• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Renang

1. Definisi Renang

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi jasmani dan rohani. Olahraga selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu melalui berbagai macam bentuk, cara dan tujuan (Muzaki et al., 2020). Salah satu jenis olahraga yang populer saat ini adalah renang. Renang adalah olahraga dengan upaya mengapungkan tubuh ke atas permukaan air. Pada saat berenang, tubuh akan mendapat tekanan dari air dan secara bersamaan tangan maupun kaki harus selalu bergerak agar seorang perenang tidak tenggelam. Hal inilah yang membuat olahraga ini mempunyai banyak manfaat bagi tubuh.

2. Manfaat Renang

Renang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan antara lain meninggikan badan, menghilangkan stress, melatih pernapasan, membentuk otot dan membakar kalori pada tubuh (Kurniawan & Arwandi, 2020).

Menurut Putra (2017) berdasarkan kebutuhan dan tujuan, olahraga renang dibagi menjadi 4 jenis yaitu :

a. Renang untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh b. Renang untuk pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah c. Renang untuk rekreasi di sungai, danau, tepi pantai dan laut

d. Renang untuk mengukir prestasi baik lokal, nasional dan internasional

(2)

Putri et al. (2020) menjelaskan dalam renang ada kombinasi aktivitas akuatik yang membentuk suatu gaya. Ada 4 gaya yang menjadi dasar dalam olahraga ini yaitu gaya dada, gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu.

3. Lapangan Kolam Renang

Gambar 2.1 Lapangan Kolam Renang (Asmoro, 2015) Ukuran lintasan lapangan kolam renang standar internasional :

a. Panjang lapangan kolam : 50 meter b. Lebar lapangan kolam : 25 meter c. Kedalaman air kolam : 1.80 meter d. Suhu air kolam : 23°-25° C e. Lebar lintasan : 2.5 meter f. Jumlah lintasan : 8 lintasan

Perlengakapan kolam yang harus disediakan antara lain : a. Tali Lintasan (Lane Rope)

b. Tempat Start (Starting Platforms)

(3)

c. Penomoran (Numbering)

d. Tanda untuk Pembalikan gaya punggung (Backstroke Turn Indicator) e. Tali Start Salah (False Start Rope)

f. Penerangan (Lighting)

g. Garis garis Tanda Lintasan (Lane Marking) h. Tembok Miring (Bulkheads)

i. Panel Sentuhan Peralatan Otomatik (Touch Panels For Automatic Equipmen)

j. Alat otomatis penghitung jarak renangan (Lap)

4. Teknik Dasar Renang

Teknik dasar merupakan sebuah langkah pertama untuk mencapai hasil yang optimal. Setiap saat perenang bergerak maju di dalam air selalu tergantung pada dua kekuatan, yaitu :

a. Tahanan

Kekuatan pertama adalah kekuatan menahan perenang untuk bergerak maju disebut tahanan, kekuatan tahanan ini disebabkan oleh air di depan perenang yang menahannya untuk maju ke depan. Dalam renang ada tiga macam tahanan, yaitu: (1) Tahanan depan adalah tahanan yang secara langsung menahan badan perenang. Tahanan disebabkan oleh air di depan perenang maka perlu diperhatikan karena tahanan ini sangat berpengaruh dalam teknik gaya renang. (2) Tahanan gesekan air disebabkan oleh gerakan air yang melewati atau melalui tubuh perenang.

Air yang bergesekan pada badan perenang menghasilkan hambatan atau tahanan bagi perenang. Tahanan ini sangat kecil sehingga tidak begitu

(4)

berpengaruh terhadap teknik gaya renang. (3) Tahanan pusaran air adalah tahanan yang disebabkan oleh air yang tidak cepat mengisi di belakang bagian-bagian yang kurang datar, sehingga badan harus menarik.

Sejumlah molekul air dalam gerakan majunya atau boleh dikatakan molekul-molekul air menarik badan perenang dalam gerak maju. Untuk mengurangi tahanan ini maka posisi badan harus streamline (garis arus).

(Sadewa, 2011) b. Dorongan

Kekuatan kedua adalah kekuatan yang menyebabkan perenang bergerak maju disebut dengan dorongan, kekuatan dorongan ini disebabkan atau dihasilkan oleh gerakan lengan dan gerakan tungkai dalam berenang. Dorongan adalah kekuatan yang mendorong perenang maju ke depan, dorongan ini dihasilkan oleh lengan dan tungkai. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang diciptakan oleh lengan dan tungkai sewaktu menekan air ke belakang. Prinsip yang dipakai dalam teknik gaya renang adalah hukum gerakan ketiga dari Newton atau disebut juga hukum aksi dan reaksi, setiap aksi akan menghasilkan reaksi yang berlawanan besarnya sama. (Sadewa, 2011). Adanya dua kekuatan yang mempengaruhi gerakan ke depan maka perenang dalam usahanya untuk dapat berenang lebih cepat harus mengurangi tahanan, menambah dorongan, mengurangi tahanan sekaligus menambah dorongan.

(5)

Gambar 2.2 Tahanan dan dorongan (Ali, 2012)

5. Gaya Bebas

Gaya bebas secara umum diartikan sebagai orang dengan bebas memilih gaya apapun yang diinginkan dan disukai dalam berenang. Gaya bebas merupakan gerakan renang yang memiliki karakter gerakan paling mendasar dan banyak melibatkan otot persendian pada tubuh. Gaya renang ini lebih efisien jika dibandingkan dengan gaya lainnya karena teknik dari gerakan renangnya merupakan gerakan yang kita lakukan sehari-hari. Saat berenang gaya bebas yang perlu kita pelajari yaitu bagaimana cara posisi tubuh di dalam air, gerakan kaki, gerakan tangan, bernapas, dan gerakan koordinasi (Sakti & Maidarman, 2019).

a. Posisi tubuh

Selama berenang gaya bebas, posisi badan harus senantiasa dalam posisi streamline atau tubuh harus bisa menyerupai balok kayu yang saat mengapung di air. Sehingga pada posisi streamline mulai dari ujung jari tangan samapai ujung jari kaki tubuh dapat berputar pada garis pusat atau pada rotasinya. Saat melakukan gerakan posisi kepala harus streamline dengan badan, telinga segaris dengan badan, tubuh harus keadaan posisi lurus, sejajar dengan permukaan air, kedua tangan

(6)

lurus ke depan dan pandangan ke bawah usahakan lengan bersentuhan dengan daun telinga, dan kepala harus sejajar dengan badan

Gambar 2.3 Posisi Tubuh (Syaleh, 2019) b. Gerakan kaki

Gerakan kaki pada renang berguna untuk memberi dorongan maju dan mengatur keseimbangan badan, sehingga badan dapat bergerak dalam keadaan stabil. Teknik gerakan kaki pada renang gaya bebas yaitu sikap permulaan kedua lengan lurus kedepan, tubuh dan kedua kaki lurus ke belakang rata dengan permukaan air, kepala atau muka menghadap ke dasar kolam/kebawah. Gerakannya dimulai dari pinggul dan berakhir dengan kibasan pergelangan kaki, gerakan kaki yang ke bawah di lakukan agak kuat, terutama pergelangan kaki. Kedalaman tungkai kaki bagian bawah atau telapak kaki dari permukaan air ketika pemukulan dan lecutan sekitar 30-35 cm.

Gambar 2. 4 Gerakan Kaki (Syaleh, 2019) c. Gerakan lengan

Pada renang gaya bebas, gerakan utamanya adalah adduksi dan internal rotation. Saat melakukan gerakan tersebut, otot pectoralis

(7)

major dan latissimus dorsi adalah penghasil kekuatan terbesarnya dibantu otot subscapularis dan serratus anterior. Gerakan tangan pada gaya bebas dibagi menjadi 6 fase yaitu : hand entry, forward reach, pull through, middle pull through, hand exit, and middle recovery. Pada fase hand entry membutuhkan elevasi bahu maksimal. Perenang melakukan putaran tubuh untuk meningkatkan range of motion sehingga terjadi gerakan maju ke depan secara maksimal (forward reach). Setelah melakukan gerakan ini, perenang akan dibawa ke fase utama yaitu pull through dan middle pull through. Saat memasuki fase pull through humerus akan berada pada posisi maksimum internal rotation dan adduction. Disini otot pectoralis major dan latissimus dorsi sebagai penggerak utamanya. Otot deltoid posterior juga membantu bahu melakukan adduksi (middle pull through) dan lengan akan keluar dari air yang menandakan fase hand exit. Selama fase hand exit otot deltoid anterior, deltoid middle, rhomboids, supraspinatus, dan upper trapezius akan menstabilkan scapula dan humerus. Sementara itu, otot teres minor akan membantu otot pectoralis major untuk mengontrol gerakan internal rotation. Kemudian, bahu akan melakukan abduction dan external rotation saat lengan bergerak ke depan untuk masuk ke fase terakhir. Middle recovery terjadi ketika bahu berada pada posisi maksimum external rotation dengan gerakan lengan keluar dari air, hyperextension, lalu mengayunkan lengan bawah ke depan dan kembali lagi ke fase awal dengan maksimum extension (hand entry) (Matzkin et al., 2016).

(8)

Gambar 2.5 Hand Entry (Matzkin et al., 2016)

Gambar 2.6 Forward Reach (Matzkin et al., 2016)

Gambar 2.7 Pull Through (Matzkin et al., 2016)

Gambar 2.8 Middle Pull Through (Matzkin et al., 2016)

Gambar 2.9 Hand Exit

(Matzkin et al., 2016) Gambar 2. 10 Middle Recovery (Matzkin et al., 2016)

(9)

d. Pengambilan napas

Pengambilan napas dalam renang gaya bebas dilakukan pada saat salah satu tangan berada di belakang atau sejajar dengan badan dan disaat itu bersamaan tolehkan kepala ke arah tangan yang lagi melakukan gerakan push sehingga kepala keluara dari permukaan air dan pada saat di atas permukaan air mulut atau hidung menghirup udara sebanyak mungkin, usahakan pada saat melakukan gerakan pengambilan napas daun telinga yang sebelahnya kena dengan lengan yang lagi melakukan gerakan entry agar kepala tidak terlalu naik ke atas permukaan air. Kepala segera dimasukkan kedalam air lagi dan keluarkan udara dari mulut, hal ini untuk menghindari masuknya air ke dalam hidung (Syaleh, 2019).

Gambar 2. 11 Pengambilan napas (Syaleh, 2019) e. Koordinasi renang gaya bebas

Sikap tubuh yang hampir sejajar dengan permukaan air, irama kaki yang berkelanjutan naik turun, lengan kanan berada lurus di depan, sedangkan lengan kiri melakukan tarikan dengan sikap menyudut hingga tarikan ini di bawah pusat, ingat pandangan di dalam air tetap lurus kedepan. Setelah tarikan tangan kiri berakhir di bawah pusar

(10)

kemudian disambung dengan dorongan tangan dari bawah pusar membelok ke samping bagian tubuh dan berakhir disamping paha.

Tangan kiri hampir berakhir melakukan dorongan, tangan kanan bersiap untuk membuka selebar bahu bertepatan dengan tangan kiri berakhir di paha, maka tangan kanan mulai bergerak meraih air yang selanjutnya membentuk sudut dibawah paha, kemudian tangan kiri melakukan recovery dengan mengangkat siku, serentak tangan kanan mengakhiri tarikan hingga dibawah pusar. Saat tangan kiri melakukan entry selesai maka dorongan tangan kananpun selesai dengan berakhir di samping paha, serentak melakukan dorongan pada saat itu lakukanlah gerakan mengambil napas kesamping kanan. Setelah berakhir dorongan tangan ke kanan serta berakhirnya pengambilan udara di permukaan air, siku mulai diangkat kemudian dibawa mendekati telinga, dengan diikuti oleh pandangan mata sampai tangan kanan melakukan entry, leher/kepal diputar masuk kepermukaan air untuk membuang udara.

B. Konsep Kekuatan 1. Kekuatan (strength)

Kekuatan (strength) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban suatu bekerja. Kekuatan dapat diperlihatkan dengan kemampuan individu untuk menarik, mendorong, mengangkat, menekan sebuah objek atau menahan tubuh dalam posisi menggantung. Kekuatan meliputi salah satu unsur kondisi fisik yang sangat dominan dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan gerak serta

(11)

aktivitas manusia. Tanpa memiliki kekuatan manusia tidak mungkin akan dapat mempertahankan hidupnya dengan baik dan wajar. Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk menyatakan beban atau tekanan.

Kekuatan otot ditetapkan oleh jumlah satuan motorik yang berkontraksi bersamaan dan oleh frekuensi masing-masing satuan motorik berkontraksi.

Unsur kondisi fisik lainnya adalah kecepatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan, keseimbangan, dan koordinasi. Kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi, bahkan sebagai landasan dasar suatu olahraga prestasi. Unsur kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik dalam peningkatanya maupun pemeliharaannya.

Apabila atlet memiliki kondisi fisik yang baik akan terlihat tanda-tanda peningkatan sistem kerjanya dalam melakakukan gerak serta adanya pemulihan yang baik setelah melakukan aktivitas (Sugito, 2013).

2. Kekuatan otot lengan

Kekuatan otot lengan merupakan kemampuan kontraksi otot-otot lengan yang terlibat secara kuat. Pada olahraga renang kekuatan otot lengan berfungsi sebagai penghasil luncuran lebih cepat dari gaya lain, penghasil dorongan terbesar dan penentu dalam kecepatan berenang. Kekuatan otot sangat menentukkan kecepatan berenang, karena gerakan lengan menjadi kunci renang yang cepat, efektif dan bebas, sehingga perlu melakukannya dengan baik sejak awal. Kemampuan untuk menggerakkan lengan ini dipengaruhi oleh kontraksi otot–otot yang bekerja untuk menggerakkan lengan. Otot–otot lengan utama sebagai penggerak dalam renang gaya bebas

(12)

adalah m. deltoideus, m. triceps brachii,m. latisimus dorsi, m. teres minor, m.

infraspinatus, m. brachialis, m.biceps brachii, m. brachioradialis, m. flexor carpi radialis dan m.flexor carpi ulnaris. Kontraksi otot ini menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Kekuatan lengan berhubungan erat dengan kemampuan renang pada gaya bebas dengan menggunakan kekuatan dinamis karena dalam melakukan gaya tersebut perenang berusaha untuk memindahkan posisi badan dari ujung kolam ke ujung kolam. Dalam hal ini, lengan adalah alat penggerak dalam melakukan ayunan menghambat tahanan di dalam air guna membawa tubuh didalam menyikapi teknik-teknik yang ada pada gaya bebas itu sendiri.

3. Expanding Dynamometer

Untuk mengukur kekuatan otot lengan, alat yang digunakan adalah Expanding Dynamometer. Berikut prosedur dalam pengukuran otot lengan.

a. Sampel berdiri tegak, posisi kaki terbuka kurang lebih 30 cm.

b. Alat dipegang dengan kedua tangan di muka dada, posisi expanding dynamometer menghadap ke depan dan kedua lengan atas dan bawah fleksi sejajar dengan bahu.

c. Lakukan gerakan menarik (pull) dan mendorong (push) pada alat dynamometer oleh kedua tangan sekuat-kuatnya dengan gerakan perlahan dan badan berdiri tegak. Gerakan dianggap gagal apabila dynamometer menyentuh dada, posisi lengan atas dan bawah tidak sejajar dengan bahu dan melakukan gerakan sentuhan.

(13)

d. Dari hasil tes yang dilakukan dua kali diambil yang terbaik, dinyatakan dalam satuan ukuran kilogram (kg).

e. Petugas mencatat hasil dalam blangko pengukuran (Imansyah, 2018)

Gambar 2. 12 Expanding Dynamometer (Imansyah, 2018) C. Circuit Training

1. Definisi Circuit Training

Circuit training adalah bentuk latihan yang dilaksanakan dengan beberapa pos sebagai tempat latihan yang dimana setiap pos memiliki bentuk latihan dan fungsi yang berbeda beda. Pada dasarnya circuit training ini adalah bentuk latihan yang menggabungkan beberapa bentuk latihan dengan tujuan meningkatkan kondisi fisik secara efektif dan praktis bisa dilakukan dimana saja. Circuit Training dilaksanakan pada pos yang telah ditentukan minimal dalam satu latihan circuit memiliki 6 pos yang berbeda beda bentuk latihannya pada masing masing pos. Pelaksanaan circuit training harus berfariasi, sehingga tidak terasa membosankan. Circuit training disusun latihan yang sederhana tanpa memerlukan alat-alat yang besar dan

(14)

diselesaikan pada stasion-stasion yang disusun berbentuk lingkaran (Putri et al., 2020).

2. Manfaat Circuit Training

Menurut (Bafirman, 2013) untuk dapat melatih atau berlatih secara efisien salah satu caranya melalui circuit training. Circuit Training adalah salah satu cara yang dapat memperbaiki secara serempak tingkat fitnes keseluruhan dari tubuh seorang atlet atau olahragawan. (Imanudin et al., 2020) menjelaskan komponen fisik yang harus dimiliki oleh seorang atlet yaitu strength, endurance, muscle power, speed, flexibility, agility, coordination, balance and accuracy. Circuit Training harus merupakan siklus, sehingga dalam melakukan latihan ini tidak membosankan.

Pelaksanaan circuit training didasarkan pada asumsi bahwa seseorang atlet akan dapat memperkembangkan kekuatan, daya tahan, kelincahan, total fitnessnya dengan baik. Ciri pokok dari circuit training adalah tuntutan secara bergantian dari otot tubuh. Kelompok otot seperti otot lengan, otot bahu, tungkai, dan otot badan bagian atas harus dilatih secara berganti-ganti satu sama lain. Kelelahan organ tubuh melalui latihan circuit training terjadi relatif agak lambat. Maka dari itu latihan ini disebut dapat meningkatkan kondisi fisik secara efektif, efisien dan praktis.

3. Teknik Circuit Training

Menurut (Muzaki et al., 2020) ada dua program latihan sirkuit, yang pertama bahwa jumlah stasiun adalah 8 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 45 detik, dan dengan repetisi antara 15-20 kali, sedang waktu istirahat tiap stasiun adalah 1 menit atau kurang. Rancangan kedua

(15)

dinyatakan bahwa jumlah stasiun antara 6-15 tempat. Satu stasiun diselesaikan dalam waktu 30 detik, dan satu sirkuit diselesaikan antara 5-20 menit, dengan waktu istirahat tiap stasiun adalah 15-20 detik.

Pada latihan sirkuit ini jika intensitas (beban kerja) berat, maka waktu istirahat yang dibutuhkan untuk pemulihan lebih lama. Sebaliknya jika intensitas latihan ringan, maka waktu istirahat yang dibutuhkan lebih sedikit.

Pada circuit training ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan yaitu pengaturan letak pos-pos latihan, jumlah pos dalam latihan sirkuit, jumlah set dalam latihan sirkuit, dan isi latihan setiap pos (Putri et al., 2020).

4. Prosedur Pelaksanaan

Gambar 2. 13 Konsep Circuit Training (Imanudin et al., 2020)

1. Sampel melakukan stretching dan warming up terlebih dahulu

2. Sampel di tempatkan (start) di pos 1, pos 2 dan pos 3

(16)

3. Apabila sampel start di pos 1, sampel melakukan latihan High Knee terlebih dahulu sesuai dengan intensitas yang telah ditentukan (30detik/2set, recovery antar set 5detik).

4. Setelah itu sampel berlari 100 meter ke pos 2, istirahat selama 30 detik dan dilanjutkan dengan latihan Heel Raise.

5. Dari Pos 2, sampel berlari 100m ke pos 3, istirahat 30 detik dan dilanjutkan dengan latihan Push Up

6. Dari Pos 3 sampel berlari 100m ke pos 1 lagi, istirahat 30 detik dan dilanjutkan dengan latihan Jumping Jack

7. Sampel melakukan seperti itu terus menerus hingga 12 latihan circuit training tiap posnya selesai.

8. Setelah selesai, sampel melakukan cooling down.

Tabel 2.1 Bentuk Latihan Circuit Training

(Imanudin et al., 2020) (Sonchan et al., 2017) (Armas et al., 2020) No. Nama Latihan Intensitas Recovery

Antar Set

Recovery

Antar Pos Frekuensi 1. High Knee 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 2. Heel Raise 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 3. Push Up 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 4. Jumping Jack 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 5. Squat Jump 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 6. Tricep Dip 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 7. Bear Crawl 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 8. Lunges 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu

(17)

9. Straight Arm Plank Ball

30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 10. Single Leg Hop 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 11. Step Up 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu 12. Shoulder Press 30 detik/2

set 5 detik 30 detik 3x seminggu

D. Swimmer’s Shoulder

1. Definisi Swimmer’s Shoulder

Swimmer’s shoulder adalah jenis cedera pada perenang dimana suatu nyeri muskuloskeletal yang terjadi pada bagian anterior lateral dari bahu, dan terkadang mengakibatkan penjepitan pada bagian subacromial. Kondisi ini dapat mengakibatkan adanya gangguan fungsional bahu pada perenang. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pola gerak sehingga menimbulkan gerakan yang tidak efisien dan mempengaruhi performa pada atlet renang.

Selain itu, adanya gangguan kemampuan fungsional pada perenang dapat mengakibatkan terjadinya cedera berulang pada bagian bahu. Nyeri bahu merupakan permasalahan yang paling banyak terjadi pada atlet renang dengan angka kejadian sekitar 40%-91%. Atlet renang dilaporkan mengalami keluhan nyeri bahu selama karirnya sekitar 80%. Presentasi dari atlet renang yang mengalami nyeri bahu mengalami peningkatan nyeri bahu pada level kompetisi yang meliputi 47% pada level perenang kelas nasional, 66% pada kelompok elit senior, dan 73% tim renang (Junaedi et al., 2019).

2. Etiologi Swimmer’s Shoulder

Menurut (Bak, 2010) ada 2 faktor yang menyebabkan Swimmer’s Shoulder, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik. Pada faktor ekstrinsik

(18)

penyebabnya adalah tingginya volume latihan, teknik ya2ng salah dan kayuhan tangan. Durasi pelatihan atlet renang yang dilakukan berkisar 6-7 hari per minggu, dengan jarak renang antara 10.000 meter dan 14.000 meter setiap hari. Hal ini menghasilkan gerakan pada bahu dengan estimasi sekitar 16.000-25.000 gerakan rotasi bahu selama pelatihan setiap minggu (Matzkin et al., 2016). Saat pelatihan, 80% waktu pelatihan dihabiskan dengan gerakan bebas, dan 90% gerakan tersebut berasal dari upper ekstremity. Faktor utama pencetus terjadinya swimmer’s shoulder adalah tingginya volume latihan.

Tingginya durasi serta frekuensi latihan yang dilakukan oleh perenang dapat mengakibatkan perubahan fleksibilitas dan kekakuan yang terjadi pada area sekitar sendi bahu sehingga mempengaruhi terjadinya nyeri pada bagian bahu (Junaedi et al., 2019). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya swimmer’s shoulder adalah faktor instrinsik. Faktor ini antara lain weakness muscle, hypermobility, hyperlaxity, scapular dyskinesis, glenohumeral deficit, rotator cuff imbalance, stiffness.

(19)

Gambar

Gambar 2.1 Lapangan Kolam Renang (Asmoro, 2015)  Ukuran lintasan lapangan kolam renang standar internasional :
Gambar 2.5 Hand Entry     (Matzkin et al., 2016)
Gambar 2. 11 Pengambilan napas (Syaleh, 2019) e.  Koordinasi renang gaya bebas
Gambar 2. 12 Expanding Dynamometer (Imansyah, 2018)  C. Circuit Training
+3

Referensi

Dokumen terkait

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk

Menurut Fauzel (2016), semakin banyak wisatawan yang berkunjung pada suatu negara tertentu, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan akan produk-produk lokal,

6 Di dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notari diatur bahwa yang dimaksud dengan Pejabat Umum yang satu-satunya berwenang

Untuk soal nomor 1 dan 2 subjek tergolong pada proses berpikir semi konseptual karena pada soal nomor 1 dan 2 subjek mampu memenuhi indikator proses berpikir dari

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik morfologi warna miselium dan keberadaan clamp connection dipengaruhi oleh jenis fungi, sementara bentuk percabangan

Penyelenggaraan kendali mutu BPJS berlandaskan pada Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan social nasional pada pasal 24 alenia (3)

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jaringan jamur yang bersifat totipotensi, mengetahui tata cara kultur jaringan jamur, mengetahui tata cara perbanyakan biakan

Model pembelajaran adalah bentuk atau gaya yang dipakai dan dikembangkan dosen dalam proses mendidik mahasiswa yang berorientasi pada penciptaan kondisi pembelajaran