• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Perdy Karuru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF. Perdy Karuru"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Perdy Karuru adalah tenaga pengajar pada FKIP-UT di UPBJJ Makassar PENGEMBANGAN PERANGKAT TUTORIAL BERORIENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Perdy Karuru

This article discusses the results of a study concerning the development of tutorial devices for natural sciences. Two kind of tutorial devices were developed to help the Diploma II Elementary Teacher Training students improve their independence level in studying science materials. The development of these devices were based on the Four-D model:

defining, designing, developing, and distributing. The study, however, did not include the distributing level. At the defining level the study objectives were formulated. At the designing level choices were made on criterion tests, the media and the format used, as will as the initial design of tutorial devices. At the developing level modifications of the prototypes of the tutorial devices were made. The cooperative learning model was used in implementing the tutorial devices.

Kata Kunci: Tutorial devices, Four-D Model, natural sciences

Program Penyetaraan D-II Sekolah Dasar menggunakan sistem belajar jarak jauh (SBJJ) dengan mengutamakan belajar mandiri. Belajar mandiri berarti mahasiswa belajar secara mandiri, baik secara individu maupun secara kelompok, dengan menggunakan modul dan didukung kegiatan tuto- rial.

Tutorial merupakan bantuan akademis yang diberikan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa belajar mandiri. Agar dapat membantu mahasiswa belajar mandiri, tutorial harus diarahkan pada keaktifan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang dijumpai dalam memahami materi yang disajikan dalam modul.

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pada umumnya tutor IPA di Propinsi Sulawesi Selatan menggunakan Tutorial Klasikal Tatap Muka

(2)

(TKTM) dalam memberikan tutorial. Dalam TKTM tutor secara dominan menyajikan materi dalam modul sedangkan mahasiswa kurang aktif mengkaji sendiri materi modul (Achmad, 1994).

Salah satu faktor yang menyebabkan tutor memberikan tutorial secara konvensional adalah mahasiswa rata-rata kurang membaca modul sehingga tidak ada permasalahan diajukan oleh mahasiswa pada setiap kegiatan tu- torial. Selain itu, tutor juga tidak menyiapkan pertanyaan sebagai bahan diskusi apabila tidak ada permasalahan muncul dari mahasiswa. Padahal, bila dalam setiap kegiatan tutorial ada permasalahan yang diajukan mahasiswa atau ada pertanyaan dari tutor, tutor dapat dengan mudah mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi modul.

Bahkan tutor dapat dengan mudah membimbing dan mengarahkan mahasiswa berdiskusi dalam memecahkan setiap permasalahan sehingga proses tutorial dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Pada umumnya tutor D-II PGSD di UPBJJ Makassar yang ditunjuk adalah penilik (jenjang pendidikan D-II dan D-III), guru SMU (D-III dan S1), dan para dosen UPBJJ UT di Makassar. Meskipun demikian, para tutor tersebut umumnya memberikan tutorial untuk mata kuliah yang tidak sesuai dengan spesialisasinya, bahkan ada yang belum pernah mengikuti penataran tutorial. Akibatnya, tutor kurang dapat mengelola tutorial secara efektif.

Seharusnya, sesuai dengan teori konstruktivis, mahasiswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri sedangkan tutor hanya bertindak sebagai fasilitator. Salah satu bentuk tutorial yang berorientasi pada pendekatan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas tujuan dan penghargaan kooperatif.

Mahasiswa bekerja sama dalam situasi pembelajaran kooperatif yang meliputi dan atau membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya (Arends, 1997). Penerapan pembelajaran kooperatif ini tepat digunakan pada tutorial mata kuliah IPA. Dalam pembelajaran kooperatif, mahasiswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep IPA yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah dengan temannya.

Beberapa ahli mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu mahasiswa memahami konsep IPA yang sulit dalam modul tetapi juga membantu mahasiswa dalam menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial mahasiswa.

Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dalam tutorial IPA, mahasiswa akan memiliki tambahan pengetahuan tentang teknik mengajar di SD dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme karena mereka

(3)

telah diperkenalkan dengan pembelajaran ini selama menjadi mahasiswa.

Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, mahasiswa dilatih keterampilan koopertif yang diperlukan, seperti berani mengajukan permasalahan, dan menanggapi pertanyaan.

Agar tujuan pembelajaran dalam modul mencapai sasaran dengan baik, selain digunakan model pembelajaran yang sesuai, diperlukan adanya perangkat tutorial IPA yang sesuai, seperti Satuan Acara Tutorial (SAT), dan Lembar Kegiatan Mahasiswa (LKM). Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (1995), yang menyatakan bahwa agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik, mahasiswa perlu diberi kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk dikerjakan.

Artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian mengenai

"Pengembangan Perangkat Tutorial Berorientasi Pembelajaran Kooperatif untuk Mahasiswa D-II PGSD". Dalam penelitian ini perangkat yang dikembangkan adalah perangkat yang disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan materi modul Pendidikan IPA. Perangkat ini berisikan masalah/

pertanyaan yang akan didiskusikan mahasiswa selama kegiatan tutorial.

Selain itu, perangkat tutorial ini dapat memudahkan para tutor mengelola kegiatan tutorial, seperti memunculkan masalah, serta mengarahkan mahasiswa memecahkan masalah melalui diskusi.

Perangkat yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada model 4D (Four-D Model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel &

Semmel (1974), yang membagi kegiatan dalam 4 tahapan yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, dan tahap penyebaran. Dalam artikel itu hanya akan dibahas tentang tiga tahap pengembangan perangkat tutorial, yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan dan tahap pengembangan.

Tahap Pendefinisian

Pada tahap ini dilakukan analisis tujuan pembelajaran khusus suatu kuliah yang disesuaikan dengan materi bahan ajar dan kondisi tutorial.

Tahap Perancangan

Setelah tujuan pembelajaran khusus dirumuskan, langkah selanjutnya adalah merancang materi tutorial. Dalam tahap ini, terdapat empat kegiatan desain, yaitu penyusunan tes acuan patokan, pemilihan media, serta pemilihan format dan desain awal perangkat tutorial. Desain awal perangkat tutorial yang dibuat adalah Satuan Acara Tutorial (SAT) dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM). SAT yang dikembangkan sebanyak 4 SAT, seperti pada Tabel 1.

(4)

No. J e n i s Kegunaan 1. SAT 01 Keterampilan dan proses IPA

2. SAT 02 Keterampilan proses IPA terintegrasi 3. LKM 01 Acuan mengobservasi

4. LKM 02 Keterampilan mengklasifikasikan 5. LKM 03 Acuan mengobservasi

6. LKM 04 Keterampilan mengkomunikasikan 7. LKM 05 Keterampilan menginferensi 8. LKM 06 Keterampilan memprediksi 9. LKM 07 Keterampilan mengenal hubungan

ruang dan waktu

10. LKM 08 Keterampilan mengenal hubungan angka

11. LKM 09 Keterampilan proses terpadu

12. LKM 10 Penerapan teori Piaget, model Bruner, serta teori belajar Gagne dan teori Ausubel dalam pembelajaran IPA 13. LKM 11 Pendekatan dan metode pembelajaran

IPA

Tabel 1.Daftar Satuan Acara Tutorial dan Lembar Kerja Mahasiswa untuk Menilai Aktivitas Pembelajaran

LKM merupakan lembar panduan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. LKM yang dikembangkan dalam penelitian ini sebanyak 11 LKM. LKM yang dikembangkan disesuaikan dengan langkah-langkah kegiatan dalam modul pendidikan IPA di SD.

Tahap Pengembangan

Pada tahap ini peneliti memodifikasi prototipe perangkat tutorial yang dihasilkan dari tahap perencanaan, sebelum menjadi perangkat yang siap digunakan. Agar perangkat yang dikembangkan valid, maka dilakukan validasi, revisi dan uji coba perangkat tutorial. Perangkat tutorial yang sudah dikembangkan diberikan kepada para dosen IPA dan UPBJJ Makassar untuk memberikan penilaian dan memberikan pendapat terhadap perangkat yang akan digunakan, kemudian diperbaiki sesuai dengan masukan dari para validator. Setelah validasi dilakukan, kemudian perangkat tersebut diimplementasikan dalam kegiatan tutorial. Validasi dilakukan untuk menganalisis dan merevisi perangkat tutorial sehingga dapat disempurnakan serta dapat diketahui reliabilitas instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini. Instrumen selanjutnya digunakan dalam penelitian ini, yang leih tepat disebut sebagai kegiatan uji coba dengan menggunakan perangkat tutorial yang berupa SAT dan LKM.

(5)

Skenario pelaksanaan uji coba adalah uji awal (pretest), kegiatan tuto- rial, dan uji akhir (post-test). Setelah uji akhir, mahasiswa diminta mengisi angket respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif.

Penelitian atau uji coba dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berkut.

1. Bagaimana kemampuan tutor mengelola tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif?

2. Bagaimana aktivitas tutor dan mahasiswa dalam kegiatan tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif?

3. Bagaimana tingkat kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul selama mengikuti tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif?

4. Bagaimana hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti tutorial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif?

5. Bagaimana respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tuto- rial IPA yang berorientasi pembelajaran kooperatif?

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa program D-II PGSD di Kabupaten Tana Toraja masa registrasi 2002.1 yang terdiri dari 2 kelompok belajar (pokjar), yaitu pokjar Rantetayo dan pokjar Tondon Nanggala. Dari kedua pokjar tersebut, kemudian dipilih salah satu pokjar sampel penelitian, yaitu pokjar Rantetayo dengan jumlah mahasiswa sebanyak 30 orang.

Variabel dalam penelitian ini adalah aktivitas tutor dan mahasiswa, kemampuan tutor mengelola tutorial, tingkat kemandirian belajar mahasiswa selama tutorial, hasil belajar dan respons mahasiswa terhadap tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif.

Untuk mengumpulkan data penelitian, digunakan instrumen penelitian seperti lembar pengamatan kemampuan tutor mengelola tutorial, lembar pengamatan aktivitas tutor dan mahasiswa selama tutorial, lembar pengamatan kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul, tes hasil belajar, dan angket respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian dianalisis dengan statistik deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Tutorial yang Berorientasi Pembelajaran Kooperatif Hasil pengamatan yang dilakukan oleh dua orang pengamat terhadap tutor dalam mengelola tutorial menunjukkan bahwa tutor mampu mengelola tutorial dengan baik. Tutor mampu melaksanakan masing-masing fase

(6)

pembelajaran serta mampu mengoperasikan perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan, sehingga membuat mahasiswa antusias dalam mengikuti tutorial.

Secara rinci data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Kriteria penilaian pengelolaan tutorial adalah 0,00 – 1,49 tidak baik;

1,50 – 2,49 kurang baik; 2,50 – 3,49 cukup baik; 3,50 – 4,49 baik, dan 4,50 – 5,00 sangat baik. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil perhitungan rata-rata skor pada Fase 1 sebesar 4,63. Dengan demikian, pada Fase 1 tutor sangat baik dalam menyajikan rencana dan tujuan pembelajaran (yang meliputi menyampaikan tujuan pembelajaran, menyediakan sumber yang perlu dipelajari, dan mengajukan target suatu kegiatan). Pada Fase 2 diperoleh rata-rata skor sebesar 4,69. Skor ini menunjukkan bahwa tutor sangat baik dalam menyajikan informasi (yang meliputi menyampaikan masalah dalam LKM, serta mampu melatihkan keterampilan kooperatif yang digunakan selama tutorial). Pada Fase 3 diperoleh rata-rata skor 4,75, yang menunjukkan bahwa tutor sangat baik dalam mengorganisasikan mahasiswa (yakni mengatur mahasiswa ke dalam kelompok belajar). Pada Fase 4 diperoleh rata-rata skor 4,06. Hal ini menunjukkan bahwa tutor mampu membantu kerja kelompok dalam belajar dengan baik, yang meliputi pengarahan mahasiswa membaca modul untuk memecahkan masalah, serta sangat baik dalam melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) ke arah pemecahan masalah secara bertahap. Pada Fase 5 diperoleh rata-rata 4,50, yang menunjukkan bahwa tutor mampu mengetes materi (yaitu tutor mengetes materi pembelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka). Sedangkan pada Fase 6 diperoleh rata-rata skor 4.33. Hal ini menunjukkan bahwa tutor mampu memberikan umpan balik dengan baik (seperti mengajukan pertanyaan, memberikan balikan terhadap tugas yang pernah diberikan sebelumnya, dan memberikan pengakuan/penghargaan).

Untuk pengelolaan waktu, tutor telah mampu mengelola waktu dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam skenario SAT. Sedangkan suasana tutorial menunjukkan bahwa selama tutorial, mahasiswa tampak antusias dan tutorial cenderung berpusat pada mahasiswa. Hal ini terlihat dari rata-rata skor yang diperoleh untuk antusiasme mahasiswa sebesar 4,00, sedangkan tutorial yang cenderung terpusat pada mahasiswa memperoleh skor rata-rata 3,75.

(7)

Tabel 2. Penilaian Pengelolaan Tutorial

Skor Tiap SAT Aspek yang Diamati SAT

1 SAT 2 SAT

3 SAT 4

Skor Rata- rata

Rata-rata tiap Fase

Fase 1. Menyajikan rencana dan tujuan pembelajaran

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 - 2. Menyiapkan sumber yang perlu dipelajari 5,0 5,0 4,0 4,0 4,50 4,63 3. Mengajukan target suatu kegiatan 4,5 5,0 4,0 4,0 4,38 Fase 2. Menyajikan informasi

1. Menyampaikan masalah dalam LKM 5,0 4,5 4,0 5,0 4,6 4,69 2. Menyiapkan informasi tentang keterampilan-

keterampilan kooperatif yang digunakan 5,0 4,0 5,0 5,0 4,75 - Fase 3. Mengorganisasikan mahasiswa

1. Mengatur mahasiswa ke dalam kelompok belajar 5,0 4,0 5,0 5,0 4,75 4,75 Fase 4. Membantu kerja kelompok

1. Mengarahkan mahasiswa membaca modul untuk

memecahkan masalah dalam LKM 4,0 5,0 4,0 5,0 4,50 - 2. Mengawasi setiap kelompok diskusi secara

bergiliran 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 4,06

3. Memberi bantuan kepada kelompok yang

mengalami kesulitan memecahkan masalah 4,0 4,0 4,0 4,0 3,75 - 4. Melakukan trigering (tindakan), probing

(pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) kearah pemecahan masalah secara bertahap

4,0 4,0 4,0 4,0 4,00 -

Fase 5. Mengetes materi

1. Membimbing mahasiswa mempresentasikan

hasil diskusinya 4,0 5,0 4,0 4,0 4,25 -

2. Membimbing mahasiswa membuat rangkuman 5,0 5,0 5,0 4,0 4,75 4,50 Fase 6. Memberikan umpan balik

1. Mengajukan pertanyaan 4,0 4,0 4,0 4,0 4,0 -

2. Memberikan balikan terhadap tugas yang pernah

diberikan sebelumnya. 4,0 5,0 4,0 5,0 4,50 4,33

3. Memberikan pengakuan/penghargaan 4,0 5,0 5,0 4,0 4,50 -

Pengelolaan waktu 3,5 4,0 4,0 4,0 3,88 3,88

Suasana tutorial

1. Tutorial berpusat pada mahasiswa 3,0 4,0 4,0 4,0 3,75 3,75

2. Mahasiswa antusias 4,0 4,0 4,0 4,0 4,00 4,0

3. Tutor antusias 5,0 3,0 4,0 4,0 4,00 4,0

Aktivitas Tutor dan Mahasiswa Selama Tutorial

Hasil pengamatan terhadap aktivitas tutor dan mahasiswa selama proses tutorial secara rinci disajikan dalam Tabel 3 berikut.

Berdasarkan Tabel 3 dapat terlihat bahwa sebagian besar waktu yang digunakan tutor adalah untuk mengajukan target suatu kegiatan (8,3%);

membimbing (mengarahkan dan memberi petunjuk) mahasiswa memecahkan masalah (24%); melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) sebesar 18,55%;

membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi (11,8%); dan memberikan umpan balik (1%).

(8)

Aktivitas yang Diamati Rata-rata (%) Tutor

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyediakan sumber yang perlu dipelajari

2. Mengajukan target suatu kegiatan 3. Melatihkan keterampilan kooperatif

4. Mengorganisasikan mahasiswa ke dalam kelompok belajar 5. Membimbing mahasiswa memecahkan masalah

6. Melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat).

7. Membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi 8. Membimbing mahasiswa membuat rangkuman

9. Memberikan umpan balik 10. Memberikan penghargaan

7,7

8,3 3,5 3,3 24 18,5

11,8 7,7 11 4,2 Mahasiswa

1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan tutor.

2. Membaca modul dan berbagai ide dan pengalaman.

3. Membentuk kelompok belajar.

4. Mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap.

5. Berlatih melakukan keterampilan kooperatif.

6. Mempresentasikan hasil diskusi.

7. Menyampaikan ide/pendapat terhadap mahasiswa atau kelompok lain.

8. Membuat rangkuman.

9. Mengerjakan tugas/latihan.

9,5 15,3 5,7 29,9 4,3 9,8 10,3 8,1 7,1

Sedangkan waktu yang digunakan mahasiswa adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan tutor (9,5%); membaca modul dan berbagi ide dan pengalaman (15,3%); mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap (29,9%); mempresentasikan hasil diskusi (8,8%); dan menyampaikan ide/pendapat terhadap mahasiswa atau kelompok lain (10,3%). Hal ini sesuai dengan skenario kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif yang mengarah pada kerjasama melalui diskusi dan saling membantu satu sama lain, sehingga memudahkan mereka menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari.

Secara keseluruhan aktivitas tutor dan mahasiswa dalam tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa tutorial berpusat pada mahasiswa dimana mahasiswa terlibat secara aktif dalam tutorial.

Kemandirian Mahasiswa Mempelajari Modul Selama Tutorial Hasil penilaian pengamat terhadap tingkat kemandirian mahasiswa mempelajari modul selama tutorial menunjukkan bahwa rata-rata skor tiap aspek pengamatan kemandirian mahasiswa membaca modul berkisar antara cukup baik dan baik. Kemandirian mahasiswa dalam mempelajari modul Tabel 3. Persentase Aktivitas Tutor dan Mahasiswa Selama Tutorial

(9)

dismpulkan dari kegiatan seperti membagi ide dan pengalaman dalam mempelajari modul, menemukan strategi pemecahan masalah secara bertahap, keterlibatan mahasiswa dalam tutorial, dan mengajukan pertanyaan.

Hasil perhitungan rata-rata skor kemandirian mahasiswa menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa baik, yaitu dengan skor 3,85 (SAT 1); 3,80 (SAT 2); 3,73 (SAT 3); dan 3,77 (SAT 4).

Secara umum kemandirian mahasiswa membaca modul selama tutorial adalah baik dengan rata-rata skor 3,79. Hal ini sesuai dengan prinsip teori konstruktivis yang menghendaki mahasiswa terlibat langsung dalam suatu pembelajaran atau tutorial.

Hasil Belajar Mahasiswa

Dengan menggunakan acuan ketuntasan Depdikbud (p > 0,65) maka hasil belajar mahasiswa yang dikumpulkan melalui pelaksanaan tes tertulis, yaitu uji awal (U1) dan uji akhir (U2), menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan semuanya telah dicapai mahasiswa dengan tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari uji awal dan uji akhir adalah baik. Selain itu hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan, yang ditunjukkan dengan peringkatan proporsi jawaban benar mahasiswa (dari 0,36 menjadi 0,82). Kenaikan ini menunjukkan bahwa kegiatan tutorial yang berpedoman pada perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proporsi jawaban benar mahasiswa.

Hasil analisis data tes hasil belajar mahasiswa menunjukkan bahwa skor yang diperoleh setiap mahasiswa pada uji akhir berkisar antara 0,57 sampai 0,96. Dengan menggunakan acuan ketuntasan Depdikbud terdapat empat orang mahasiswa yang tidak tuntas belajar dari 30 orang mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Secara klasikal ketuntasan mahasiswa telah tercapai karena persentase mahasiswa yang tuntas belajar melebihi 85%, yaitu 86,6%.

Respons Mahasiswa

Analisis respons mahasiswa terhadap perangkat dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa rata-rata 94,5% mahasiswa menyatakan sangat senang dan senang terhadap komponen tutorial yang meliputi materi tutorial, LKM, suasana tutorial dan cara tutor dalam mengelola tutorial. Beberapa hal yang membuat mahasiswa senang adalah materi tutorial (90%), tersedianya LKM (50%), suasana tu- torial (73,3%), dan cara tutor mengelola tutorial (80%). Selain itu juga diperoleh respons mahasiswa bahwa rata-rata mahasiswa (46,7%)

(10)

berpendapat keterbacaan LKM sangat mudah dipahami, dan komponen- komponen dalam tutorial yang dilakukan (94,96%) merupakan hal yang baru.

Respons mahasiswa terhadap tutorial menunjukkan bahwa (73,3%) menyatakan sangat berminat dan (23,3%) menyatakan berminat untuk mengikuti tutorial berikutnya. Mahasiswa berpendapat bahwa modul, dan LKM sangat mudah dimengerti (46,7%), mudah dimengerti (23,3%) dan cukup mudah dimengerti (30%).

Secara umum mahasiswa menyatakan senang terhadap komponen tu- torial, dan mengenai baru tidaknya komponen tutorial umumnya mahasiswa memberikan respons bahwa komponen tutorial tersebut baru (LKM, dan Model Tutorial). Hal ini menunjukkan bahwa perangkat tutorial yang dikembangkan dapat diterima oleh mahasiswa dan layak digunakan sebagai salah satu perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD pada program D-II PGSD.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian eksplorasi perangkat tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif untuk sementara dapat disimpulkan bahwa prototipe perangkat tutorial yang dihasilkan adalah perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD untuk program D-II PGSD yang berorientasi pembelajaran kooperatif. Perangkat tutorial yang dikembangkan meliputi Satuan Acara Tutorial (SAT), dan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), yang dalam proses pengembangannya digunakan model 4D.

Kemampuan tutor yang terlibat penelitian ini dalam mengelola tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif dapat dikategorikan baik. Tutor terampil menyampaikan masalah dalam LKM, mengarahkan mahasiswa membaca modul untuk memecahkan masalah, melakukan triggering (tindakan), probing (pemeriksaan), atau cueing (pemberian isyarat) ke arah pemecahan masalah, dan terampil membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi, serta terampil membimbing mahasiswa membuat rangkuman.

Observasi tutor dan mahasiswa selama tutorial menunjukkan bahwa aktivitas tutor yang dominan adalah membimbing mahasiswa memecahkan masalah, dan membimbing mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi.

Sedangkan aktivitas mahasiswa yang dominan adalah membaca modul dan berbagi ide dan pengalaman, serta mengerjakan/memecahkan masalah secara bertahap. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif berpusat pada mahasiswa dan tutor berperan sebagai fasilitator.

(11)

Tingkat kemandirian mahasiswa membaca modul dalam tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif adalah baik. Mahasiswa mampu mempelajari modul, memilih strategi pemecahan masalah secara bertahap, terlibat aktif selama tutorial, dapat memecahkan masalah, serta mampu berargumentasi dengan temannya.

Berdasarkan hasil analisis data tes hasil belajar, terdapat peningkatan proporsi jawaban benar mahasiswa. Secara klasikal tujuan pembelajaran khusus yang dirumuskan semuanya dapat dicapai secara tuntas. Dari 30 mahasiswa yang mengikuti kegiatan tutorial ternyata hanya 4 orang yang tidak tuntas. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum mahasiswa telah memahami konsep-konsep yang dipelajari dalam modul Pendidikan IPA di SD yaitu modul 1 sampai dengan modul 6.

Respons mahasiswa terhadap perangkat tutorial dan kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif menunjukkan bahwa perangkat tutorial dan kegiatan tutorial yang dikembangkan peneliti merupakan hal yang baru bagi mahasiswa dan mahasiswa merasa sangat senang untuk mengikuti kegiatan tutorial berikutnya.

Berdasarkan hasil eksplorasi pengembangan perangkat tutorial Pendidikan IPA di SD yang berorientasi pembelajaran kooperatif, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: Kegiatan tutorial yang berorientasi pembelajaran kooperatif, secara teoritis dan empirik mungkin sesuai untuk digunakan dalam tutorial IPA, sehingga sangat disarankan agar pada setiap tutorial IPA tutor dapat mencoba pola tutorial yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif untuk program D-II PGSD. Oleh karena perangkat tutorial yang dikembangkan dalam eksplorasi ini dapat dijadikan pedoman kegiatan tutorial sehingga dengan mengikuti tutorial mahasiswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dan kemandirian belajarnya maka disarankan agar setiap tutor membuat perangkat tutorial sebelum melaksanakan kegiatan tutorial.

Tutor perlu mengembangkan wawasannya tentang pengetahuan teori- teori belajar khususnya teori belajar yang berhubungan dengan kegiatan tutorial agar tutor dapat mengambil tindakan-tindakan yang didasarkan pada landasan teoritik dan empirik untuk memperbaiki kualitas tutorial. Oleh karena perangkat yang dikembangkan dalam eksplorasi ini sangat efektif (meskipun baru diterapkan pada satu kasus), peneliti menyarankan agar penelitian ini diulangi dan dilanjutkan pada program D-II PGSD dan dilengkapi dengan tahap akhir model 4D, yaitu tahap penyebaran.

(12)

REFERENSI

Achmad, M. (1994). Model tutorial dalam pelaksanaan program penyetaraan D-II guru SD. Tutor Inti Ilmu Keguruan Program Penyetaraan D-II Guru SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Arends, R. (1997). Classroom instruction and management. New York:

McGraw-Hill Companies.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative learning: Theory research and prac- tice. Second Edition, Boston: Allyn and Bacon.

Thiagarajan, S., Semmel, D.S., Semmel, M.I. (1974). Instructional devel- opment for training teacher of exceptional children. Minneapolis, Indiana University.

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan model Markov Switching Autoregressive (MSAR) pada data ripple dengan jumlah state yang digunakan antara 2 hingga 9 state dapat dilihat pada tabel dibawah. Nilai

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskripsi, karena penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara akurat tentang tahapan atau proses baik verbal

Maka, peneliti ingin melihat seberapa besar pengaruh strategi kognitif self- talk khususnya instructional self-talk pada peningkatan performa atlet-atlet yang berada di

langkah perencanaan supervisi akademik seperti yang tercantum pada Panduan Kerja Kepala Sekolah yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri dan Kelekatan Orang Tua

79% dari anggota online dating secara online setuju bahwa online dating adalah cara yang baik untuk bertemu orang-orang, dan 70% dari mereka setuju bahwa itu membantu orang

Kamu kan berarti sering upload fotomu di media sosial, pasti banyak orang juga lihat gitu, gimana tanggapanmu sama orang- orang yang suka sama foto selfie mu.. Yaa,

faktor penyebab terjadinya sisa material pada tiang pancang yakni karena kondisi tiang pancang yang diterima kurang baik, hal ini bisa terjadi karena proses