SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
OLEH:
AFRI SISWANDI 060503011
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh
Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar
hasil karya saya sendiri dan judul ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau
diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program SI,
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua
sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar,
apa adanya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 3 Mei 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Nama : Afri Siswandi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas izin dan kuasa-Nya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan baik dan tepat waktu.
Skripsi saya ini berjudul ” Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril
maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail M.M, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing, terima
kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi
4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan
Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II atas
segala masukan dan saran yang telah diberikan.
5. Kepada kedua orang tua saya, Ali Amri dan Warsiati. Terima kasih
banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa
dan materi yang telah diberikan kepada saya.
Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Allah SWT selalu menimpakan rahmat
dan berkahnya kepada kita.
Medan, 3 Mei 2011
Penulis,
Afri Siswandi
ABSTRACT
The Aims of this research is to study the impact of free cash flow and managerial ownership toward debt policy which represented by debt to equity ratio. The data that used in this research were secondary data which provided by Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website. Multiple regression techniques was used to analyse the data. Free cash flow and managerial ownership used as independent variables meanwhile debt to equity ratio used as dependent variable. Sample in this study were 20 manufacturing companies which listed on Indonesian Stock Exchange and selected from 152 population companies using purposive sampling method. The period of this research was began from 2008 through 2010.
The results shows that independent variables such as free cash flow and managerial ownership simultaneously have a significant impact toward debt policy which represented by debt to equity ratio. Partially, managerial ownership have a negative and significant impact toward debt to equity ratio, but free cash flow didn’t have a significant impact toward debt to equity ratio.
ABSTRAK
Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regressi berganda. Free cash flow dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai variabel bebas sedangkan debt to equity ratio sebagai variable terikat. Sampel penelitian ini adalah 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian adalah tahun 2008 sampai 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang ( DER ). Secara parsial, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan tehadap kebijakan hutang, tetapi free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow, DER.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
KATA PENGANTAR ………. ii
ABSTRACT ………. iv
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Free Cash Flow ... 8
B. Kepemilikan Manajerial ... 10
C. Hutang ... 12
1. Pengertian Hutang ... 12
2. Klasifikasi Hutang ... 12
D. Agency Theory ... 16
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 18
F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 22
1. Kerangka Konseptual ... 22
2. Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
C. Jenis Data ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
F. Metode Analisis Data ... 31
G. Uji Asumsi Klsik ... 31
H. Model Analisis Regressi Berganda... 34
I. Pengujian Hipotesis ... 34
1. Pengujian Secara Parsial ( uji t ) ... 34
2. Pengujian Secara Simultan ( Uji F ) ... 35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36
B. Deskripsi Nilai Variabel ... 37
1. Deskripsi Nilai Variabel Kepemilikan Manajerial ... 37
2. Deskripsi Nilai Variabel Free Cash Flow …………... 38
3. Deskripsi Nilai Variabel DER ………. 40
D. Uji Asumsi Klasik ... 43
1. Uji Normalitas Data ... 43
2. Uji Autokorelasi ... 47
3. Uji Multikolinearitas ... 49
4. Uji Heterokedastisitas ... 52
E. Pengujian Hipotesis ... 54
1. Pengujian Hipotesis 1 ... 57
2. Pengujian Hipotesis 2 ... 57
3. Pengujian Hipotesis 3 ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Keterbatasan Penelitian ... 61
C. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 22
Gambar 4.1 Histogram 44
Gambar 4.2 Normal P-P Plot 45
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 20
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian 27
Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Manajerial Perusahaan Sampel 37
Tabel 4.2 Nilai Free Cash Flow Perusahaan Sampel 38
Tabel 4.3 Nilai DER Perusahaan Sampel 40
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif 42
Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi 48
Tabel 4.7 Durbin Watson Test Bound 49
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas 51
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi 55
Tabel 4.10 Anova 55
Tabel 4.11 Hasil Uji t 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran i Jadwal Penelitian 67
Lampiran ii Daftar Populasi 68
Lampiran iii Statistik Deskriptif 73
Lampiran iv Histogram 74
Lampiran v Normal P-P Plot 75
Lampiran vi Hasil Kolmogorov-Smirnov Test 76
Lampiran vii Hasil Uji Autokorelasi 76
Lampiran viii Durbin Watson Test Bound 77
Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas 78
Lampiran x Scatterplot 79
Lampiran xi Hasil Uji F 79
Lampiran xii Hasil Uji t 80
ABSTRACT
The Aims of this research is to study the impact of free cash flow and managerial ownership toward debt policy which represented by debt to equity ratio. The data that used in this research were secondary data which provided by Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website. Multiple regression techniques was used to analyse the data. Free cash flow and managerial ownership used as independent variables meanwhile debt to equity ratio used as dependent variable. Sample in this study were 20 manufacturing companies which listed on Indonesian Stock Exchange and selected from 152 population companies using purposive sampling method. The period of this research was began from 2008 through 2010.
The results shows that independent variables such as free cash flow and managerial ownership simultaneously have a significant impact toward debt policy which represented by debt to equity ratio. Partially, managerial ownership have a negative and significant impact toward debt to equity ratio, but free cash flow didn’t have a significant impact toward debt to equity ratio.
ABSTRAK
Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regressi berganda. Free cash flow dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai variabel bebas sedangkan debt to equity ratio sebagai variable terikat. Sampel penelitian ini adalah 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian adalah tahun 2008 sampai 2010.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang ( DER ). Secara parsial, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan tehadap kebijakan hutang, tetapi free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow, DER.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan yang merupakan organisasi bisnis umumnya memiliki
beberapa tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan, laba dalam jangka
panjang dan pengembangan atau perluasan usaha, selain itu perusahaan juga harus
mampu untuk mensejahterakan para pemegang sahamnya. Untuk mensejahterakan
pemegang saham ini perusahaan harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat
membayar dividen kepada pemegang saham atau menaikkan harga pasar saham.
Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, perusahaan tentunya harus bisa
meningkatkan kinerjanya dalam menjalankan usahanya. Peningkatan kinerja demi
tujuan perusahaan ini membutuhkan dana yang besar.
Masalah pendanaan ini harus diputusakan dengan hati – hati karena setiap
kebijakan pendanaan memiliki konsekuensi financial yang bebeda. Keputusan
pendanaan akan berkaitan dengan dari mana dana tersebut diperoleh dan
bagaimana cara menggunakan dana yang telah diperoleh tersebut. Sumber dana
dapat berasal dari dalam ( internal ) ataupun dari luar ( eksternal ). Kedua sumber
pendanaan ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan
pendanaan keuangan perusahaan juga akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya.
Sumber dana internal berasal dari laba ditahan sedangkan sumber dana
eksternal berasal dari para kreditur dan pemilik. Dana yang diperoleh dari kreditur
Peusahaan – perusahaan besar yang memiliki dana atau kas yang berlimpah
biasanya memilih untuk menggunakan dana internal dibandingkan dengan dana
eksternal. Hutang hanya akan dipakai apabila perusahaan tidak memiliki sumber
dana internal yang cukup. Hutang haruslah dikelola dengan hati – hati, karena
peningkatan hutang juga akan turut meningkatkan resiko keuangan. Jika hutang
semakin tinggi, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga
hutang yang juga semakin tinggi, hal ini dapat memicu financial distress.
Kebanyakan perusahaan lebih menyukai hutang sebagai alternatif pendanaan
dibandingkan dengan penerbitan saham baru, hal ini dikarenakan dengan
penerbitan saham baru akan mendatangkan pemilik – pemilik baru yang akan
mengurangi hak pemilik lama.
Kebijakan hutang ini seringkali menjadi pemicu konflik antara pihak
manajemen dengan pemegang saham. Konflik antara pemegang saham dengan
pihak manajemen ini dikenal dengan sebutan konflik keagenan (agency
conflict)..Konflik keagenan terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering
kali memiliki tujuan yang berbeda dari pemegang saham. Pemegang saham
menginginkan laba yang sebesar – besarnya, sehingga dividen yang dibayarkan
kepada mereka juga akan semakin besar, tetapi pihak manajemen seringkali
memiliki tujuan yang berbeda dari pemegang saham.
Pihak manajemen mungkin saja menggunakan aset perusahaan untuk
kepentingannya sendiri dan bukan untuk memaksimalkan kepentingan pemegang
saham. Salah satu cara untuk mengurangi masalah konflik keagenan ini adalah
dengan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial adalah persentase
Kepemilikan manajerial akan mendorong manajer untuk lebih berhati – hati dalam
setiap keputusan yang diambilnya, hal ini dikarenakan dari setiap keputusan yang
dibuat, para manajer juga akan turut menanggung resiko dari setiap keputusannya
tersebut. Kepemilikan manajerial juga dapat menyelaraskan kepentingan antara
pemegang saham dan manajemen. Kepemilikan manajerial akan mendorong para
manajer untuk lebih berhati – hati dalam mengambil kebijakan hutang, karena
dengan semakin meningkatnya hutang maka resiko juga akan semakin meningkat.
Free cash flow atau aliran kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan
sebagai modal kerja. Keberadaan free cash flow dapat menimbulkan konflik
kepentingan antara para pemegang saham dan pihak manajemen. Konflik ini
terjadi karena pihak manajemen berkeinginan untuk menginvestasikan dana
tersebut ke dalam proyek – proyek yang dapat mendatangkan keuntungan,
sehingga pihak manajemen akan mendapatkan insentif dari investasi tersebut. Di
pihak lain, pemegang saham menginginkan free cash flow tersebut dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividen.
Investasi yang dilakukan pihak manajemen dengan menggunakan free
cash flow tersebut tidak akan menjadi masalah jika investasi tersebut berhasil,
yang akan menjadi masalah apabila investasi tersebut gagal. Untuk mengatasi
dugaan pemborosan free cash flow oleh pihak manajemen dapat dilakukan dengan
pembentukan hutang. Pembentukan hutang bisa mengurangi keinginan manajer
untuk menggunakan aliran kas bebas atau free cash flow guna membiayai
Hutang akan mengurangi tingkat free cash flow, karena perusahaan harus
membayar bunga atas hutang tersebut secara periodik.
Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan saham dengan
kebijakan hutang sudah sering dilakukan. Struktur kepemilikan saham terbagi dua
yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Penelitian ini
menggunakan kepemilikan manajerial sebagai unsur struktur kepemilikan saham.
Penelitian – penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang menghasilkan kesimpulan -
kesimpulan yang berbeda – beda.. Wahidahwati ( 2002 ), menemukan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitiannya tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tarjo dan Jogiyanto (
2003 ) dan Muhammad Nasir ( 2006 ). Hasil berbeda dikemukakan oleh Fitri
Ismayanti dan Mamduh Hanafi (2003) yang menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh secara positif terhadap kebijakan hutang.
Pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang telah sering menjadi
objek penelitian. Faisal ( 2004 ) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh
secara positif terhadap kebijkan hutang. Tarjo dan Jogiyanto ( 2003 ) juga
menemukan free cash flow berpengaruh secara positif terhadap kebijakan hutang.
Shelly (2009), menemukan hal yang berbeda, penelitiannya menemukan free cash
flow berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan hutang.
Karena ketidak konsistenan penelitian terdahulu tersebut penulis tertarik
untuk meneliti pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan hutang. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah
penelitian Tarjo dan Jogiyanto terletak pada populasi penelitian dan tahun
penelitian. Populasi penelitian Tarjo dan Jogiyanto adalah perusahaan go publik di
Indonesia pada tahun 1996 sampai tahun 2000. Tarjo dan Jogiyanto juga
menggunakan set kesempatan investasi sebagai variabel moderat.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Penulis
memilih perusahaan manufaktur, karena perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas, karena industri manufaktur merupakan industri yang menghasilkan
nilai tambah pada suatu barang. Pertumbuhan ekonomi akan berkualitas apabila di
dukung oleh industri manufaktur yang kuat dan kreatif.
Berdasarkan gambaran dan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
free cash flow dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan
hutang. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ” Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang ?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang ?
3. Apakah free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow terhadap
kebijakan hutang.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan hutang.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow dan
kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan hutang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan manfaat – manfaat
sebagai berikut :
1. Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang
akuntansi keuangan terutama yang berkaitan dengan pengaruh free cash
flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti, khususnya mengenai pengaruh free cash flow dan
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan
dan bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
akan memiliki implikasi terhadap kebijakan manajemen, antara lain di
bidang kebijakan hutang.
5. Bagi investor, sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi ,
khususnya pada pemilihan perusahaan, setelah mengetahui perilaku
manajemen dalam perusahaan tersebut.
6. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan
mengenai pentingnya free cash flow dan kepemilikan manajerial dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Free Cash Flow
Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash
flow bisa bermacam – macam. Menurut Ross et al ( 2000 ), “ free cash flow
adalah kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau
pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada
asset ”. Keberadaan free cash flow tersebut biasanya menimbulkan konflik
kepentingan anatara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan
dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek – proyek yang dapat menghasilkan
keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterima
manajer, sedangkan pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Free cash flow yang besar akan mengarah pada perilaku yang boros dari
para manajer. Manajer akan menggunakan free cash flow untuk kepentingannya
sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, manajer
memiliki insentif untuk memegang free cash flow dan menggunakannya untuk
membiayai kegiatan yang buruk.
Free cash flow merupakan dana internal yang penggunaannya tergantung
pada kebijakan manajer. Dengan demikian penggunaan free cash flow memiliki
dua kemungkinan, yaitu sesuai atau tidak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Jika sesuai dengan kepentingan pemegang saham tidak akan terjadi
pemegang saham dan manajer, konflik kepentingan ini dikenal sebagai agency
conflict.
Manajer perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan rendah dengan
free cash flow yang tinggi cenderung melakukan aktifitas yang tidak
meningkatkan nilai perusahaan. Alasannya karena keberadaan kas yang besar
dalam perusahaan akan memberikan otonomi kekuasaan kepada manajer untuk
menggunakan dana tersebut dan peningkatan perusahaan akan memberikan
prestise dan gaji yang lebih besar kepada manajer. Nilai perusahaan ditentukan
oleh persepsi investor tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas
dalam jangka panjang. Nilai perusahaan adalah penjumlahan dari nilai tunai free
cash flow dengan nilai aktiva non – operasi. Pendekatan arus kas disukai oleh
investor dalam menilai perusahaan, sehingga fokus manajer dalam free cash flow
dapat menaikkan harga saham
Perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlebih biasanya
menginvestasikan dana yang dimilikinya dalam sejumlah proyek. Menurut
Kristiani ( 2006 ), manajer untuk menunjukkan kekuasaannya biasanya akan
mengalokasikan dananya ke sejumlah proyek. Dengan ketersediaan dana yang
banyak, manajer bebas untuk mengalokasikan dananya pada proyek – proyek
yang ada. Hal ini akan menjadi masalah apabila proyek – proyek yang diambil
tersebut adalah proyek yang tidak menguntungkan. Jika terjadi kerugian akan
mengurangi laba perusahaan yang pada akhirnya akan berakibat pada turunnya
earning para pemegang saham.
Cara untuk mengatasi penggunaan free cash flow yang ceroboh oleh
hypothesis Dengan demikian pemegang saham perusahaan akan memiliki kontrol
yang meningkat atas tim manajemen mereka. Sebagai contoh, jika perusahaan
mendapatkan hutang baru dan menggunakannya untuk menarik saham yang
beredar atau membayar dividen, maka manajemen diwajibkan untuk
mengeluarkan kas untuk membayar pokok dan bunga atas hutang tersebut yang
secara bersamaan akan mampu untuk mengurangi jumlah free cash flow.
B. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen. Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara
pemegang saham dan manajemen timbul karena adanya pemisahan wewenang
perusahaan, antara pemilik dan pengelola ( manajemen ). Pihak manajemen
cenderung menginginkan pembagian dividen yang kecil karena, mereka
menginginkan kelebihan arus kas untuk membiayai investasi perusahaan,
sedangkan pemegang saham mengigninkan pembagian dividen yang besar
sehinnga dapat meningkatkan kemakmurannya. Kelebihan kas tersebut jika
digunakan untuk membiayai investasi – invesatsi yang menguntungkan tidak akan
menjadi masalah, tetapi seringkali manajer cenderung menggunakan dana tersebut
untuk memperkaya diri sendiri dan membiayai investasi – investasi yang tidak
menguntungkan.
Kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen berkaitan erat
dengan kontrol dan monitoring atas perilaku manajemen, sebagai konsekuensi
adanya konflik keagenan. Kepemilikan mnajerial dapat membantu untuk
mensejajarkan kepentingan pihak manajemen dengan pemegang saham. Manajer
yang diambil akan secara langsung berpengaruh terhadapnya. Tingkat
kepemilikan manajerial yang rendah berarti pihak manajemen memiliki pengaruh
dan tingkat voting power yang terbatas. Investor luar sebagai pemilik saham
mayoritas mempunyai kuasa untuk memonitor dan membatasi perilaku
oportunistik manajer, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan.
Konflik kepentingan dapat timbul di antara pemegang saham ketika
pemegang saham memiliki kendali lebih besar dari yang seharusnya. Apabila
seorang pemegang saham memiliki kendali yang terlalu besar maka dia akan
cenderung memiliki insentif untuk memperoleh keuntungan pribadi, akibatnya
kinerja perusahaan akan menurun. Kecenderungan ini meningkat ketika
kepemilikan pemegang saham pengendali berkurang. Pada perusahaan dengan
kepemilikan saham terbagi – bagi, pemilik saham tersbesar akan mengendalikan
perusahaan. Pada perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat melalui kepemilikan
institusi, pemegang saham pengendali akan mengendalikan perusahaan dengan
sedikit kepentingan.
Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang
memiliki peran yang penting, yaitu mengendalikan kebijakan keuangan
perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi
tingkat hutang, maka resiko keuangan juga akan semakin tinggi. Kepemilikan
manajerial akan membuat pihak manajemen lebih berhati – hati dalam keputusan
pembentukan hutang. Pemegang saham akan berusaha untuk menyamakan
kepentingan antara manajemen dengan pemegang sahm dengan mengikat
tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap kebijakan hutang.
C. Hutang
1. Pengertian Hutang
Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan. Semua
perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil pasti memiliki hutang.
Hutang didefinisikan sebagai kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari
transaksi – transaksi yang terjadi di masa lalu yang harus dibayar dengan kas,
aktiva atau barang atau jasa di waktu yang akan datang ( Jusuf, 2001 ). Hutang
juga dapat diartikan sebagai pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan
perusahaan di masa yang akan datang yang disebabakan karena tindakan –
tindakan yang terjadi di masa lalu. Bentuk pengorbanan ekonomi ini dapat
berupa uang, aktiva, jasa, atau melaukan pekerjaan – pekerjaan tertentu.
Hutang menimbulkan ikatan yang memberikan hak kepada pemberi hutang (
kreditur ) untuk mengklaim aktiva perusahaan.
2. Klasifikasi Hutang
Hutang dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah
kewajiban – kewajiban yang harus dibayar dengan penggunaan aktiva lancar
atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartikan pula sebagai hutang
yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang adalah
hutang yang masa jatuh temponya lebih dari satu tahun. Hutang lancar atau
uang muka penjualan, kewajiban pajak, hutang dividen, hutang wesel dan
hutang biaya ( hutang gaji, hutang bunga ).
Hutang jangka panjang bisanya terdiri dari hutang hipotek, hutang
oblogasi, utang bank jangka panjang, dan hutang sewa jangka panjang.
Kebutuhan dana untuk jangka pendek biasanya didanai dengan sumber –
sumber hutang jangka pendek ( hutang dagang, wesel ), sedangkan untuk
kebutuhan dana yang bersifat lebih permanen didanai dengan sumber –
sumber jangka panjang ( obligasi, hutang bank jangka panjang, dll ).
3. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control
yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan para
pemegang saham, khususnya biaya keagenan free cash flow. Menurut
Pecking–Order Theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika
tersedia dan memilih hutang lebih dari ekuitas ketika pendanaan eksternal
digunakan. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan terlebih dahulu
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai
dengan hutang, kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel,
kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir.
Pecking-order adalah suatu konsekuensi dari aymmetric information.
Para manajer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan mereka dibanding
investor luar, dan para manajer bersifat enggan untuk mengeluarkan saham
ketika mereka percaya harga saham adalah terlalu rendah. Para manajer
mencoba menyiapkan penerbitan ketika saham secara wajar dihargai atau di
keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk. Hal ini
menjelaskan mengapa harga saham biasanya jatuh ketika penerbitan saham
diumumkan.
Hutang menjadi lebih baik dibanding ekuitas ketika permasalahan
informasi ini bersifat penting. Para manajer optimis akan menyukai hutang
dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Pecking-Order Theory menjelaskan
bahwa ekuitas akan dikeluarkan hanya ketika kapasitas hutang habis dan
kesulitan keuangan mengancam. Penggunaan hutang diharapkan dapat
mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal
mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas.
Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan
membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer
bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban
dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan
menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan. Kebijakan
hutang berhubungan positif dengan resiko sehingga peningkatan hutang
meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti
menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan
hutang untuk mengurangi konflik keagenan.
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi mengurangi hutang
dan mengutamakan penggunaan dana internal sebagai biaya investasi dan
untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan resiko keuangan
menghasilkan profitabilitas rendah, perusahaan meningkatkan penggunaan
hutang untuk membiayai perusahaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah sebagai
berikut : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kebijakan
pengambilan resiko, kebijakan dividen.
1. Kepemilikan institusional, merupakan persentase kepemilikan saham oleh
investor – investor institosional seperti perusahaan investasi atau berupa
lembaga atau perusahaan lain. Dengan peningkatan mekanisme
pengawasan dalam perusahaan yaitu dengan mengaktifkan monitoring
melalui investor-investor institutional dapat mengurangi agency cost.
Dengan adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin
tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol
internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost
pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer
menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan.
2. Kepemilikan manajerial, merupakan persentase kepemilikan saham oleh
pihak manajemen atau pihak dalan perusahaan.
3. Kebijakan pengambilan resiko, pada resiko tinggi manajer akan memilih
proyek yang berisiko tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi.
Pengurangan resiko dilakukan dengan menggunakan hutang dari pihak
4. Kebijakan dividen, merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Deviden mempengaruhi hutang dengan hubungan
yang positif. Perusahaan yang membagikan devidennya dalam jumlah
besar akam memerlukan tambahan dana melalui hutang untuk membiayai
investasinya.
D. Agency Theory
Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik
dengan pengelola, hal ini dikarenakan dewasa ini kebutuhan modal perusahaan
tidak dapat lagi disediakan hanya oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak
dapat lagi dijadikan basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa
pemilik perusahaan merupakan seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai
sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar – besarnya.
Perusahaan – perusahaan modern yang besar tidak dapat lagi memenuhi
kebutuhan modalnya hanya dari satu pemilik, akibatnya mereka akan
mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan
berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, antara pemilik dan pengelola.
Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola
atau manajemen disebut agent. Dalam manajemen keuangan salah satu tujuan
utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, untuk
itu manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk
kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang
saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang
saham dan manajer yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung
pemegang saham. Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer,
karena hal itu dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan, hal
ini dengan sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya – baiya
yang timbul ini disebut dengan biaya keagenan. Jensen ( 1986 ),
mengelompokkan biaya keagenan tersebut ke dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Monitoring cost, yaitu biaya untuk memonitor perilaku manajemen.
2. Bonding cost, yaitu biaya untuk membentuk mekanisme yang dapat
menjamin bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan
manajemen.
3. Residual loss, yaitu biaya untuk mendorong manajer bertindak sesuai
dengan kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.
Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency
cost yaitu, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh
manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari
kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan
kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian
kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara
maksimal
Kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan
menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan
dari luar untuk membiayai investasinya. Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan
hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konlik antara pemegang
free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan
pemborosan oleh manajemen.
Keempat, investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi
saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan
shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Karena kepemilikan
mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi
lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja
manajemen.
E. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Wahidahwati ( 2002 ) menguji hubungan kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institutional terhadap kebijakan hutang. Metode penelitian yang
dilakukan menggunakan persamaan regresi. Hasil penelitiannya terdapat
hubungan negatif antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.
Dalam penelitiannya Wahidahwati juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai
variabel dalam menguji kebijakan hutang, hasil yang diperoleh adalah hubungan
antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang adalah signifikan positif.
Tarjo dan Jogiyanto ( 2003 ) dalam penelitiannya mengenai free cash flow
dan kepemilikan manajerial menggunakan set kesempatan investasi sebagai
variabel moderat. Alasan menggunakan set kesempatan investasi sebagai variabel
moderat adalah hasil analisis terhadap pengujian bila hanya menggunakan free
cash flow saja sebagai variabel adalah tidak signifikan. Pengaruh free cash flow
terhadap kebijakan hutang akan signifikan apabila diketahui set kesempatan
mengelompokkan perusahaan – perusahaan yang memliki set kesempatan
investasi rendah atau tinngi. Hasil kesimpulan penelitiannya adalah free cash flow
behubungan positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan yang memiliki set
kesempatan investasi rendah. Sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh
secara negatif terhadap kebijakan hutang.
Fitri Ismiyanti dan Mamduh M. Hanafi ( 2003 ) menguji persamaan
simultan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, resiko
kebijakan hutang, dan kebijakan deviden. Metode penelitian menggunakan
persamaan regresi secara simultan antara variabel – variabel yang saling
mempengaruhi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara
kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang.
Muhammad Nasir ( 2006 ), melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko,
Kebijakan Utang dan Kebijakan Vividen dalam Perspektif Teori Keagenan.
Populasi yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000 hingga 2004 Hasil
penelitiannya adalah kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang, kebijakan pengambilan resiko berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang, pengaruh kebijakan deviden terhadap
kebijakan hutang tidak signifikan dan Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap kebijakan hutang.
Shelly ( 2009 ), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Free cash
flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Food and Beverages yang
food and beverages yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 hingga 2007.
Penelitiannya ini menggunakan analisi regresi sederhana. Hasil penelitiannya
adalah free cash flow berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan hutang.
Muhammad Faisal ( 2004 ), melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi, Kepemilikan Manajerial
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang. Penelitiannya ini dilakukan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2000
hingga 2002. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi
berganda. Hasil penelitiannya adalah free cash flow berpengaruh positif terhadap
kebijakan hutang, set kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan
hutang. Hasil ringkasa penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO Nama, Tahun dan Judul Variabel Hasil Penelitian
1 Wahidahwati
2 Tarjo dan Jogiyanto (2003), ” Analisa Free
Cas Flow dan
Varaiabel
Independen adalah Free cash flow dan
Kepemilikan Manajerial
3 Fitri Ismayanti dan Mamduh Hanafi
5 Shelly (2009), ”Pengaruh Free Cash Flow
6 Muhammad Faisal
(2004),” Analisis
H1 F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian, yaitu
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan latar belakang
masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan diawal maka kerangka
konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Penulis, 2011
Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijkan hutang
adalah penting, yaitu untuk mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan
agar sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan kepemilikan
manajerial, manajer akan berhati – hati dalam memutuskan penggunaan Kepemilikan Manajerial
( X1)
Free Cash Flow ( X2)
Kebijakan Hutang
(Y) H3
hutang, karena dengan tingkat hutang yang semakin tinggi perusahaan juga
akan menghadapi resiko yang juga semakin tinggi. Wahidahwati ( 2002 ),
Muhammad Faisal ( 2004 ), Nasir ( 2006 ), serta Tarjo dan Jogiyanto ( 2003
), dalam penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.
.Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak lagi
dibutuhkan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Free cash flow yang
berlebihan atau terlalu besar akan menimbulkan konflik kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham. Keadaan tersebut disebabkan manajer
cenderung akan melakukan investasi – investasi yang tidak menguntungkan
dengan free cash flow. Di sisi lain, pemegang saham menginginkan free
cash flow tersebut dibagikan kepada mereka.
Salah satu cara untuk mengurangi dugaan pemborosan free cash flow
oleh manajer adalah dengan pembentukan hutang. Pembentukan hutang
akan mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow.
Tekanan pasar akan mendorong manajer untuk membagikan free cash flow
kepada pemegang saham atau mereka beresiko akan kehilangan kendali atas
perusahaan. Keadaan tersebut akan membuat manajer mencari sumber
pendanaan lain, yaitu dengan hutang. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap hutang. Dari
penjelasan diatas dapat pula disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dan
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam
menganalisis. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang
telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H1 :Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap hutang.
H2 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap hutang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut sugiyono ( 2007 )
desain kausal adalah desain penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan
sebab akibat antara variabel independent ( variabel yang mempengaruhi ) dan
variabel dependen ( variabel yang dipengaruhi ). Penelitian ini menguji pengaruh
kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Demensi
waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series, yang
mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu, yaitu dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2007 ). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 sampai tahun 2010.
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi dan harus benar – benar representatif atau mewakili. Jika
sampel kurang representatif maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel
tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya ( Erlina, 2008 ).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan ( judgement ) tertentu
atau jatah ( quota ) tertentu ( Jogiyanto, 2004 ).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
2. Perusahaan tersebut tidak di delisting ( dikeluarkan ) dari Bursa Efek
Indonesia pada periode 2008 sampai 2010.
3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan telah
diaudit pada periode 2008 sampai 2010.
4. Perusahaan memiliki informasi mengenai kepemilikan manajerial.
Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
berjumlah 152 perusahaan, ke – 152 perusahaan tersebut yang menjadi populasi.
Setelah dipilah dengan menggunakan kriteria yang telah dijelaskan di atas,
didapat 20 perusahaan yang layak menjadi sampel, ke – 20 perusahaan tersebut
Tabel 3.1
Daftar Sampel Penelitian
NO Nama Emiten Kode
1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk DPNS
2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk RICY
3 PT. Indo Acidatama Tbk SRSN
12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk YPAS
13 PT. Gudang Garam Tbk GGRM
14 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI
15 PT. Metrodata Electronics Tbk MTDL
16 PT. Barito Pacific BRPT
17 PT. Pyridam Farma Tbk PYFA
18 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk KONI
19 PT. Asiaplast Industry Tbk APLI
20 PT. Berlina Tbk BRNA
Sumber : Bursa Efek Indonesia
C. Jenis Data
Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang
suatu keadaan. Data yang diperoleh perlu diolah untuk dapat menjawab persoalan
adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh
secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder ini diperoleh dalam
bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh
pihak – pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam Indonesian Capital
Market Directory ( ICMD ) atau dapat didownload melalui situs www. Idx.co.id.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Daftar perusahaan sektor industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode 2008 sampai 2010.
2. Data laporan keuangan lengkap yang telah diaudit dari perusahaan sektor
industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2008 sampai 2010.
3. Data persentase kepemilikan manajerial. Data ini dapat diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) atau dapat dilihat di catatan
atas laporan keuangan perusahaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokementasi.
Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan, yaitu dengan
melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku – buku dan bacaan –
bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada
tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis
data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran
cara mengolah data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang
menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literartur untuk menunjang data
kuantitatif yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2009 dan dari situs
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk mengukur. Variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen. Penelitian ini menggunakan free cash flow dan kepemilikan manajerial
sebagai variabel independen ( Bebas ). Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas penelitian ini
menggunakan hutang yang diukur dari DER sebagai variabel dependen. Berikut
ini adalah definisi operasional variabel – variabel tersebut :
1. Free cash flow
Free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan
kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak lagi dibutuhkan untuk modal
kerja atau investasi pada asset tetap. Free cash flow dihitung dengan
menggunakan rumus Ross et al ( 2000 ), yaitu :
FCF = AKO – PM - ∆NWC
Dimana :
FCF : Free cash flow
AKO : Aliran kas operasi perusahaan.
∆NWC : Perubahan Modal kerja bersih perusahaan.
Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari penghasil utama
perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada asset
tetap, yaitu asset tetap bersih akhir periode dikurangi asset tetap bersih di awal
periode ditambah penyusutan. Sedangkan perubahan modal kerja bersih adalah
modal kerja bersih akhir dikurang dengan modal kerja bersih awal. Modal kerja
bersih adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan
persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan
manajerial ini dapat dilihat di Indonesian Capital market Directory ( ICMD ) atau
dapat juga dilihat pada catatan atas laporan keuangan perusahaan.
3. Debt to Equity Ratio ( DER )
DER menggambarkan perbandingan antara total hutang perusahaan
dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan
usaha. Data mengenai DER dapat langsung diketahui di Indonesian Capital
Market Directory ( ICMD ), atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Total Hutang DER =
F. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode
analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 16.0. Metode
analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena
metode analisis regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai
pengaruh masing – masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun
simultan.
G. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan agar hasil regresi memenuhi kriteria
BLUE ( best linear unbiased estimator ). Uji asumsi klasik terdiri dari uji
normalitas data, uji autokorelasi, uji heterokedasitas, dan uji multikolinearitas.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian
ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas data dapat menggunakan
Kolmogorov – smirnov test. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka
suatu data disimpulkan terdistribusi secara normal.
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t- 1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lainnya. Jika ada korelasi,
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
yang berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan
pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi diantaranya
dengan uji Durbin Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
pertama dan mensyaratkan adanya intercept ( konstanta ) dalam model regresi.
Penganmbilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai Durbin – Watson ( DW ) terletak anatara batas atas atau Upper
Bound ( DU ) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan
nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound (
DL ), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada ( 4- DL ), maka koefisien
autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas ( DU ) dan batas bawah ( DL )
atau DW terletak anatara ( 4 – DU ) dan ( 4- DL ), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan ( Ghozali, 2001 ).
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen
variabel yang dilibatkan dalam model. Jika terjadi gejala multikolinearitas yang
tinggi, standard erroe koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan
terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima hipotesis yang salah dan
menilak hipotesis yang benar.
Uji asumsi klasik seperti multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan
jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel
independen dengan menggunakan Varian Inflation Factor ( VIF ). Batas dari VIF
adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0.1. Jika VIF lebih besar dari 10 dan
nilai tolerance value kurang dari 0.1 maka terjadi multikolinearitas. Bila terdapat
gejala multikolinearitas diantara variabel independen, maka penanggulangannya
adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel tersebut dari model.
4. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan
pengganggu. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalah sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Pendeteksiannya dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan denga melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y
adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya ) yang telah di – studentized. Jika
ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola – pola tertentu
yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas,
serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka
H. Model Analisis Regresi Berganda
Pada penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis regresi berganda untuk mengolah dan memproses data yang telah
diperoleh serta untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis
regresi berganda dipilih untuk penelitian ini karena metode ini dapat
menyimpulkan secara langsung mengenai penganruh masing – masing variabel
baik secara parsial maupun simultan.
Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = Hutang
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien Regresi
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Free Cash Flow
e = error
I. Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Secara Parsial ( Uji t )
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini
dipakai untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
H0 : b = 0 : Artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh
Ha : b ≠ 0 : Artinya secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap
variabel independen.
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada
tingkat signifikansi sebesar 5 %. Kriteria pengambilan keputusan pada uji t ini
adalah sebagai berikut :
H0 diterima jika thitung < ttabel
H0 ditolak jika thitung > ttabel
2. Uji Secara Simultan ( Uji f )
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
digunakan dalam model penelitian memiliki pengaruh secara simultan / bersama –
sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :
H0 : b1 = b2 = 0 : Artinya secara simultan tidak ada pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 : Artinya secara simultan ada pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada
tingkat signifikansi 5 %. Kriteria yang dipakai pada uji F ini adalah :
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penulis akan menyajikan dan memaparkan hasil analisis data yang telah
terkumpul. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan
manajerial dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah dijelaskan terlebih
dahulu di atas. Sebelum memaparkan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis
akan menyajikan data – data penelitian yang digunakan.
A. Data Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh antar varabel dalam penelitian ini, maka
dipelukan data – data dari perusahaan yang akan diteliti. Analisi data tersebut
diperlukan untuk sebelum membahas pengaruh variabel dependen yaitu
kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap varabel independen, yaitu
kebijakan hutang.
Penelitian ini menggunakan perusahaan – perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai 2010 sebagai
populasi. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebanyak 152 perusahaan, ke – 152 perusahaan inilah yang menjadi populasi
penelitian ini. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah 20 perusahaan, dimana
perusahaan – perusahaan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jumlah sampel secara
Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :
1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2010.
2. Perusahaan tersebut tidak dikeluarkan dari Bursa Efek Indonesia
pada periode 2008 sampai 2010.
3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan
telah diaudit pada periode tahun 2008 sampai tahun 2010.
4. Perusahaan memiliki informasi mengenai kepemilikan manajerial.
B. Deskripsi Nilai Variabel
Berikut ini deskripsi nilai masing – masing varabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Deskripsi Nilai Variabel Kepemilikan Manajerial Tabel 4.1
Nilai Kepemilikan Manajerial Perusahaan Sampel ( % )
NO EMITEN 2008 2009 2010
1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 1.9 6.46 6.87
2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 15.46 15.46 15.46
3 PT. Indo Acidatama Tbk 14.15 14.15 14.15
4 PT. Indo Kordsa Tbk 25.4 25.4 25.4
5 PT. Intraco Penta Tbk 5.43 5.76 3.53
6 PT. AKR Corporindo Tbk 0.24 0.46 0.63
7 PT. Lautan Luas Tbk 3.64 3.64 3.64
8 PT. Mandom Indonesia Tbk 0.19 0.18 0.15
9 PT. Jaya Pari Steel Tbk 2.2 15.53 15.53
10 PT. Lionmesh Prima Tbk 25.6 25.61 25.61
12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0.35 0.35 0.35
Sumber : idx.co.id ( 24 April 2011,diolah )
Tabel 4.1 di atas menunjukkan nilai variabel kepemilikan manajerial
selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai 2010. Dari tabel di atas dapat dilihat
PT. Lionmesh Prima Tbk merupakan perusahaan yang memiliki tingkat
kepemilikan manajerial tertingi yaitu rata – rata 25.6 %, selama tiga tahun,
sedangkan kepemilikan manajerial terendah dimiliki oleh PT. Mandom
Indonesia Tbk yaitu rata – rata sebesar 0.17 %.
2. Deskripsi Nilai Variabel Free Cash Flow Tabel 4.2
Nilai Free Cash Flow Perusahaan Sampel ( Juta Rupiah )
NO EMITEN 2008 2009 2010
1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 7274.88 856.99 1659.16
2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 2758.15 6461.45 7660.51
3 PT. Indo Acidatama Tbk -16861.85 -11159.55 -24015.15
4 PT. Indo Kordsa Tbk 297524.36 143137.54 -13571.58
5 PT. Intraco Penta Tbk -65850.07 201997.49 104903.6
6 PT. AKR Corporindo Tbk -354774.05 -164100.08 -139689.97
8 PT. Mandom Indonesia Tbk -21150.06 61094.01 66381.6
9 PT. Jaya Pari Steel Tbk 87776.69 -110209.43 -10512.55
10 PT. Lionmesh Prima Tbk 4779.2 -4672.43 1674.96
11 PT. Dynaplast Tbk 45989.43 36341.23 -8629.32
12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk -27129.25 3658.2. 12015.12
13 PT. Gudang Garam Tbk 694557 789321 1024515
14 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 48974.01 -290623.87 124951.65
15 PT. Metrodata Electronics Tbk 28781.73 55944.5 65529.78
16 PT. Barito Pacific Tbk -6004314 2310481 1359113
17 PT. Pyridam Farma Tbk 35.92 -1236.87 -2187.42
18 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk -1173 -345.41 -486.1
19 PT. Asiaplast Industry Tbk 18645.39 -34461.39 -4834.08
20 PT. Berlina Tbk -7643.28 39139.57 28100.5
Sumber : idx.co.id ( 24 April 2011, diolah )
Tabel diatas menunjukkan nilai varabel free cash flow perusahaan
sampel dari tahun 2008 – 2010. Dari tabel diatas dapat dilihat perubahan free
cash flow setiap tahunnya. Pada tahun 2008 nilai free cash flow tertinggi
dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk sebesar Rp. 694.557 juta, sedangkan
yang terendah dimiliki oleh PT. Barito Pacific Tbk, yaitu sebesar minus Rp
6.004.314 juta.
Pada tahun 2009, nilai free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT.
Gudang Garam Tbk, yaitu sebesar Rp 789.321 juta, sedangkan yang terendah
dimiliki oleh PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk, yaitu sebesar minus Rp
290.623,87 juta. Pada tahun 2010, nilai free cash flow tertinggi dimiliki oleh
PT. Barito Pacific Tbk, yaitu sebesar Rp 1.359.113 juta, sedangkan nilai free
cash flow terendah dimiliki oleh PT. AKR Corporindo Tbk sebesar minus Rp
3. Deskripsi Nilai Variabel DER
Tabel 4.3
Nilai DER Perusahaan Sampel
NO EMITEN 2008 2009 2010
Tabel di atas menunjukkan tingkat Debt to Equity ( DER ), perusahaan
– perusahaan sampel selama tiga tahun dari 2008 hingga 2010. dari tabel di
tingkat DER yang paling tinngi yaitu sebesar 3.18, ini berarti PT. Lautan Luas
Tbk memiliki tingkat hutang sebesar 3.18 kali dari nilai modalnya. Tingkat
DER terendah dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.12,
ini berarti PT. Mandom Indonesia memiliki hutang sebanyak 0.12 kali dari
nilai modalnya.
Pada tahun 2009, PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk memiliki tingkat
DER tertinggi yaitu sebesar 3.2, hal ini berarti PT. Perdana Bangun Pusaka
memiliki hutang sebesar 3.2 kali nilai modal yang dimiliknya, sedangkan yang
terendah adalah PT. Mandom Indonesia Tbk sebesar 0.13, angka ini
menceminkan bahwa hutang PT. Mandom Indonesia sebesar 0.13 kali dari
nilai modalnya.
Pada 2010, perusahaan yang memiliki tingkat DER tertinggi adalah
PT. Lautan Luas Tbk, dengan tingkat DER sebesar 3.14, hal ini berarti PT.
Lautan Luas Tbk memiliki hutang sebesar 3.14 kali nilai modalnya, sedangkan
DER terendah lagi – lagi dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk sebesar
0.1, hal ini berarti tingkat hutang PT. Mandom Indonesia Tbk adalah sebesar
0.1 kali jumlah modal yang dimilikinya.
C. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi ( Sugiyono, 2007 ). Deskripsi suatu data dilihat dari nilai