Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Muhammad Yurisman Haidir NIM : 1113018200044
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/1441 H
ABSTRAK
Muhammad Yurisman Haidir (NIM 1113018200044), Analisis Penerapan Program Kelas Bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kesenjangan program kelas bilingual di SMPN 3 Tangerang Selatan dengan menggunakan DEM (Discrepancy Evaluation Model) atau model evaluasi kesenjangan yang terdiri dari aspek input, process dan output. Penelitian evaluasi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif melalui teknik analisis data berupa wawancara dan studi dokumen. Sumber data diperoleh dari kepala sekolah, koordinator program, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru kelas dan peserta didik program kelas bilingual. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan pada program pengayaan di SMPN 3 Tangerang Selatan. Pada aspek input rerata kesenjangan yang didapat yaitu 30,08% berada pada kategori rendah. Pada aspek process rerata kesenjangan yang didapat yaitu 35,02% berada pada kategori sedang. Pada aspek output, rerata kesenjangan yang didapat yaitu 7,19% berada pada kategori rendah.
Secara keseluruhan program kelas bilingual telah memenuhi standar kriteria, namun terdapat beberapa fokus yang perlu ditingkatkan (to improve). Berdasarkan kesenjangan tersebut disarankan kepada kepala sekolah untuk melakukan monitoring dan evaluasi internal minimal 2 kali, setiap semester ganjil dan genap pada pelaksanaan matrikulasi, native speaker dan KBM kelas pengayaan. Kepala sekolah beserta koordinator dan guru perlu menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kelas bilingual supaya dalam pelaksanaan program dapat lebih terorganisir dengan baik. Perlu diadakan kembali pelatihan untuk guru kelas dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. Untuk sarana dan prasarana perlu dilakukan pengontrolan satu bulan sekali terhadap fasilitas di kelas dan mendengarkan aspirasi yang disampaikan peserta didik sehingga kerusakan fasilitas yang terjadi bisa segera diperbaiki. Bagi wakil kepala sekolah kurikulum dan pembelajaran, guru yang memiliki pendidikan akhir tidak relevan dengan mata pelajaran yang diampu saat ini sebaiknya dicari pengganti dengan yang sesuai atau guru tersebut diberi pelatihan supaya lebih menguasai pelajaran yang diampu.
Kata kunci: Evaluasi Program, DEM, Pendidikan Bilingual, Program Kelas Bilingual.
i
ABSTRACT
Muhammad Yurisman Haidir (NIM 1113018200044), Analisis of Bilingual Class Program in State Junior High School 3 of South Tangerang City. Minithesis Strata1 (S-1) Faculty of Teacher Training Science, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This study aims to assess the gap in Bilingual Class Program in SMPN 3 Tangerang Selatan. This research uses DEM (Discrepancy Evaluation Model) model or gap evaluation model which consists of input, process and output aspects.
This research uses qualitative approach with descriptive method through technique of data analysis in the form of interview and document study. Sources of data were obtained from the school principal, program coordinator, vice principal of curriculum, classroom teachers and bilingual class learner. Evaluation results show that there is a gap in enrichment program at SMPN 3 Tangerang Selatan. In the mean input aspect the gap is 30.08% is in the low category. In the mean process aspect the gap is 35.02% is in the medium category. In the output aspect, the average gap of 7.19% is in the low category. Overall bilingual class program has met the criteria standard, but there are some focus that need to be improved (to improve). Based on the gap, it is suggested to the principal to do internal monitoring and evaluation at least 2 times that every odd and even semester on the implementation of matriculation, native speaker and KBM enrichment class. The principal and the coordinator and teachers need to develop implementation guidelines and technical guidance of the enrichment program so that the implementation of the program can be better organized. Needs to be re-organized for bilingual teacher classes in improving their English skills. For facilities and infrastructure carried out once a month control of the facilities in the classroom and listen to the aspirations conveyed by learners so that damage to facilities that happen can be repaired immediately. For the vice principal of the curriculum and learning curriculum, the teacher with the final education is irrelevant to the subjects currently being taught should be searched for a suitable replacement or the teacher is trained to better master the lesson learned.
Keywords: Program Evaluation, DEM, Bilingual Education, Class Bilingual Program.
ii
iii
skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menjadi panutan bagi keluarganya, sahabatnya yang setia sampai akhir zaman.
Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus ditunaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini menjadi lebih bermakna dengan adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Mu’arif, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
3. Dr. Jejen Musfah, M.A. Dosen pembimbing yang banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Didi Suprijadi, M.M. Dosen pembimbing yang banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Pimpinan, Dosen dan Staff program studi Manajemen Pendidikan dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik dan membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini selesai dengan ketulusan dan dedikasi tinggi.
6. Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan andil besar dalam menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan skripsi ini.
7. Kepala SMPN 3 Tangerang Selatan, Bapak H. Maryono, S.E., M.Pd. dan seluruh tenaga pendidik beserta Wakasek Kurikulum dan Koordinator Program Kelas Bilingual yang telah meluangkan waktu serta memfasilitasi penulis
iv
selalu bekerja keras dan tidak pernah lelah untuk mendoakan, sehingga penulis mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Dan juga untuk Kakak tercinta Abdul Ghoni dan Nurhalita Dini, yang selalu mendukung dan membantu dan memberikan semangat kepada penulis.
9. Seluruh sepupu dan ponakan Rafika Khoirunnisa, Keizahra Zalika, Aghni Nurussyifaulhusna, yang telah memberikan motivasi dan canda tawa penulis dalam meneyelesaikan skripsi.
10. Para perempuan luar biasa yangselalu mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis.
11. Seluruh keluarga Besar HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, terutama kawan seperjuangan Temen Biasa Ikhwan Afandi, Rizky Aditya, Dedi Santosa, Fahmi Wiko, Baiturrahman, Rabbani Razak, Muhammad Sigit, Rizal Firdaus, Widya Aprilia, Nabila Ilmidini dan Annisa Qurota yang telah memberikan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12. Keluarga Besar inLOVE Community, terutama Ahmad Khoirul Fuad, Satria Saputra, Deny Rizki Kurniawan, Azzam Baihaqi, Alfa Rezky Ramadhan yang saling memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.
13. Seluruh Mahasiswa Manajemen pendidikan angkatan 2013, terutama kawan seperjuangan M. Fathurrahman, Fahmi Maulana, Ahmad Jauhari, Alfi Alfath, Rifki Amarullah, Saepudin, Idah Maulidah, Atik Rahmawati, Masluhuddin, Ovi Octavia, Yusron Fadilah, Muhammad Reza Afdi. Atas kebersamaan yang tak akan terlupakan.
14. Keluarga besar Kawan Jhony, terutama Ramonda, Kamaliah Hamid, Ika Sutiandari, Akbar, Muhammad Agung, Harsya Bachtiar, Muhammad Farras, Ibrahim Aris, Anna Jalwa, Abdul Aziz, Ilham Nasution, Abdul Basit, dan Abidillah yang selalu mendukung, menjadi tempat berkeluh kesah, memotivasi dan menghibur penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
vi
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II : ACUAN TEORITIK ... 9
A. Program Pembelajaran Bilingual ... 9
1. Pengertian Pembelajaran Bilingual ... 11
2. Tipe – tipe Pendidikan Bilingual ... 12
B. Analisis Program Kelas Bilingual ... 18
C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
D. Kerangka Berpikir ... 22
E. Kriteria Analisis ... 24
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 25
A. Tempat dan Waktu ... 25
B. Pendekatan, Metode dan Model Analisis ... 25
C. Sumber Data/Informasi ... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ... 27
E. Instrumen Analisis ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 36
vii
BAB IV : HASIL ANALISIS ... 37
A. Gambaran Umum SMPN 3 Tangerang Selatan ... 37
1. Profil Sekolah ... 37
2. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 3 Tangerang Selatan ... 40
B. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian ... 42
1. Analisis Input (Masukan) ... 42
2. Analisis Procces (Proses) ... 56
3. Analisis Output (Hasil) ... 69
C. Pembahasan Hasil Temuan Analisis Program ... 74
1. Aspek Input (Masukan) ... 74
2. Aspek Procces (Proses) ... 76
3. Aspek Output (Keluaran) ... 77
D. Keterbatasan Penelitian ... 78
BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 79
A. Simpulan ... 79
B. Rekomendasi ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
viii
Selatan………. 39
Tabel 3.1 : Rencana Penelitian………..… 44
Tabel 3.2 : Teknik Pengumpulan Data……….……... 49
Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Wawancara Kepala Sekolah………..………….. 50
Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Wawancara Guru………...……… 51
Tabel 3.5 : Kisi-Kisi Wawancara Koordinator Program Pengayaan………..… 52
Tabel 3.6 : Kisi-Kisi Wawancara Tata Usaha (TU) ………...…… 52
Tabel 3.7 : Kisi-Kisi Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bid.Sarana Prasarana 53 Tabel 3.8 : Kisi-Kisi Wawancara Bendahara Program Pengayaan………...….. 53
Tabel 3.9 : Kisi-Kisi Wawancara Peserta Didik…..……… 53
Tabel 3.10 : Lembar Instrumen Observasi……...……… 54
Tabel 3.11 : Kisi-Kisi Studi Dokumen……...………. 55
Tabel 4.2 : Jumlah Peserta Didik Program Pengayaan Tahun Pelajaran 2017/2018……….. 65
Tabel 4.3 : Data Guru Kelas Pengayaan TA 2017/2018………... 69
Tabel 4.4 : Kondisi Sarana Belajar di Kelas Pengayaan………...…... 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Bagan Kerangka Berfikir………...……. 37
Gambar 4.1: Grafik Calon Peserta Didik Kelas Pengayaan………...………. 64
Gambar 4.7: Buku Pegangan Peserta Didik………...…………. 80
Gambar 4.8: Isi Buku Pegangan Peserta Didik………...……… 80
Gambar 4.9: Suasana Belajar Kelompok Alchester bersama Miss Indah...….. 84
Gambar 4.10: Tanya Jawab dengan Miss Annabel……….... 86
Gambar 4.11: Proses Diskusi dengan Miss Annabel………...….. 86
Gambar 4.12: Proses Belajar dengan Mr. Justin di Kelas 9 Pengayaan...…….. 87
Gambar 4.14: Foto Bersama English Camp 2018 di Bogor………..…………. 89
Gambar 4.19: Trophy PUSPITEK INNOVATION FESTIVAL 2017…..……. 93
Gambar 4.20: Piala Lomba Cerdas Cermat PAI………...……….. 93
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu proses mencetak generasi bangsa yang unggul dan berdaya saing tinggi ditengah hiruk pikuk zaman yang semakin maju. Kualitas pendidikan harus ditingkatkan seiring berkembangnya era globalisasi yang memaksa untuk selalu mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan pada masanya. Kemajuan bangsa hanya mungkin terjadi apabila setiap anggota bangsa itu terpelajar dan terdidik. Pendidikan bukan lagi dikhususkan bagi kaum elite atau bangsawan yang sangat terbatas melainkan bebas dinikmati oleh seluruh rakyat. Cita-cita mulia bangsa Indonesia telah tertuang dalam pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu salah satunya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, pentingnya pendidikan yang bermutu dan merata bagi seluruh warga negara Indonesia kembali ditegaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 5 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Sistem pendidikan nasional berupaya menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional maupun global sehingga kualitas pendidikan perlu ditingkatkan.
Negara berkembang seperti Indonesia tengah mengikuti jejak pendidikan negara maju dalam tujuan menciptakan generasi mendatang yang kompeten dan mampu berpartisipasi dalam persaingan dunia. Pada era globalisasi ini tidak dapat dipungkiri bahwa dunia kerja sangat mengedepankan kemampuan berbahasa Inggris sebagai salah satu aspek penentu diterimanya calon pelamar kerja. Dengan alasan demikian maka pendidikan multi bahasa menjadi sangat populer di Indonesia. Hal ini membuat orang tua sangat antusias untuk menyiapkan sedini mungkin kemampuan berbahasa Inggris
1
anaknya dengan memasukkan ke sekolah yang memiliki kelas bilingual atau kelas dua bahasa yang menawarkan program berbahasa Inggris dalam beberapa pelajaran. Dalam pendekatan bilingual, peserta didik belajar beberapa mata pelajaran tertentu dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantarnya seperti matematika dan ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan bahasa Inggris.
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak orang tua yang menginginkan putra putrinya mampu menguasai bahasa Inggris dengan baik, baik berupa tulisan maupun secara lisan. Untuk mengakomodir keinginan orang tua, sejak tahun pelajaran 2006/2007 telah melaksanakan model pengajaran bilingual pada pembelajaran. Hal ini terwujud dari kebijakan pembaharuan mutu pendidikan. Kebijakan model pembelajaran bilingual bukanlah hal baru, pada awal kemerdekaan telah dilaksanakan pengajaran bilingual, yaitu bahasa Belanda-Indonesia.1
Terkait program bilingual, Kementerian Pendidikan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 054/U/1993 Pasal 15 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Pelayanan siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa melalui jalur pendidikan luar sekolah, dapat diberikan dengan menyelenggarakan program khusus dan kelas khusus”. Selain itu, secara yuridis amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat 3 menyebutkan bahwa “Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang- kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf Internasional.”2
1Yulianie Kasari “Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Ketrampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok)” Skripsi pada Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 12.
2Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 Tahun 2003 . op.cit.
Pengajaran metode bilingual merupakan metode penggunaan dua bahasa untuk menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat hal utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dalam dua bahasa. Bilingual secara umum merupakan proses pembelajaran yang menggunakan dua bahasa pengantar yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Salah satu sekolah yang menerapkan program bilingual adalah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dan telah diizinkan untuk membuka program kelas bilingual oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan sejak tahun ajaran 2010/2011. Hal ini merupakan wujud dari pelaksanaan kebijakan pembaharuan mutu pendidikan. Dengan model ini diharapkan proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan diperoleh secara maksimal sekaligus memahami bahasa Internasional. Untuk menjawab tuntutan akan penguasaan bahasa asing tersebut, khususnya bahasa Inggris, beberapa tahun terakhir banyak sekolah yang melakukan modifikasi terhadap kurikulum sekolahnya. Animo masyarakat Tangerang Selatan untuk menyekolahkan putra putrinya pada program kelas bilingual cukup tinggi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan pelayanan kepada masyarakat, maka SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan meningkatkan program kelas bilingual Bahasa Inggris. Hal ini berlandaskan pada Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan pada Bab IV Pasal 5 ayat 4 bahwa warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Berlandaskan asas hukum tersebut, pihak SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan mengemban amanat besar dari para wali murid yang menginginkan pendidikan terbaik untuk putra putrinya. Hal ini dibuktikan oleh pihak SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan dengan melengkapi semua unsur sarana
3Hasil wawancara dengan Koordinator Program Kelas Bilingual, Indah, pada Kamis, 16 Oktober 2018.
prasarana belajar yang terbilang baik dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar, selain itu pihak sekolah mendatangkan Native Speaker setiap 2 kali dalam sebulan sebagai program kerja kelas pengayaan bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang merupakan salah satu tujuan dari diadakannya program ini.3
SMP Negeri 3 Kota Tangerang menerapkan pembelajaran dua bahasa (Inggris-Indonesia) pada pelajaran MIPA. Selain kedua pelajaran tersebut tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mata pelajaran. Hal ini didasari atas prinsip dasar imersi (pencelupan) yaitu pemakaian bahasa kedua yang sangat dominan. Kemdiknas melakukan adaptasi dan adopsi pada beberapa hal saja, yaitu pada mata pelajaran MIPA dan TIK yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.
Pemerintah tidak melakukan imersi pada setiap mata pelajaran dengan tujuan:
penguasaan IPTEK dalam bahasa Inggris, peningkatan kwalitas daya saing lulusan sekolah menengah di Indonesia dan untuk menunjang pembelajaran MIPA dan TIK dalam bahasa Inggris.
Kurikulum yang digunakan pada program kelas pengayaan adalah kurikulum 2013. Pelajaran MIPA dipilih sebagai pelajaran yang menggunakan bahasa Inggris, karena kedua mata pelajaran tersebut dianggap sebagai mata pelajaran yang diakui dalam ranah Internasional. Awal mula digunakan bahasa Inggris dalam mata pelajaran MIPA guna mempersiapkan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan menuju RSBI, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa RSBI telah resmi dibubarkan oleh Kemendikbud di awal 2013 lalu, maka program bilingual tetap diadakan dan saat ini dilakukanlah peningkatan menjadi program pengayaan bahasa Inggris (Enrichment Program).4
Program kelas pengayaan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan telah berlangsung selama 5 tahun. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih
4Hasil wawancara dengan Kepala SMPN 3 Tangerang Selatan, Maryono, pada Kamis, 16 Oktober 2018.
menghadapi berbagai kendala, antara lain; belum optimalnya penggunaan bahasa Inggris oleh guru sebagai bahasa pengantar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Matematika dan IPA, kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris hanya terjadi dalam pelajaran formal di dalam kelas. Di sisi lain kurangnya percaya diri peserta didik untuk berbahasa Inggris sehari-hari dikarenakan lingkungan sekolah kurang kondusif dalam mendorong praktik bahasa secara lisan. Selain itu rendahnya minat guru kelas pengayaan dalam mengikuti pelatihan bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh sekolah.
Berdasarkan temuan-temuan masalah yang terjadi dalam pelaksanaan program kelas pengayaan di SMPN 3 Tangerang Selatan maka perlu dilakukan analisis dalam penerapannya (evaluasi). Urgensi pelaksanaan evaluasi bukan tanpa alasan, melainkan berlandaskan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1) yang menetapkan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.5
Belum optimalnya pelaksanaan Program Kelas Bilingual di SMPN 3 Tangerang Selatan sebagaimana mestinya menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari program itu sendiri. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti yang didasari atas kepentingan ilmiah ingin mengkaji lebih dalam dan luas melalui sebuah penelitian dengan judul “Analisis Penerapan Program Kelas Bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan” sebagai bentuk mewujudkan peningkatan program pendidikan yang berkualitas.
B. Identifikasi Masalah
Pada pelaksanaan program kelas bilingual (kelas pengayaan), terdapat
5Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1).
komponen yang diamati serta dievaluasi untuk mengetahui ketercapaian serta kesenjangan dari program tersebut. Terkait pelaksanaan penelitian evaluasi maka identifikasi masalah yang ditemukan pada saat studi pendahuluan sebagai berikut:
1. Guru IPA dalam menyampaikan pelajaran tidak menggunakan bahasa Inggris
2. Soal ulangan semester untuk pelajaran IPA menggunakan bahasa Inggris 3. Kurangnya percaya diri pada siswa untuk berbahasa Inggris sehari-hari 4. Kurangnya dukungan internal maupun eksternal kepada siswa untuk
membiasakan berbicara bahasa Inggris dalam keseharian di sekolah 5. Lingkungan sekolah yang kurang kondusif dalam mendorong praktik
bahasa secara lisan
6. Rendahnya minat guru kelas pengayaan dalam mengikuti pelatihan bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh sekolah
7. Peserta didik mengeluhkan kelas matrikulasi yang pulang terlalu sore sedangkan tugas dari sekolah banyak dan belum dikerjakan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat memengaruhi program kelas bilingual. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah berdasarkan komponen evaluasi yang telah dipilih yaitu dengan mengetahui kesenjangan yang terjadi antara standar kinerja yang telah ditetapkan dengan kinerja yang terjadi. Kesenjangan ditentukan melalui mempelajari tiga aspek, yaitu Input (masukan), Process (proses) dan Output (keluaran).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana aspek Input (masukan) pada kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?
2. Bagaimana aspek Process (proses) pada kelas bilingual di SMP Negeri 3
Kota Tangerang Selatan?
3. Bagaimana aspek Output (keluaran) pada kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, serta menjawab perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui aspek Input (masukan) kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan;
b. Untuk mengetahui aspek Process (proses) pada kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan;
c. Untuk mengetahui aspek Output (keluaran) pada kelas bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi banyak pihak baik diantaranya:
a. Suku Dinas Pendidikan Tangerang Selatan
Hasil penelitian dapat dijadikan tindak lanjut bagi penyelenggaraan pendidikan formal lain yang menggunakan program kelas bilingual.
b. Kepala SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan atau Kepala Sekolah Lain
Hasil penelitian ini bisa dijadikan pertimbangan dalam melakukan evaluasi internal guna tercapainya visi misi sekolah dan untuk mengembangkan program kelas bilingual atau kelas pengayaan bahasa Inggris yang ada di sekolah bersangkutan.
c. Pendidik Kelas Pengayaan di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk guru pada kelas pengayaan (enrichment program) supaya lebih inovatif dalam menyampaikan materi pelajaran menggunakan bahasa Inggris.
d. Evaluator Lain
Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan dan acuan pustaka sebagai refrensi untuk peneliti lain serta menjadi masukan untuk evaluasi program kelas bilingual, kelas Enrichment Program atau program lainnya.
9
Salah satu dari tipe-tipe pembelajaran bilingual adalah Program Kelas Pengayaan (Enrichment Program). Belakangan ini, pembelajaran bilingual menjadi trend di sekolah-sekolah Indonesia yang merupakan sebuah metode penggunaan dua bahasa dalam mengajarkan konten pelajaran.50 Tidak sekedar trend, pembelajaran bilingual memiliki tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa asing. Tujuan pembelajaran bilingual tersebut sesuai dengan ungkapan Arnyana dkk yaitu untuk mengembangkan berbagai keunggulan peserta didik di tingkat Internasional dengan cara menguasai bahasa Internasional (bahasa Inggris).51 Melalui program bilingual diharapkan peserta didik mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasinya menggunakan bahasa Inggris atau setidaknya mempertahankan kemampuan siswa dalam memahami dan menyerap materi pelajaran yang disampaikan menggunakan dua bahasa tersebut.
Santoso dan Ginting dalam bukunya menyampaikan “The government specifically the Departement of National Education, has launched a program called billingual program in which several subjects (Math, Chemistry, Biology dan Physics) are thaught in English. The objectives of this program are to produce graduates who have high competence in several subjects (Math, Chemistry, Biology dan Physics).”52
50 Didik Santoso, Pirman Ginting, Bilingual Education Programs at Junior High Schools, (Jakarta: Kencana, 2015) h.3.
51 Ida Bagus Putu Arnyana, dkk, “Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Preview-review dengan Setting Kooperatif GI pada Mata pelajaran Biologi Siswa SMA BI”, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Jilid 42, Nomor 3, 2009, h. 181.
52 Didik Santoso, Pirman Ginting. op.cit., h. 4.
Departemen Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pada program bilingual yang dimaksud hanya beberapa mata pelajaran saja yang diajarkan menggunakan 2 bahasa yaitu MIPA. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dalam bahasa Inggris, karena ada beberapa mata pelajaran yang berbeda kultur dan tidak dapat terwakili dalam bahasa Inggris, seperti mata pelajaran PKN, Sejarah dan pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri.
Program pembelajaran bilingual tidak hanya menjadi trend pembelajaran yang menggunakan bahasa asing dalam pengantar pembelajarannya, ada hal yang lebih penting dari sekedar trend yaitu mengingat pentingnya menguasai bahasa Internasional dalam menunjang pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan kualitas siswa supaya mampu menyesuaikan diri dan bersaing di era global saat ini. Hal ini selaras dengan pendapat Santoso dan Ginting dalam bukunya yang menegaskan bahwa, “Bilingual program is intended to create the students to have good ability, particulary English speaking ability, so they are capable of applying the science and technology in the global era, and it can be arrived through the application of it.”53
Untuk itu salah satu pengetahuan dasar yang saat ini merupakan suatu keharusan untuk dipelajari siswa selama proses pendidikannya adalah bahasa asing, dalam hal ini Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang diakui sebagai bahasa Internasional di seluruh dunia. Hal tersebut kembali ditegaskan dalam buku karangan Santoso dan Ginting bahwa:“Most of the bilingual teaching uses English because English is regarded as in international language in which many people in the world use it in business, education an even as a national language. Therefore, it’s reasonable if English is used to be the target language.”54
52 Didik Santoso, Pirman Ginting. op.cit., h. 4.
53 Ibid. h. 2
54 Didik Santoso, Pirman Ginting., h. 8.
Lebih lanjut, Feng, dalam buku Bilingual Education Programs at Junior High Schools menyatakan bahwa pembelajaran bilingual untuk saat ini mengacu pada penggunaan bahasa asing (biasanya Bahasa Inggris) sebagai bahasa pengantar di kota-kota besar maupun daerah maju lainnya.55 Penyelenggaraan pembelajaran menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa asing merupakan salah satu inovasi yang diharapkan mampu mengoptimalkan proses pembelajaran menuju penguasaan bahasa asing. Dengan catatan, peserta didik tetap menekankan pada capaian kompetensi pada mata pelajaran yang disampaikan menggunakan dua bahasa. Dengan penyampaian materi pelajaran menggunakan dua bahasa sekaligus, diharapkan siswa juga dapat mengakses berbagai perkembangan pada bidang ilmu yang dipelajarinya, tidak hanya dari sumber lokal saja melainkan juga sumber-sumber ilmu yang tengah berkembang di kancah Internasional. Dengan demikian, proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berjalan beriringan dengan kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Pada akhirnya menghasilkan lulusan yang kompeten serta mampu berdaya saing baik nasional maupun Internasional.
Santoso dan Ginting menuliskan dalam bukunya “English take a strict role in mastering the science. Student as young generations must have the ability that International language in order to make them more competitive”.56 Untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas mengenai Enrichment Program.
1. Pengertian Pembelajaran Bilingual
Definisi klasik pendidikan bilingual dikemukakan oleh Andersson dan Boyer dalam buku Bilingualisme dan Pendidikan Bilingual karangan Artini dan Nitiasih, bahwa pendidikan bilingual adalah instruksi dalam dua bahasa dan penggunaan dua bahasa sebagai media pengantar untuk setiap bagian atau semua dari kurikulum sekolah.57
54 Didik Santoso, Pirman Ginting., h. 8.
55 Ibid
56 Ibid. h. 1
57 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih, Bilingualisme dan Pendidikan Bilingual, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.100.
Penggunaan dua bahasa dalam pengantar pembelajaran di sekolah ada yang diterapkan pada sebagian mata pelajaran dan ada juga yang menerapkan pada seluruh mata pelajaran di sekolah.
Anderson dan Boyer yang dikutip dalam Margana dan Sukarno menyebutkan bahwa program pembelajaran bilingual merujuk pada penggunaan dua bahasa sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Pengertian ini mengimplikasikan bahwa pembelajaran bahasa Inggris yang hanya menggunakan satu bahasa di kelas bukan termasuk program kelas bilingual.58 Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bilingual menggunakan dua bahasa dalam metode penyampaian materi ajar dari guru kepada peserta didik baik seluruh maupun sebagian mata pelajaran yang ada dalam kurikulum.
2. Tipe-Tipe Pendidikan Bilingual
Pendidikan bilingual dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: transitional, maintenance dan enrichment.59 Berikut ini pembahasan tipe- tipe pendidikan bilingual.
a. Transitional/Early Exit Bilingual Education
Pendidikan bilingual transisi dimulai pada usia dini (TK atau SD) dengan cara menggunakan bahasa pertama sebagai media pengajaran.
Dengan model ini, pertama-tama bahasa yang digunakan secara dominan adalah bahasa pertama siswa. Penggunaan bahasa ini semakin lama semakin dikurangi frekuensinya dan pada akhirnya ditinggalkan dan diganti dengan pengguanaan bahasa kedua (bahasa asing).60 Sejak awal masuk sekolah mereka sudah dibiasakan menyaksikan langsung percakapan guru atau orang yang berada di lingkungannya menggunakan bahasa Inggris, sehingga mereka menjadi terbiasa.
58 Margana dan Sukarno,“Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Menengah Kejuruan” Jurnal Kependidikan,Vol. 41, 2011, h. 81-82
59 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih, loc.cit
60 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih. op.cit, h. 101..
Pada awalnya bahasa pertama (bahasa Indonesia) tetap digunakan secara dominan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, seiring berjalannya waktu maka frekuensi penggunaan bahasa Indonesia mulai dikurangi dan pada akhirnya siswa mulai terbiasa menggunakan bahasa Inggris dalam aktifitas sehari-hari.
Tujuan dari program bilingual transisi adalah membantu anak monolingual (hanya memiliki kemampuan 1 bahasa dalam percakapan sehari-hari) menjadi bilingual (memiliki kemampuan 2 bahasa) secara bertahap. Hal ini dilakukan dengan cara mencoba membuat suatu sistem dimana anak-anak dibuat nyaman dengan menggunakan bahasa dominan mereka sebelum bahasa kedua digunakan. Pada awalnya seratus persen bahasa yang digunakan adalah bahasa pertama siswa. Selanjutnya penggunaan bahasa kedua atau bahasa asing diperkenalkan dengan frekuensi yang rendah. Selanjutnya frekuensi itu ditambah sampai pada akhirnya ketika siswa sudah menjadi terbiasa dengan menggunakan bahasa baru tersebut, penggunaan bahasa pertama dihentikan. Oleh karena itu program ini dikenal sebagai keluar awal program bilingual.61 Dapat dipahami bahwa tipe transitional ini menjadikan peserta didik memiliki kemampuan bilingual secara bertahap, yaitu dengan memperkenalkan bahasa Inggris dari frekuensi yang rendah hingga tinggi. Sampai pada akhirnya peserta didik menjadi terbiasa dalam menerima penyampaian materi dan berinteraksi dengan guru maupun teman sebaya menggunakan bahasa Inggis.
Pendapat lain mengenai proses pembelajaran tipe ini datang dari Margana dan Sukarno yaitu, peserta didik mempelajari materi bidang studi dengan menggunakan bahasa pertama terlebih dahulu kemudian diperkenalkan dengan bahasa Inggris.62 Dalam praktiknya peserta didik
60 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih. op.cit, h. 101.
61 Ibid.
62 Margana dan Sukarno, op.cit., h. 82
terlebih dahulu diajarkan menggunakan bahasa Indonesia kemudian mulai dikenalkan dengan kosa kata bahasa Inggris. Semakin sering peserta didik dilatih menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran maka akan terbiasa dan kemampuan bahasa Inggris peserta didik dapat menjadi lebih baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tipe transitional ini menjadikan peserta didik memiliki kemampuan bilingual secara bertahap. Pada awalnya penyampaian materi dalam kegiatan belajar menggunakan bahasa pertama (bahasa Indonesia) sebagai pengantar awal dalam kegiatan belajar yang kemudian secara bertahap peserta didik diperkenalkan kosa kata pendukung dalam bahasa asing (bahasa Inggris). Ketika siswa sudah terbiasa dengan bahasa Inggris maka secara perlahan penggunaan bahasa Indonesia dalam penyampaian materi dihentikan.
b. Maintenance/Late Exit Bilingual Education
Maintenance/Late Exit Bilingual Education adalah program pendidikan bilingual yang mempertimbangkan keberadaan atau penguasaan bahasa pertama secara berkelanjutan meskipun bahasa kedua atau bahasa asing digunakan sebagai bahasa pengantar di kelas.63 Bahasa Indonesia tetap dipertahankan sebagai bahasa yang digunakan dalam penyampaian materi di kelas. Namun pada waktu tertentu, peserta didik tetap menerima penyampaian materi dari guru menggunakan bahasa Inggris.
Pada program bilingual yang menerapkan tipe ini, peserta didik belajar bidang studi (content areas) selama masa pendidikan mereka
62 Margana dan Sukarno, op.cit., h. 82
63 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih, op.cit., h.102.
dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, untuk meningkatkan penguasaan bidang studi mereka, peserta didik mempelajari kemampuan akademik dalam bidang studi mereka dalam bahasa Inggris. Peserta didik tidak terlebih dahulu dibekali keterampilan bahasa Inggris sejak awal, melainkan bahasa Inggris dijadikan sebagai keterampilan dan diperdalam dikemudian hari.64 Artini dan Nitiasih menegaskan bahwa program pendidikan bilingual pemeliharaan (maintenance) tidak melibatkan pengembangan atau perluasan dari bahasa minoritas, dalam hal ini adalah bahasa Inggris.65 Jika program transisi secara bertahap menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa yang memiliki frekuensi lebih tinggi dibanding penggunaan bahasa Indonesia dalam penyampaian materi, maka pada program pemeliharaan ini bahasa Inggris hanya dijadikan sebagai keterampilan pendukung yang dimiliki peserta didik tanpa menghentikan penggunaan bahasa Indonesia dalam menyampaikan materi ajar seperti pada transisi.
Sebuah program bilingual pemeliharaan bertujuan untuk membentuk dasar akademik yang kuat untuk peserta didik dengan menggunakan bahasa Indonesia.66 Tipe pemeliharaan ini dirancang untuk lebih mengutamakan kemampuan akademik peserta didik dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia. Di kemudian hari materi ajar disampaikan menggunakan bahasa Inggris dengan tujuan meningkatkan penguasaan bidang studi peserta didik. Pada tipe ini, bahasa Indonesia tidak dihilangkan seperti tipe transisi di atas.
c. Enrichment/Two Way Bilingual Education
Merupakan model pendidikan bilingual yang menganggap kedua bahasa sama pentingnya. Pengayaan pada pendidikan bilingual ini difokuskan pada mengajar siswa untuk pencapaian kemampuan akademik melalui media bahasa kedua.67 Dalam hal ini baik bahasa
64 Margana dan Sukarno, loc.cit.
65 Luh Putu Artini dan Putu Kerti Nitiasih, loc.cit.
66 Ibid.
67 Ibid. h. 103.
Indonesia maupun bahasa Inggris dianggap sama penting dalam pencapaian kemampuan akademik peserta didik. Namun dalam proses pembelajarannya lebih difokuskan pada pencapaian kemampuan akademik siswa menggunakan bahasa Inggris.
Artini dan Nitiasih memaparkan tentang tujuan dari program pengayaan yaitu untuk mencapai tingkat bilingualitas memadai sehingga pengembangan keilmuan di dalam kelas bisa menggunakan kedua bahasa utamanya bahasa Inggris. Program pengayaan berbeda dari program pemeliharaan yang dilakukan secara khusus dalam upaya untuk memperluas pengaruh bahasa minoritas dalam masyarakat nasional yang terintegrasi.68 Program pengayaan ini mengutamakan pada penguatan akademik peserta didik yang kemudian materi ajar dikembangkan oleh guru menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu menerima penyampaian dari guru meskipun menggunakan bahasa Inggris.
Husin, Maarof dan D‟Cruz mengungkapkan bahwa, “A language enrichment program should not be seen as separate from the school curriculum. Instead, it needs to complement and strengthen the development of language proficienci of students in schools.”69 Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa program pengayaan bahasa Inggris tidak boleh terpisah dari kurikulum sekolah. Sebaliknya, perlu melengkapi dan memperkuat pengembangan kemampuan bahasa peserta didik di sekolah. Pelajaran yang diperoleh peserta didik di dalam kelas harus diamalkan dalam lingkungan sekitar peserta didik sehingga ada keterkaitan antara apa yang dipelajari di kelas dengan kenyataan yang dihadapi dilingkungan sekitarnya. Dengan demikian, peserta didik dapat lebih memahami ilmu yang diperoleh di kelas
68 Luh Putu Kartini dan Putu Kerti Nitiasih, op.cit., h. 103.
69 Supyan Hussin, Nooreiny Maarof dan J. V. D‟Cruz, “Sustaining an Interest in Learning English and Increasing the Motivation to Learn English: An Enrichment Program,”
Makalah disampaikan pada The Millenium MICELT 2000, Konferensi Internasional Malaysia ke- 3 untuk Pengajaran Bahasa Inggris, Malaysia 15-17 Mei 2000. h. 5.
melalui praktik yang dialaminya secara langsung di lingkungan sekaligus membantu peserta didik melatih kemampuan bahasa Inggris yang dipelajari di kelas.
Selain itu, peran penting enrichment program dalam meningkatan kemampuan berbahasa Inggris sekaligus akademik peserta didik dijelaskan dalam pendapat berikut, “The enrichment program play a significant role developing the students’ scientific and academic skills.”
Fernandez menambahkan bahwa, “Indicated effectiveness of the enrichment programs on developing the students’ oral language skills and critical thinking skills.”70
Berdasarkan penjelasan di atas, enrichment program memegang peranan penting dalam rangka mengembangkan keterampilan ilmiah serta kemampuan akademik peserta didik. Selain itu juga, program yang berlangsung secara efektif dapat berdampak pada perkembangan bahasa Inggris peserta didik yang semakin meningkat serta kemampuan berpikir menjadi lebih kritis.
Pada program pembelajaran bilingual pengayaan, sejumlah atau sebagian materi bidang studi diajarkan dengan maksud untuk pengayaan penguasaan pengetahuan bidang studi. Dalam modus pembelajaran bilingual semacam ini, materi bidang studi diajarkan dengan menggunakan bahasa ibu maupun bahasa asing.71
Dengan demikian, program pengayaan bahasa Inggris ini menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam penyampaian materi di kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan verbal siswa dan pemahaman materi dengan bahasa Inggris.
Model pembelajaran ini tidak menghilangkan kemampuan
70Suhail Mahmoud Al-Zoubi, Effects of Enrichment Programs on the Academic
Achievment of Gifted and Talented Students, Journal for the Education of the Young Scientist and Giftedness Vol. 2, 2014, p. 26.
71Margana dan Sukarno, loc., cit.
bahasa indonesia karena dalam penyampaian materi tetap diselingi bahasa indonesia supaya peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.
B. Analisis Program Kelas Bilingual
Analisis ini dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian yang tersusun secara sistematis dan berkelanjutan yang merangkum secara komprehensif mengenai suatu program untuk mengetahui sejauh mana tujuan dari program tersebut tercapai. Hasil akhir dari analisis yaitu menyediakan informasi dan deskripsi terkait enrichment program yang sedang berlangsung di SMPN 3 Tangerang Selatan. Informasi dari peneliti inilah yang dijadikan bahan evaluasi untuk mengambil keputusan serta menyusun kebijakan apakah program tersebut layak untuk dilanjutkan seperti saat ini, dimodifikasi supaya lebih baik di masa yang akan datang bahkan bisa sampai dihentikan jika dirasa tidak sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan.
Enrichment program merupakan salah satu dari tipe-tipe pembelajaran bilingual. Program ini menganggap bahwa kedua bahasa yang digunakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran sama pentingnya, dalam hal ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Program pengayaan ini mengutamakan pada penguatan akademik peserta didik yang kemudian materi ajar dikembangkan oleh guru menggunakan bahasa Inggris.
Pengayaan pada pendidikan bilingual ini difokuskan pada mengajar siswa untuk pencapaian kemampuan akademik melalui media bahasa kedua.
Model evaluasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah DEM. Tujuan pemilihan model evaluasi dalam penelitian ini diharapkan mampu menunjukkan kesenjangan atau ketidak sesuaian dengan tujuan yang telah ditetapkan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang akan disaksikan oleh peneliti selama proses penelitian berlangsung. Selain itu, informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi menggunakan DEM ini bisa dijadikan sebagai acuan oleh Kepala SMPN 3 Tangerang Selatan maupun dewan guru yang mengajar pada enrichment program supaya dapat memperbaiki kelemahan
yang ada menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat untuk peserta didik. Adapun tiga aspek yang dipercaya mampu mengungkapkan kesenjangan dapat diketahui dengan cara mengevaluasi masukan, proses dan keluaran dari suatu program.
1. Evaluasi Masukan, hal-hal yang menjadi fokus evaluasi dalam penelitian ini diantaranya: kepala sekolah, kebijakan atau pedoman pelaksanaan program, wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, koordiantor program, guru dan peserta didik, sarana prasarana, bendahara program pengayaan dan pendanaan.
2. Evaluasi Proses, dalam hal ini yang menjadi fokus evaluasi penelitian diantaranya: adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang meliputi:
pendahuluan, inti, penutup dan tes serta program jangka pendek yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris peserta didik yaitu: english day, matrikulasi, native speaker, enrichment cup dan english camp.
3. Evaluasi Keluaran, terkait keluaran atau produk dari suatu program pendidikan yang menjadi fokus evaluasi dalam penelitian ini diantaranya:
hasil Ujian Nasional (UN) peserta didik kelas pengayaan, kemampuan bahasa Inggris peserta didik, prestasi peserta didik kelas pengayaan dan rekam jejak alumni.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang secara umum memberikan gambaran mengenai penelitian dibidang Program Bilingual maupun Enrichment Program sehingga peneliti menemukan judul Evaluasi Enrichment Program di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Berikut ini adalah penelitian yang berkaitan dengan Program Bilingual maupun Enrichment Program:
1. Evaluasi Program Pembelajaran Bilingual Melalui Proses Penilaian IPA di SMAN 5 Bekasi (Penelitian Evaluatif Berdasarkan Model CIPPO) oleh Neneng Rohayati. Penelitian ini menggunaan model evaluasi CIPPO (Context, Input, Process, Product, Outcome). Dari hasil analisis dan
intrepetasi data ditemukan bahwa penyelenggaraan bilingual melalui proses penilaian hasil belajar IPA di SMAN 5 Bekasi relevan dengan visi dan misi sekolah, tetapi program bilingual belum relevan dengan tradisi belajar siswa secara keseluruhan. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model evaluasi yang digunakan, pada penelitian kali ini peneliti memilih DEM sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Selain itu penelitian ini berlangsung pada daerah yang berbeda yaitu di SMAN 5 Bekasi, sedangkan penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan.72
2. Evaluasi Program Pembelajaran Bilingual di SMP Negeri 2 Bandar Lampung oleh. Penelitian evaluatif ini menggunakan model evaluasi CIPP oleh Mahmud Akrom. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program pembelajaran bilingual di SMP Negeri 2 Bandar Lampung sudah relevan dengan konteksnya meskipun program tersebut masih kurang terintegrasi dengan tradisi belajar sekolah secara keseluruhan. Namun, hasil evaluasi juga menyimpulkan bahwa metode yang digunakan guru masih kurang variatif dan inovatif, selain itu ketepatan dan perimbangan pengguanaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia oleh guru dalam proses pembelajaran secara bilingual juga masih harus diperbaiki. Perbedaan penelitian ini terletak pada model evaluasi yang digunakan, yaitu CIPP sedangkan peneliti memilih DEM sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian evaluatif ini. Tempat pelaksanaan penelitian pun berbeda, yaitu di Lampung sedangkan tempat penelitian ini berlokasi di Tangerang Selatan. Penelitian ini berlangsung pada tahun 2009, sedangkan penelitian evaluasi yang dilakukan adalah tahun 2018. Dengan demikian jarak waktu penelitian yang terpaut cukup
72 Neneng Rohayati, Evaluasi Program Pembelajaran Bilingual Melalui Proses Penilaian
IPA di SMAN 5 Bekasi (Penelitian Evaluatif Berdasarkan Model CIPPO), Tesis pada Universitas Negeri Jakarta, 2014.
lama dapat menjadi perbandingan apakah program bilingual mengalami peningkatan yang signifikan lebih baik atau sama saja.73
3. Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School Depok oleh Yulianie Kasarie. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan model penerapan program Bilingual Class dalam meningkatkan keterampilan berbahasa Inggris siswa di Smart Eureka A National Plus School-Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan program ini telah berhasil meningkatkan minat belajar serta keterampilan berbahasa Inggris siswa. Penelitian ini merupakan penelitian dalam hal analisis keterampilan berbahasa Inggris siswa, yang membuat berbeda karena peneliti membahas mengenai evaluasi program.
Selain itu penelitian dilakukan pada jenjang pendidikan tingkat menengah.74
4. Implementasi Kelas Bilingual di SMP Negeri 1 Baturetno, Wonogiri oleh Tri Angga Dewi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Proses perumusan kelas bilingual di SMP Negeri 1 Baturetno, (2) Implementasi kelas bilingual di SMP Negeri 1 Baturetno, (3) Faktor pendukung dan penghambat penyelenggaraan kelas bilingual di SMP Negeri 1 Baturetno. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yang mempelajari masalah yang terjadi. Penelitian ini hanya meneliti terkait proses serta
73 Mahmud Akrom, Evaluasi Program Pembelajaran Bilingual di SMP Negeri 2 Bandar Lampung oleh. Penelitian evaluatif ini menggunakan model evaluasi CIPP, Tesis, Universitas Negeri Jakarta, 2009.
74 Yulianie Kasarie, Analisis Penerapan Bilingual Class Guna Meningkatkan Keterampilan BerBahasa Inggris Siswa (Studi Kasus di Smart Eureka A National Plus School
Depok, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
faktor pendukung dan penghambat dalam merumuskan program kelas bilingual, sedangan penelitian yang akan dilakukan bersifat lebih komprehensif yaitu evaluasi program.75
5. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Menengah Kejuruan oleh Margana dan Sukarno. Penelitian ini berhubungan dengan pengembangan model pembelajaran bilingual di Pilot Sekolah Standar Internasional (PSSI) SMK. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan estabillishing the bilingual teaching model (model pembelajaran bilingual SMK di Yogyakarta). Tempat penelitian adalah SMKN Depok 1, SMKN Depok 2, SMKN 1 Kalasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model imersi parsial adalah model yang paling sesuai bagi SMK di Yogyakarta sehubungan dengan keterbatasan penguasaan bahasa Inggris guru dan siswa. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus penelitian. Penelitian evaluatif yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adakah kesenjangan antara standar yang ditetapkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam KBM sedangkan penelitian ini untuk mengetahui model pembelajaran bilingual yang paling sesuai bagi SMK di Yogyakarta sehubungan dengan keterbatasan penguasaan bahasa Inggris oleh guru dan peserta didik.
Tempat penelitianpun berbeda, pada penelitian evaluasi ini bertempat di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.76
D. Kerangka Berpikir
Program bilingual di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan yang sejak tahun 2017 ditingkatkan menjadi program pengayaan bahasa Inggris bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalam penguasaan materi dengan menggunakan bahasa Inggris, tercapainya tingkat perkembangan peserta didik yang optimal melalui
75 Implementasi Kelas Bilingual di SMP Negeri 1 Baturetno, Wonogiri oleh Tri Angga Dewi. Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2, Volume V, 2016.
76 Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Menengah Kejuruan oleh Margana dan Sukarno. Jurnal Kependidikan. Volume 41 Nomor 1, 2011.
pemanfaatan kelebihan waktu yang dimiliki peserta didik terkait tugas belajar dalam bahasa Inggris dan siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan.
Jika dilaksanakan dengan baik maka tujuan dari diadakannya program kelas pengayaan bahasa Inggris akan berdampak positif bagi peserta didik guna mempersiapkan tuntutan di masa yang akan datang agar lebih menguasai bahasa Inggris, namun sebaliknya jika tidak terlaksana akan berdampak negatif bagi pemahaman dan penguasaan materi peserta didik.
Input Kepala Sekolah,
Wakil kepala sekolah bid.
sarana prasana, Tata Usaha, Kebijakan atau
pedoman pelaksanaan
program, Koordinator Program, Guru
dan Peserta Didik, Sarana
Prasarana, Pendanaan
Decision Keputusan
(dilanjutkan, diberhentikam, diperbaiki) Proses
KBM:
Pendahuluan, Inti, Penutup,
Tes.
Program jangka pendek:
english day, matrikulasi, native speaker, enrichment cup
dan english camp
Output Hasil UN peserta didik
program pengayaan, kemampuan
berbahasa Inggris peserta
didik dan prestasi peserta
didik kelas pengayaan.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
E. Kriteria Analisis
Istilah “kriteria” dalam penilaian sering juga disebut sebagai “tolok ukur”
atau standar.77 Dengan adanya kriteria atau tolok ukur maka pekerjaan penelti menjadi lebih mudah karena adanya patokan penilaian yang diikuti. Kriteria atau tolok ukur ini digunakan untuk menakar kondisi objek yang dinilai.
Arikunto dan Jabar menyebutkan bahwa ada 7 sumber pengambilan kriteria evaluasi, antara lain:
1. Sumber Pertama
Apabila yang dievaluasi merupakan suatu implementasi kebijakan maka yang dijadikan sebagai kriteria atau tolak ukur adalah peraturan atau ketentuan yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang bersangkutan
2. Sumber Kedua
Kriteria atau tolak ukur yang tersusun diperoleh dari buku pedoman atau petunjuk pelaksanaan (juklak)
3. Sumber Ketiga
Apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat digunakan oleh penyususn sebagai sumber kriteria maka menggunakan konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-buku ilmiah.
4. Sumber Keempat
Jika tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk pelaksanaan dan juga tidak ada teori yang diacu, penyusun disarankan untuk menggunakan hasil penelitian
5. Sumber Kelima
Apabila tidak menemukan acuan yang tertulis dan mantap. Dapat minta bantuan pertimbangan kepada orang yang dipandang mempunyai kelebihan dalam bidang yang sedang dievaluasi.
77 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op.cit., h. 30.
6. Sumber Keenam
Kriteria atau tolak ukur yang tersusun merupakan hasil kesepakatan kelompok dengan kata lain dapat menentukan kriteria secara bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang mempunyai wawasan tentang program yang akan dievaluasi.
7. Sumber Ketujuh
Kriteria atau tolok ukur hanya mengandalkan akal atau nalar penyusun sendiri sebagai dasar untuk menyusun kriteria yang akan digunakan dalam mengevaluasi program.78
Adapun penentuan kriteria evaluasi yang sesuai pada penelitian ini berdasarkan pada sumber kelima. Hal ini dikarenakan sekolah tidak memiliki petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan program pengayaan serta tidak terdapatnya konsep atau teori yang mengatur pelaksanaan program pengayaan yang tertulis dalam buku-buku ilmiah.
Tabel 2.1
Kriteria Analisis Program Pengayaan di SMPN 3 Tangerang Selatan
Tahap Fokus Standar Objektif Indikator
Legalitas Penyelanggaraan
Program Pengayaan
Terdapat surat izin operasional dari Dinas Pendidikan Provinsi Banten dan
peraturan penyelenggaraan
program
1. Kejelasan perizinan penyelenggaraan program
2. Ketersediaan juklak dan juknis program 3. Ketersediaan proposal
program
78 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, op.cit., h. 33-34.
Peserta Didik Program Pengayaan
Adanya kesesuaian calon peserta didik program pengayaan
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
sekolah
1. Rekruitmen peserta didik melalui proses seleksi
2. Ketersediaan persyaratan seleksi calon peserta didik 3. Rata-rata nilai ujian
akhir SD/MI minimal 7,5
4. Rata-rata nilai rapor kelas 4,5 dan 6 adalah 7,5
5. Lulus TPA
6. Lulus Placement Test 7. Kesesuaian
persyaratan dengan hasil penerimaan peserta didik Input
Guru Kelas Pengayaan
Adanya kesesuaian guru kelas pengayaan dengan
kualifikasi yang ditetapkan oleh
sekolah
1. Pendidikan minimal S-1 yang relevan 2. Pengalaman
mengajar 5 tahun dalam bidangnya 3. Mampu berbahasa
Inggris dengan baik
Pendanaan Program
Terdapat rincian sumber dan pemanfaatan dana progrm pengayaan
1. Ketersediaan rincian sumber dana
program pengayaan 2. Ketersediaan alokasi
dana program pengayaan
Sarana dan prasarana kelas
pengayaan
Tersedia sarana dan prasarana yang
memadai
1. Ruang belajar dilengkapi dengan LCD beserta kelengkapannya 2. Perpustakaan yang
lengkap sesuai dengan SPM
3. Media pembelajaran terdiri dari infokus, komputer,
laboratorium IPA dan bahasa
4. Kondisi sarana yang terawat
Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM)
Guru dan peserta didik melaksanakan
masingmasing kegiatan pendahuluan, inti,
tes dan penutup.
A. Pendahuluan 1. Orientasi 2. Apersepsi 3. Tujuan pembelajaran B. Inti
1. Mengamati 2. Menanya 3. Mengeksplorasi 4. Mengasosiasi 5. Mengomunikasikan 6. Guru
C. Tes 1. Tugas
kelompok/individu setelah guru menyampaikan materi ajar D. Penutup
1. Menyimpulkan 2. Menyampaikan
rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya Process Program Jangka
Pendek
Terdapat program- program unggulan
yang
diselenggarakan oleh sekolah dalam upaya
memperkaya kemampuan bahasa Inggris peserta didik
A. English Day 1. Keterlibatan guru
dan peserta didik dalam program 2. Program berjalan
secara rutin B. Matrikulasi
1. Kehadiran peserta
didik lebih dari 90%
2. Kehadiran tutor matrikulasi dari 90%
3. Ketersediaan silabus
pembelajaran C. Native Speaker 1. Berpengalaman
dibidangnya 2. Kehadiran Native
Speaker lebih dari 80%
D. Enrichment Cup 1. Peserta berasal dari
kelas reguler, pengayaan dan akselerasi 2. Juri merupakan
pihak eksternal sekolah E. English Camp
1. Diikuti seluruh peserta kelas 7 2. Keterlibatan Native
Speaker dan tutor matrikulasi selama kegiatan
berlangsung 3.
Modul belajar selama camp Hasil UN Terdapat hasil UN
kelas pengayaan lebih baik dari kelas
reguler
1. Tingkat kelulusan siswa 3 tahun terakhir 100%
2. Rata-rata nilai UN kelas pengayaan lebih tinggi dari kelas regular
Output
Kemampuan berbicara bahasa
Inggri
Adanya keterlibatan guru dan peserta didik dalam upaya
peningkatan kemampuan bahasa
Inggris
1. Peserta didik mampu merespon Native Speaker dan tutor matrikulasi selama kelas berlangsung 2. Peserta didik aktif
berkomunikasi bahasa Inggris dengan teman dan guru di dalam kelas 3. Peserta didik aktif
berkomunikasi bahasa Inggris dengan teman dan guru di luar kelas Prestasi Terdapat prestas
yang diraih peserta didik kelas pengayaan
Prestasi akademik dan non akademik
Rekam jejak alumni
Ketersediaan data rekam jejak alumni
Data alumni yang melanjutkan ke sekolah negeri maupun swasta
BAB III
METODOLOGI EVALUASI
A. Tempat dan Waktu Evaluasi
Evaluasi dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 01, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Adapun penulisan penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April 2019 sampai dengan Juni 2020 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rencana Penelitian
No Kegiatan
Waktu
April Sep Feb Maret April Mei Juni
1 Observasi pendahuluan 2 Pengesahan
proposal
3 Perbaikan bab 1, 2 dan 3
4 Penyusunan instrumen analisis 5 Pengolahan data dan
analisis data
6 Penyusunan laporan hasil analisis
7 Sidang
B. Pendekatan, Metode dan Model Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dan pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sukmadinata mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individua
25
maupun kelompok.79 Pengumpulan data evaluasi kualitatif yang digunakan diantaranya pengamatan, wawancara atau penelaahan dokumen.80 Data kualitatif dalam penelitian evaluasi ini diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek.81 Dalam penelitian kualitatif instrumennya merupakan orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Dengan demikian peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai acuan bagi evaluator agar fokus penelitian sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan mengandung makna.82 Dalam hal ini, makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya terjadi di lapangan yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.
C. Sumber Data/Informasi
Sumber data adalah segala sesuatu yang menunjuk pada asal data diperoleh.
Sumber data dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dapat berupa person, paper dan place.83
1. Person, yaitu sumber data yang diperoleh melalui wawancara berupa jawaban lisan. Adapun sumber data person dalam penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana,
79 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 60.
80 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.
9.
81 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 103.
82 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekata Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 15.
83 Suharsimi Arikunto dan Cepi Syafruddin Abdul Jabar, op.cit., h. 88.