• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bab 1 ayat 14, menyatakan Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian proses Pembelajaran pendidikan anak usia dini bersifat spesifik didasarkan pada tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan anak dengan mengembangkan aspek perkembangan yang meliputi moral, sosial, emosional, berbahasa, kognitif, dan motorik. Semua dapat dilihat melalui kegiatan yang dilakukan didalam proses pembelajaran yang dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat/sarana atau wadah untuk mengenalkan konsep pada anak.

Salah satu untuk mengembangkan konsep bilangan anak usia dini adalah dengan permainan berhitung. Permainan berhitung yang dilakukan di taman kanak-kanak diharapkan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, bahasa anak untuk itu pelaksanaan dilaksanakan secara menarik dan bervariasi dalam proses pembelajaran.

(2)

2 Kemampuan kognitif anak usia dini merupakan kemampuan anak dalam memecahkan masalah matematika, menguasai dua bahasa sekaligus, terampil dalam bermain, dan bisa menguasai bidang lainnya. Lingkup perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia pra sekolah. Menurut Piaget (dalam Jenice, 2013) bahwa perkembangan kognitif anak berasal dari kematangan biologis, interaksi mereka dengan lingkungan mereka, dan temuan spontan mereka tentang saat itu dalam temuannya anak bisa menguasai pengetahuan fisik dan matematika secara serentak.

Didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (permendiknas 58 tahun 2009) salah satu lingkup perkembangan kognitif anak yang harus dikembangkan sejak dini adalah kemampuan mengenal konsep bilangan. Dalam perkembangan kognitif terdapat kemampuan untuk berinterakasi dengan lingkungan, kemampuan dalam menyelesaikan masalah bahasa, fisik dan juga konsep bilangan anak. Perkembangan kognitif pada anak dalam mengenal konsep bilangan perlu diberi stimulus agar bisa mencapai tahap-tahap perkembangan kognitif secara sempurna, karena dengan kesempurnaan itu perkembangan kognitif inilah yang akan menopang kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan matematika. Kemampuan mengenal konsep bilangan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan.

Amstrong (dalam Yuliani, 2010) berpendapat bahwa matematika adalah kemampuan dalam hal angka. Anak tidak secara langsung menemukan konsep

(3)

3 bilangan namun harus dibangun atas dasar pemahaman terhadap objek yang dimanipulasi misalnya, menganalkan tentang bilangan dasar dari 1-10. Menurut Piaget (dalam Suparno, 2001) pengertian konsep bilangan adalah sebagai sifat kelekatan, contoh sifat kelekatan dapat dicoba dengan menyuruh anak mengambil 10 keping uang. Selanjutnya disuruh mengatur urutan kesepuluh keping itu dan menghitungnya. Akhirnya , ia disuruh menyusun dengan berbagai susunan yang berbeda dan menhitung lagi jumlahnya dan menghitung lagi jumlahnya. Ternyata jumlahnya tetap 10.

Berdasarkan observasi di TK Satya Wacana Children Centre (SWCC) Salatiga, dari 15 anak 9 anak terlihat masih belum bisa menganal bilangan dengan benar dan terlihat anak menunjukan keterlambatan dalam perkembangan kognitif dalam mengenal konsep bilangan pada anak. Permasalahan utama dalam kelas tersebut terkait dengan lingkup perkembangan kognitif dalam pemahaman konsep bilangan. Hal ini didasarkan pada hasil pemberian tugas oleh guru kelas tentang pengenalan bilangan 1-10. Pertama-tama mengenalkan angka 1-10 guru meminta anak satu-satu maju kedepan dan menyebutkan, mengenal konsep bilangan, mencocokan, mengurutkan angka-angka ternyata masih banyak anak yang belum bisa mengenal konsep bilanga dengan benar. Ketika mengenal konsep bilangan guru menyebutkan angka 3 anak disuruh menunjukan angka tersebut anak sebaliknya menunjukan angka 6 dan ketika guru menyebutkan angka 6 anak sebaliknya menunjukan angka 9 dan 8, ada juga anak yang tidak bisa menyebutkan nama bilangan ‘‘ Guru menunjukan angka 6 anak menyebutkan angka 9 dan guru

(4)

4 menunjukan angka 3 anak menyebutkan angka 8’’, ada juga dari anak yang tidak bisa mengurutkan bilangan yang sudah disediakan, dan anak kesulitan juga dalam mencocokan lambang bilangan. Jadi peneliti melihat memang masih banyak sekali anak yang belum bisa mangenal konsep bilangan peneliti ingin sebisa mungkin anak-anak tersebut bisa mengenal konsep bilangan dengan benar.

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (permendiknas 58 tahun 2009), lingkup pemahaman kemampuan mengenal konsep bilangan usia 4-5 tahun didasarkan pada indikator mengenal konsep bilangan 1-10, menyebutkan lambang bilangan 1-10, mengurutkan lambang bilangan 1-10, dan mencocokan lambang bilangan 1-10.

Berdasarkan data laporan perkembangan anak di kelompok A TK Satya Wacana Children Centre dalam indikator mengenal konsep bilangan 1-10 menyebutkan lambang bilangan 1-10, mengurutkan lambang bilangan 1-10 dan mencocokan bilangan dengan lambang bilangan 1-10 untuk perkembangan pemahaman kemampuan mengenal konsep bilangan, diperoleh data laporan perkembangn anak sebagai berikut:

(5)

5 Tabel 1.1

Data Hasil Pemberian Tugas oleh Guru di TK SWCC Salatiga.

No Kategori f % 1 Kurang Baik ( KB) 1 6,7% 2 Cukup Baik (CB) 2 13,3% 3 Baik (B) 6 40% 4 Sangat Baik (SB) 6 40% Total 15 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 15 anak yang mencapai kategori SB sebanyak 6 anak (40 %), kategori B 6 sebanyak anak (40 %), kategori CB sebanyak 2 anak (13,3 %) dan untuk kategori KB 1 anak (6,7 %).

Berdasarkan tabel di atas terlihat perkembangan kognitif anak dalam pemahaman konsep bilangan masih belum bisa hal ini disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu: pembelajaran yang diberikan gurunya lebih menuntut anak berhitung secara hafalan, tetapi mengabaikan kemampuan anak dalam mengenal konsep dan lambang bilangan, tidak menunjukan visual yang ada, metode yang digunakan mungkin belum bervariasi, dan guru menampilkan pembelajaran yang terlalu menoton, sehingga dalam pembelajaran berhitung anak tidak berkembang dengan sempurna, lebih banyak menggunakan buku-buku tulis, LKS dan papan tulis. Ketika peneliti melihat permasalahan tersebut peneliti berinisiatif mengembangkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak dalam berhitung, dalam hal ini

(6)

6 memperkenalkan dan melatih kemampuan berhitung pada anak dengan menggunakan metode bermain dalam proses pembelajaran. Dimana pada masa tersebut anak usia dini masih ingin bermain dan mempelajari sesuatu hal dengan cara menarik dan tidak membosankan dengan menggunakan sistem pendekatan bermain diharapkan akan tercapai peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak. Sujiono (2010) menyatakan bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk aktif terlibat dengan lingkungan, bermain dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif.

Menurut Piaget, pada usia 4-5 tahun anak usia dini berada tahap pra-oprasional (dalam Suyadi, 2010). Dimana pada tahap ini anak sudah bisa bermain menggunakan simbolik, yang artinya dengan bermain simbolik anak mampu mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (Piaget dalam Christiana 2012).

Salah satu permainan yang dapat menunjang lingkup perkembangan kognitif anak dalam pemahaman konsep bilangan dan sesuai dengan tahapan perkembangannya adalah dengan permainan simbolik berupa permainan ular tangga. Pratiwi (2012) model pembelajaran yang menggunakan teknik permainan akan membantu memudahkan anak untuk mempelajari sesuatu tanpa merasa sedang belajar. Dengan demikian, teknik permainan ular tangga dapat dikembangkan untuk membantu mengembangkan kemampuan menganal konsep bilangan pada anak. Alasan digunakan permainan ular tangga untuk memperjelas konsep, pola dan urutan bilangan. Pengalaman bermain ular tangga menjadi sesuatu yang bermakna bagi

(7)

7 anak, serta mengembangkan kemampuan berhitung dan mengenalkan konsep bilangan. Pemilihan perbaikan tindakan dengan media permainan ular tangga juga didasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Handayani (2012) bahwa terjadi peningkatan hasil belajar anak tentang konsep bilangan dengan media permainan ular tangga.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka peneliti ingin memperbaiki pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Permainan Ular Tangga Di TK A Satya Wcana Children Centre Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah dengan model pendekatan bermain ular tangga dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak TK Satya Wacana Children Centre Salatiga.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: ‘‘ Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Pada Anak usia 4-5 Tahun Melalui Permainan Ular Tangga Di TK Satya Wacana Children Centre Salatiga’’.

(8)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Mengetahui efektifitas penggunaan media bermain dengan mengunakan permainan ular tangga untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan dalam berhitung anak di TK Satya Wacana Children Centre Salatiga Tahun ajaran 2014-2015.

2. Dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam kaitannya dengan peningkatan kemampuan kognitif anak dalam lingkup perkembangan pemahaman konsep bilangan melalui permainan ular tangga.

3. Dapat digunakan bagi para peneliti lain sebagai pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam pemahaman konsep bilangan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi peserta didik

a. Meningkatkan kemampuan dalam mengenal konsep bilangan 1-10 pada anak.

b. Meningkatkan motivasi dan semangat belajar anak untuk belajar konsep bilangan melalui kegiatan bermain sambil belajar yang didasarkan pada tingkat perkembangan anak.

(9)

9 c. Menanamkan dan mengenalkan pengertian bilangan dan kecakapan

dasar konsep bilangan pada anak sejak usia dini. 2. Bagi Guru

a. Membantu mempermudah guru dalam pengajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak.

b. Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Sebagai dasar bagi guru dalam memilih metode meningkatkan kemampuan konsep bilangan pada anak didiknya.

3. Bagi peneliti

a. hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih kongkrit apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum bagi pendidikan anak usia ini.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini karena permukaan strands kayu ekaliptus bertekstur lebih kasar jika dibandingkan kayu akasia dan gmelina berdasarkan hasil pemotretan fotomikroskop yang dilakukan,

Berikut kriteria untuk kualitas butir soal: (1) Soal yang baik adalah butir soal fit model jika nilai khi- kuadrat empiris butir soal tidak melebihi nilai khi-

Karya yang didaftarkan adalah karya pemilik sebenarnya, apabila ada pihak lain yang mendaftarkan dengan karya yang sama maka panitia akan menggunakan identitas dari pihak yang

Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukup kebutuhannya disamping alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut

Masjid Raya Darussalam Palangka Raya merupakan salah satu bangunan bersejarah karena merupakan masjid raya pertama di Kota Palangka Raya, keberadaannya masjid ini sangat penting

Skripsi ini bertujuan untuk menjawab permasalahan tentang (1) Bagaimana perencanaan supervisi kunjungan kelas di MTs Darul Ulum Semarang (2) Bagaimana pelaksanaan

Anak menalar dengan mampu mengetahui:  Nama tempat pemberhantian kendaraan di darat (stasiun dan terminal)  Bentuk angka 17  Menghitung Jumlah kendaraan di darat

Dengan demikian, perhatian lebih besar seharusnya diberikan pada aspek status gizi maternal, baik status gizi pra hamil, status gizi kehamilan, dan status gizi laktasi karena