• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan dijabarkan tentang deskripsi siklus I dan siklus II.

4.1.1 Deskripsi Siklus I

Pada deskripsi siklus I akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama 3 pertemuan.

4.1.1.1 Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada siklus I terdiri dari 3 perencanaan pertemuan dengan rincian sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V mengenai materi pembelajaran IPA yang akan disajikan dengan pembelajaran make a match. Guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD) 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni menjelaskan peristiwa alam yang terjadi di Indonesia. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar peristiwa alam, kartu soal, dan kartu jawaban. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi keaktifan siswa.

2) Pertemuan ke Dua

Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah

(2)

menentukan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan, serta menentukan bentuk upaya mencegah banjir dan tanah longsor. Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa tanah berumput, tanah yang tidak berumput, alas untuk menaruh tanah, dan gelas yang berisi air.

3) Pertemuan ke Tiga

Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus I. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 25 soal pilihan ganda dan lembar jawab.

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2x35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I adalah:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 4 April 2014 pukul 07.00 – 08.10 dan terdiri dari 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu kepala sekolah untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keaktifan siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, observer juga mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan skor yang berkisar antara 1-4.

(3)

Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran, guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas. Setelah semua siswa siap mengikuti pembelajaran, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa menurut agama dan kepercayaan masing – masing dipimpin oleh ketua kelas, dan melakukan absensi. Guru melakukan apersepsi yang berhubungan dengan materi peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia yakni melakukan tanya jawab tentang letusan gunung Kelud di Jawa Timur yang mengakibatkan hujan abu bahkan sampai di wilayah Salatiga dan sekitarnya dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menyampaikan informasi mengenai macam – macam peristiwa alam yang pernah terjadi di Indonesia dengan menggunakan alat peraga berupa gambar yakni banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, angin puting beliung, dan gempa bumi. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah

(4)

disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Observasi aktivitas guru dilakukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hasil dari observasi terhadap aktivitas guru siklus I pertemuan pertama dalam menerapkan pembelajaran make a match sudah berada dalam kategori baik dengan jumlah skor 50. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dalam menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 01 Kebondowo dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1

No. Aspek yang diamati Skor Penilaian Jumlah skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1,2 8 2. Kegiatan Awal 3, 4 6 3. Kegiatan Inti 6, 7, 11 5, 10, 13, 14 8, 9, 12 30 4. Kegiatan Akhir 15, 16 6 Total 0 3 8 5 50 Kategori Baik

(5)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah skor hasil observasi aktivitas guru adalah 50. Walaupun pada siklus I pertemuan pertama aktivitas guru sudah baik, namun masih terdapat 3 indikator yang masih perlu ditingkatkan yakni pada indikator melakukan tanya jawab tentang materi, menjelaskan permainan make a match, serta mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan permainan. Pada siklus I pertemuan pertama, ketiga indikator tersebut masih mendapatkan skor 2 yaitu dilaksanakan dengan cukup oleh guru. Observer memberikan skor 2 pada indikator tersebut dikarenakan guru hanya melakukan tanya jawab dengan siswa secara klasikal, sehingga hanya siswa yang aktif saja yang melakukan tanya jawab dengan guru, siswa yang lain hanya duduk diam. Guru masih terlihat kebingungan dalam menjelaskan tata cara permainan make a match pada siswa, sehingga siswa masih merasa kebingungan dengan tata cara permainan make a match. Guru juga kurang mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa selama melakukan permainan sehingga siswa merasa kebingungan.

Selain melakukan observasi terhadap aktivitas guru, observer juga melakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan I dapat dilihat pada tabel 4.2.

(6)

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 6 2. Kegiatan Awal 3 4 7 3. Kegiatan Inti 6 5, 7, 8, 10, 12 9, 11, 13 23 4. Kegiatan Akhir 14, 15 6 Total 1 5 5 4 42 Kategori Cukup

Berdasarkan tabel 4.2 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 1 indikator yang memperoleh skor 1, 5 indikator memperoleh skor 2, 5 indikator memperoleh skor 3, dan 4 indikator yang memperoleh skor 4. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama adalah 42 dengan kategori cukup. Masih ada 6 indikator yang belum dilaksanakan dengan baik oleh siswa. Siswa belum memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Masih banyak siswa yang bergurau sendiri saat guru menyampaikan materi. Hanya siswa yang aktif saja yang mengajukan materi pada guru, padahal sebenarnya siswa belum mengerti dengan materi yang disampaikan guru. Terbukti ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa, tidak sampai setengah dari sejumlah siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar. Saat permainan mencari kartu pasangan akan dimulai, siswa dari masing-masing kelompok justru berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk mendiskusikan kartu yang didapatnya, justru tidak berhadap-hadapan dengan kelompok pasangannya. Siswa masih tampak kebingungan dalam mencari kartu pasangannya.

(7)

Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik. Sedangkan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama belum mencapai indikator kinerja karena masih berada pada kategori cukup.

2) Pertemuan ke Dua

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 April 2014 selama 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x35 menit yang dimulai pukul 09.00-10.10. Pada pertemuan ini terdiri dari tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Materi yang dibahas melanjutkan dari materi pada siklus I pertemuan pertama. Materi pada siklus pertama pertemuan ke dua yakni mengenai dampak peristiwa alam terhadap kehidupan manusia dan cara mencegah banjir dan tanah longsor.

a. Kegiatan Awal

Sebelum memulai pelajaran guru menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pembelajaran dan melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab tentang akibat banjir yang melanda kota Jakarta dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai dampak peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Kemudian dilanjutkan dengan materi mengenai cara mencegah banjir dan tanah longsor. Guru menyediakan alat peraga berupa tanah rata yang telah dipadatkan di atas papan dan tanah berumput di atas papan. Kemudian perwakilan siswa diminta untuk mencoba menuangkan air sedikit demi sedikit di kedua papan yang berisi tanah yang diletakkan secara miring. Semua siswa mengamati apa yang terjadi dari kegiatan percobaan tersebut. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa

(8)

mengenai percobaan tersebut. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing–masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus I pertemuan ke II dapat dilihat pada tabel 4.3.

(9)

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1,2 8 2. Kegiatan Awal 3, 4 6 3. Kegiatan Inti 5, 6, 7, 10, 11, 13 8, 9, 12, 14 34 4. Kegiatan Akhir 15 16 7 Total 0 0 9 7 55 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada pertemuan pertama. Ada 9 indikator yang memperoleh skor 3 dan 7 indikator yang memperoleh skor 4. Hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama. Jumlah skor aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua mendapatkan skor total 55 dengan kategori baik. Guru sudah mulai mengerti dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match.

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.4.

(10)

Tabel 4.4

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 6 2. Kegiatan Awal 3 4 7 3. Kegiatan Inti 6, 7 5, 8, 10, 12 9, 11, 13 28 4. Kegiatan Akhir 14, 15 6 Total 0 2 9 4 47 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.4 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan ke dua dari 14 indikator, terdapat 4 indikator yang memperoleh skor 4, 9 indikator memperoleh skor 3, dan 2 indikator memperoleh skor 2 dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua adalah 47 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I pertemuan pertama.

Aktivitas guru pada pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke dua sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.. Aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan tindakan siklus I pertemuan ke dua juga sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik.

3) Pertemuan ke Tiga

Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 April 2014 pukul 07.00-08.10. Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke tiga sebagai tindak lanjut, penyempurnaan, dan perbaikan proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan ke dua pada siklus I.

(11)

Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 25. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

4.1.1.3 Hasil Tindakan Siklus I

Hasil tindakan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match oleh guru.

1) Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA

Untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran make a match dalam meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa digunakan lembar observasi yang terdiri dari 6 indikator. Indikator tersebut meliputi (1) menjawab pertanyaan guru, (2) mengajukan pertanyaan pada guru, (3) membuat catatan tentang materi yang dipelajari, (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) mempresentasikan hasil belajarnya, (6) menanggapi hasil karya/ pekerjaan orang lain yang dipresentasikan.

a. Pertemuan Pertama

Analisis hasil observasi keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match dapat dilihat dalam tabel 4.5.

(12)

Tabel 4.5

Analisis Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 4 20 12-17 Sedang 11 55 ≥18 Tinggi 5 25 Jumlah 20 100 Skor Terendah 6 Skor Tertinggi 19

Berdasarkan tabel 4.5 mengenai analisis hasil observasi keaktifan belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA terlihat bahwa ada 4 siswa yang memperoleh skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah dengan persentase 20%. Siswa yang memperoleh skor 12-17 dengan kategori keaktifan sedang ada 11 siswa dengan persentase 55%. Siswa yang berada pada kategori tinggi dengan rentang skor ≥18 ada 5 siswa dengan persentase 25%. Skor tertinggi keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertama adalah 19 dan skor terendah keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertama adalah 6.

b. Pertemuan ke Dua

Pada pertemuan ke dua didapatkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap skor keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match dapat dilihat pada tabel 4.6.

(13)

Tabel 4.6

Analisis Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 3 15 12-17 Sedang 5 25 ≥18 Tinggi 12 60 Jumlah 20 100 Skor Terendah 8 Skor Tertinggi 23

Berdasarkan tabel 4.6 mengenai analisis hasil observasi keaktifan belajar siswa dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus I pertemuan ke dua, terlihat bahwa siswa yang memperoleh skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah ada 3 siswa dengan persentase 15%. Siswa yang memperoleh skor 7-12 dengan kategori keaktifan sedang ada 5 siswa dengan persentase 25%. Siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan rentang skor ≥18 ada 12 siswa dengan persentase 60%. Skor keaktifan terendah adalah 8 dan skor keaktifan tertinggi adalah 23.

Dalam penerapan pembelajaran make a match siklus I pertemuan ke dua hanya 60% siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa belum berhasil dikarenakan belum memenuhi indikator hasil yakni pembelajaran make a match dinyatakan berhasil jika ≥80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

Hasil observasi terhadap keaktifan siswa siklus I pertemuan pertama dan siklus I pertemuan ke dua mengalami peningkatan. Pada pertemuan I ada 5 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan persentase 25%. Pada pertemuan ke dua jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi

(14)

mengalami peningkatan, yakni ada 12 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi dengan persentase 60%.

c. Rekap Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Siklus I

Observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa siklus I dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Keaktifan belajar IPA siswa mengalami peningkatan pada siklus I dari pertemuan I ke pertemuan II. Hal ini terlihat dari jumlah skor keaktifan belajar siswa secara keseluruhan yang mengalami peningkatan. Peneliti kemudian membuat rekapitulasi mengenai hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Peneliti menghitung nilai rata-rata dari jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing siswa. Kemudian peneliti menentukan apakah rata-rata jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa termasuk ke dalam kategori keaktifan tinggi, rendah, atau sedang. Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I:

Tabel 4.7

Rekap Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 3 15 12-17 Sedang 11 55 ≥18 Tinggi 6 30 Jumlah 20 100 Skor Terendah 7 Skor Tertinggi 21

Berdasarkan tabel 4.7 mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar IPA siswa siklus I dengan penerapan pembelajaran make a match dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah ada 3 siswa dengan persentase 15%. Siswa yang memperoleh jumlah skor 12-17 dengan kategori keaktifan sedang ada 11 siswa dengan persentase 55%.

(15)

Siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi ada 6 siswa dengan persentase 30%. Jumlah skor tertinggi adalah 21 dan jumlah skor terendah adalah 6.

Untuk lebih jelasnya mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I maka disajikan diagram batang yang tertera pada gambar 4.1.

Gambar 4.1

Rekap Keaktifan Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan diagram batang mengenai rekap hasil belajar IPA siswa dengan penerapan pembelajaran make a match siklus I dapat diketahui bahwa paling banyak siswa yang berada pada kategori keaktifan sedang. Agar lebih jelas mengenai persentase keaktifan belajar masing-masing kategori, maka disajikan diagram lingkaran di bawah ini:

Gambar 4.2

Persentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus I

Berdasarkan diagram mengenai keaktifan belajar siswa siklus I terlihat bahwa ada 15% siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah, 55% siswa

0 2 4 6 8 10 12

Rendah Sedang Tinggi

Ju m lah S isw a Kategori Keaktifan 15% 55% 30% Rendah Sedang Tinggi

(16)

berada pada kategori keaktifan sedang, dan 30% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran make a match untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yakni minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

2) Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran make a match selesai, maka dilakukan evaluasi untuk mengetahui pencapaian hasil belajar yang diperoleh dari masing-masing siswa, apakah sudah mencapai KKM atau belum mencapai KKM.

Hasil belajar IPA siklus I disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I

Nilai Frekuensi Persentase (%)

30-43 1 5 44-57 0 0 58-71 6 30 72-85 10 50 86-100 3 15 Rata-rata 73,6 Nilai tertinggi 88 Nilai terendah 40

Berdasarkan tabel 4.8 maka dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 30-43 sebanyak 1 siswa dengan persentase 5%. Tidak ada siswa yang mendapat nilai 44-57. Siswa yang mendapat nilai 58-71 sebanyak 6 siswa dengan persentase 30%. Siswa yang mendapat nilai 72-85 sebanyak 10 siswa dengan persentase 50%, dan siswa yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 3 siswa dengan persentase 15%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 73,6 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 40.

Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus I pada tabel 4.8, maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3.

(17)

Gambar 4.3

Hasil Belajar Siswa Siklus I

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus I kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus I yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥68 16 80 Tidak Tuntas <68 4 20 Jumlah 20 100 Rata-rata 73,6 Nilai tertinggi 88 Nilai terendah 40

Dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 sudah mencapai KKM, yakni 16 dari 20 siswa sudah mencapai KKM atau dengan persentase 80%. Sedangkan ada 4 siswa yang belum mencapai KKM atau dengan persentase 20%. Rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I adalah 73,6, nilai tertinggi 88, dan nilai terendah 40. Berdasarkan ketuntasan hasil

0 2 4 6 8 10 12 30-43 44-57 58-71 72-85 86-100 Ju m lah S isw a Nilai

(18)

belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 siklus I pada tabel 4.9 dapat digambarkan dalam diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4.4

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I

Berdasarkan gambar 4.4 tentang persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus I dengan penerapan pembelajaran make a match mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar IPA yang diperoleh pada pretest. Pada siklus I ada 16 siswa yang mencapai KKM atau 80% siswa sudah mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match yaitu ≥80% siswa mencapai KKM (KKM=68) sudah berhasil. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match maka penelitian dilanjutkan siklus II.

4.1.1.4 Refleksi Siklus I

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I baik pertemuan pertama, ke dua, maupun ke tiga selesai, maka peneliti melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan, serta hambatan – hambatan yang dihadapi. Hasil refleksi berguna untuk menentukan apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil atau belum berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Selain itu, juga sebagai dasar untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II.

80% 20%

Tuntas Tidak Tuntas

(19)

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus I masih banyak kendala. Kendala tersebut antara lain :

1. Guru masih bingung dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran make a match.

2. Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, tidak semua siswa menjawab pertanyaan guru. Hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan guru.

3. Guru kurang maksimal dalam mengawasi dan membimbing aktivitas siswa selama permainan kartu berlangsung.

4. Siswa masih tampak kebingungan dalam pelaksanaan pembelajaran make a match.

Untuk mengatasi kendala pada siklus I, maka dilakukan perbaikan sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan lebih baik. Perbaikan tersebut antara lain:

1. Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan pembelajaran make a match sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar.

2. Selain memberikan pertanyaan secara klasikal, guru sebaiknya juga memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh masing-masing siswa. Guru dapat menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan (diusahakan semua siswa secara bergiliran diberi pertanyaan oleh guru untuk dijawab secara individu oleh siswa).

3. Guru memberikan penjelasan secara jelas dengan kalimat yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga siswa tidak merasa kebingungan saat permainan kartu berlangsung.

4. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran make a match, guru harus mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik agar siswa tidak bingung.

Berdasarkan observasi terhadap keaktifan belajar siswa pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke dua mengalami peningkatan. Jumlah siswa

(20)

yang berada pada kategori keaktifan tinggi pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke dua adalah 6 siswa atau dengan persentase 30%. Maka keaktifan belajar siswa pada siklus I, masih berada di bawah indikator kinerja yaitu minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Dari hasil analisis terhadap keaktifan belajar siswa siklus I maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran make a match untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum tercapai seperti yang diharapkan oleh peneliti.

Dari segi hasil belajar siswa, persentase ketuntasan belajar siswa siklus I dibandingkan dengan hasil pretest mengalami peningkatan. Pada pretest hanya ada 2 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=68) dengan persentase 10%. Sedangkan pada postest siklus I ada 16 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 80%. Ini berarti hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti.

Meskipun hasil belajar sudah mencapai indikator kinerja tetapi keaktifan belajar siswa belum mencapai indikator kinerja. Maka penelitian dilanjutkan ke siklus II untuk lebih meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA agar semua indikator dalam indikator kinerja dapat tercapai.

4.1.2 Deskripsi Siklus II

Pada deskripsi siklus II akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan.

4.1.2.1 Rencana Tindakan

Rencana tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 pertemuan. Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I. Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Rencana tindakan untuk pertemuan pertama yaitu penulis bersama guru menentukan standar kompetensi (SK) yakni 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, dengan kompetensi dasar (KD) 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang

(21)

dapat mengubah permukaan bumi. Indikator yang dipakai pada pertemuan pertama yakni menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui dan penggunaannya, dan menyebutkan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan penggunaannya. Setelah menentukan SK, KD, dan indikator, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti juga menyiapkan alat peraga yang menunjang proses pembelajaran yaitu berupa gambar berbagai macam contoh sumber daya alam, dua buah kotak yang bertuliskan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, serta kartu permainan. Peneliti juga menyiapkan lembar absensi siswa, lembar observasi guru, lembar observasi keaktifan siswa.

2) Pertemuan ke dua

Rencana tindakan pada siklus I pertemuan ke dua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, indikator yang digunakan pada pertemuan ke dua adalah menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dan menentukan dampak dari masing-masing kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi Peneliti menyiapkan alat peraga yang menunjang pembelajaran berupa gambar penebangan hutan secara liar, gambar kegiatan penambangan, gambar kebakaran hutan, gambar pemukiman penduduk.

3) Pertemuan ke tiga

Rencana tindakan pada pertemuan ke tiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Pertemuan ke tiga digunakan sebagai tes evaluasi untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pada siklus II. Peneliti menyiapkan lembar soal tes yang berisi 25 soal pilihan ganda dan lembar jawab.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu pada tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah:

(22)

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 April 2014 pukul 09.00-10.10 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Langkah – langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Kemudian guru melakukan apersepsi tanpa didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang benda-benda yang ada di ruang kelas dan asal usul bahannya. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai macam – macam sumber daya alam, contoh masing-masing jenis sumber daya alam, dan penggunaannya. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Agar semua siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang disajikan guru, maka guru memberikan gambar contoh sumber daya alam pada masing-masing kelompok (1 bangku 1 kelompok). Kemudian siswa diminta untuk memasukkan gambar tersebut ke dalam kotak yang telah disediakan. Jika gambar tersebut termasuk gambar contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui, maka gambar tersebut dimasukkan ke kotak bertuliskan sumber daya alam yang dapat diperbarui. Sebaliknya jika gambar tersebut termasuk gambar contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, maka gambar tersebut dimasukkan ke dalam kotak yang bertuliskan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Kemudian guru bersama siswa membahas kecocokan gambar contoh sumber daya alam dengan jenisnya. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa

(23)

yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.10.

(24)

Tabel 4.10

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 8 2. Kegiatan Awal 4 3 7 3. Kegiatan Inti 5, 7, 10, 11 6, 8, 9, 12, 13, 14 36 4. Kegiatan Akhir 15, 16 8 Total 0 0 5 11 59 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus I. Ada 11 indikator yang memperoleh skor 4 dan 5 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan pertama mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus I. Jumlah skor aktivitas guru siklus I pertemuan ke dua adalah 59 dengan kategori baik. Guru sudah mengerti dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel 4.11.

(25)

Tabel 4.11

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 8 2. Kegiatan Awal 3, 4 8 3. Kegiatan Inti 5, 6, 7, 8, 10 9, 11, 12, 13 31 4. Kegiatan Akhir 14, 15 6 Total 0 0 8 7 53 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.11 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama dari 15 indikator, terdapat 8 indikator yang memperoleh skor 3, 7 indikator memperoleh skor 4, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 2 dan 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua adalah 53 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus I.

Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama sudah mencapai indikator kinerja yakni sudah berada pada kategori baik.

2. Pertemuan ke Dua

Pelaksanaan tindakan dan observasi pada pertemuan ke dua siklus 2 dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 April 2014 pukul 11.00-12.10 dan terdiri dari kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Peneliti meminta bantuan observer yaitu kepala sekolah untuk mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keaktifan siswa dengan menerapkan pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA. Observer mengisi lembar obsevasi yang telah disediakan oleh peneliti yakni berupa lembar observasi

(26)

aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan tanda centang (√) pada kolom skor yang telah disediakan. Selain mengisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa, observer juga mengisi lembar observasi keaktifan belajar siswa dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan skor yang berkisar antara 1-4. Langkah – langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan ke dua adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, sebelum memulai pelajaran guru melakukan pengkondisian kelas agar siswa siap mengikuti pembelajaran. Lalu guru langsung melakukan apersepsi tidak didahului dengan absensi dan berdoa karena pembelajaran IPA dilakukan bukan pada jam pertama. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab tentang pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga dan akibat dari pembangunan jalan lingkar di kota Salatiga. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pertama –tama guru menyampaikan informasi mengenai contoh kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dan dampaknya dengan menggunakan gambar. Penyampaian informasi atau materi yang dilakukan guru tidak didominasi dengan ceramah, tetapi guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa seputar materi agar siswa terdorong mengemukakan gagasan yang berkaitan materi. Setelah dirasa siswa menguasai materi, guru menjelaskan tata cara permainan mencari kartu pasangan (make a match) . Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban secara acak pada masing – masing siswa. Masing - masing siswa hanya menerima satu kartu soal atau satu kartu jawaban saja. Siswa yang menerima kartu soal berkumpul dengan siswa yang menerima kartu soal dan siswa yang menerima kartu jawaban berkumpul dengan siswa yang menerima kartu jawaban. Kelompok soal dan kelompok jawaban saling berhadap – hadapan. Masing – masing siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Siswa yang sudah menemukan pasangannya segera lapor pada guru. setelah waktu habis, siswa yang belum mendapat pasangan berkumpul di tempat yang berbeda

(27)

dari siswa yang sudah mendapat pasangan. Guru memanggil pasangan siswa secara berurutan berdasarkan nomor kartu untuk membacakan kartu soal dan kartu jawaban mereka kemudian menempelkan kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan. Siswa yang lain memberikan tanggapan apakah pasangan kartu soal dan kartu jawaban sudah sesuai atau belum. Begitu seterusnya sampai semua pasangan selesai membacakan kartu soal dan jawabannya. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan kartu soal dan kartu jawaban dari masing – masing pasangan.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa membuat rangkuman tentang materi yang baru saja dipelajari. Dilanjutkan refleksi dengan meminta salah satu siswa untuk membuka masing – masing kartu yang ditempel di depan pada lembar ke tiga yang berisi pesan moral yang berhubungan dengan materi pembelajaran. 3. Pertemuan ke Tiga

Pertemuan ke tiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus 1I yang dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 Mei 2014 pukul 07.00-08.10. kegiatan Evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 25. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ke tiga yakni diawali dengan memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran kemudian berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing - masing. Sebelum membagikan soal evaluasi, guru menata tempat duduk siswa agar siswa tidak terlalu dekat duduknya kemudian guru menjelaskan pada siswa tentang tata cara mengerjakan soal evaluasi dan peraturan selama siswa mengerjakan soal. Dilanjutkan dengan pembagian lembar soal dan lembar jawab oleh guru kepada masing – masing siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel berikut 4.12.

(28)

Tabel 4.12

Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 8 2. Kegiatan Awal 3, 4 8 3. Kegiatan Inti 10, 11 5, 6, 7, 8, 9, 12, 13, 14 38 4. Kegiatan Akhir 15, 16 8 Total 0 0 2 14 62 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah meningkat dibandingkan dengan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Ada 14 indikator yang memperoleh skor 4 dan 2 indikator yang memperoleh skor 3. Hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua mengalami peningkatan dibandingkan aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama. Jumlah skor aktivitas guru siklus II pertemuan ke dua adalah 62 dengan kategori baik. Guru sudah mengerti dengan jalannya permainan mencari kartu pasangan atau permainan make a match.

Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 pada kegiatan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.13.

(29)

Tabel 4.13

Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang diamati

Skor Penilaian Jumlah

skor 1 2 3 4 1. Kegiatan Pra Pembelajaran 1, 2 8 2. Kegiatan Awal 3, 4 8 3. Kegiatan Inti 5, 7, 10, 6, 8, 9, 11, 12, 13 33 4. Kegiatan Akhir 14, 15 8 Total 0 0 3 12 57 Kategori Baik

Berdasarkan tabel 4.13 mengenai hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan ke dua dari 14 indikator, terdapat 12 indikator yang memperoleh skor 4 ,3 indikator memperoleh skor 3, dan tidak ada indikator yang memperoleh skor 2 dan 1. Skor total hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke dua adalah 57 dengan kategori baik. Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke dua sudah mengalami peningkatan dibandingkan siklus II pertemuan pertama.

Aktivitas guru dan aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ke dua sudah mencapai indikator kinerja karena sudah berada pada kategori baik.

4.1.2.3 Hasil Tindakan Siklus II

Hasil tindakan siklus II diperoleh dari hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01. 1) Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA

(30)

Analisis mengenai hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14

Analisis Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 0 0 12-17 Sedang 3 15 ≥18 Tinggi 17 85 Jumlah 20 100 Skor Tertinggi 24 Skor Terendah 15

Dari tabel 4.14 mengenai analisis hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan pertama maka dapat diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang memperoleh 6-11 dengan kriteria rendah. Siswa yang memperoleh skor 12-17, pada kriteria sedang ada 3 siswa dengan persentase 15%. Siswa yang memperoleh skor≥18 ada 17 siswa dengan persentase 85%. Skor tertinggi 24 dan skor terendahnya adalah 15.

b. Pertemuan ke Dua

Analisis mengenai hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua dapat dilihat pada tabel 4.15.

(31)

Tabel 4.15

Analisis Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II

Rentang Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 0 0 12-17 Sedang 2 10 ≥18 Tinggi 18 90 Jumlah 20 100 Skor Tertinggi 24 Skor Terendah 17

Dari tabel 4.15 mengenai analisis hasil observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II pertemuan ke dua maka dapat diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang memperoleh skor 6-11 dengan kriteria rendah. Siswa yang memperoleh skor 12-17 pada kriteria sedang ada 2 siswa dengan persentase 10%. Siswa yang memperoleh skor≥18 ada 18 siswa dengan persentase 90%. Skor tertinggi 24 dan skor terendahnya adalah 17. Dari hasil observasi mengenai keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA siklus II pertemuan ke dua maka keaktifan belajar siswa sudah mencapai indikator kinerja. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran make a match. Guru dengan mudah dapat membimbing siswa selama pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match berlangsung.

c. Rekap Hasil Observasi Keaktifan Belajar IPA Siswa Siklus II

Observasi terhadap keaktifan belajar IPA siswa siklus II dilakukan pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua. Keaktifan belajar IPA siswa mengalami peningkatan pada siklus II dari pertemuan I ke pertemuan II. Hal ini terlihat dari jumlah skor keaktifan belajar siswa secara keseluruhan yang mengalami peningkatan. Peneliti kemudian membuat rekap mengenai hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I pertemuan pertama dan pertemuan ke

(32)

dua. Peneliti menghitung nilai rata-rata dari jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing siswa. Kemudian peneliti menentukan apakah rata-rata jumlah skor yang diperoleh masing-masing siswa termasuk ke dalam kategori keaktifan tinggi, rendah, atau sedang. Berikut disajikan tabel mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus I:

Tabel 4.16

Rekap Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II

Jumlah Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

6-11 Rendah 0 0 12-17 Sedang 2 10 ≥18 Tinggi 18 90 Jumlah 20 100 Skor Terendah 16 Skor Tertinggi 24

Berdasarkan tabel 4.16 mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar IPA siswa siklus II dengan penerapan pembelajaran make a match dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah. Siswa yang memperoleh jumlah skor 12-17 dengan kategori keaktifan sedang ada 2 siswa dengan persentase 10%. Siswa berada pada kategori keaktifan tinggi ada 18 siswa dengan persentase 90%. Jumlah skor tertinggi adalah 24 dan jumlah skor terendah adalah 16.

Untuk lebih jelasnya mengenai rekap hasil observasi keaktifan belajar siswa siklus II, maka disajikan diagram pada gambar 4.5.

(33)

Gambar 4.5

Rekap Keaktifan Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan diagram batang mengenai rekap skor hasil belajar IPA siswa dengan penerapan pembelajaran make a match siklus II dapat diketahui bahwa paling banyak siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Untuk lebih jelasnya mengenai persentase keaktifan belajar masing-masing kategori, maka disajikan diagram lingkaran di bawah ini:

Gambar 4.6

Persentase Keaktifan Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan diagram mengenai persentase keaktifan belajar siswa siklus II terlihat bahwa tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah, 10% siswa berada pada kategori keaktifan sedang, dan 90% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa dengan penerapan pembelajaran make a match sudah mencapai indikator kinerja yakni minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

0 5 10 15 20

Rendah Sedang Tinggi

Ju m lah S isw a Kategori Keaktifan 10% 90% Sedang Tinggi

(34)

2) Hasil Belajar IPA

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi dengan penerapan pembelajaran make a match, guru memberikan tes tertulis kepada siswa dengan bentuk soal pilihan ganda sejumlah 25 soal. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus II yaitu pada pertemuan ke tiga.

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi mengenai hasil belajar siswa kelas V siklus II:

Tabel 4.17

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II

Nilai Frekuensi Persentase (%)

30-43 0 0 44-57 0 0 58-71 1 5 72-85 10 50 86-100 9 45 Rata-rata 85,2 Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 68

Berdasarkan tabel 4.17 maka dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai 30-43 dan 44-57. Siswa yang mendapat nilai 58-71 sebanyak 1 siswa dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 72-85 sebanyak 10 siswa dengan persentase 50%, dan siswa yang mendapat nilai 86-100 sebanyak 9 siswa dengan persentase 45%. Nilai rata-rata yang diperoleh dari data hasil belajar siklus I adalah 85,2 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 68.

Untuk lebih memperjelas data mengenai hasil belajar siswa siklus II pada tabel 4.17, maka dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.7.

(35)

Gambar 4.7

Hasil Belajar Siswa Siklus II

Dari data mengenai hasil belajar siswa siklus II kemudian peneliti melakukan analisis mengenai ketuntasan hasil belajar siswa siklus II yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.18

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

Kategori Keterangan Frekuensi Persentase (%) Tuntas ≥68 20 100 Tidak Tuntas <68 0 0 Jumlah 20 100 Rata-rata 85,2 Nilai terendah 68 Nilai tertinggi 100

Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA siswa kelas V pada mata pelajaran IPA siklus II yang telah mencapi KKM sebanyak 20 siswa dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang nilainya berada di bawah KKM. Ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 siklus II dapat digambarkan dengan diagram lingkaran seperti yang tertera pada gambar 4.8. 0 2 4 6 8 10 12 30-43 44-57 58-71 72-85 86-100 Ju m lah S isw a Nilai

(36)

Gambar 4.8

Persentase Ketuntasan Belajar IPA Siklus II

Dari gambar 4.8 mengenai persentase ketuntasan hasil belajar IPA siklus II dengan penerapan pembelajaran make a match terlihat bahwa hasil belajar IPA siswa 100% mencapai KKM. Hasil belajar IPA dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II mengalami peningkatan dari hasil belajar IPA yang diperoleh pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan penulis yakni minimal 80% siswa mencapai KKM.

4.1.2.4 Refleksi Siklus II

Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran selama tiga kali pertemuan maka peneliti melakukan refleksi terhadap semua kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran make a match dengan baik. Proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran make a match dapat membuat siswa benar-benar aktif. Peningkatan aktivitas siswa terlihat selama proses pembelajaran, tidak hanya siswa yang aktif saja yang memberikan pendapatnya, tetapi siswa yang biasanya hanya duduk diam mampu memberikan pendapatnya. Hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa siklus II yakni 90% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Persentase keaktifan belajar siswa yang diperoleh pada siklus II sudah menunjukkan tercapainya indikator kinerja yang sudah ditetapkan peneliti yakni minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi.

100% 0%

Tuntas Tidak tuntas

(37)

Dari hasil evaluasi ketuntasan belajar IPA yang diperoleh siswa pada siklus II dengan KKM=68 dari 20 siswa, semua siswa sudah tuntas dengan persentase 100% dan rata-rata 85,2. Hal ini menunjukkan bahwa, hasil belajar IPA siswa sudah mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan penulis yaitu minimal 80% siswa mencapai KKM.

Secara keseluruhan, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match pada siklus II diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah pembelajaran make a match sudah dilaksanakan dengan baik dan runtut oleh guru.

2. Guru sudah tidak bingung lagi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran make a match sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar.

3. Guru mengawasi aktivitas siswa dan membimbing siswa dengan baik saat permainan kartu make a match berlangsung.

4. Siswa sudah tidak bingung lagi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match.

5. Kekatifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Ini terlihat dari respon yang diberikan siswa saat melakukan tanya jawab dengan guru. Selain itu, siswa juga memberikan pendapatnya dalam menanggapi pekerjaan temannya. Antusiasme siswa yang besar terlihat saat guru meminta siswa bermain kartu make a match.

6. Hasil belajar IPA mengalami peningkatan.

4.2 Hasil Analisis Data

Berikut ini akan dipaparkan mengenai hasil analisis data prasiklus, siklus I dan siklus II mengenai keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.

4.2.1 Keaktifan Belajar Siswa

Sebelum dikenai tindakan, peneliti bersama kepala sekolah selaku observer melakukan observasi mengenai keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Banyak siswa yang pasif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun

(38)

setelah diterapkannya pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA, keaktifan siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Perbandingan keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01 prasiklus, siklus I, siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.19

Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Jumlah

Skor Kategori

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) 6-11 Rendah 6 30 3 15 0 0 12-17 Sedang 12 60 11 55 2 10 ≥18 Tinggi 2 10 6 30 18 90 Jumlah 20 100 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 4.19 mengenai perbandingan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA prasiklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang memperoleh jumlah skor 6-11 dengan kategori keaktifan rendah pada prasiklus sebanyak 6 siswa dengan persentase 25%, kemudian pada siklus II menurun menjadi 3 siswa dengan persentase 15%, dan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Pada kategori keaktifan sedang dengan jumlah skor 12-17 ada 12 siswa dengan persentase 65% pada kondisi prasiklus, pada siklus I menurun menjadi 11 siswa dengan persentase 55%, dan pada siklus II menurun lagi menjadi 2 siswa dengan persentase 10% yang berada pada kategori keaktifan sedang. Pada kategori keaktifan tinggi dengan jumlah skor minimal 18 hanya ada 2 siswa dengan persentase 10%, pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 6 siswa dengan persentase 30%, dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 18 siswa dengan persentase 90%.

Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah siswa yang menempati masing-masing kategori keaktifan rendah, sedang, dan tinggi, maka dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.9.

(39)

Gambar 4.9

Perbandingan Persentase Keaktifan Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

4.2.2 Hasil Belajar IPA

Pada kondisi prasiklus, hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebondowo 01, masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=68). Hanya ada 2 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM atau dengan persentase 10% dan 18 siswa dengan persentase 90% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada prasiklus adalah 52,75 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30. Setelah diterapkannya pembelajaran make a match pada mata pelajaran IPA, hasil belajar IPA mengalami peningkatan, pada siklus I ada 16 siswa dengan persentase 80% yang mencapai KKM dan 4 siswa dengan persentase 20% belum mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 73,6 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 40. Pada siklus II hasil belajar mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM ada 18 siswa dengan persentase 100% dan tidak ada siswa yang tidak mencapai KKM. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada siklus II adalah 85,2 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 68. Perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada kondisi prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.20

30% 15% 0 60% 55% 10% 10% 30% 90% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

P er sent a se Tahapan Penelitian Rendah Sedang Tinggi

(40)

Tabel 4.20

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Kategori Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II

Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) Jml. Siswa Persentase (%) Tidak tuntas <68 18 90 4 20 0 0 Tuntas ≥68 2 10 16 80 100 100 Jumlah 20 100 20 100 20 100 Rata-rata 52,75 73,6 85,2 Nilai tertinggi 80 88 100 Nilai terendah 30 40 68

Berdasarkan tabel 4.20 mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan. Sebelum dikenai tindakan hanya ada 2 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 10%. Setelah dikenai tindakan pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan menjadi 16 siswa dengan persentase 80%, dan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 20 siswa dengan persentase 100%.

Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II, maka dapat dilihat pada gambar 4.10.

Gambar 4.10

Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

10% 80% 100% 90% 20% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Prasiklus Siklus I Siklus II

P er sent a se Tahapan Penelitian Tuntas Belum Tuntas

(41)

Perolehan rata-rata hasil belajar tiap siklus juga mengalami peningkatan. Pada prasiklus, perolehan rata-rata hasil belajar adalah 52,75, setelah dilaksanakan siklus I rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 73,6. Setelah dilaksanakan siklus II rata-rata hasil belajar meningkat lagi menjadi 85,2. Berikut disajikan gambar mengenai perbandingan rata-rata hasil belajar IPA prasiklus, siklus I, dan siklus II:

Gambar 4.11

Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Dari data yang dipaparkan oleh peneliti, pembelajaran make a match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA. Pada kondisi awal sebelum diterapkannya pembelajaran make a match, hanya ada 2 siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi atau dengan persentase 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada kondisi awal sebagian besar siswa belum aktif selama kegiatan pembelajaran. Pada siklus I, jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi meningkat lagi dengan persentase 30% atau sebanyak 6 siswa. Sedangkan untuk hasil belajar sebelum tindakan, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=68) hanya ada 2 siswa atau dengan persentase 10%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar sebelum tindakan adalah 52,75. Kemudian setelah dilakukan pembelajaran siklus I, jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 16 siswa dengan persentase 80%. Rata-rata yang diperoleh dari hasil belajar siklus I adalah sebesar 73,6. Aktivitas guru pada siklus I

52,75 73,6 85,2 0 20 40 60 80 100

Prasiklus Siklus I Siklus II

R

ata

-r

ata

(42)

pertemuan pertama sudah baik, tetapi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke II baru berada pada kategori cukup. Pada siklus I pertemuan ke dua aktivitas guru dan aktivitas siswa mengalami peningkatan, keduanya sudah berada pada kategori baik. Hal ini berarti penerapan pembelajaran make a match sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru maupun siswa.

Hasil belajar pada siklus I sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 80% siswa sudah mencapai KKM Tetapi, Keaktifan belajar pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti, yakni minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Tetapi pada siklus I hanya ada 30% siswa yang mencapai indikator keaktifan tinggi. Untuk itu, penelitian dilanjutkan ke siklus II karena indikator kinerja belum tercapai seluruhnya.

Hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II yaitu jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi meningkat lagi sebanyak 18 siswa atau dengan persentase 90%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang berada pada kategori keaktifan tinggi mengalami peningkatan. Pada pembelajaran siklus II, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah sebesar 20 siswa dengan persentase 100%. Aktivitas guru dan siswa pada siklus II baik pertemuan I maupun pertemuan ke II sudah berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match sudah dilaksanakan dengan baik. Penelitian yang dilakukan pada siklus II seluruhnya sudah mencapai indikator kinerja. Baik keaktifan siswa, hasil belajar, maupun aktivitas guru dan siswa sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran make a match dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa karena sudah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan oleh peneliti. Untuk indikator kinerja keaktifan belajar, peneliti menetapkan bahwa pembelajaran dengan penerapan pembelajaran make a match dikatakan berhasil jika jika minimal 80% siswa berada pada kategori keaktifan tinggi. Sedangkan indikator kinerja dari hasil belajar, peneliti menetapkan bahwa penerapan dengan pembelajaran make a match dikatakan berhasil jika minimal 80% siswa mencapai KKM.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the simulation result, the design with the total cross section area inlets is less or equal to out resulted better value of velocity and suction pressure distributed in

Dengan penelitian deskriptif ini diharapkankesesuaian komponen lembar kerja siswa (LKS) pola 5M bermuatan nilai kreatif dalam pembuatan alat penjernih air dapat digambarkan

Uji pengembangan yang telah dilakukan pada penelitian ini masih menggunakan partisipan yang sangat terbatas, sehingga belum dapat digeneralisasikan untuk

Jika cahaya masuk pada sebuah kristal pembiasan ganda yang tegak lurus bagian depan kristal tersebut dan tegak lurus sumbu optiknya, maka kedua sinar berjalan

Pada dasarnya koperasi mempunyai beberapa kegiatan usaha dan salah satunya adalah usaha simpan pinjam.Usaha simpan pinjam KPRI Tansmigrasi Surabaya diperuntukkan

Nilai rata-rata Operating Profit Margin (OPM) yang dilakukan menggunakan uji beda wilcoxon signed rank dengan tingkat signifikan sebesar 0,05 dapat diketahui bahwa

Melalui tingkat kepercayaan yang terbangun antar pihak bank dan nasabah, maka sangat memungkinkan bisnis perbankan yang dijalankan akan mudah terbangun lebih

Dan diantara sekian banyak permasalahan hukum yang tengah diupayakan pemecahannya, masalah rendanya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas juga merupakan masalah yang perlu