• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI SUHU KARBONISASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF CANGKANG KULIT BUAH KARET (Hevea brasilliensis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH VARIASI SUHU KARBONISASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF CANGKANG KULIT BUAH KARET (Hevea brasilliensis)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

294

PENGARUH VARIASI SUHU KARBONISASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF CANGKANG KULIT BUAH KARET (Hevea brasilliensis)

(THE EFFECT OF CARBONISATION TEMPERATURE VARIATION TO THE ADSORPTION ABILITY OF RUBBER FRUIT SHELL ACTIVATED CARBON)

Desi*, Andi Suharman, Rananda Vinsiah

Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP Universitas Sriwijaya, Palembang *E-mail : desi_fkip@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research is purposed to find out the effect of carbonisation temperature variation to the adsorption ability of activated carbon which is made from rubber fruit shell. The carbonization process was carried on different temperature i.e. 300°C, 400°C, 500°C and

600°C, activated by H3PO4 7% solution, and using iodine and methylene blue solution for

adsorption ability test. The result signified that the sample carbonized at 500oC had the

highest adsorption ability of iodine solution with the value 592.8590 mg/g and the lowest one was 302.9864 mg/g at 300oC. By contrast, carbonization at 600oC resulted the sample which had the highest adsorption ability of methylene blue solution, about 14.1301 mg/g, and the lowest one was 3.3915 mg/g at 300oC. According to SNI and SII respectively, the minimum adsorption ability of iodine solution is 750 mg/g and 120 mg/g for methylene blue. It indicates that the data haven’t meet SNI and SII standard so further research is required.

Keywords: Activated Carbon, Carbonization Temperature, Adsorption Ability

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu karbonisasi terhadap daya serap karbon aktif yang dibuat dari cangkang kulit buah karet. Proses karbonisasi karbon aktif dilakukan pada variasi suhu yaitu 300°C, 400°C, 500°C dan 600°C dan

diaktivasi dengan menggunakan larutan H3PO4 7%. Selanjutnya dilakukan pengujian daya

serap karbon aktif terhadap larutan iodium dan methylene blue. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sampel yang dikarbonisasi pada suhu 500oC memiliki daya serap

tertinggi terhadap larutan iodium yaitu sebesar 592,8590 mg/g sedangkan yang terendah

sebesar 302,9864 mg/g pada suhu 300oC. Hal ini berbeda dengan pengujian daya serap

karbon aktif terhadap larutan methylene blue yang menunjukkan nilai tertinggi pada suhu

600oC yaitu sebesar 14,1301mg/g dan terendah sebesar 3,3915 mg/g pada suhu 300oC.

Berdasarkan data Standar Nasional Indonesia, daya serap minimum karbon aktif terhadap iodium sebesar 750 mg/g dan menurut SII daya serap terhadap methylene blue sebesar 120 mg/g, hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian belum memenuhi kualitas SNI ataupun SII sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.

Kata kunci: Karbon Aktif, Suhu Karbonisasi, Daya Serap

1. PENDAHULUAN

Sumatera Selatan merupakan penghasil kelapa sawit dan karet (lateks) di Indonesia. Karet merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat mulai dari getah,

(2)

295

biji, cangkang biji dan kayu [22]. Selain bagian-bagian dari karet tersebut, cangkang kulit buah merupakan bagian yang cenderung menjadi sampah atau tidak memiliki nilai ekonomis. Cangkang kulit buah memiliki kontur yang mirip dengan kayu berdasarkan pengamatan fisik. Daerah iklim tropis memiliki kayu yang

terkategori kayu keras [5] sehingga bisa dikatakan bila

cangkang kulit buah karet termasuk dalam cangkang kayu keras yang memiliki ketebalan yang tipis dengan konstruksi keras dan kokoh.

Konstruksi ini berkaitan dengan lignin yang terkandung dalam cangkang. Lignin umumnya terletak di bagian tengah lamella sel kayu dan dinding sel yang tersusun atas monomer fenil pronan (Gambar 2).

Gambar 2. Bagian Struktur Polimer Lignin [19] dan Monomernya

Kandungan lignin pada cangkang kulit buah karet (Tabel 1) memungkinkan bahan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai karbon aktif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Roimah [18] yang memanfaatkan cangkang buah kelapa sawit sebagai karbon aktif dan Fauziah [4] yang memanfaatkan kulit akasia. Bahan-bahan yang digunakan mengandung lignin. Karbon aktif adalah suatu bahan mengandung karbon amorf yang memiliki permukaan dalam (internal surface) sehingga memiliki daya serap tinggi [15].

Tabel 1. Komposisi Kimia yang Terkandung dalam Cangkang Karet Komponen Penyusun Presentase (%)

Selulosa 48,64 Lignin 33,54 Pentosan 16,81 Kadar Abu 1,25 Kadar Silika 0,52 Sumber: [13]

(3)

296

Proses pembuatan karbon aktif merupakan proses sederhana meliputi proses karbonisasi dan aktivasi. Karbonisasi merupakan proses penguraian selulosa menjadi karbon pada suhu berkisar 275oC [9]. Proses karbonisasi terdiri atas 4 tahap [9], yaitu:

1. Penguapan air berlangsung pada suhu 100o - 120°C dan penguapan selulosa terjadi pada suhu 270°C. Destilat yang dihasilkan mengandung asam organik dan sedikit metanol.

2. Reaksi eksotermik berlangsung pada suhu 270o - 310°C. Selulosa terurai menjadi larutan pirolignat, gas kayu (CO dan CO2, dan sedikit ter.

3. Peningkatan jumlah gas CO, CH4 dan H2 serta ter pada suhu 310o - 510°C dan

penurunan jumlah asam pirolignat dan CO2.

4. Peningkatan kadar karbon terjadi pada suhu 500o - 1000°C.

Gambar 3. Proses Pembentukan Karbon Aktif

Aktivasi menyebabkan karbon mengalami perubahan sifilt, baik fisik maupun kimia, mengakibatkan luas permukaan karbon bertambah luas dan mempengaruhi daya adsorpsi. Aktivasi adalah suatu perubahan fisika di mana pori-pori permukaan karbon itu menjadi lebih banyak karena hidrokarbonnya disingkirkan [1].

Metode aktivasi yang dapat digunakan [9], yaitu:

1. Aktivasi kimia yaitu aktivasi karbon dengan menggunakan activating agent seperti ZnCl2, KOH, HNO3, H3PO4, dan sebagainya, yang dilakukan dengan cara merendam

karbon dalam larutan kimia.

2. Aktivasi fisika yaitu aktivasi karbon dengan menggunakan panas, uap, dan CO2

pada suhu tinggi dalam sistem tertutup tanpa udara sambil dialiri gas inert. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 600-2000

m2/g [20]. Hal ini berkaitan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai

adsorben. Berdasarkan ukuran pori-pori, karbon aktif

dikelompokkan menjadi 2 jenis [9]:

1. Mikropori,dengan ukuran pori-pori 10-1000 Angstrom.

2. Makropori, dengan ukuran pori-pori lebih besar dari 1000 Angstrom.

Kualitas karbon aktif dinilai berdasarkan persyaratan Standar Nasional Indonesia [21]. Gambar 4. Struktur Pori Karbon Aktif [16]

(4)

297

Tabel 2. Persyaratan Karbon Aktif Standar Nasional Indonesia

No. Jenis Persyaratan Parameter

1. Kadar Air Maksimum 15 %

2. Kadar Abu Maksimum 10 %

3. Kadar Zat Menguap Maksimum 25 % 4. Kadar Karbon Terikat Minimum 65 % 5. Daya Serap Terhadap Yodium Minimum 750 mg/g 6. Daya Serap Terhadap

Benzena

Minimum 25 % Sumber : [21]

Karbon aktif digunakan sebagai zat penyerap (adsorben) dalam berbagai aplikasi, misalnya sebagai pembersih tumpahan minyak, penyaring air minum, penyaring udara, perbaikan tanah, penyaring kotoran organik dalam industri minuman keras, penyerap racun dalam tubuh manusia, pengontrol kemurnian buah-buahan dan sayur, pengendali emisi uap bensin pada kendaraan bermotor dan di dunia medis dikenal sebagai norit (obat diare) serta proses pembuatannya termasuk proses yang cukup sederhana sehingga akan bernilai jual yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud untuk memanfaatkan cangkang kulit buah karet sebagai karbon aktif yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini dibatasi pada karbon aktif yang dihasilkan pada suhu karbonisasi yang bervariasi terhadap daya serap pada larutan

methylene blue dan iodine dengan rumusan masalah: Bagaimana pengaruh variasi suhu

karbonisasi terhadap daya serap karbon aktif pada larutan methylene blue dan iodine? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu karbonisasi optimum untuk menghasilkan karbon aktif yang memiliki daya serap tertinggi terhadap larutan methylene blue dan

iodine.

2. METODE PENELITIAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah cangkang kulit buah karet yang berasal dari klon Avros 2037, yang terdapat di Perkebunan Balai Penelitian Karet Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin III.

2.1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian:

Alat: Spektrofotometer serapan atom, ayakan 100 mesh, neraca analitik, alat furnace, oven, buret, erlenmeyer, corong, kertas saring, kurs porselen, gelas ukur, labu ukur, pipet tetes, kertas lakmus, tabung sentrifugasi, shaker, pengaduk magnetik. Bahan : Cangkang kulit buah karet, larutan standar H3PO4 7%, aquadest, larutan iodin 0,1

N, larutan tiosulfat 0,1 N, larutan amilum 1%, dan larutan methylene blue.

2.2. Prosedur

(5)

298

Gambar 5. Diagram Alir Proses Penelitian 2.2.1. Persiapan Sampel dan Pembuatan Karbon

Cangkang buah karet dikeringkan dan dikarbonisasi pada variasi suhu 300ᵒC, 400ᵒC, 500ᵒC, dan 600ᵒC selama ±1 jam. Karbon yang dihasilkan dihaluskan lalu diayak dengan ayakan 100 mesh.

2.2.2. Pembuatan Karbon Aktif

Karbon dilarutkan dalam larutan aktivator H3PO4 7% (ratio 1:4) dan direndam

selama 24 jam sehingga terbentuk pasta. Pasta dicuci dengan aquadest hingga pH air cucian netral dan dikeringkan pada suhu 100ᵒC.

2.2.3. Penentuan Daya Serap Karbon Aktif 1) Daya Serap Terhadap Larutan Iodium

Timbang sampel sebanyak 0,5 gr, masukkan ke dalam erlenmeyer kemudian letakkan di tempat tertutup dan gelap. Masukkan 50 ml larutan iodium 0,1 N, shaker campuran selama 15 menit pada suhu kamar. Sentrifugasi campuran hingga sampel mengendap di dasar, pipet cairan yang berada di bagian atas sebanyak 10 ml dan dititer dengan larutan tiosulfat 0,1 N. Tambahkan larutan kanji 1% sebagai indikator jika warna bening pudar. Lalu titrasi kembali hingga titik akhir (warna biru hilang). Gunakan iodin blanko sebagai pembanding.

Karbonisasi Suhu 300ᵒC, 400ᵒC, 500ᵒC dan 600ᵒC, t = ± 1 jam

Penghalusan dan Pengayakan 100 mesh

Aktivasi dengan H3PO4, t = ± 24 jam

Pencucian dengan H2O hingga pH = 7

Pengeringan dalam Oven Suhu 100ᵒC

Uji Daya Serap

Pembandingan dengan Standar SNI Cangkang Buah Karet Kering

Karbon

Karbon Halus 100 mesh

Karbon Aktif Pasta pH Asam

Karbon Aktif pH Netral

Sampel Karbon Aktif

Karbon Aktif Teruji

(6)

299 2) Daya Serap Terhadap Larutan Methylene blue

Timbang sampel sebanyak 0,25 gr, masukan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 50 ml larutan methylene blue dan kocok selama 30 menit. Pipet filtrat sebanyak 5 ml lalu masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dan encerkan dengan aquadest hingga larutan menjadi 100 ml. Ukur daya serapnya pada panjang gelombang serapan maksimum.

2.3. Teknik Analisa Data

Daya serap karbon aktif dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Q) =

xV

M

C

C

0

1

(1)

Keterangan: Q = Daya Serap Karbon Aktif (mg/g); C0 = Konsentrasi Awal Larutan (mg/L); C1 =

Konsentrasi Akhir Larutan (mg/L); M = Jumlah Biomaterial Karbon yang Digunakan (g); dan V = Volume Larutan Sampel (L)

3. PEMBAHASAN

Suhu karbonisasi yang digunakan pada penelitian adalah 300°C, 400°C, 500°C dan 600°C. Pemilihan variasi suhu didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa dalam proses aktivasi kimia, suhu yang digunakan relatif rendah dibandingkan dengan aktivasi fisika [7]. Hal ini disebabkan suhu aktivasi yang terlalu tinggi dapat memutus ikatan C-C karbon [10]. Selain itu pemilihan suhu juga didasari pada teori yang menyatakan bahwa tahap pemurnian karbon terjadi pada suhu 500°C-600°C [9], sehingga dipilih rentang suhu pada tahap penguapan lignin yaitu 310o-510°C.

Proses karbonisasi merupakan suatu proses pembakaran yang akan mengubah suatu material menjadi karbon. Pembakaran adalah reaksi cepat suatu senyawa dengan senyawa oksigen yang disertai dengan pembebasan kalor (panas) dan cahaya [6]. Namun pada proses karbonisasi cangkang kulit buah karet, pembakaran yang terjadi adalah pembakaran tak sempurna. Pembakaran tak sempurna adalah proses pembakaran dengan persediaan oksigen terbatas yang akan menghasilkan CO atau karbon dalam bentuk arang atau jelaga [6]. Reaksi pembakaran tidak sempurna:

CnH2n+2 + O2 → nCO + (n+1) H2O (2)

CnH2n+2 + O2 → nC + (n+1) H2O (3) Sumber : [11]

Data rendemen yang dihasilkan pada proses karbonisasi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Rendemen Karbonisasi Sampel

No. Keterangan Karbonisasi Bahan Baku Pada Suhu

300°C 400°C 500°C 600°C

1. Massa Sebelum furnace 150 gr

2. Massa Setelah furnace 87,61 gr 50,10 gr 46,43 gr 39,60 gr 3. Massa Hilang 62,39 gr 99,90 gr 103,57 gr 110,40 gr 4. % Rendemen 58,4067 % 33,4000 % 30,9533 % 26,4000 % 5. % Yang Hilang 41,5933 % 66,6000 % 69,0467 % 73,6000 %

(7)

300

3.1. Daya Serap Terhadap Iodium

Daya serap iodium minimum untuk karbon aktif adalah sebesar 750 mg/g. Melalui pengujian ini, bisa diketahui kemampuan karbon aktif dalam menyerap molekul-molekul berukuran kecil (mikropori) yang berukuran ≤ 1 nm [21]. Penentuan daya serap karbon terhadap iodium memberikan suatu gambaran ukuran pori-pori karbon yang dapat memerangkap molekul yang seukuran dengan iodium [18]. Data hasil penyerapan karbon aktif terhadap iod dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Daya Serap Karbon Aktif terhadap Iodium

Karbon aktif yang dikarbonisasi pada suhu 300°C dan 400°C masih memiliki daya serap yang masih rendah dibandingkan dengan suhu 500°C dan 600°C. Namun, secara keseluruhan dari semua sampel karbon, karbon aktif yang dihasilkan masih belum memenuhi standar penyerapan iodium sesuai SNI yakni sebesar 750 mg/g. Berdasarkan Gambar 6, daya serap karbon aktif semakin besar hingga mencapai 592,859 mg/g pada suhu 500°C. Namun, setelah mencapai suhu 600°C, terjadi penurunan daya serap yaitu sebesar 500,6268 mg/g. Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran pori karbon aktif yang dihasilkan pada suhu 600°C lebih lebar dibanding pada suhu 500°C akibat mulai terjadinya pengikisan karbon oleh tingginya suhu dan sesuai dengan pendapat Pari [3] yang menyatakan bahwa suhu yang tinggi kadang dapat berpengaruh pada struktur karbon itu sendiri bahkan dapat membuatnya menjadi rapuh akibat adanya pengikisan karbon. Akibat pengikisan tersebut, permukaan rongga pori pada karbon aktif menjadi lebih dangkal sehingga menyebabkan daya serap menurun. Ini mengakibatkan ukuran molekul iodium yang relatif kecil menjadi mudah terlepas dari pori karbon aktif yang lebar. Hal serupa juga diungkapkan oleh Amalia [10] bahwa daya serap karbon terhadap iodium akan menurun akibat mudah lepasnya molekul iodium dari pori karbon aktif yang lebar.

Namun berbeda pada suhu karbonisasi yang rendah (suhu 300°C dan 400°C), daya serap yang rendah lebih disebabkan oleh masih banyaknya kontaminan yang masih menempel pada permukaan karbon aktif yang masih belum sempat menguap pada saat proses karboninsasi berlangsung. Hal lain yang juga dapat berpengaruh adalah tidak ikut terlarutnya zat pengotor yang bereaksi dengan aktivator yang masih tersisa pada saat proses pencucian. Eliza dan Desleni [3] menyatakan bahwa adanya reaksi antara aktivator dengan logam-logam yang terdapat pada bahan pembuatan karbon aktif

302,9864 329,3385 592,859 500,6268 0 1000 0 1 2 3 4 5 D a y a S e ra p (m g/ g) Sampel Karbon

(8)

301

membentuk senyawa endapan yang tidak larut dalam air sewaktu pencucian dan menyebabkan daya serap karbon menjadi rendah.

3.2. Daya Serap Terhadap Methylene blue

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar daya serap karbon aktif molekul dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran 1 nm. Menurut Jankowska [10], daya serap karbon aktif terhadap methylene blue menunjukkan kemampuan adsorbsi karbon aktif untuk molekul-molekul yang memiliki ukuran yang mirip dengan methylene blue. Methylene blue digunakan sebagai parameter untuk mengukur kemampuan karbon aktif dalam menyerap molekul yang memiliki berat yang lebih besar. Berdasarkan standar SII, daya serap karbon aktif minimum terhadap methylene blue yang harus dicapai adalah 120 mg/g. Data daya serap karbon aktif terhadap methylene blue bisa dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik Daya Serap Karbon Aktif Terhadap Methylene blue

Berdasarkan grafik pada Gambar 7, daya serap karbon aktif terhadap methylene

blue meningkat seiring dengan meningkatnya suhu karbonisasi yang digunakan hingga

mencapai 14,130096 mg/g pada suhu 600oC dan dimungkinkan penyerapan masih dapat meningkat lagi pada karbonisasi yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prasetyo, dkk [14] yang menyatakan bahwa suhu pemanasan akan mempengaruhi ukuran pori dari karbon aktif, semakin tinggi suhu maka ukuran pori yang dihasilkan akan semakin besar sehingga daya adsorbsinya akan menjadi lebih besar pula. Meskipun daya serap karbon aktif terhadap methylene blue berbanding lurus dengan peningkatan suhu karbonisasi, tetapi hasil penelitian belum memenuhi standar SII. Hal ini mungkin disebabkan ukuran rongga pori yang dihasilkan pada saat proses aktivasi masih belum sempurna atau terbilang belum cukup besar untuk menampung molekul dengan ukuran serupa methylene blue. Bila dibandingkan dengan struktur molekul iodin, struktur molekul methylene blue jauh lebih besar, sedangkan ukuran rongga pori yang dihasilkan karbon aktif masih belum cukup besar untuk menampung molekul methylene blue.

Faktor lain yang mempengaruhi daya serap adalah sifat polar atau non polar molekul adsorbat yang terdapat dalam sistem larutan. Iodium merupakan senyawa non polar akan lebih mudah teradsorpsi oleh senyawa non polar juga [17]. Berbeda halnya

3,391522 7,757218 10,409286 14,130096 0 5 10 15 0 1 2 3 4 5 D a y a S e ra p (m b/ g) Sampel Karbon

(9)

302

dengan senyawa methylene blue yang memiliki massa molekul relatif yang besar (Mr = 320,5 gr/mol) umumnya memiliki sifat kepolaran yang lebih tinggi sehingga akan mempengaruhi daya serap. Menurut Poedji dan Riyanti [17], karbon aktif yang dibuat dengan aktivator H3PO4 akan menghasilkan karbon aktif dengan kepolaran rendah

sehingga penyerapannya terhadap iodium akan berlangsung lebih baik dibanding terhadap methylene blue.

Berdasarkan Gambar 7, karbon aktif dari cangkang buah karet memiliki potensi yang hampir sama untuk dikembangkan lebih lanjut seperti bahan-bahan lainnya. Secara umum semua bahan dasar yang digunakan umumnya memiliki penyerapan iodium yang belum memenuhi standar, kecuali pada serbuk kayu. Akan tetapi, karbon aktif dari cangkang buah karet maupun dari bahan dasarnya masih bisa dioptimalkan dengan melakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan kualitas karbon aktif yang memenuhi standar mutu SNI.

Tabel 4. Perbandingan Karbon Aktif dengan Beberapa Bahan Lainnya

Daya Serap terhadap

Standar SNI Cangkang Kulit Buah Karet

Kulit Akasia Serbuk Kayu Cangkang Kelapa Sawit Batok Kelapa Hibrida Iodium Min. 750 mg/g 500,6268 mg/g 177,35 mg/g 1107,43 mg/g 594 mg/g 482 mg/g Sumber : [4], [8], [9], [12], [13] 4. Kesimpulan

1. Karbon aktif dengan daya serap iodium tertinggi dimiliki oleh karbon aktif dengan suhu furnace 500ᵒC yakni sebesar 592,8590 mg/g. Sedangkan yang terendah adalah karbon aktif dengan suhu furnace 300ᵒC, yakni sebesar 302,9864 mg/g. Namun bila dinilai dari standar SNI, secara keseluruhan dari sampel karbon belum memenuhi kualitas standar SNI.

2. Karbon aktif dengan daya serap methylene blue tertinggi dimiliki oleh karbon aktif dengan suhu furnace 600ᵒC yakni sebesar 14,130096 mg/g. Sedangkan yang terendah adalah karbon aktif dengan suhu furnace 300ᵒC sebesar 3,391522 mg/g. Namun keseluruhan dari sampel karbon belum memenuhi kualitas standar SNI.

Pustaka

[1]. Austin, G. Industri Proses Kimia [P.W. Indarto, trans]. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama; 1996./

[2]. Basset, J dkk. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik [H. Pudjaatmaka dan Setiono, trans]. Jakarta: EGC; 1994.

[3]. Eliza dan Desnelli. Pemanfaatan Pohon Gelam (Melaleuca leucadendron Linn) dalam Pembuatan Arang Aktif Untuk Pengolahan Air Rawa. Laporan Penelitian. Inderalaya: FMIPA Universitas Sriwijaya; 2001.

(10)

303

[4]. Fauziah, N. Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung dari Kulit Acasia mangium Wild dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Adsorben.Skripsi. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB; 2009.

[5]. Fengel, D dan G. Wegener. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi [H. Sastrohamidjojo, trans]. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1995.

[6]. Fessenden, J. dan J.S. Fessenden. Kimia Organik [A.H. Pudjaatmaka, trans]. Jakarta: Erlangga; 1982.

[7]. Gunawan, E. R dan D. Suhendra. Pembuatan Arang Aktif dari Batang Jagung

Menggunakan Aktivator Asam Sulfat dan Penggunaannya pada Penyerapan Ion Tembaga (II). Makara Sains, 2010; 14(1):22-26.

[8]. Hardiansyah, M.H. Pembuatan Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa Sawit untuk Pemucatan Minyak Kelapa Sawit Mentah. Skripsi. Inderalaya: Universitas Sriwijaya; 1999.

[9]. Kurniati, E. Pemanfaatan Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Arang Aktif. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 2008; 8(2):96-103.

[10]. Lia, A. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Aktivator Terhadap Mutu Karbon Aktif dari Kulit Buah Kopi dan Aplikasinya untuk Menyerap Zat Warna Fukhson. Skripsi. Inderalaya: Universitas Sriwijaya; 2001.

[11]. Linawati. Pengaruh Temperatur Karbonisasi dan Konsentrasi H2SO4 Terhadap

Pembuatan Karbon Aktif dari Kotak Biji Karet (Hevea brasiliensis L). Skripsi. Inderalaya: Universitas Sriwijaya; 2001.

[12]. Nurdiansah, H dan Diah S. Pengaruh Variasi Temperatur Karbonisasi

danTemperatur Aktivasi Fisika dari Elektroda Karbon Aktif Tempurung Kelapa danTempurung Kluwak Terhadap Nilai Kapasitansi Electric Double Layer Capacitor (EDLC). Jurnal Teknik Promits. 2013; 2(1):F-13- F-16.

[13]. Pari, G., Santoso, A. dan Hendra, D. Pembuatan dan Pemanfaatan Arang Aktif

Sebagai Reduktor Emisi Formaldehida Kayu Lapis. Jurnal Penelitian Hasil Hutan.

2006;24(5):425-436.

[14]. Prasetyo, A., Ahmad Y. dan Rini N.A. Adsorbsi Metiln Biru Pada Karbon Aktif dari

Ban Bekas dengan Variasi Konsentrasi NaCl pada Suhu Pengaktifan 600ᵒC dan 650ᵒC. Jurnal Neutrino. 2011;4(1):16-23.

[15]. Purnomo, S.E. Pembuatan Arang Aktif dari Kulit Biji Kopi dan Aplikasinya sebagai Adsorben Zat Warna Methylene Blue (Kation dan Naphthol Yellow (Anion). Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga; 2010.

[16]. Qibthiyah, M. Uji Performa TiO2- Karbon Aktif Berbahan Dasar Tempurung Kelapa Sawit Sebagai Adsorben Gas Karbon Monoksida dari Asap Kebakaran. Skripsi. Jakarta : Fakultas Tekni Universitas Indonesia; 2012.

[17]. Riyanti, F. dan P. Loekitowati. Optimasi Pembuatan Karbon Aktif dari Kulit Biji

Kepayang (Pengium edule Reinw) dan Aplikasinya untuk Menyerap H2S dan NH3

dari Limbah Karet”. Jurnal Penelitian Sains. 2006;19(4):42-51.

[18]. Roimah. Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis

Jack) dan Pemanfaatan sebagai Adsorben. Skripsi. Palembang: FKIP Universitas

Sriwijaya; 2006.

[19]. Sjostrom, E. Kimia Kayu: Dasar-Dasar dan Penggunaan [H. Sastrohamidjojo, trans]. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1995.

[20]. Sugiyarto, K.H.. Dasar-Dasar Kimia Anorganik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta; 2001.

[21]. Standar Nasional Indonesia. Arang Aktif Teknis (SNI 06-370-1995). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional Indonesia; 1995.

[22]. Utomo, T.P., U. Hasanudin dan E. Suroso. Agroindustri Karet Indonesia. Jakarta: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera; 2012.

Gambar

Gambar 2. Bagian Struktur Polimer Lignin [19] dan Monomernya
Gambar 3.  Proses Pembentukan Karbon Aktif
Gambar 5.  Diagram Alir Proses Penelitian  2.2.1.  Persiapan Sampel dan Pembuatan Karbon
Tabel 3.  Data Rendemen Karbonisasi Sampel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Improvisasi adalah merupakan pembahasan penulis dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis dari bentuk lagu, bentuk aransemen, tema lagu, progresi akor dan

Selama masa hidupnya, gunung berapi memiliki kondisi atau keadaan yang terus berubah dari waktu ke waktu, terkadang masuk kondisi tidur yang mana suatu gunung

Terdapat 6 jenis karakteristik wilayah pengembangan agroindustri pengolahan minyak kayu putih di Kabupaten Buru, yakni Cluster I yang tidak memiliki industri;

Secara khusus pengertian boneka adalah tiruan bentuk manusia dan bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model perbandingan. Boneka dalam penampilannya

Hubungan Asupan Zat Besi (Fe) dan Vitamin C dengan Kadar Hemoglobin pada Siswi Kelas VIII SMP Negeri 3 Brebes.. Canthia Mahameru Pradanti 1 , Wulandari M 2 , Hapsari Sulistya

Kriteria minimum dalam membangun kapal Tol Laut dibagi menjadi lima faktor utama yaitu pertama adalah fasilitas sarana penggalang, kedua adalah fasilitas bengkel

Teknik-teknik yang dipergunakan kepala sekolah ketika melakukan supervisi akademik ini adalah teknik-teknik yang dilakukan pada saat observasi perencanaan yang meliputi

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pakaian adat panaragan atau warok memiliki kharakter jiwa masyarakat Ponorogo yang tersimpan dalam nilai-nilai yang terdapat