• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Mado, 2016) berjudul Analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang telah dilakukan oleh (Mado, 2016) berjudul Analisis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan oleh (Mado, 2016) berjudul “Analisis Persediaan Bahan Baku Produk Usaha Sale Pisang Industri Rumah Tangga

“SOFIE” di kota Palu. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai April 2014.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis Economic Order Quantity (EOQ). Hasil dari analisis menunjukan bahwa, dengan menggunakan metode EOQ penggunaaan bahan baku lebih ekonomis dibanding penggunaan bahan baku dengan menggunakan metode perusahaan. Rata-rata jumlah pembelian sebesar 245,88 kg dengan frekuensi pemesanan setiap bulan nya sebanyak 2 kali. Biaya total yag dikeluarkan untuk persediaan stok sebesar Rp.987.566,24 biaya meningkat dikarenakan peningkatan permintaan pasar.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan Economic Order Quantity (EOQ). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Mado, 2016) hanya menggunakan Economic Order Quantity (EOQ) sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point (ROP), Safety Stock (SS).

Penelitian yang berjudul, “Analisis Nilai Tambah Dan Marjin Pemasaran Pisang Menjadi Olahan Pisang Srikandi” yang dilakukan oleh (Aziz a, 2017).

Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus sampai dengan September 2014.

Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan keragaan pengolahan pisang, analisis nilai tambah ini menggunakan

(2)

analisis Hayami, marjin pemasaran menggunakan analisis marjin pemasaran.

Hasil penelitian menunjukan keragaan Agroindustri Sale Pisang Industri Kecil

“Srikandi” terdiri dari pengadaan bahan baku pisang dan pengolahan pisang. Nilai tambah dari pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah Rp 2.607,53 per kg.

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan pisang menjadi sale pisang adalah Rp 3.217,91 per kg. Harga jual kripik pisang ditingkat produsen (Industri Kecil

“Srikandi”) Rp 40.000,00. Pada saluran pemasaran tingkat I didapatkan margin Rp 17.542,96. Pada saluran II pengecer tetap membeli kripik pisang ke produsen seharga Rp 40.000,00, margin yang didapat adalah Rp 10.000,00. Harga jual sale pisang ditingkat produsen Rp 40.000,00. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh (Aziz a, 2017) yakni metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni pada penelitian ini tidak menghitung nilai tambah bahan baku, penelitian ini mengetahui persediaan bahan baku yang maksimal, pemesanan bahan baku yang efektif dan waktu pemesanan bahan baku yang optimal.

(Fitrah Rofika, 2010) melakukan penelitian yang berjudul, “Analisis Persediaan Bahan Baku Dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kripik Singkong”. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis EOQ, ROP, dan Kerja Keras. Hasil penelitian didapat hasil tingkat persediaan singkong skala domestik dan skala kecil tidak ekonomis. EOQ pada singkong skala agrokeripik rumah tangga berjumlah 181,2 kg. EOQ pada agroindustri keripik singkong skala kecil sebesar 279,4 kg. Tingkat pemesanan kembali singkong atau Reorder Point

(3)

(ROP) agroindustri keripik singkong skala domestik yaitu 64 kg dan tingkat pemesanan kembali bahan baku atau Reorder Poin (ROP) pada agroindustri keripik singkong skala kecil sama dengan 320 kg. Jumlah pemesanan awal, masing-masing 64 kg dan 320 kg sehingga dikatakan memiliki kekurangan singkong sebagai bahan baku. Persamaan pada penelitian yang dilakukan (Fitrah Rofika, 2010) dengan penelitian yang akan dilakukan yakni jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, persamaan kedua adalah metode analisis data yang digunakan yakni Economic Order Quantity (EOQ) dan Re-Order Point (ROP). Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian yang akan dilakukan masih menggunakan metode analisis data Safety Stock (SS) untuk mengetahui bahan pengaman yang harus dimiliki perusahaan.

(Hasanah Uswatun, 2015) menjelaskan tentang penelitian yang berjudul,

“Analisis Nilai Tambah Agroindustri Sale Pisang di Kabupaten Kebumen”.

Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Sampel kabupaten dan kecamatan ditentukan menggunakan metode purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan metode sensus. Analisis data untuk menghitung nilai tambah agroindustri menggunakan metode Hayami dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi menggunakan metode analisis regresi OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran pisang raja siam yang digunakan tidak menghasilkan nilai tambah yang berbeda; metode membuat kerekel sale dengan pasahan dan cara pres tidak menghasilkan nilai tambah yang berbeda; pengusaha murni mampu menciptakan nilai tambah lebih

(4)

besar dibandingkan petani pengrajin sale pisang; faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi sale pisang adalah jumlah modal, jumlah pisang, dan variabel dummy cara pembuatan kerekel sale. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh (Hasanah Uswatun, 2015) yakni metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif sejalan dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan pada penelitian (Hasanah Uswatun, 2015) pengumpulan sampel kabupaten dan kecamatan ditentukan menggunakan metode purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan metode sensus, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode purposive (sengaja).

(Kusumawati, 2017) memaparkan penelitian yang berjudul, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tempe Menggunakan Material requirement planning”. Indonesia merupakan salah satu negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap dan lain-lain). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui jumlah persediaan di masa yang akan datang dan melakukan proses persediaan bahan baku dengan menggunakan Material Requirement Planning (MRP). Metode yang di gunakan pada penelitian ini yakni menggunakan metode Single Moving Average (SMA), Single Exponential (SME) dan Regresi Linier dalam melakukan peramalan dan metode MRP dengan Lot For Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ) dan Period Order Quantity (POQ).

Hasil penelitian dari perbandingan metode peramalan permintaan tempe di periode kedepan nya yakni metode Single Moving Average (5 bulan) dengan nilai

(5)

standart eror yang terkecil dengan nilai MAPE=6, MAD=1731, MSD=3499000.

Penggunaan Lot Sizing POQ memiliki total biaya persediaan paling kecil sebesar Rp. 85.281 dibandingkan dengan perhitungan LFL dan EOQ yang mampu meminimalisasikan biaya persediaan sebesar 41%. Persamaan pada penelitian (Kusumawati, 2017) dengan penelitian ini yakni metode untuk menentukan peramalan persediaan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ).

Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh (Kusumawati, 2017) metode yang digunakan pada penelitian ini yakni menggunakan metode Single Moving Average (SMA), Single Exponential (SME) dan Regresi Linier sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point (ROP), Safety Stock (SS).

Prasetyo, et al., (2006) menjelaskan penelitian yang berjudul

“Pengembangan Model Persediaan Bahan Baku Dengan Mempertimbangkan Waktu Kadaluarsa dan Faktor Unit Diskon”. Persediaan dalam suatu unit usaha dapat dikategorikan sebagai modal kerja yang berbentuk barang. Persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan biaya persediaan meningkat karena bahan yang rusak, terutama karena bahan telah melewati batas waktu kadaluwarsa.

Untuk meminimalkan total biaya persediaaan, perusahaan dapat juga mengusahakan penurunan biaya pembelian yang bisa diperoleh dengan mempertimbangkan potongan harga pembelian dari pemasok bila memesan dalam jumlah yang besar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan model perencanaan persediaan bahan baku dengan kendala keterbatasan waktu kadaluwarsa bahan dan terdapatnya faktor diskon, khususnya all unit discount

(6)

quantity, yang diberlakukan oleh pemasok. Sedangkan model dasar yang digunakan yaitu model persediaan Economic Order Quantity (EOQ). Validasi model dilakukan dengan meniadakan unsur kadaluwarsa dan factor unit diskon pada model. Adanya kuantitas unit diskon (all unit discount quantity) dapat menurunkan biaya pembelian dan pada akhirnya dapat menurunkan total biaya persediaan, sehingga membuat pembeli menaikkan jumlah pembeliannya. Namun demikian diskon yang besar tidak selalu harus diambil untuk dapat meminimalkan biaya pembelian, karena adanya faktor kadaluwarsa bahan yang singkat, pemesanan dalam jumlah besar bisa jadi justru hanya menaikkan biaya total persediaan. Persamaan penelitian yang dilakukan (Prasetyo et al., 2006) pada penelitian ini model dasar yang digunakan yaitu model persediaan Economic Order Quantity (EOQ). Perbedaan pada penelitian (Prasetyo et al., 2006) adanya kuantitas unit diskon (all unit discount quantity) yang bermaksud dapat menurunkan biaya pembelian dan pada akhirnya dapat menurunkan total biaya persediaan, sehingga membuat pembeli menaikkan jumlah pembeliannya, sedangkan pada penelitian ini tidak menggunakan (all unit discount quantity) untuk menurunkan biaya pembelian, tetapi menggunakan bahan pengaman Safety Stock (SS) dan Re-Order Point (ROP).

Lubis, (2018) menjelaskan tentang penelitian yang berjudul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Perkembangan UMKM Di Kota Pekanbaru, Riau”. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung persediaan bahan baku pada UMKM yang berlokasi di Pekanbaru Riau. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa besar perhitungan persediaan bahan baku dengan metode Economic

(7)

Order Quantity (EOQ) dibandingkan dengan perhitungan persediaan bahan baku dengan metode konvensional. Ini sangat penting karena UMKM harus melakukan perhitungan persediaan bahan baku dengan sangat hati-hati. Karena kesalahan dalam perhitungan persediaan bahan baku akan berdampak pada hilangnya UMKM. Metode analisis data menggunakan Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point dan Safety Stock. Teknik analisis data menggunakan teknik kuantitatif untuk melihat seberapa besar perhitungan pengendalian persediaan bahan baku dengan EOQ, dan dengan kualitatif yaitu dengan menghubungkan antara hasil yang diperoleh dalam penelitian tentang keputusan dan program yang dilakukan oleh UKM terkait dengan peran pembelian / pesanan ekonomis Economic Order Quantity ( EOQ) dalam persediaan bahan baku untuk mencapai efektif dan efisiensi dalam pekerjaan dan biaya. Hasil data penelitian menunjukkan bahwa pembelian bahan baku pada tiga jenis bahan baku yang di sajikan dalam penelitian ini yaitu, tepung terigu, mentega, dan gula pasir menunjukkan bahwa pembelian bahan-bahan baku tersebut dapat dilakukan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Dimana penggunaan metode ini akan memudahkan dan memberikan nilai efisiensi yang lebih tinggi kepada UMKM. Efisiensi yang dimaksud adalah dari segi biaya yang di keluarkan dan waktu yang digunakan untuk menyediakan bahan baku tersebut. Persamaan pada penelitian (Lubis, 2018) dengan penelitian yang akan dilakukan peramalan persediaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Perbedaan kedua penelitian ini yakni penelitian oleh (Lubis, 2018) hanya menjabarkan tentang Re-Order Point dan Safety Stock tapi tidak menerapkan pada penelitian,

(8)

sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan metode Re-Order Point dan Safety Stock diramalkan pada tempat penelitian guna mendapatkan pemesanan yang optimal dan memiliki bahan pengan di gudang.

Tuerah, (2014) pada penelitian yang berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna pada CV. Golden Kk” memaparkan persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting dalam operasi bisnis, sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir, yaitu untuk meminimalisasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna yang dilakukan CV. Golden KK dan untuk mengetahui jumlah pesanan dan biaya persediaan bahan baku ikan tuna pada CV. Golden KK dengan metode EOQ (Economic Order Quantity).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui obervasi. Hasil penelitian menunjukan pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku ikan tuna CV. Golden KK sudah efektif dalam memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan bahan baku dan total biaya persediaan dengan metode EOQ lebih kecil dibandingkan dengan metode yang digunakan perusahaan. Pimpinan CV. Golden KK sebaiknya dapat mempertahankan terus keefektifan dalam mengendalikan persediaan, agar tidak terjadi kekurangan bahan baku dan mempertimbangkan teknik pengendalian persediaan bahan baku dengan

(9)

metode EOQ agar lebih efisien. Persamaan penelitian (Tuerah, 2014) dengan penelitian yang akan dilakukan yakni menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui persediaan bahan baku yang optimal.

Perbedaan antara kedua penelitian ini adalah pada penelitian (Tuerah, 2014) untuk mengetahui persediaan yang optimal, jumlah pesanan dan biaya persediaan.

Penelitian yang akan dilakukan memilki tujuan untuk mengetahui persediaan bahan baku yang optimal, pemesanan bahan baku yang tepat waktu dan memiliki bahan pengaman pada gudang persediaan.

Simbar,(2014) menjelaskan penelitian yang berjudul “Analisis pengendalian persediaan bahan baku kayu cempaka pada industri mebel dengan menggunakan metode EOQ”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis volume bahan baku kayu cempaka optimal yang dibutuhkan oleh UD. Batu Zaman untuk periode tahun 2013, menganalisis total biaya persediaan bahan baku kayu cempaka yang harus dikeluarkan UD. Batu Zaman untuk peroide tahun 2013, menganalisis kapan akan dilakukan pemesanan kembali (reorder point) bahan baku kayu cempaka oleh UD. Batu Zaman untuk periode tahun 2013, menganalisis jumlah persediaan pengaman (safety stock) kayu cempaka yang harus disediakan oleh UD. Batu Zaman untuk periode tahun 2013, menganalisis pengendalian persediaan bahan baku kayu Cempaka pada industri mebel dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelian bahan baku kayu Cempaka yang optimal menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) selama periode tahun 2013 untuk setiap kali pesan lebih besar daripada yang dilakukan perusahaan. Pembelian bahan baku

(10)

optimal yang harus dilakukan perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 4,448 m³ dengan frekuensi pemesanan yang harus dilakukan adalah sebanyak 2 kali.

Kuantitas persediaan pengaman (Safety Stock) yang harus tersedia digudang adalah sebesar 0,24 m³ dan titik pemesanan kembali (Re Order Point) menurut Economic Order Quantity yaitu pada saat persediaan digudang tinggal 0,603 m³.

Total biaya persediaan untuk proses produksi yang dikeluarkan UD. Batu Zaman menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) lebih kecil dibandingkan total biaya persediaan yang dilakukan oleh perusahaaan. Persamaan penelitian (Simbar, 2014) dengan penelitian yang akan dilakukan yakni menggunakan Economic Order Quantity (EOQ), Re Order Point (ROP), Safety Stock (SS).

Susanti & Sahli, (2013) memaparkan penelitian tentang Penerapan Metode Exponential Smoothing Dalam Sistem Informasi Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus Toko Tirta Harum). Pada perusahaan dagang, penentuan persediaan merupakan hal yang penting, studi kasus pada toko Tirta Harum sukses yang menjual bahan baku roti dan plastik. Permasalahan yang sering dihadapi adalah persediaan barang digudang yang tidak akurat. Barang di gudang kosong atau malah terjadi penumpukan beberapa jenis barang dalam jangka waktu cukup lama. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pembelian barang dari pelanggan memiliki pola musiman dan trend. Pimpinan berkewajiban menentukan jumlah pesanan pada periode yang akan datang, agar dapat ditentukan jumlah persediaan yang paling tepat untuk menekan biaya penyimpanan seminimal mungkin. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat melakukan peramalan terhadap persediaan bahan baku yang ada. Untuk peramalan ini

(11)

menggunakan metode Exponential Smoothing dengan mengambil data penjualan periode sebelumnya untuk menentukan jumlah permintaan berikutnya. Setelah didapat hasilnya, selanjutnya dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan rumus Economic Order Quantity (EOQ) untuk mendapatkan jumlah persediaan yang harus ada di gudang serta titik pemesanan kembali. Persamaan pada penelitian yang dilakukan oleh (Susanti & Sahli, 2013) menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk mendapatkan pemesanan bahan baku yang optimal supaya tidak mengeluarkan biaya penyimpanan yang berlebihan.

Perbedaan pada penelitian (Susanti & Sahli, 2013) untuk peramalan menggunakan metode Exponential Smoothing selanjutnya dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan rumus Economic Order Quantity (EOQ) untuk mendapatkan jumlah persediaan yang harus ada digudang serta titik pemesanan kembali.

Penelitian yang akan dilakukan hanya menggunakan Economic Order Quantity (EOQ), Re-Order Point (ROP) dan Safety Stock (SS).

2.2 Kajian Pustaka 2.1.1 Tempe

Tempe merupakan bahan makanan yang berasal dari Indonesia. Tempe berbahan dasar dari kedelai. Komposisi gizi tempe baik dari kadar protein, lemak dan karbohidratnya tidak banyak yang berubah dari bahan dasarnya yakni kedelai.

Protein, lemak dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh dibandingkan mengkonsumsi kedelai yang hanya diolah dengan cara di rebus. Hal ini dikarenakan selama proses fermentasi terjadi penguraian dan

(12)

penyederhanaa komponen – komponen yang ada pada kedelai menjadi lebih sederhana.

Kandungan gizi yang utama pada tempe yakni, protein sekitar 14,77%

sampai dengan 22,73%. Kandungan gizi yang cukup tinggi sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan protein pada tubuh terutama protein nabati. Potensi tempe yang cukup besar untuk meningkatkan kesehatan tubuh dengan harga yang relatif cukup murah memberikan alternatif salah satu pilihan masyarakat untuk memenuhi pengadaan makanan bergizi yang terjangkau.

Proses pembuatan tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor: suhu, kelembapan, dan waktu perendaman kedelai. Suhu perendaman kedelai yang baik yaitu pada suhu kamar 20-37°C dengan kondisi tempat atau kamar sedikit gelap, dengan suhu maksimal 40°C karena suhu yang terlalu tinggi dapat membuat pertumbuhan kapang tempe tidak sempurna. Selain dari suhu perendaman di pengaruhi pula kelembaban, kelembaban juga dipengaruhi dari lamanya perendaman tempe. Lama perendaman tempe cukup bervariasi mulai dari 18-36 jam (Mukhoyaroh, 2018).

2.1.2 Keripik Tempe

Kripik tempe adalah salah satu olahan kedelai yang pembuatannya kedelai dijadikan tempe terlebih dahulu kemudian diolah lagi melalui beberapa proses kecil menjadi bentuk makanan kering. Keripik tempe merupakan makanan ringan olahan masyarakat berbahan dasar tempe yang diiris tipis-tipis yang kemudian digoreng dengan menggunakan tepung yang telah di bumbui, biasanya rasanya adalah asin dengan aroma bawang putih yang gurih. Masyarakat menjadikan

(13)

tempe menjadi sebuah makanan ringan yang dibuat menjadi kripik tempe bukan tanpa alasan. Tempe yang memiliki banyak manfaat dan gizi yang cukup baik bagi pertumbuhan dipilih oleh masyarakat untuk dijadikan sebagi makanan ringan. Sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi makanan ringan yang kaya akan gizi setiap saat.

2.1.3 UMKM

Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) mampu bertahan untuk tetap berproduksi dan secara makro ekonomi dapat menyangga perekonomian nasional.

Terbukti dari adanya UMKM mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat menyerap masyarakat sekitar untuk mendapat pekerjaan yang layak dan juga dapat menampung korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan yang sedang mengalami krisis. Tidak menutup kemungkinan suatu UMKM juga dapat membantu dalam kemajuan suatu daerah karena tidak jarang UMKM juga memberikan nilai tambah untuk suatu barang (hasil pertanian, hasil perkebunan atau hasil kreativitas warga) yang biasanya menjadi ikon suatu daerah agar dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih bagus.

Dari kenyataan tersebut UMKM sungguh luar biasa dampaknya bagi pembangunan ekonomi kerakyatan bangsa Indonesia, namun di era globalisasi seperti sekarang ini UMKM memerlukan profesionalisme dalam menghadapi tingkat persaingan global yang semakin tajam. UMKM disini masih sangat memerlukan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik pemerintahan, swasta, maupun masyarakat.

(14)

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia No. 3/9BKr, tanggal 17 Mei 2001, usaha kecil adalah usaha memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha: atau.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

4. Berdiri sendiri, bukan merupakan perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

5. Bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Usaha menegah menurut Intruksi Presiden No. 10 Tahun 1999:

1. Memilki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.00,00 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berafiliasi secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menegah atau usaha besar.

4. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, termasuk koperasi. (Respatiningsih, 2011)

(15)

2.1.4 Pengertiaan Persediaan

Barang-barang yang biasanya dapat dijumpai digudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan operasi, atau barang-barang untuk keperluan suatu proyek. Persediaan merupakan suatu kegiatan yang meliputi barang – barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses produksi.

2.1.5 Manajemen Persediaan

Menurut (Rambitan, Sumarauw, & Jan, n.d.) manajemen persediaan menjadi salah satu aset penting dalam perusahaan karena mempunya nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi, perencanana dan pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan yang penting dan mendapatkan perhatian khusus dari manajemen perusahaan. Manajemen persediaan adalah pengontrolan asset digunakan dalam proses produksi atau diproduksi dijual dengan jalan normal dalam operasi perusahaan. Pentingnya manajemen persediaan bagi perusahaan pada besarnya investasi persediaan.

2.1.6 Economic Order Quantity

Economic order quantity (EOQ) adalah jumlah pemesanan yang ekonomis. Economic order quantity (EOQ) dalam pengaturan persediaan bertujuan untuk meminimalkan total biaya, serta menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Manajemen persediaan model (EOQ) terdapat beberapa kategori biaya yang ikut mempengaruhi perhitungannya antara lain:

(16)

a. Biaya pemesanan dikenal juga sebagai biaya pembelian atau biaya set up merupakan jumlah biaya tetap yang terjadi setiap kali item dipesan. Biaya tersebut berhubungan dengan aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk memproses pesanan.

Sifat biaya pemesanan ini konstan, tidak tergantung pada jumlah barang yang dipesan. Biaya yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah: biaya persiapan pemesanan dinyatakan dalam (Rp/pemesanan), biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan pemesanan dinyatakan dalam (Rp/pemesanan), Biaya saat penerimaan bahan yang dipesan dinyatakan dalam (Rp/pemesanan), biaya penyelesaian pembayaran pemesanan dinyatakan dalam (Rp/pemesanan).

b. Biaya tercatat disebut juga biaya penyimpanan, biaya tercatat adalah biaya yang terkait dengan persediaan yang dimiliki di gudang. Biaya tercatat terdiri dari biaya yang berkaitan dengan investasi persediaan dan biaya penyimpanan.

Adapun beberapa item yang berpengaruh dan masuk dalam biaya tercatat ini adalah bunga, asuransi, pajak, dan biaya penyimpanan seperti biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya kerusakan, dan sebagainya.

Rumus menghitung EOQ

Keterangan

EOQ = Jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis (kg/pesanan)

S = Biaya pemesanan (rupiah/pesanan/bulan)

D = Jumlah penggunaan bahan baku (kg/produksi/bulan) H = Biaya penyimpanan (rupiah/bulan)

(17)

2.1.7 Safety stock

Persediaan Pengaman (Safety Stock) adalah jumlah persediaan barang minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan barang akan habis atau bahan baku yang datang terlambat sehingga dapat menghambat jalannya proses produksi pada sebuah perusahaan. Terhambatnya produksi suatu perusahaan tidak hanya membuat perusahaan tidak memenuhi target produksi, tetapi dapat mengakibatkan pelanggan kecewa. Kerugian aktifitas produksi perusahaan dll. Pentingnya diadakannya Safety Stock untuk menghindari kerugian perusahaan.

2.1.8 Reorder point (ROP)

Reorder point atau juga bisa disebut tingkat pemesanan kembali adalah titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat pada waktu dimana persediaan safety stock sama dengan nol. Dalam penentuan/penetapan Re-Order Point kita harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Lead Time merupakan waktu yang dibutuhkan antara barang yang dipesan hingga sampai diperusahaan dinyatakan dalam (hari).

b. Tingkat pemakaian bahan baku rata – rata persatuan waktu tertentu dinyatakan dalam (kg/produksi/hari).

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yakni jumlah persediaan barang minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku dinyatakan dalam (kg).

(18)

Dari ketiga faktor diatas, maka reorder point dapat dicari dengan rumus berikut ini :

ROP = (D x L) + SS

Keterangan :

ROP = Titik pemesanan kembali (Reorder Point) D = Kebutuhan bahan baku (kg/produksi/hari) L = Lead time atau waktu tenggang (hari) SS = Safety stock/persediaan pengaman (kg) 2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah penjelasan terhadap permasalahan yang menjadi objek dalam penelitian. Penelitian ini berfokus pada manajemen persediaan bahan baku pada UMKM kripik tempe siger mas di Kelurahan Hadimulyo Timur, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran UMKM Keripik Tempe

Manajemen persediaan bahan baku

Economic Order Quantity (EOQ)

Reorder point (ROP)

Mengetahui persediaan bahan baku UMKM

keripik tempe.

Mengetahui tingkat pemesanan kembali (reorder point) UMKM

keripik tempe.

(19)

UMKM Keripik Tempe Siger Mas perlu menggunakan manajemen persediaan bahan baku yang tepat. UMKM Keripik Tempe Siger Mas dapat menggunakan perencanaan menggunakan Economic Order Quantity (EOQ) untuk mengetahui persediaan bahan baku yang ekonomis, kemudian dapat menggunakan Reorder Point (ROP) untuk mengetahui tingkat pemesanan kembali.

Gambar

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran UMKM Keripik Tempe

Referensi

Dokumen terkait

Pasar Jongkok Wonokromo terlihat ramai oleh pengunjung pada jam 19:00 WIB terutama pada hari sabtu malam minggu, pasar ini ramai oleh pelaku pasar, sehingga lalu

maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Hasil penelitian menunjukkan usaha yang informan gunakan untuk mengelola kondisi obesitas, koping stres yang berkaitan dengan kondisi obesitas, dan dukungan sosial

kayu, waktu tempuh dan jumlah perputaran roda; Melaksanakan pengamatan tekstur tanah langsung di lapangan dengan memirit tanah menggunakan jari dan merasakan

Simpulan dari penelitian ini adalah hasil pengembangan adalah produk berupa perangkat pembelajaran matematika materi vektor SMK Teknokestan dengan pendekatan

Pada penelitian ini diagnosis dilakukan dengan mengaplikasikan metode Naïve Bayes terhadap data tes darah yang dilakukan di Coimbra, Portugal untuk membuat

Kondisi eksisting menunjukkan bahwa obyek wisata pulau buatan Pulau LuSi (Lumpur Sidoarjo) Tlocor memiliki potensi sumber daya yang dapat dikembangkan antara lain

pasteurianus INT-7 dengan variasi pH awal media waktu untuk mencapai produksi asam asetat maksimal lebih lama daripada dengan sel bebas ini dikarenakan adanya gel alginat