• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bayu Gusti Antri Hariyono adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2013.

2 Sumadi adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM). 3 Moch. Syahri adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM).

1

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013

Bayu Gusti Antri Hariyono1 Sumadi2

Moch. Syahri3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: bayu_gustian@yahoo.co.id

ABSTRAK:

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan menulis teks pidato siswa dari aspek isi dan kebahasaan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penugasan menulis teks pidato. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap persiapan, tabulasi, dan penilaian. Hasil penelitian ini meliputi (1) siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato, (2) siswa belum mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi, (4) siswa belum mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat, dan (5) siswa belum mampu menulis teks pidato secara utuh.

Kata Kunci: kemampuan menulis, teks pidato, pembelajaran menulis ABSTRACT:

The purpose of research is to describe student writing speech text ability from content and language aspect. This research use quantitative phenomenological. Aggregation data technique of research is giving an assignment to write speech text. The analysis data began from preparations, tabulation, and assessment. The result of this research is (1) student be able to write speech text based on structure of speech text comprehensive, (2) student unable to write speech text based on spelling and punctuation accuration aspect, (3) student be able to write speech text based on diction accuration aspect, (4) student unable to write speech text based on effectively sentence aspect, (5) student unable to write speech text completely.

Key Word: writing ability, speech text, writing lesson

Keterampilan berbicara penting untuk dikuasai. Hal itu disebabkan oleh keterampilan berbicara digunakan sebagai media interaksi dengan manusia yang lain. Selain itu, dengan menguasai teknik berbicara, akan mempertinggi kepercayaan terhadap diri (Hendrikus, 1991:20). Salah satu ragam berbicara adalah pidato. Siregar (1990:3) menyatakan bahwa pidato merupakan salah satu alat komunikasi yang penting. Pidato dapat digunakan untuk menginformasikan, memengaruhi, bahkan meyakinkan orang lain.

Sebelum berpidato, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah membuat teks pidato. Tujuannya adalah agar ide atau gagasan yang ingin disampaikan dapat lebih runtut dan kompleks. Hal itu sesuai dengan pernyataan Arsjad dan Mukti (1991:56) bahwa penyampaian informasi atau pengetahuan selayaknya

(2)

dipersiapkan lebih dulu dengan sebaik-baiknya agar uraiannya dapat lebih teratur, bahasanya lebih jelas, dan dapat dipikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam pelaksanaan pidato.

Teks pidato memiliki karakteristik yang berbeda dengan tulisan lain. Hendrikus (1991:63) membagi skema teks pidato menjadi tiga bagian, yakni bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup. Sementara itu, Siregar (1990:55) membagi sistematika teks pidato menjadi enam, meliputi salam pembukaan, pendahuluan, materi (isi) pidato, kesimpulan, himbauan, dan penutup.

Sebagai bahasa tulis, teks pidato harus memperhatikan aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan yang dimaksud meliputi pengunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata/diksi, dan keefektifan kalimat. Tujuannya adalah untuk memperlancar komunikasi bahasa tulis. Hal itu disebabkan oleh bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan mudah dipahami karena memiliki unsur-unsur nonkebahasaan (mimik dan gestur) yang memperlancar tercapainya tujuan komunikasi (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan, 1988:180).

Arifin dan Tasai (2000:170) menyatakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peratuan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menulis ditunjang dengan penerapan aturan ejaan dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Arifin dan Tasai (2000:173) menyebutkan ada lima hal yang dibicarakan dalam EYD, yakni (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

Arifin dan Tasai (2000:25) menyatakan bahwa diksi ialah pilihan kata. Hal itu berkaitan dengan pendapat Widjono (2007:98) bahwa diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu berkomunikasi secara efektif kepada pembaca. Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1988:83) menyatakan bahwa ada dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan dalam memilih kata, yaitu ketepatan dan kesesuaian. Persyaratan ketepatan menyangkut makna dan aspek logika kata-kata. Kata-kata yang dipilih harus secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Sementara itu, persyaratan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan/situasi dan keadaan pembaca atau pembicara (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan, 1988:83).

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis (Arifin dan Tasai, 2000:111). Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Soedjito dan Saryono (2012:149) mendefinisikan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Lebih jauh, Soedjito dan Saryono (2012:149-188) menjelaskan ciri-ciri yang dimiliki oleh kalimat efektif, meliputi (1) lengkap, (2) logis, (3) serasi, (4) padu, (5) hemat, (6) cermat, (7) tidak taksa (ambigu), (8) tidak rancu, dan (9) bervariasi.

Nurchasanah dan Widodo (1993:72) menyatakan bahwa pengukuran adalah proses atau tindakan untuk menentukan tingkat sesuatu yang diukur.

(3)

Pengukuran dapat dikatakan sebagai proses untuk menentukan kualitas sesuatu yang diukur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kemampuan menulis teks pidato adalah proses untuk menentukan kualitas teks pidato siswa. Jenis pengukuran yang digunakan adalah pengukuran dikrit atau pengukuran aspek-peraspek.

Penelitian tentang teks pidato pernah dilakukan oleh Agustin (2008) dan Yuniarti (2010). Agustin (2008) menyimpulkan bahwa pidato Presiden Suharto lebih banyak menggunakan diksi abstrak, diksi khusus, diksi populer, gaya bahasa repetisi, dan gaya bahasa paralelisme. Sementara itu, Yuniarti (2010) menyimpulkan bahwa kemampuan menulis teks pidato siswa dengan media artikel mengalami peningkatan. Hal itu dibuktikan oleh peningkatan jumlah persentase siswa yang mampu menulis teks pidato mulai dari studi pendahuluan, siklus I, dan siklus II.

Secara umum, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan kemampuan menulis teks pidato siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan menulis teks pidato siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang berdasarkan aspek: (1) kelengkapan struktur teks pidato, (2) ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) ketepatan pilihan kata/diksi, (4) keefektifan kalimat, dan (5) secara utuh.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sementara itu, jenis penelitian ini adalah deskriptif. Jenis penelitian deskriptif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mendapatkan data mengenai kemampuan menulis teks pidato siswa. Pemerolehan informasi dan data dijelaskan apa adanya sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 4 Malang. Penelitian ini memakai sampel dari siswa reguler sehingga hasil dari penelitian ini hanya dikenakan pada kelompok siswa reguler. Populasi berjumlah 275 yang tersebar ke delapan kelas (kelas reguler dan kelas akselerasi). Penelitian ini memakai 20-25% sampel dari populasi yang ada. Oleh karena itu, sampel yang dipakai berjumlah 72 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sampling random. Ini terjadi karena populasi dianggap homogen.

Sumber data pada penelitian adalah teks pidato siswa. Sementara itu, instrumen dalam penelitian ini adalah tes menulis teks pidato. Hasil tulisan siswa dianalisis dengan berpedoman pada rubrik penilaian.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Tes diberikan kepada siswa berupa seperangkat tugas menulis teks pidato. Wujud data pada penelitian ini berupa skor hasil belajar yang menggambarkan kemampuan siswa dalam menulis teks pidato.

Teknik analisis data penelitian ini meliputi (1) tahap persiapan, (2) tabulasi data, dan (3) tahap penafsiran. Teknik analisis data diuraikan sebagai berikut. Pertama, kegiatan pada tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi (a) pengecekan nama dan kelengkapan identitas siswa, (b) pengecekan kelengkapan data, yakni memeriksa isi instrumen pengumpulan data, (c) pengecekan macam isian data, yakni mengecek nama siswa, nomor urut siswa, teks pidato karya siswa, dan ketentuan lain yang ditetapkan. Kedua, tahap tabulasi data pada penelitian ini meliputi (a) pemberian kode untuk memudahkan proses analisis,

(4)

yaitu kode subjek penelitian, kode instrumen, serta kode teks pidato siswa, (b) mengubah data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan dalam melakukan paparan tentang tingkat ketercapaian kemampuan menulis teks pidato siswa yang meliputi aspek kelengkapan struktur teks pidato, ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, ketepatan pilihan kata/diksi, dan keefektifan kalimat. Ketiga, penafsiran atau penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kemampuan menulis teks pidato. Penilaian dilakukan secara diskrit, artinya memberikan skor pada aspek-aspek yang telah ditentukan.

Kualifikasi kemampuan menulis teks pidato secara individu dapat diketahui dengan membandingkan nilai yang diperoleh siswa dengan Standar Ketuntasan Minimal (SKM). SKM mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berlaku di SMAN 4 Malang adalah 75. Jadi, seorang siswa dinyatakan mampu apabila mendapatkan nilai minimal 75.

Secara kelompok, siswa dikategorikan mampu apabila terdapat minimal 75% siswa yang memperoleh nilai minimal 75. Ini terjadi karena penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis teks pidato seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013.

HASIL

Berdasarkan analisis data, berikut ini disajikan lima hasil penelitian yang meliputi (1) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato, (2) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi, (4) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat, dan (5) kemampuan menulis teks pidato secara utuh. Hasil penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.

Pertama, secara individu, semua siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato. Hal itu dibuktikan oleh nilai minimal yang diperoleh siswa adalah 75. Secara kelompok, siswa SMA Negeri 4 Malang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato. Hal itu disebabkan oleh semua siswa sampel (100%) dikategorikan mampu.

Kedua, secara individu, tidak semua siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu terjadi karena tidak semua siswa memperoleh nilai minimal 75. Secara kelompok, siswa SMA Negeri 4 Malang belum mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu terjadi karena persentase siswa dengan kategori mampu hanya sebesar 59,7% (43 siswa), sedangkan persentase siswa dengan kategori tidak mampu sebesar 40,3% (29 siswa).

Ketiga, secara individu, tidak semua siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi. Hal itu terjadi karena tidak semua siswa memperoleh nilai minimal 75. Secara kelompok, siswa SMA Negeri 4 Malang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi. Hal itu terjadi karena persentase siswa dengan kategori mampu sebesar 77,8% (56 siswa), sedangkan persentase siswa dengan kategori tidak mampu sebesar 22,2% (16 siswa).

(5)

Keempat, secara individu, tidak ada siswa yang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat. Hal itu terjadi karena tidak ada siswa yang memperoleh nilai minimal 75. Secara kelompok, siswa SMA Negeri 4 Malang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat. Hal itu dibuktikan oleh persentase siswa yang tidak mampu sebesar 100% (72 siswa).

Kelima, secara individu tidak semua siswa mampu menulis teks pidato secara utuh. Hal itu terjadi karena tidak semua siswa memperoleh nilai minimal 75. Secara kelompok, siswa SMA Negeri 4 Malang belum mampu menulis teks pidato secara utuh. Hal itu dibuktikan oleh persentase siswa dengan kategori mampu hanya sebesar 33,3% (24 siswa), sedangkan persentase siswa dengan kategori tidak mampu sebesar 66,7% (48 siswa).

PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian ini meliputi (1) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato, (2) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi, (4) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat, dan (5) kemampuan menulis teks pidato secara utuh. Pembahasan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Kemampuan Menulis Teks Pidato Berdasarkan Aspek Kelengkapan Struktur Teks Pidato

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa semua siswa mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato. Siswa dikategorikan mampu karena dalam teks pidato yang ditulis terdapat lima sampai enam struktur atau sistematika teks pidato. Sistematika teks pidato terdiri atas salam pembuka, bagian pendahuluan, bagian isi teks pidato, simpulan, harapan-harapan, dan salam penutup. Hal itu sesuai dengan pernyataan Siregar (1990:55) bahwa sistematika pidato meliputi (1) salam pembukaan, (2) pendahuluan, (3) materi (isi) pidato, (4) kesimpulan, (5) himbauan, dan (6) penutup. Sistematika teks pidato tersebut diuraikan sebagai berikut. Pertama, hal pertama yang diucapkan oleh orang yang berpidato adalah salam pembuka. Hal itu sesuai dengan pernyataan Siregar (1990:55) bahwa pidato sebaiknya diawali dengan ucapan salam pembukaan. Salam pembuka berisi salam dan sapaan kepada hadirin dalam sebuah acara. Kedua, sebelum memulai materi, seorang pembicara menyampaikan pendahuluan. Pendahuluan pidato bertujuan untuk mengantar pendengar pada isi pidato yang sesungguhnya. Siregar (1990:56) menyatakan bahwa pembukaan (pendahuluan) yang diawali dengan teknik mencari persamaan dengan para pendengar adalah suatu strategi yang baik untuk memulai menguasai keadaan. Ketiga, isi pidato yang ditulis harus memuat informasi yang dibutuhkan oleh hadirin agar tujuan pidato dapat tercapai. Siregar (1990:57) menyatakan bahwa daya tarik para pendengar akan tinggi dan serius mendengarkannya, jika materi (isi) pidato yang disajikan bersifat aktual dan faktual. Aktual berarti hal yang disampaikan dalam pidato sedang banyak dibicarakan masyarakat, sedangkan faktual berarti hal yang disampaikan dalam pidato benar-benar ada, bukan hanya imajinasi pembicara. Keempat, untuk menegaskan kembali inti pidato, pembicara perlu menyampaikan simpulan di akhir pidatonya. Simpulan

(6)

pidato dapat disampaikan secara langsung (tersurat) dan juga dapat ditafsirkan sendiri (tersirat). Kelima, harapan pidato berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada pendengar setelah mendengarkan pidato yang disampaikan. Harapan pidato biasanya berisi manfaat dan pesan dari pembicara. Keenam, salam penutup berisi ucapan terima kasih dan permohonan maaf. Hal itu sesuai dengan pendapat Siregar (1990:61) bahwa dalam menyampaikan bagian terakhir pidato, pembicara perlu meminta maaf kepada hadirin, terakhir mengucapkan terima kasih.

Kemampuan Menulis Teks Pidato Berdasarkan Aspek Ketepatan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa kesalahan penggunaan ejaan dalam teks pidato siswa. Kesalahan penggunaan ejaan yang dimaksud meliputi penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penulisan kata, dan penulisan tanda baca. Hal itu berkaitan dengan pendapat Arifin dan Tasai (2000:173) bahwa perihal EYD ada lima hal yang dibicarakan, yakni (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. Beberapa temuan kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca dalam teks pidato siswa diuraikan sebagai berikut. Pertama, penulisan kata kehadirat. Penulisan kata kehadirat seharusnya ditulis ke hadirat. Hal itu disebabkan oleh kata ke-di situ adalah kata depan sehingga penulisannya harus dipisah. Hal itu sesuai dengan pendapat Putrayasa (2007:27) bahwa kata depan dituliskan terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali daripada dan kepada (yang dianggap satu kata). Kedua, penulisan kata

karunianya. Penulisan kata karunianya seharusnya ditulis karuniaNya. Hal itu

disebabkan oleh kata –nya di situ adalah kata ganti Tuhan sehingga harus ditulis

–Nya. Hal itu sesuai dengan pendapat Putrayasa (2007:22) bahwa huruf besar atau

huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti -Nya. Ketiga, penulisan kata terimakasih. Penulisan kata terimakasih seharusnya dipisah menjadi terima kasih. Hal itu disebabkan oleh kata terima dan kasih tidak mempunyai hubungan yang erat sehingga perlu dipisah. Hal itu sesuai dengan pernyataan Widaghdo (1997:64) bahwa kata gabung dasar yang hubungan bagian-bagiannya belum erat benar, artinya belum dianggap satu kata, ditulis terpisah. Keempat, penulisan frasa sumpah pemuda. Penulisan frasa sumpah pemuda seharusnya ditulis Sumpah Pemuda. Hal itu disebabkan oleh frasa sumpah

pemuda di situ adalah nama dokumen resmi Negara Indonesia sehingga harus

ditulis menggunakan huruf kapital. Hal itu sesuai dengan pernyataan Putrayasa (2007:24) bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Keenam, penulisan kata assalamu’alaikum. Penulisan kata assalamu’alaikum seharusnya ditulis assalamualaikum. Penulisan kata assalamu’alaikum tidak perlu menggunakan apostrof. Hal itu disebabkan oleh tanda apostrof digunakan untuk menunjukkan, menghilangkan kata (Putrayasa, 2007:42).

Kemampuan Menulis Teks Pidato Berdasarkan Aspek Ketepatan Diksi

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa diksi yang kurang tepat dan kurang sesuai dalam pemakaiannya pada sebuah kalimat. Kesalahan diksi yang dimaksud meliputi kesalahan memilih kata abstrak dan kata

(7)

konkret, kesalahan memilih kata yang hampir bersinonim, dan kesalahan memilih kata yang mempunyai kemiripan dalam ejaannya. Beberapa temuan kesalahan diksi pada teks pidato siswa diuraikan sebagai berikut. Pertama, pemilihan kata

Tempatnya. Kata Tempatnya seharusnya ditulis Tepatnya. Hal itu disebabkan

oleh konteks pemakaian kata Tepatnya dalam kalimat tersebut lebih cocok dan sesuai. Kesalahan diksi pada temuan pertama digolongkan pada kesalahan memilih kata yang mempunyai kemiripan dalam ejaan. Keraf (2010:88) menyatakan bahwa bila penulis tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya, maka pembaca akan mengalami salah tafsir atau salah paham. Kedua, penulisan kata Dalam. Kata Dalam seharusnya ditulis Pada. Hal itu disebabkan oleh konteks pemakaian kata Pada lebih cocok dan sesuai daripada kata Dalam. Kesalahan diksi pada temuan kedua digolongkan pada kesalahan dalam memilih kata yang hampir bersinonim. Putrayasa (2007:8) menyatakan bahwa kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang tidak. Ketiga, penulisan kata kami. Kata kami seharusnya ditulis saya. Hal itu disebabkan oleh orang yang berpidato di situ hanya satu orang sehingga penggunaan kata kami tidak sesuai dengan konteks kalimat. Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1988:91) menyatakan bahwa makna kata pada dasarnya bergantung kepada konteks yang mencakup situasi fisik maupun situasi verbal. Keempat, penulisan kata berkenan. Dalam KBBI kata berkenan bermakna merasa senang; dengan senang hati. Sementara itu, sebenarnya penulis bermaksud meminta maaf bila ada salah kata. Oleh karena itu, penggunaan kata berkenan kurang tepat. Arifin dan Tasai (2010:25) menyatakan bahwa dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud diperlukan kamus. Hal itu disebabkan oleh kamus memberikan ketepatan pemakaian terhadap suatu kata. Oleh karena itu, penulis harus tahu makna dari suatu kata sebelum memakainya dalam sebuah kalimat atau pernyataan.

Kemampuan Menulis Teks Pidato Berdasarkan Aspek Keefektifan Kalimat

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa kalimat yang ditulis siswa tidak efektif. Tidak efektifnya kalimat siswa disebabkan oleh kalimat tidak lengkap, kalimat tidak logis, kalimat tidak serasi, kalimat tidak padu, kalimat tidak hemat, kalimat ambigu, dan kalimat rancu. Hal itu berkebalikan dengan ciri yang dimiliki oleh kalimat efektif. Ciri kalimat efektif meliputi (1) lengkap, (2) logis, (3) serasi, (4) padu, (5) hemat, (6) cermat, (7) tidak taksa (ambigu), (8) tidak rancu, dan (9) bervariasi (Soedjito dan Sarjono, 2012:149).

Kemampuan Menulis Teks Pidato Secara Utuh

Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa tidak semua siswa mampu menulis teks pidato secara utuh. Hal itu dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Tidak semua siswa mampu memperoleh nilai minimal 75. Pengukuran kemampuan menulis teks pidato adalah proses untuk menentukan kualitas teks pidato siswa. Hal itu berkaitan dengan pernyataan Nurchasanah dan Widodo (1993:72) bahwa pengukuran adalah proses atau tindakan untuk menentukan tingkat sesuatu yang diukur. Oleh karena itu, pengukuran sangat diperlukan. Penyekoran atau penilaian dalam penelitian ini dilakukan dengan pengukuran aspek-peraspek. Nurchasanah dan Widodo (1993:74) menyatakan

(8)

bahwa pengukuran aspek-peraspek adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan melihat aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara utuh. Aspek-aspek yang diukur dalam penelitian ini meliputi aspek: kelengkapan struktur teks pidato, (2) ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) ketepatan diksi, dan (4) keefektifan kalimat. Setelah diperoleh nilai dari masing-masing aspek, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai teks pidato secara utuh.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan tujuan, hasil, dan pembahasan di atas, simpulan penelitian ini terbagi ke dalam lima bagian. Simpulan tersebut meliputi (1) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato, (2) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi, (4) kemampuan menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat, dan (5) kemampuan menulis teks pidato secara utuh. Simpulan tersebut diuraikan sebagai berikut.

Pertama, siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013 mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato. Hal itu dibuktikan oleh jumlah persentase siswa yang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek kelengkapan struktur teks pidato sebesar 100% (72 siswa). Kedua, siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013 belum mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca. Hal itu dibuktikan oleh jumlah persentase siswa yang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar 59,7% (43 siswa), sedangkan persentase siswa yang tidak mampu sebesar 40,3% (29 siswa). Ketiga, siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013 mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi. Hal itu dibuktikan oleh jumlah persentase siswa yang mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek ketepatan diksi sebesar 77,8% (56 siswa), sedangkan persentase siswa yang tidak mampu sebesar 22,2% (16 siswa). Keempat, siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013 belum mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat. Hal itu dibuktikan oleh jumlah persentase siswa yang tidak mampu menulis teks pidato berdasarkan aspek keefektifan kalimat sebesar 100% (72 siswa). Kelima, siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013 belum mampu menulis teks pidato secara utuh. Hal itu dibuktikan oleh jumlah persentase siswa yang mampu sebesar 33,3% (24 siswa), sedangkan yang tidak mampu sebesar 66,7% (48 siswa). Siswa dikategorikan mampu apabila terdapat minimal 75% siswa yang memperoleh nilai minimal 75. Ini terjadi karena penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis teks pidato seluruh siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang tahun ajaran 2012/2013.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan tiga saran. Pertama, guru Bahasa Indonesia disarankan untuk memberikan contoh teks pidato utuh, selanjutnya bersama-sama dengan siswa mengidentifikasi struktur teks pidato

(9)

tersebut. Selain itu, guru juga disarankan memberikan banyak latihan dan contoh terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia, khususnya pada aspek keefektifan kalimat, diksi (pilihan kata), dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Kedua, Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti karakteristik struktur teks pidato, karakteristik diksi, dan karakteristik pola kalimat yang digunakan dalam teks pidato siswa. Ketiga, siswa disarankan untuk banyak berlatih mengidentifikasi struktur teks pidato dan juga berlatih menulis menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

DAFTAR RUJUKAN

Agustin, D.N. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa dalam Pidato Presiden Suharto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia.

Akhadiah, S., Arsjad, M. G., dan Ridwan, S.H. 1988. Pembinaan Kemampuan

Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arifin, E. Z., dan Tasai, S. A. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa.

Arsjad, M. G., dan Mukti U. S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Hendrikus, D. W. 1991. RETORIKA: Terampil berpidato, Berdiskusi,

Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.

Keraf, G. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nurchasanah dan Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya.

Malang: FPBS IKIP Malang.

Putrayasa, I. B. 2007. Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Bandung: PT Refika Aditama.

Siregar, E. M. 1990. Teknik Berpidato dan Menguasai Massa. Jakarta: Yayasan Mari Belajar.

Soedjito dan Saryono, D. 2012. Seri Terampil Menulis Tata Kalimat Bahasa

Indonesia. Malang: Aditya Media Publishing.

Widaghdo, W. 1997. Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pegembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Yuniarti. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato Siswa Kelas X di

MAN Malang 1 Melalui Media Artikel. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI) karena terdapat beberapa kelebihan, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ko ҫ ,

Batasan ini sesuai dengan batasan anak usia dini menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia

1) Pembelajaran pada siklus II jauh lebih baik dibandingkan siklus I. 2) Kemampuan berhitung anak meningkat menjadi 14 anak. 3) Pembelajaran berhitung dengan menggunakan permainan

Peran Pemerintah Kota Surakarta dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Surakarta. Research aims to review the role of from the city government of Surakarta in

Hasil HAp reaksi kering diidentifikasi dengan X-Rays Diffractometer ( XRD) untuk analisis peak matching fase HAp, parameter kisi HAp dan derajat kristalinitas HAp yang

Dimyati Khudzaifah, Metode Penelitian Hukum.. Data primer adalah data utama yang diperoleh melalui data-data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak

[r]

Reiteration is the most appearing function in this TV program because the speaker uses code switching when he wants to emphasize the idea of his utterances so the audience