• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Produktifitas kerja (Υ )

Produktifitas kerja merupakan rasio antara hasil kerja (output) dalam sekala pengorbanan (biaya). Untuk memujudkan hasil tersebut (input) indikatornya adalah persepsi responden terhadap besarnya nilai produktifitas kerja karyawan.

Untuk menilai produktifitas kerja maka digunakan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3), dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan- bahan yang obyektif dalam pembinaan karyawan berdasarkan sistem karir dan sistem produktifitas kerja.

Unsur-unsur produktifitas kerja yang dinilai antara lain : - Kesetiaan

- Tanggung Jawab - Ketaatan

- Kejujuran - Kerjasama - Prakarsa

Hasil pelaksanaan dinyatakan dengan sebutan dan angka yaitu :

(2)

- 91 – 100 = amat baik - 75 - 90 = baik - 61 – 75 = cukup - 50 kebawah = kurang b. Variabel Kebutuhan Fisiologi (Χ ) 1

Meliputi :

- Kebutuhan Kesehatan

Secara operasional mengandung pengertian program pemeliharaan karyawan untuk mengantisipasi kecelakaan.Indikatornya adalah pengadaan pemeriksaan fisik dan mental karyawan secara berkala.

- Kebutuhan Gaji Karyawan

Yaitu pendapatan yang diterima guna memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup, meliputi kebutuhan makan, minum dan hal lain untuk kehidupan.

Indikatornya adalah persepsi responden tentang terpenuhinya kebutuhan yaitu mencukupi atau tidak.

c. Variabel Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Χ ) 2

Yaitu kebutuhan akan keamanan jiwa dan hartanya pada waktu sedang bekerja serta keamanan kelangsungan kerja pada masa yang akan datang.

Indikatornya adalah persepsi responden terhadap besarnya jaminan kesehatan yang diterima responden.

d. Variabel Kebutuhan Sosial/Berkelompok (Χ ) 3

(3)

Yaitu kebutuhan akan perasaan diterima orang lain di tempat ia berkerja kebutuhan kasih sayang, bersahabat.

Indikatornya adalah persepsi responden terhadap beberapa banyak mengikuti organisasi formal / non formal yang ada dilingkungan PD. BPR / BKK Batang Kota.

e. Variabel Kebutuhan Penghargaan (Χ ) 4

Yaitu kebutuhan akan memenuhi harga diri, status dan mendapatkan pujian atau penghargaan lainya akan mendorong karyawan untuk meraih produktifitas dalam berkerja.

Indikatornya adalah persepsi karyawan terhadap beberapa kali mendapatkan penghargaan (sertifikat / piagam, piala / medali atau yang lainya yang berwujud) maupun pujian (lesan) dari pimpinan perusahaan.

f. Variabel Kebutuhan Aktualisasi Diri (Χ ) 5

Yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau kemampuanya, kreatifitasnya secara maksimal serta untuk berbuat dengan sebaik-baiknya bagi dirinya dan bagi masyarakat sekitarnya.

Indikatornya adalah persepsi responden terhadap beberapa kali menampilkan dirinya dalam beberapa peristiwa (event).

3.2 Populasi Dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirinya akan diduga (Masri Singarimbun, 1992) populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan PD. BPR/BKK Batang Kota yang berjumlah 16

(4)

orang. Semua karyawan tersebut tidak seluruhnya dijadikan responden penelitian, tetapi diambil beberapa untuk dijadikan sampel.

Sampel adalah sebagian dari populasi dimana diambil untuk diteliti yang karakteristiknya hendak diduga. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik stratifikasi random sampling, dimana strata ditentukan berdasarkan golongan.

Besarnya sampel agar representatif menurut Winarno Surkhmad (1992) adalah apabila kurang dari 100 sampelnya dapat diambil 50%, sedangkan apabila lebih dari 100 dapat diambil 15%. Dalam penelitian ini agar benar-benar dapat mewakili populasi yang ada, diambil 50% lebih yaitu sebesar 15 responden, dengan perincian sebagi berikut :

Direksi : 1 orang

Bidang Umum : 2 orang Bidang Pemasaran : 6 orang Bidang Pelayanan : 4 orang Satuan Pengawas Intern : 1 orang

Jumlah : 15 orang

3.3 Jenis data dan Sumber Data 1. Data primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian yaitu identitas responden, motivasi pemenuhan kebutuhan kesehatan, gaji

(5)

karyawan, keamanan dan lingkungan, pengharagaan, aktualisasi diri dan lingkungan sosial serta produktivitas kerja karyawan (J. Supranto 1993,11) 2. Data sekunder

Dari data yang telah diolah oleh pihak lain diluar penelitian ini, yaitu berkenaan dengan gambaran umum PD. BPR/BKK Batang Kota, meliputi sejarah dan perkembangan singkat, struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Guna mengumpulkan data, digunakan teknik-teknik sebagai berikut (Marzuki, 1977,62) :

a. Angket (kuesioner)

Yaitu suatu metode pengumpulan data dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan secara tertulis yang kemudian dibagikan kepada responden guna memperoleh data primer (Marzuki, 1977,65).

Meliputi : gaji, produktivitas kerja.

b. Library Research

Membaca majalah, buku-buku literature dan kumpulan handout kuliah yang relevan dengan judul yang diambil Library research ini dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan teoritis yang kuat, sehingga dapat diterapkan dalam keadaan yang sesungguhnya yang diselidiki menuju pada problem dan kesimpulan.

Meliputi : sejarah perusahaan, personalia, struktur organisasi.

(6)

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan meliputi kualitatif dan analisis kuantitatif.

3.5.1 Analisis kualitatif

Merupakan suatu analisis data yang tidak memerlukan pengujian secara matematis dan sistematis, namun hanya bersifat penjelasan berdasarkan pendapat dan interpretasi terhadap data tanggapan responden (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1987,111)

3.5.2 Analisis kuantitaif

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah korelasi dan regresi berganda (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1987,111)

3.5.2.1 Analisis Korelasi Berganda

Korelasi berganda menggambarkan keeratan hubungan antara variabel X dan Y, atau dalam hal ini keeratan hubungan antara variable pemenuhan kebutuhan fisiologis, keselamatan / keamanan, sosial / berkelompok, penghargaan, dan aktualisasi diri secara bersama-sama dengan variabel produktivitas kerja.

Penafsiran besarnya korelasi yang dinotasikan dengan “r“, dengan kriteria sebagai berikut :

• 0,00 – 0,20 = korelasi sangat rendah

• 0,21 – 0,40 = korelasi rendah

• 0,41 – 0,60 = korelasi cukup

(7)

• 0,61 – 0,80 = korelasi kuat

• 0,81 – 1,00 = korelasi sangat kuat

3.5.2.2 Analisa Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemenuhan kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri terhadap produktivitas kerja.

Bentuk umum persamaan regresi berganda : Υˆ =b +bΧ +bΧ +....+bkΧk

2 2 1 1 0

Dalam kasus 6 variabel sebagai berikut : Υˆ =b0 +b1Χ1+b2Χ2 +b3Χ3 +b4Χ4 +b5Χ5

Dimana :

Υ = produktivitas kerja

X1 = fisiologis

X2 = keselamatan / keamanan

X3 = sosial

X4 = penghargaan

X5 = aktualisai diri

b0 = konstan dan intercept b1 b2 b3 b4 b5 = koefisien regresi

(8)

Pengujian Hipotesis

1. Uji t

Pengujian signifikan koefisien korelasi parsial dan koefisien regresi secara parsial / individual menggunakan uji t, yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Ho : β1 = 0 Tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial / individu pada masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel terikat (Y)

Ha : β1≠ 0 Ada pengaruh yang signifikan secara parsial / individu pada masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel terikat (Y)

Tingkat kepercayaan yang digunakan (taraf signifikan) adalah 5 %, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

Jika t-hitung > t tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.

Jika t-hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.

2. Uji F

Koefisien korelasi berganda dan koefisien regresi diuji signifikannya dengan menggunakan uji F, yaitu dengan

(9)

membandingkan F-hitung dengan tabel, dengan ketentuan sebagai berikut :

Ho : β1= 0 Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas (y).

Ha : β1 ≠ 0 Ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas (y).

Tingkat kepercayaan yang digunakan 95 % atau taraf signifikan 5 % (α = 0,05) dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

- Jika F-hitung > F-tabel, Ha diterima dan menolak Ho berarti variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

- Jika F-hitung < F-tabel, Ho diterima dan menolak Ha berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak ada hubungan yang signifikan terhadap variabel terikat

3. Koefisien Determinasi

Digunakan untuk mengetahui prosentasi besarnya perubahan variabel tergantung yang disebabkan oleh perubahan variabel bebas. (Sudjana, 1997 : 383).

Rumus : FP = R2

FP = Koefisien desterminasi

(10)

R2 = Kuadrat dari nilai koefisien korelasi

4. Uji Asumsi Klasik

Sebelum analisis uji signifikansi dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan analisis penyimpangan terhadap uji asumsi klasik yang mungkin terjadi dari data masing – masing variabel, meliputi uji terhadap gejala autokorelasi, multikolinieritas, heterostedastisitas dan normalitas.

a. Uji terhadap gejala autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu (µ) pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2002).

Uji terhadap gejala autokorelasi dideteksi dengan test Durbin-Watson (DW test). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai “d” dengan nilai kritisnya yaitu dl (bawah) dan du (atas) pada tabel Durbin-Watson dengan tingkat signifikan 5 %.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

(11)

- Bila DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka, koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

- Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar

dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

- Bila nilai DW lebih besar dari pada (4-dl), maka koofisien autokorelasi leih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

- Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

b. Uji terhadap gejala multikolinier

Multikolinieritas adalah kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan antara variebel- variabel bebas yang terjadi cukup besar. Hal ini akan menyebabkan perkiraan keberartian koefisien regresi yang diperoleh. Pendeteksian adanya multikolinieritas dengan cara sebagai berikut :

- Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi, tetapi secara individual variable- variabel bebas banyak yang tidak signifikan.

(12)

- Jika antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Jika korelasi kuat maka terjadilah multikolinieritas.

- Multikolinieritas dapat dilihat dari (i) nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF Yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Pedoman suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF yang tidak lebih dari 10, dan mempunyai angka tolerance kurang dari 10 %.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain ( Imam Ghozali, 2002 ).

Pendeteksian dapat dilakukan denagn cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat ( ZPRED ) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Dasar analisis :

(13)

- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang akan membentuk pola tertentu secara teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

- Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable terikat dan variable bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi ada tidaknya dilakukan dengan melihat gambar normal probability plot, yaitu :

- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

6 Wawancara dengan Zulkifri, SH dilakukan pada hari senin, 20 oktober 2014.. motor digunakan karena bisa membantu untuk mengurai kemacetan ketika dijalan. Begini mas

Berkomitmen untuk mulai merealisasikan rencana penanaman modal paling lambat 1 (satu) tahun setelah diterbitkannya keputusan pengurangan Pajak Penghasilan badan.

Dari hasil uji hipotesis melalui regresi linear sederhana Dengan SPSS versi 25 diperoleh ada korelasi (hubungan) yang signifikan antara variable manajemen tenaga

Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat

1) Memiliki pola piker global, yaitu dimaksudkan kecendrungan untuk melihat dunia dengan cara tertentu, sebuah jaringan yang apabila melaluinya kita dapat melihat

Fungsi tindak tutur direktif ialah pesan yang ditangkap pendengar (jamaah) dari konteks tindak tutur direktif, demikian juga dengan makna tindak tutur direktif

melaksanakan proses pembelajaran memiliki skor rata-rata 111,87 dan tergolong dalam kategori sangat baik, (2) kinerja guru sesudah bersertifikasi dalam melaksanakan

Menimbang : bahwa dengan adanya dinamika pemahaman terhadap pelaksanaan Pasal 298 ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan belanja