• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

4.1.1 PROFIL SINGKAT GKJ KARANGAYU SEMARANG

GKJ Karangayu Semarang didewasakan pada tanggal 31 Oktober 1970 yang berasal dari Pepanthan Kristen Jawi Kilen Lepen, yang merupakan bagian dari Bybelkring Blok F GKJ Semarang Barat.

Hingga pada perkembangan pelayanannya, GKJ Karangayu melayani 9 (Sembilan) Blok Persekutuan dan 2 (dua) Pepanthan. Saat ini secara total GKJ Karangayu Semarang memiliki 1053 anggota jemaat. Secara khusus Pelayanan Pastoral dilakukan oleh Pendeta Natanael Kriswanto, M.Min dan Pendeta Samuel Prasetyo, S.Si.

4.1.2 VISI DAN MISI GKJ KARANGAYU SEMARANG

A. Visi GKJ Karangayu Semarang tahun 2016-2021, meliputi : 1) Visi Filosofis

(Memuat penggambaran yang menampung rumusan yang menjadi pemikiran tentang gambaran ideal yang diinginkan) yaitu: “Menjadi gereja yang berakar, bertumbuh dan berbuah”.

(Bdk. Kolose 2 : 6-7).

2) Visi Operasional

(Memuat gambaran yang sekalipun ideal, akan tetapi lebih dapat menciptakan semangat untuk dapat mencapainya), yaitu :

“Menjadi gereja yang berakar, bertumbuh dan berbuah secara Kuantitatif dan Kualitatif serta menjadi berkat”.

B. Misi GKJ Karangayu Semarang tahun 2016 - 2021, meliputi : 1) Meningkatkan kualitas keimanan warga gereja yang berakar

(2016-2017)

(2)

36

• Kualitas : Hubungan intim dengan Allah, baik secara individual maupun komunal.

• Kualitas ibadah harus ditingkatkan supaya tidak sekedar ritual belaka, tetapi menjadi berkat bagi pribadi dan orang lain.

• Pelayanan pastoral individual umum.

▪ Kualitas pelayanan kepada dunia.

• Kuantitas prosentase pertumbuhan jumlah anggota diatas rata-rata 20 besar gereja-gereja Sinode.

• Kuantitas jumlah aset, persembahan, kehadiran warga dalam PD/PA/Kebaktian, perkunjungan, dll.

• Kualitas : Aplikasi peribadatan dan pelayanan kepada dunia sebagai pribadi dan komunitas yang berkarakter Kristen.

• Kuantitas dan Kualitas yang bertumbuh secara signifikan, sehingga menghasilkan buah yang menjadi berkat bagi orang banyak.

• (Kualitas pengkotbah, ibadah yang kontekstual, tata ibadahnya yang komunikatif dan dialogis, tema-tema yang relevan, liturgos, lektor, musiknya, player, singer, serta sarana dan prasarana penunjang).

2) Meningkatkan kuantitas dan Kualitas (keimanan) warga gereja yang bertumbuh (2018-2019)

3) Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Keimanan yang berbuah dan menjadi berkat (2020-2021)

4.2 PROSES WAWANCARA TERHADAP NARASUMBER A. Subjek 1

Inisial : Ibu A Usia : 55 tahun Profesi : PNS

(3)

37

Peneliti mengunjungi Ibu A pada masa berkurangnya penyebaran pandemi COVID 19. Sore itu setelah membuat janji dengan Ibu A, peneliti dengan berpakaian rapi dan sesuai protokol kesehatan menuju ke kediaman Ibu A.

Peneliti bermaksud melakukan perkunjungan Pastoral demi menilik umat Tuhan dikala masih diberlakukannya pembatasan beribadah di gedung gereja. Peneliti memahami bahwa sudah berbulan-bulan, ibu A melakukan ibadah lewat media online.

Sesampainya di rumah ibu A yang sudah terbuka pintunya, peneliti menghaturkan salam. Dan dijawab dengan girang, “Silakan duduk mas, sudah kubuatkan teh hangat”. Peneliti pun meminta maaf atas keterlambatan karena kemacetan di perjalanan. Ibu A menjawab, “Tidak apa-apa mas, saya senang dikunjungi karena memang sekarang tua hidup sendiri, anak-anak sudah besar dan tidak ada yang diajak ngobrol. Apalagi anak-anak kesini hanya seminggu sekali”.

Lalu Ibu A mulai bercerita perihal anak-anaknya.

Peneliti mulai bertanya apabila ibadah sudah mulai dibuka tatap muka. Ibu A menjawab, “Wah, senang sekali saya nanti bisa bertemu teman-teman Gereja, lalu bisa arisan sampai siang”. Tampak suatu kerinduan dari ibu A untuk kembali beribadah ke Gereja dan bertemu teman-teman Gereja.

Peneliti mengingatkan ibu A untuk tetap aktif bergereja, dan dijawab ibu A,

“Iya mas, sekarang masih pakai zoom, apalagi ini masih korona, dan saya terjadwal pembaca firman dua bulan sekali. Wah, saya kalau pelayanan senang, mas. Dari dulu masih muda saya senang dan aktif sekali bergereja, sampai kemana-mana. Kalau sekarang ya senang untuk ikut dalam sekolah minggu anak, perkumpulan ibu-ibu Tabitha dan gamelan”.

Peneliti lalu menanyakan perihal kesediaannya untuk menjadi Majelis Gereja. Ibu A menjawab, “Wah, ya nanti dulu, saya masih belum purna tugas.”

Hal itu terlihat karena dalam kesehariannya, ibu A masih sibuk dalam pekerjaan.

Namun, ibu masih aktif dalam kegiatan komisi anak di GKJ Karangayu.

Dalam wawancara dengan ibu A, sangat terlihat keterbukaan dan kegembiraan dari wajahnya. Sikap rendah hati ditunjukkan manakala ditemui oleh seorang Gembala Jemaat. Kerinduan untuk bertemu dengan teman Gereja menjadi

(4)

38

terobati dengan kedatangan peneliti. Suatu komitmen nyata memang ditunjukkan Ibu A dalam hal bergereja, hal ini menimbulkan kelegaan peneliti terhadap ibu A yang memang sejak masa muda hingga sekarang, setia bergereja sepenuh hati tanpa ada maksud lain.

Kehidupan seorang janda seperti Ibu A. Dengan keluarga yang tidak serumah memang terasa sepi. Sudah hal umum apabila pergaulan umat Tuhan lebih sering dilakukan di Gereja, dimana banyak “teman-teman sebaya”. Kondisi pembatasan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan COVID 19, secara nyata mengubah kehidupan ibu A.

Sangat penting pelayan pastoral melakukan inisiatif melakukan perkunjungan yang setidaknya akan memberikan suatu perhatian, bahwa Gereja tidak akan meninggalkan jemaat. Hal ini adalah suatu kewajiban Pelayan Pastoral yang membentuk dasar kualitas pelayan pastoral.

Respon Ibu A. yang ramah terhadap kunjungan peneliti dapat dipastikan bahwa ada nilai intrinsik (penampilan yang sopan, bahasa yang santun) dari peneliti yang memberikan rasa kepuasan terhadap Pelayanan yang telah dilakukan Pelayan Pastoral.

Keikutsertaan Ibu A. dalam pelayanan GKJ Karangayu sebagai pembaca bacaan Alkitab, pembimbing sekolah minggu dan kegiatan gamelan merupakan bentuk loyalitas jemaat, apalagi sejak sedari muda sangat aktif menjadi motor pelayanan di GKJ Karangayu.

B. Subjek 2

Inisial : Sdr. Nugroho Usia : 23 tahun

Profesi : Mahasiswa / Mantan Karyawan Swasta

Peneliti mendapatkan kunjungan Sdr. N pada malam hari walaupun tanpa janjian terlebih dahulu. Peneliti memahami bahwa selama beberapa waktu, Ayah dan ibu Sdr. N tidak terlihat di Gereja karena memang batasan dalam masa

(5)

39

pandemi. Sdr N. bercakap – cakap dengan peneliti dalam suasana santai, dan penuh rasa hormat selalu menjawab dengan tata bahasa krama inggil.

Sdr. N mulai bercerita mengenai pekerjaannya sekarang sudah beralih wirausaha dalam menjual tissue maupun masker.Sdr. N. sekarang juga menjadi tenaga paruh waktu di bengkel las yang sudah direkomendasikan oleh peneliti, yang mana bengkel las tersebut merupakan milik dari salah satu warga GKJ Karangayu.

Sdr N. meminta peninjauan mengenai kondisinya yang mendapatkan panggilan kembali dari tempat kerjanya dahulu sebagai teknisi perawatan menara komunikasi BTS. Di dalam pekerjaannya dahulu yang penuh dengan peluh dan kemungkinan bahaya karena betapa tingginya menara BTS di sisi lain, Sdr. N.

adalah anak tunggal yang sangat disayang keluarganya. Akan tetapi memang tawaran pekerjaan itu memiliki imbal balik pendapatan yang sangat tinggi pun sebanding dengan resikonya. Peneliti memberikan pandangan bahwa segala hal itu memiliki sisi positif dan negatif, dan memberikan saran untuk mengambil tawaran pekerjaan itu agar tetap terus berkarya yang memang sudah sesuai pengalaman dan keahliannya dengan penuh kehati-hatian. Namun, peneliti menyerahkan semua keputusan kepada Sdr. N. sebagai pribadi yang menempuh kehidupannya.

Peneliti tetap mengingatkan Sdr. N untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama pemuda GKJ Karangayu dan tetap mengikuti kegiatan PA/PD (persekutuan) walaupun masih secara media online. Tak lupa peneliti memberikan doa kekuatan kepada Sdr. N agar Tuhan selalu memberkahi Sdr. N dalam kehidupannya.

Sangat kentara sekali kedekatan dan keterbukaan Sdr. N. kepada peneliti.

Kelegaan terlihat dari wajah Sdr. N selepas doa yang peneliti panjatkan bersama Sdr. N.yang tentunya sangat diharapkan Sdr. N. Terlihat bahagia dari tutur kata Sdr. N untuk tetap selalu bersama-sama di dalam komunitas GKJ Karangayu meskipun masih dalam suasana pandemi COVID 19.

Kunjungan oleh Sdr. N. terhadap Pelayan Pastoral mengindikasikan ada kebutuhan insight/ pandangan Pelayan Pastoral sebagai respon permasalahan

(6)

40

jemaat yang walaupun diungkapkan secara implisit. Memang harus ada suatu nilai kualitas dari seorang Pelayan Pastoral.

“Nilai (values) memberikan bantalan seperti dalam alat kompas yang dapat membuat kita merasakan dan memberikan keputusan dalam praktek pastoral.

Sadar atau tidak, nilai (values) menyediakan kerangka kerja bagi para pelayan pastoral memutuskan apa cara yang paling sesuai, menolong dan terapeutik dimana mereka dapat bekerja dengan orang-orang yang mereka temui.” (Lynch, 2002:10).

Pelayan Pastoral yang memiliki nilai (values) berarti memiliki kualitas yang baik. Sdr. N. menyadari itu, sehingga Sdr. N. secara tidak langsung perlu pendapat maupun “pertolongan” dari Pelayan Pastoral.

Sesudah mendapatkan pertolongan melalui pekerjaan di bengkel las, Sdr. N.

kembali menemui Pelayan Pastoral demi mendapatkan pertimbangan mengenai tawaran pekerjaan yang lebih menghasilkan. Hal ini sangat sesuai dengan konsep

“repeat order” yang dilakukan oleh seorang konsumen dalam konsep manajemen pemasaran. Perilaku Sdr. N. yang melakukan “repeat order” kepada Pelayan Pastoral mengindikasikan adanya kepuasan seorang jemaat terhadap Pelayanan Pastoral.

Loyalitas Sdr. N. terhadap Gereja masih terbentuk secara kuat, terlihat aktif ketika ibadah maupun persekutuan online, lalu memberikan respon terkait ibadah ketika bertemu dengan Pelayan Pastoral, maupun melalui pesan singkat elektronik.

C. Subjek 3

Inisial : Bp. Z.

Usia : 59 tahun

Profesi : karyawan pabrik

Pada suatu sore, peneliti melakukan perkunjungan ke Bp. Z. yang kala itu sedang duduk bersantai di ruang teras rumahnya. Perangai Bp. Z yang sangat terbuka dan blak-blakan membuat peneliti menyempatkan diri untuk melawat

(7)

41

karena memang sudah lama sejak pandemi ini membuat kami jarang bertemu secara langsung.

Peneliti menyapa dan menyanyakan kabar Bp. Z. yang dijawab, “ Ya bagus, ya seperti ini seperti yang anda lihat. Kayak nggak tahu saja.” Terlihat Bp. Z.

memang terlihat lelah sehingga menyarankan untuk pijat di tunanetra dan dijawab, “Wah, kalau pijat itu yang enak, lagipula pijat mengeluarkan banyak uang. Cari uang pun susah.”

Setelah beberapa saat memang setiap ada pembicaraan yang peneliti lakukan, sering ada jawaban dengan respon tidak menyenangkan, kemungkinan besar karena kelelahan dalam bekerja atau masih ada masalah atapun sedang ingin menikmati waktu santainya.Terkadang orang yang supel dan ramah pun bisa menjadi ketus bila suasana hati sedang tidak baik. Namun, seringkali Perkunjungan Pastoral dilakukan, Bp. Z. memberikan respon yang tidak menyenangkan. Peneliti mengakhiri kunjungan Pastoral karena memang tidak sesuai dengan situasi maupun keadaan hati subjek penelitian.

Respon Bp. Z. juga ada kecenderungan tidak senang terhadap kunjungan Pastoral ataupun secara subjektif tidak suka dengan Pelayan Pastoral. Hal ini wajar karena beberapa orang menentukan like atau dislike, subjektif secara pribadi yang dituju.

Sudah seyogyanya Pelayan Pastoral berusaha menumbuhkan spirit pelayanan perkunjungan kepada jemaat demi menjaga keterkaitan yang baik antara Gereja dengan jemaat, terlepas itu ada dasar tidak suka ataupun penolakan.

Ini menjadi indikasi ada kualitas dalam diri Pelayan Pastoral yang memangbelum dapat dipenuhi sesuai keinginan Bp. Z.

“Banyak pendeta, beberapa yang paling cerdas dan terbaik, terjebak ke dalam pola-pola yang sangat merusak diri sendiri dalam menanggapi konflik, pola-pola yang tidak banyak membantu menyembuhkan luka narsistik pendeta itu sendiri, pola-pola yang mendekati konflik secara perspektif individual, setelah memahami konflik hanya dalam batasan kondisi antarpribadi. Pendekatan- pendekatan ini dapat menggoyahkan kepercayaan diri pendeta dan menurunkan harga dirinya.” (Rock, 2005:111)

(8)

42

Respon Bp. Z. yang kurang berkenan mengindikasikan ketidakpuasan terhadap Pelayanan Pastoral. Pelayan pastoral tidak dapat menghindari konflik sejenis ini di dalam jemaat, namun sebaiknya Pelayan Pastoral tidak bereaksi negatif / berlebihan. Menjaga jarak sejenak dengan jemaat yang opposive adalah tindakan yang bijak.

Jemaat dengan kondisi, sifat atau sikap yang mirip dengan Bp. Z. terhadap Pelayanan Pastoral, cenderung lebih sering pasif dalam aktivitas Gereja. Akan tetapi dalam ibadah masih ada kehadiran yang dapat terlihat. Dan memang Bp. Z.

terindikasi telah menjadi simpatisan dari suatu konggregasi Gereja lain, meskipun secara data masih tercatat sebagai warga GKJ Karangayu.

D. Subjek 4

Inisial : Ibu H.

Usia : 30 tahun

Profesi : Ibu Rumah Tangga / Pengusaha warung makan

Peneliti pernah suatu pagi mengunjungi secara tiba-tiba sepasang suami istri pengusaha warung makanan. Sekitar pukul 08.00 pagi, peneliti datang untuk menilik ibu H. dan memang sang suami masih ada di situ pula untuk melayani pelanggan lain. Peneliti menyapa dan dijawab Bp. P dan Ibu H. dengan ceria, lalu mempersilakan peneliti masuk. Peneliti lalu memesan makanan sederhana untuk sarapan dan juga disajikan pula es teh manis untuk pelepas dahaga. Pasangan tersebut mulai menceritakan keadaan usahanya semenjak pandemi, dan sekarang secara pelan-pelan mulai membaik, mulai banyak orang makan di warungnya lagi.

Sebenarnya daya tarik warung tersebut ada pada diri ibu H. yang memiliki pesona seperti aktris sinetron. Wajar bila pengunjung warung mayoritas adalah kaum adam.

Kondisi keuangan yang belum pulih tercermin dari wajah Ibu H. yang penuh beban. Ajakan kaum adam untuk meminang ibu H., dan merebut dari Bp. P cukup banyak. Sering terdengar ejekan, “Mbak ayu kok jualan di warung, mending sama saya aja. Jidup senang”. Terlihat memang kondisi keluarga mereka

(9)

43

baik baik saja, namun peneliti mengetahui usaha warung tersebut memiliki beban hutang yang cukup besar pada seorang warga jemaat yaitu Sdr. J. dan itu terjadi sudah cukup lama. Peneliti memancing dengan pertanyaan apakah Sdr. J pernah mampir ke warung tersebut, dan dijawab ibu H, “Wah sudah lama sekali tidak ketemu”. Sepintas Bp. P. tertunduk lesu, lalu ibu H. pun muram. Peneliti tidak bertanya lebih lanjut karena biarlah pasangan ini ingat dan melakukan tanggungjawabnya terhadap Sdr. J. Peneliti juga pernah mengalami kejadian saat mendapatkan pesan whatsapp yang intinya menginformasikan bahwa Ibu H.

memiliki hutang pinjaman online. Dan pasangan tersebut pernah meminta maaf ke peneliti mengenai kejadian tersebut, walaupun peneliti tidak pernah menyinggungnya sama sekali.

Ibu H dan Bp. P selama pandemi ini tidak pernah ke Gereja karena memang ada batasan dalam berkerumun dan menjaga anak semata wayang mereka dari pandemi, selebihnya hanya dilakukan lewat media online. Meskipun dia juga berkata bahwa sangat rindu sekali untuk datang ke Gereja dan aktif kembali seperti sedia kala. Peneliti menyudahi percakapan dan hendak membayar makanan yang telah peneliti santap, namun pasangan tersebut menolak pembayaran tersebut secara halus. Peneliti pun memakluminya dan menerima kemurahan pasangan muda tersebut.

Akhirnya peneliti mengingatkan untuk semakin aktif dalam bergereja walau sedang kondisi pandemi dan tak lupa peneliti mengajak berdoa bersama demi mendukung pemulihan keadaan keluarga Bp. P dan Ibu H.

Dalam situasi yang dialami Ibu H. menjadikannya sebagai pihak yang rentan secara emosional dan spiritual. Pelayan Pastoral menjenguk warga yang perlu dukungan moral dan spiritual, seperti Ibu H., harus memiliki batasan- batasan tertentu. Sedapat mungkin dilakukan di lokasi tertentu yang tentunya bisa terpantau juga oleh pihak keluarga subjek pelayanan pastoral.

“Batasan-batasan diperlukan dalam hubungan pastoral, karena sering ada ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan semacam ini; dengan satu orang yang menawarkan perawatan (dan seringkali menjabat status institusi tertentu) dengan yang membutuhkan dukungan ini.” (Lynch, 2002:61).

(10)

44

Pelayan pastoral yang berkualitas baik, tentu mengerti akan batasan-batasan pelayanan kepada seorang subjek, terlebih lagi subjek yang rapuh. Diperlukan adanya suatu kesepakatan dalam pelayanan pastoral pribadi yaitu pemahaman lokasi/tempat, panjang waktu pertemuan, frekuensi waktu pertemuan dan batasan moral (biasanya berujung pada eksploitasi emosi, finansial dan seksual).

Respon ramah yang diberikan Ibu H. dan Bp. P terhadap Pelayan Pastoral mengindikasikan kepuasan atas pelayanan yang dilakukan. Kemurahan pasangan tersebut terhadap pelayan pastoral juga memperkuat indikasi bahwa pelayanan yang diberikan telah mencapai suatu titik kepuasan.

Bentuk indikasi loyalitas Ibu H. dan Bp. P dapat diamati dari rutinnya keluarga tersebut beribadah online dan si anak mengikuti zoom sekolah minggu.

Terlebih lagi walaupun masih dalam kesulitan keuangan, pasangan tersebut tetap konsisten melakukan persembahan bulanan untuk kemuliaan Tuhan dan mendukung aktivitas Gereja.

E. Subjek 5 Inisial : Bp. C Usia : 55 tahun

Profesi : Pensiunan Karyawan Swasta

Pada malam yang sunyi, peneliti mendapatkan telpon dari Bp. C, seorang warga Gereja yang baru saja pensiun, “Halo mas, suka cerutu? Kalau mau ke tempat saya”. Dengan bergegas peneliti ke rumah Bp. C. yang masih sepi.

Sesampainya di sana, keadaan teras rumah masih teraeng benderang. Para asisten rumah tangga masih terlihat. Peneliti tahu, ada beberapa pembantu di rumah tersebut, namun secaraa riil, Bp. C. kesepian.

Sesampainya di rumah Bp. C., peneliti menyapa dan menanyakan keadaan Bp. C. dan dibalas dengan senyum yang penuh keterbukaan, “Beginilah hidup mantan karyawan... Yang jelas nggak ada hutang”. Lalu mulailah Bp. C.

menceritakan kehidupan dan keluarganya, sebagai seorang duda yang ditinggal anak-anaknya merantau. Mantan istri Bp. C. dahulu adalah kekasih dari bos /

(11)

45

atasan Bp. C. dan direbut oleh Bp. C. Lalu Bp. C. pindah tempat kerja, menikah, mempunyai anak-anak. Dan akhirnya Bp. C. pun ditinggalkan istrinya, kabur dengan pria lain.

Peneliti sudah tahu mengenai kehidupan Bp. C. yang memang sedikit angkuh dan sombong. Apalagi peneliti tahu bahwa Bp. C. pernah berhubungan asmara dengan dua orang warga Gereja sekaligus. Peneliti pernah menasehatinya, untungnya hubungan-hubungan tersebut diakhiri. Walaupun peneliti masih muda namun peneliti sudah pernah berhasil menyadarkan tabiat Bp. C. yang buruk itu.

Bp. C. mengungkapkan kerinduannya untuk beribadah di Gereja apalagi mendengar ibadah online dengan iringan gamelan. Peneliti menyarankan Bp. C.

untuk tetap beribadah via online dahulu, sementara itu untuk mengurus vaksin.

Karena sebelumnya Bp. C. dengan lantang menolak divaksin. Untungnya Bp. C.

setuju dan akan segera mendaftarkan diri untuk divaksin.

Peneliti lalu menanyakan tentang cerutu yang ditawarkan, dan dijawab, “Oh ya besok ya, kalau sudah ada cerutunya saya undang lagi dan kita ngobrol”.

Peneliti pun sekiranya sudah cukup menemani Bp. C. lalu peneliti pun undur diri.

Peneliti mengerti bahwa Bp. C. mengalami Post Power Syndrom, sehingga kadangkala peneliti perlu menemani agar Bp. C. tidak mengalami gangguan emosi yang biasanya ditumpahkan kepada teman-teman Gereja sendiri.

Rasa marah ditinggalkan istri, marah karena harus pensiun, tentu akan membawa dampak psikologis. Semua emosi mencapai titik kulminasi dan ditumpahkan ke orang-orang terdekat. Bahkan anjing peliharaan pun tanpa ada salah apapun ditendang.

Dalam hal perbincangan yang pernah Peneliti lakukan adalah Tuhan tidak pernah meninggalkan umatNya walaupun selalu bersungut-sungut, penuh marah, dan sering melanggar ketetapan Tuhan. Adanya kualitas seorang Pelayan Pastoral tentu memahami pengetahuan theologi yang mendalam, cerita dalam Alkitab tentang bangsa Israel yang sering “meninggalkan” Tuhan dapat ditarik benang merah yang seringkali sesuai dengan kehidupan umat masa kini. Sejarah memang sama, namun selalu berulang.

(12)

46

Pelayan Pastoral yang bermutu dapat membantu umat “menemukan kembali” sosok pribadi Tuhan yang setia, selalu hadir dan menyertai umatNya.

Tentunya Pelayan pastoral secara jujur mengingatkan bahwa Tuhan itu juga adalah Tuhan yang adil dan tegas dalam hukumanNya.

Kepuasan dari Bp. C. juga terlihat bahwa seiring berjalannya waktu, selalu mengundang Pelayan Pastoral untuk juga hadir dalam keseharian Bp. C. Walau hanya sekedar jumpa dan menceritakan pengalamannya ataupun bertukar pikiran.

Loyalitas Bp. C. tercermin dari masih aktifnya dalam kegiatan PA/PD gereja secara online. Dukungan Bp. C. terhadap sumbangan untuk kegiatan Gereja pun masih konstan dihaturkan.

F. Subjek 6 Inisial : Sdr. S Usia : 40 tahun Profesi : Pengusaha

Pada pertengahan bulan Januari 2021, peneliti menerima kunjungan dari seorang warga Gereja Sdr. S. yang memang peneliti undang pada malam itu karena sudah lama tidak bertemu. “Waduh, seret nih duit meleset terus”, katanya.Peneliti paham akan keadaannya, yang memiliki hubungan khusus dengan wanita-wanita nakal dan pergaulannya yang hampir setiap malam mabuk- mabukan. Peneliti kadang merasa bosan menasehati agar meninggalkan kehidupan tidak benar dan mencari Tuhan, namun di samping itu memang Sdr. S.

Selalu membawa cerita-cerita lucu dan menarik sehingga setiap pertemuan selalu ada rasa tertawa yang lepas.

Anehnya pada malam itu, setelah canda tawa, tiba-tiba Sdr. S. dengan serius ingin bertobat. Pengalamannya menderita Covid 19, membuatnya sadar bahwa kematian dapat datang kapan saja, sakit pun ternyata penuh derita. “Apalagi ntar kena api neraka”, katanya. Memang peneliti tahu bahwa Sdr. S. baru saja menderita Covid 19 akibat bertualang di karaoke pada malam sebelumnya.

Peneliti lalu mengajak Sdr. S. berdoa memohon ampun dan penyesalan kepada

(13)

47

Allah. Memang bila pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan Sdr. S. selalu diakhiri tanpa doa, karena Sdr. S. angkuh dan bertamu dengan maksud “pamer”

akan kehidupan lamanya yang benar-benar penuh kesenangan duniawi.

Peneliti berpesan kepada Sdr. S. agar tetap teguh untuk mulai meninggalkan teman-teman lamanya dan lebih condong hidup pada kebenaran. Dia hanya tersenyum lalu tertawa, lalu pergi berlalu.

Setelah pertemuan tersebut, peneliti mulai lebih sering meluangkan waktu atau mengajak Sdr. S. pergi pelayanan, setidaknya dapat mengalihkan agar tidak terjerumus kembali. Syukur akhir-akhir ini mulai terlihat Sdr. S. beribadah di Gereja dan selalu mengajak diskusi Alkitabiah.

Suatu bentuk perhatian Pelayan Pastoral terhadap jemaat dapat diumpamakan seperti Tuhan yang memanggil/melawat umatNya. Sdr. S. yang sudah tersesat memang perlu adanya bimbingan khusus dan penuh perhatian.

Pelayan Pastoral juga harus mampu mengajar dan menunjukkan kesalahan jemaat, sesuai dengan tuntunan Ilahi.

Sdr. S. selalu terlihat tersenyum puas manakala ketika setelah berbincang dengan Pelayan Pastoral. Berbicara penuh keterbukaan dalam menghadapi kehidupan, yang kadang pula jalan sesat masih harus dilalui Sdr. S., namun sudah mampu menjaga diri dan memberikan batasan agar tidak terjerembab lagi dalam kubangan lumpur dosa.

Sdr. S. pernah bercerita, saking senangnya menjadi warga GKJ Karangayu, selalu disempatkan bila berkunjung ke tempat hiburan malam, menggunakan kaos bertemakan rohani, ataupun dengan tulisan GKJ Karangayu. Pelayan Pastoral hanya mengambil sisi positifnya, yaitu bahwa Sdr. S. ini berarti sangat loyal dan bangga menunjukkan bahwa dia adalah bagian dari komunitas GKJ Karangayu.

4.3 IMPLIKASI PENELITIAN

Konsep loyalitas dalam manajemen pemasaran perusahaan bertujuan menjaga loyalitas konsumen dalam mengkonsumsi produknya. Penerapan di dalam manajemen Gereja khususnya, pengelolaan kualitas pelayanan Pastoral untuk menjaga loyalitas jemaat diharapkan menumbuhkembangkan kehidupan

(14)

48

iman yang setia kepada Allah (di dalam GerejaNya), tentunya dengan tidak mengesampingkan hal-hal lain. Persembahan (dalam bentuk materi maupun rohani) tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bergereja, yang mana merupakan bentuk ketaatan dan loyalitas kepada Allah. Sesuai dengan pesan Rasul Paulus (Roma 12:1) : “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.

Suatu produk/jasa yang berkualitas umumnya memiliki nilai yang lebih mahal dalam suatu transaksi, biaya tersebut menjadikan produk/jasa dianggap lebih berharga dibanding dengan produk/jasa yang lain. Suatu rasa puas konsumen akan menmpengaruhi konsumen untuk melakukan penggunaan barang/jasa itu lagi. Dalam kehidupan bergereja memang tidak seperti kegiatan jual/beli jasa, namun lebih pada “service” pelayanan kepada jemaat, sehingga jika dibandingkan memang tidak ada nilainya sama sekali, karena tidak ada biaya yang harus dikorbankan untuk mendapatkan pelayanan tersebut. Hal/sesuatu yang didapatkan tanpa adanya pengorbanan lebih mudah untuk dilepaskan. Pelayan Pastoral maupun jemaat pun kadangbisa terjebak untuk menganggap remeh hal pelayanan tersebut, sehingga dibutuhkan mental pelayan pastoral yang berintegritas.

Dalam pelaksanaan Pastoral secara pribadi, kadangkala belum mencakup umat simpatisan yang tidak memiliki keanggotaan gereja. Sebagai contoh, umat Kristen yang beribadah sering di GKJ Karangayu, namun bukan merupakan anggota gereja manapun. Petugas Majelis Gereja akan mengadakan komunikasi dan mengajak untuk ikut dalam persekutuan gereja secara formal, sehingga ada terbentuk suatu hubungan yang semakin erat dalam satu anggota tubuh Kristus.

Namun, seiring dengan waktu dan pengalaman yang terjadi, beberapa menolak dengan halus dan tetap menjadi simpatisan (tanpa keanggotaan gereja) dan beberapa pula menjadi anggota gereja.

(15)

49

4.3.1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Pastoral Terhadap Kepuasan Jemaat Hasil penelitian di GKJ Karangayu Semarang menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan berdampak positif dan mempengaruhi Kepuasan Jemaat. Hal ini selaras dengan penelitian Heru Sugara (2017) pada Jemaat Immanuel Purbasari bahwa Kualitas Pelayanan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kepuasan Jemaat. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan dalam bidang manajemen pemasaran oleh Normasari, Kumadji dan Kusumawati (2013); Sawitri, Kerti Yasa, Jawas (2013);

Sembiring, Suharyono dan Kusumawati (2014); Kurniasih (2012) menghasilkan bahwa Kualitas Layanan akan memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Kepuasan Pelanggan.

4.3.2 Pengaruh Kepuasan JemaatTerhadap Loyalitas Jemaat

Hasil penelitian di GKJ Karangayu Semarang menunjukkan bahwa Kepuasan Jemaat berdampak positif dan mempengaruhi Loyalitas Jemaat. Hal ini selaras dengan penelitian Heru Sugara (2017) pada Jemaat Immanuel Purbasari yang menemukan bahwa Kualitas Pelayanan berpengaruh tidak signifikan terhadap Loyalitas Jemaat dengan Kepuasan Jemaat sebagai variabel mediasi.Hasil penelitian yang sama juga ditemukan dalam bidang manajemen pemasaran oleh Normasari, Kumadji dan Kusumawati (2013); Sawitri, Kerti Yasa, Jawas (2013);

Sembiring, Suharyono dan Kusumawati (2014); Kurniasih (2012) menghasilkan bahwa Kualitas Layanan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan sebagai variabel mediasi.

4.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN

Tingkat kualitas pelayanan pastoral, kepuasan Jemaat, dan loyalitas jemaat pada masing-masing gereja akan sangat berbeda, terlebih ada kondisi emosi dan perspektif warga jemaat terhadap pelayanan pastoral.

Pelayan pastoral memang berkomitmen terhadap suatu jemaat, manakala membutuhkan waktu yang dirasa kurang. Sehingga sering terjadi ketidakmampuan untuk merengkuh semua jemaat.

Referensi

Dokumen terkait

Poin ketiga terkait relevansi antara praktek jual beli Blackberry black market dengan sistem jual beli dalam Islam yaitu penetapan harga yang ditetapkan oleh para

Di dalam kegiatan pemasaran upaya untuk menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen tidak lepas dari kegiatan distribusi.Saluran distribusi atau saluran pemasaran

3) Spesifikasi barang yang dipesan harus diketahui secara sempurna oleh para pihak. Dalam pelaksanaan jual beli yang dilakukan pada toko Hijab Flow pada aplikasi Shopee

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan

Surya Inti Realty dalam Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB) pada Pasal 5 menyatakan “dalam hal terjadi pembatalan jual beli yang dilakukan oleh pihak kedua, kedua

9 Amir Syarifuddin, Gari-Garis Besar Fiqh, 201.. yang benar dan salah. Dalam pelakasanaannya jual beli motor bodong yang dilakukan al-muta’ qidain tersebut telah memenuhi

Adapun hasil dari masing-masing jawaban responden tentang store atmosphere, kualitas pelayanan, dan keberagaman produk terhadap minat beli konsumen Minimarket

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap pedagang yang melakukan transaksi jual beli yang mengatakan bahwa: “Saya kalau mauka pi tebang pisang kutanya