ppm (Jenie, 1993).

Biological Oxygen Demand (BOD) juga dimaksudkan sebagai banyakya

oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pada waktu melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada di perairan. Pengukuran konsentrasi oksigen yang digunakan untuk dekompoisi lebih penting daripada pengukuran DO.

Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik dan mikroorganisme mati.

Penggunaan oksigen disebut BOD, dan dipengaruhi oleh berbagai parameter lain seperti temperatur, waktu dan sinar matahari. Pengukuran BOD dilakukan melalui cara distandardisasi dengan tes yang dilakukan di tempat gelap,pada temperatur tertentu dan pada periode waktu terbatas.

Pengukuran BOD pada dasarnya dilakukan dengan menempatkan sampel pada

botol 300 ml diinkubasi pada temperatur 20

0

C selama lima hari.perbedaan konsentrasi

DO pada akhir dan semula dihitung. Selain untuk memperkirakan pengaruh

konsentrasi adanya mikroorganisme diadakan dilusi dan penambahan mikroorganisme

(Sutrisno, T.C. 2006).

(14)

2.4.2. Prinsip Analisa

Pemeriksaan didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik. Sebgai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :

3 2

2

2

2

3 2 4

3 2

4 a H O NH

CO c O

b n a N O H

C

n a b c bakteri n c

 +

c

 

 −

 →

 

 

 + − − +

zat organik oksigen

Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira – kira 2 hari dimana 50%

reaksi telah tercapai, 5 hari supaya 75% dan 20 hari supaya 100% tercapai, maka pemeriksaan BOD dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organik.

Tentu saja, reaksi tersebut juga berlangsung pada badan air sungai, air danau maupun di instalasi ppengolahan air buangan yang menerima air buangan yang mengandung zat organik tersebut. Dengan kata lain, tes BOD berlaku sebagai simulasi (berbuat seolah-olah terjadi) suatu proses biologis secara alamiah.

Reaski biologis pada tes BOD dilakukan pada temperatur inkubasi 20

0

C dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah yang lengkap BOD

205

Demikian, jumlah zat organik yang ada di dalam air diukur melalui jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk mengoksidasi zat organik tersebut. Karena reaksi BOD dilakukan didalam botol yang tertutup, maka jumlah oksigen yang telah dipakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam larutan pada t=0 (biasanya baru ditambah oksigen dengan aerasi, hingga = 9 mg O

(angka 20 berarti temperatur inkubasi dan angka 5 menunjukkan lama waktu inkubasi), namun di beberapa literatur terdapat lama inkubasi 6 jam atau 2 hari atau 20 hari.

2

/L, yaitu konsentrasi

kejenuhan) dan kadarnya pada t=5 hari (konsentrasi sisa > 2 mg O

2

/L agar hasil cukup

(15)

teliti). Oleh karena itu, semua sampel yang mengandung BOD. 6 mg O

2

/L harus diencerkan supaya syarat tersebut dapat terpenuhi.

2.4.3. Gangguan – gangguan Analisa

Ada 5 jenis gangguan yang umumnya terdapat pada analisa BOD yaitu nitrifikasi, zat beracun, kemasukan udara pada botolnya, kekurangan nutrien (garam) dan kekurangan bakteri yang dibutuhkan proses tersebut. Gangguan-gangguan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a. Proses nitrifikasi dapat dimulai terjadi di dalam botol BOD setelah 2 sampai 10 hari NH3 amoniak berubah menjadi NO

3-

(nitrat) lewat NO

2-

(nitrit) oleh jenis bakteri tertentu. Nitrifikasi juga membutuhkan oksigen. Di alam terbuka ada 2 sebab yang mencegah pertumbuhan bakteri nitrifikasi : serigkali nitrifikasi ini tidak terjadi (misalnya karena suhu 10

0

C atau karena air sungai yang tercemar telah sampai ke muara). Hal ini menyebabkan nitrifikasi pada botol BOD tidak berlaku, seperti pada reaksi karbon yag mensimulasi suatu proses alam.oleh karena itu di dalam analisa BOD bau pertumbuhan bakteri penyebab proses nitrifikasi harus dihalangi dengan inhibitor, walaupun kemungkinan suhu tinggi seperti di daerah tropis, mempercepat proses nitrifikasi secara alamiah.

b. Zat beracun dapat memperlambat pertumbuhan bakteri (yaitu memperlambat

reaksi BOD) bahkan membunuh organisme tersebut. Kalau zat tersebut memang

sangat beracun hingga bakteri-bakteri tidak bisa hidup sama sekali atau sukar

berkembang, maka hanya sebagian jumlah bakteri akan aktif dalam oksidasi zat

organik tersebut, hingga BOD yang tercatat akan lebih rendah dari angka COD

suatu sampel yang tidak mengandung zat beracun.

(16)

c. Kemasukan (keluarnya) oksigen dari botol selama waktu inkubasi harus dicegah.

Botolnya harus ditutup dengan hati-hati (diatas tutup botol) bisa diberi air (water seal), gelembung udara tidak boleh ada di dalam botol, gelembung udara dapat dikeluarkan dengan mengetuk botol. Oleh karena itu pada waktu inkubasi botol BOD harus disimpan di tempat gelap.

d. Nutrien merupakan salah satu syarat bagi kehidupan bakteri – bakteri. Nutrien terbentuk dari bermacam-macam garam (Fe, K, Mg dan sebagainya). Karena kekurangan nutrien tersebut sukar diduga, maka sebaikya pada setiap botol BOD ditambah nutrien secukupnya sebelum masa inkubasi, yaitu pada saat t=0.

e. Karena benih dari bermacam-macam bakteri kurang jumlahnya atau kurang cocok bagi jenis air buangan yang akan dianalisa , maka cara pembenihan selalu harus diikuti dengan baik, sehingga menjamin jumlah populasi bakteri yang diperlukan (cocok).

Catatan :

Kalau sampel BOD mengandung racun, pertumuhan bakteri terhalang (inhibisi) maka angka BOD rendah. Cara lain untuk mendeteksi gangguan – gangguan tersebut adalah dengan pengenceran sampel supaya dosis zat beracun dapat berada dibawah konsentrasi yang berbahaya, memang cara ini terbatas, hingga pengenceran maksimum yang diperbolehkan adalah kira – kira 10 kali (Santika, 1987).

2.5. Usaha Penanggulangan Dampak Pencemaran Lingkungan

Telah disadari bahwa kemajuan industri dan teknologi yang mampu

meningkatkan kesejahteraan manusia itu ternyata menimbulkan pencemaran terhadap

lingkungan yang akhirnya juga berdampak terhadap manusia. Oleh karena itu

(17)

penerapan kemajuan industri dan teknologi tersebut dapat memberikan hasil dan manfaat yang lebih baik bagi kelangsungan hidup manusia.

Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan sangat merugikan manusia maka perlu diusahakan pengurangan pencemaran lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran tersebut ada 2 macam cara, yaitu :

1. Penanggulangan Secara Non Teknis 2. Penanggulangan Secara Teknis

2.5.1. Penanggulangan Secara Non-teknis

Dalam usaha mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dkenal istilah penanggulangan secara non-teknis, yaitu suatu usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan perindustrian dan teknologi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Peraturan perundangan yang dimaksudkan hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri dan teknologi yang akan dilaksanakan di suatu tempat yang antara alain meliputi :

a. Penyajian Informasi Lingkungan

Penyajian Informasi Lingkungan ini diberikan sebelum Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dilaksanakan. Berdasarkan penyajian informasi lingkungan ini akan diketahui secara cepat apakah AMDAL yang diusulkan perlu segera dilaksanakan. Secara umum PIL akan memuat tentang : kegiatan yang diusulkan, kondisi yang akan dianalisa, dampak yang mungkin terjadi akibat kegiatan yang diusulkan serta tindakan yang direncanakan untuk mengendalikannya.

b. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

(18)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi tentang beberapa masalah yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang diusulkan. Dalam hal ini studi yang dilakukan meliputi kemungkinan terjadinya berbagai macam perubahan baik perubahan sosial-ekonomi maupun perubahan biofisik lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan yang diusulkan tersebut. Semua data yang diberikan dalam AMDAL akan sangat membantu manakala terjadi pencemaran dampak lingkungan.

c. Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi

Perencanaan Kawasan Kegiatan Industri dan Teknologi dimaksudkan agar jika terjadi pencemaran lingkungan dari kegiatan tersebut dapat dipantau dengan mudah dan cepat sehingga penanggulangannya dapat dilakukan secara terpadu, dan daya dukung alam lingkungan sekitarnya tetap terjamin bagi kelangsungan hidup manusia.

d. Pengaturan dan Pengawassan Kegiatan

Dalam rangka mengurangi dan menanggulangi dampak pencemaran lingkungan, perlu diadakan pengaturan dan pengawasan atas segala macam kegiatan industri dan teknologi.

e. Menanamkan Perilaku Disiplin

Seringkali terjadi pencemaran lingkungan karena tidak dsiplinnya petugas

yang menangani kegiatan industri dan teknologi. Pembuangan limbah pabrik atau

tempat kerja tanpa terlebih dahulu melalui proses pengolahan limbah seringkali

dijumpai sebagai kasus utama penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Sudah

menjadi tanggung jawab moral pemilik pabrik, teknisi dan semua karyawan pabrik

yang potensial untuk menimbulkan pencemaran sangat diharapkan untuk mencegah

terjadinya pencemaran.

(19)

2.5.2. Penanggulangan Secara Teknis

Banyak macam dan cara yang dapat ditempuh dalam penanggulangan secara teknis. Dapat diperoleh beberapa cara dalam hal peanggulangan secara teknis, antara lain adalah sebagai berikut :

a. Mengubah Proses

Apabila dalam suatu proses industri dan teknologi terdapat bahan buangan (limbah) yang berupa zat – zat kimia, baik melalui pencemaran udara, pencemaran air maupun melalui pencemaran daratan. Keadaan ini harus dihindari, yaitu dengan mengubah proses yang ada dan dalam kegiatan industri dan teknologi sudah ada yang melakukan cara ini dan ternyata berhasil dengan baik.

b. Mengganti Sumber Energi

Sumber energi yang digunakan pada berbagai kegiatan industri dan teknologi sebagaian besar masih mengandalkan pemakaian bahan bakar fosil, baik minyak maupun batubara, seperti telah diuraikan bahwa pemakaian bahan bakar fosil menghasilkan komponen pencemar udara yang berupa gas SO

2

, NO

2

, H

2

S dan sebagainya. Hal ini bisa dikurangi dengan memakai bahan bakar LNG (Liquid Natural Gases) yang menghasilkan gas buangan yang lebih bersih.

c. Mengelola Limbah

Semua kegiatan industri dan teknologi akan menghasilkan limbah yang

menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pegolahan limbah dari bahan buangan

industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Cara

pengolahan limbah ini sering disebut dengan Waste Treatment atau Waste

Management. Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan

kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah

secara permanen.

(20)

d. Menambah Alat Bantu

Untuk melengkapi cara penanggulangan pencemaran lingkungan secara

teknis dilakukan dengan menambahakan alat Bantu yang dapat mengurangi

pencemaran. Alat Bantu yang digunakan tergantung pada keadaan dan macam

kegiatan (Wardhna, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena suatu hal, misal karena radiasi atau pengaruh zat kimia tertentu, profag tiba-tiba aktif. Profag tersebut memisahkan diri dari DNA bakteri, kemudian menghancurkan

Fauna tanah adalah semua fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah, sebagian atau seluruh siklus hidupnya

Sebenarnya bakteri tidak berbahaya akan tetapi jika tumbuh dan berkembang baik pada pangan sampai mencapai jumlah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan

Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan limbah yang diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil dari atau sama dengan konsentrasi zat pencemar

Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan substansi beracun menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri dalam

Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi terhadap tokoferol (vitamin E), warna

Bakteri endofit merupakan mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa

Dibandingkan dengan minyak – minyak nabati lainnya, minyak sawit sesungguhnya agak lebih tahan terhadap kerusakan akibat oksidasi, karena jumlah ikatan – rangkap dari