• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang

Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan, sehingga dapat dikatakan interaksi tidak mungkin terjadi tanpa adanya media bahasa. Apapun yang dilakukan oleh manusia seperti berkumpul, bermain dan menyampaikan pesan semuanya menggunakan media bahasa. Jadi, fungsi bahasa adalah suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi vital dalam hidup ini (Tarigan, 1986: 4).

Selain itu, bahasa adalah salah satu alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Di dalam komunikasi, dapat diasumsi bahwa seorang penutur mengartikulasi tuturan dengan maksud untuk menginformasikan sesuatu kepada mitra tuturannya, dan mengharap mitra tuturnya (pendengar) dapat memahami apa yang hendak dikomunikasi. Untuk itu, penutur harus selalu berusaha agar tuturannya mematuhi prinsip kerja sama, kesantunan, etika, maupun estetika.

(2)

Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi (Mulyana, 2001: 61). Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Berdasarkan konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

Komunikasi sebagai suatu proses yang terdiri dari komunikator, orang yang menyampaikan pesan itu sendiri (message), dan orang yang menerima pesan (komunikan). Proses komunikasi inilah terdapat ketiga unsur komunikasi itu. Bila komunikasi dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang berkeinginan untuk mengubah ide, persepsi, pendapat, sikap dan tingkah laku pihak lain maka akan sama dengan tujuan orang berdakwah. Dakwah yang artinya mengajak adalah berusaha menyebarkan alam pikiran manusia kepada ideologi tertentu. Sehingga komunikasi dalam Islam ialah mengajak umat manusia dengan hikmah

(3)

kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-NYA. Karena tanpa komunikasi kehidupan ini tidak ada, maka komunikasi sangat penting bagi makhluk hidup khususnya manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar untuk mempertahankan hidup tanpa komunikasi manusia tidak dapat memperoleh makan dan perlindungan atau pakaian. Dengan berkomunikasi tersebut secara tidak langsung manusia juga mempergunakan bahasanya untuk menunjukkan maksudnya.

Keunikan manusia sebenarnya tidak terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan dalam berbahasa (Suriasumantri, 1993:171). Dengan bahasa manusia dapat mengekpresikan semua yang ada dalam pikiran, karena dengan berpikir secara otomatis manusia menuturkan suatu bahasa di dalam pikirannya. Hal tersebut antara lain dapat dilihat pada seorang sastrawan karena ia dapat mengekspresikan perasaannya ada kalanya menggunakan bahasa yang berupa percakapan atau tuturan.

Pada dasarnya tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan atau arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur harus disesuaikan dengan situasi tuturan. Situasi tuturan tersebut merupakan situasi sosial yang aktual karena terjadi dalam lingkungan masyarakat yang luas dan berbeda. Jadi situasi tutur dapat mempengaruhi tercapainya tujuan tuturan.

Tindak tutur (speech act) adalah gejala individu yang bersifat psikologis dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut Chaer, (2010: 50) menjelaskan jika peristiwa tutur (speech event) merupakan gejala sosial dan terdapat interaksi

(4)

antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka tindak tutur (speech acts) lebih cenderung sebagai gejala individual, bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika dalam peristiwa maka dalam tindak tutur orang lebih memperhatikan makna atau arti tindak dalam tuturan itu.

Pragmatik erat sekali hubungannya dengan tindak ujar atau tindak tutur. Pragmatik menelaah ucapan-ucapan khususnya dalam situasi khususnya terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan aneka konteks sosial performasi bahasa mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Levinson (dalam Tarigan, 2009:31) memberi batasan pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakaian bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks secara tepat. Kata bahasa itu menggarap kesatuan statis yang abstrak seperti dalam sintaksis dan proposisi dalam semantik. Pragmatik menggarap bahasa dalam tingkat yang lebih konkrit tindakan dalam mengatakan sesuatu, misalnya mengucapkan kata-kata tertentu dengan perasaan dan referensi atau acuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata tindak berarti langkah perbuatan, sedangkan kata tutur berarti ucapan, kata, perkataan.

Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana,

(5)

bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.

Menurut Searle teori yang diajukan Austin terdapat hal yang membingungkan antara verba dan tindakan, terlalu banyak tumpang tindih dalam teori, terlalu banyak heterogenitas dalam kategori dan yang paling penting adalah tidak adanya prinsip klasifikasi yang konsisten. Selanjutnya Searle mengklasifikasi tindak tutur menjadi lima kelompok, yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi (Rahardi, 2009: 17).

Melalui perkembangan teknologi dan informasi, saat ini stasiun televisi di Indonesia makin berlomba-lomba memberikan suguhan tayangan yang beraneka ragam, dari tayangan yang bersifat hiburan sampai yang sifatnya edukatif agamis, seperti format tayangan keagamaan. Dari sekian banyak televisi swasta yang ada di tanah air, salah satunya adalah Trans TV yang menayangkan suatu program yang bernuansa religius. Islam Itu Indah adalah salah satu program acara keagamaan yang ada di Trans TV. Program acara ini diisi oleh Ustad Muhammad Nur Maulana.

Penelitian ini dilakukan karena penulis tertarik untuk meneliti analisis tindak tutur direktif Ustad M. Nur Maulana dalam Islam itu indah edisi April 2014. Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penutur agar lawan tutur melakukan sesuatu, misalnya tindak memaksa, memerintah, mengajak, menyuruh, memperingatkan, mengijinkan dan sebagainya (Yule, 1996:

(6)

54). Di dalam analisis ini penulis memilih program Islam itu indah sebagai sumber data karena penulis tertarik pada program ”Islam itu Indah” ini sebab didalamnya berupa tausiah dari Ustad Muhammad Nur Maulana yang mempunyai tema berbeda-beda setiap harinya. Sosok da'i satu ini boleh dikata unik. Jenaka, murah senyum dan cepat akrab dengan siapa saja, baik terhadap anak-anak, remaja, orangtua, maupun pejabat adalah karakternya. Siapa saja, bisa mengajaknya berkomunikasi. Itulah sosok Ustad Nur Maulana yang kerap menyapa pendengarnya dengan sebutan, jama'aah yang terkenal itu.

Karakternya yang murah senyum, jenaka, dan gaul itu yang diakuinya turut mempengaruhi model dakwahnya yang kerap diselingi humor, serta disajikan dengan gaya yang khas yaitu ekspresi-ekspresi dan gaya anak muda zaman sekarang ini. Sehingga anak muda bisa lebih memahami tentang dakwah-dakwah yang disajikannya dan yang pasti acara ini tidak membosankan. Di akhir acara Ustad M. Nur Maulana ini berdoa bersama dengan diiringi alunan instrumental sehingga membuat hati setiap orang yang mendengarkan ikut terlena dengan doa bersama tersebut. Selain itu bahasa yang digunakan dalam menyampaikan dakwahnya juga mudah dipahami.

Selain itu, Tindak tutur direktif merupakan salah satu jenis tindar tutur yang unik untuk diteliti. Direktif yang disini bermakna tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan-tuturan memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menyarankan, memerintah termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini. Dakwah merupakan momen yang banyak menggunakan tidak tutur

(7)

direktif dalam prakteknya. Seorang tokoh agama akan mempraktekkan jenis tindak tutur ini dalam menyampaikan nasehat-nasehat agamanya. Termasuk juga Ustad Maulana, Ustad yang cukup kharismatik yang terkenal melalui acaranya Islam Itu Indah.

Terkait dengan penelitian analisis tindak tutur direktif sepanjang pengetahuan peneliti, terbilang cukup banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya diantaranya “Analisis Tuturan Direktif Guru dalam Situasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X MAN Malang 1” yang dilakukan oleh Ratih Indah Sari (2014). Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk tuturan direktif pada guru dalam situasi pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas X MAN Malang 1, dan (2) mendeskripsikan fungsi tindak tutur pada guru dalam situasi pembelajaran bahasa indonesia kelas X MAN Malang 1, dan (3) mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur pada guru dalam situasi pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas X MAN Malang 1. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Digunakannya pendekatan ini didasarkan pada dua alasan, yakni (1) menganalisis data berupa kata-kata, (2) data diperoleh dari tuturan guru yang berupa kata, frase, klausa, dan kalimat yang diucapkan guru dalam interaksi pembelajaran. Sumber data dari penelitian ini adalah guru yang mengajar di kelas X-F dan B.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tuturan yang digunakan guru adalah bentuk tuturan direktif requestives hal ini dikarenakan guru ingin mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Begitu juga dengan fungsi dalam tindak tutur yang diujarkan oleh guru memiliki fungsi kompetitif dan kolaboratif, hal ini dilakukan guru karena dalam setiap proses pembelajaran guru berusaha mengajak

(8)

siswa untuk ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Jenis tuturan yang sering digunakan oleh guru adalah tuturan langsung, dalam hal ini guru berusaha langsung dalam menyampaikan materi pada siswa tanpa menggunakan perantara agar siswa mudah memahami setiap penjelasan yang dituturkan oleh guru.

Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Ika Septian Ciptaningtyas (2012) yakni “Tindak Tutur Direktif dalam Film Asterix Et Obelix Mission Cleopatre.” Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur direktif dalam film Asterix et Obelix Mission Cleopatre (AOMC) (2) mendeskripsikan maksud dari setiap jenis tindak tutur direktif dalam film Asterix Et Obelix Mission Cleopatre (AOMC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film Asterix Et Obelix Mission Cleopatre terdapat enam jenis tindak tutur direktif yaitu (1) tindak permintaan (requestives) berupa maksud meminta, mendorong, dan mengajak, (2) tindak pertanyaan (questions) berupa maksud bertanya, (3) tindak perintah (requirements) berupa maksud memerintah, mengkomando, mengarahkan dan mensyaratkan, (4) tindak larangan (prohibitives) berupa maksud melarang dan membatasi, (5) tindak pemberian ijin (permissives) berupa maksud menyetujui dan mengizinkan, dan (6) tindak nasihat (advisories) berupa maksud menasihatkan dan menyarankan.

Terkait dengan penelitian tentang analisis tindak tutur direktif sepengetahuan peneliti yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, namun dengan objek yang berbeda sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul Analisis Tindak Tutur Direktif oleh Ustad Muhammad Nur Maulana dalam “Islam itu Indah” Program Trans TV dengan

(9)

mengedepankan pembahasan bahwa setiap program televisi memiliki bahasa masing-masing yang menarik untuk diteliti.

1.2 Jangkauan Masalah

Untuk dapat menganalisis tindak tutur direktif Ustad Muhammmad Nur Maulana dalam Islam itu Indah edisi April 2014, kegiatan analisis didasarkan pada tindak tutur direktif. Tindak tutur direktif sebagai bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan suatu tindakan. Penutur dalam mengungkapkan maksudnya ada yang menggunakan ungkapan memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang. Fungsi tindak tutur direktif ialah pesan yang ditangkap pendengar (jamaah) dari konteks tindak tutur direktif, demikian juga dengan makna tindak tutur direktif ialah makna atau respon yang diterima oleh pendengar (jamaah). Agar Penelitian ini tidak meluas maka penulis membatasi pembahasan tentang makna dan fungsi dengan mengacu pada kategori tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Searle. Penelitian ini melibatkan Ustad Muhammad Nur Maulana sebagai penutur dan jamaah sebagai mitra tutur. Bentuk interaksi berupa komunikasi dakwah Ustad Muhammad Nur Maulana terhadap jamaahnya sehingga jelaslah penelitian ini merupakan penelitian pragmatik.

(10)

1.3 Rumusan Masalah

Dari penjabaran ruang lingkup di atas, tujuan penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan:

1. Bagaimana makna tindak tutur direktif yang digunakan oleh Ustad Muhammad Nur Maulana dalam “Islam itu Indah” program Trans TV?

2. Bagaimana fungsi tuturan direktif yang digunakan oleh Ustad Muhammad Nur Maulana dalam “Islam itu Indah” program Trans TV?

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari peneliti ini adalah:

1. Mendeskripsikan makna tindak tutur direktif yang digunakan oleh Ustad Muhammad Nur Maulana dalam “Islam itu Indah” program Trans TV.

2. Mendeskripsikan fungsi tuturan direktif yang digunakan oleh Ustad Muhammad Nur Maulana dalam “Islam itu Indah” program Trans TV.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur direktif dalam

(11)

pragmatik. Selanjutnya penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pragmatik pada khususnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap pemakaian bahasa dalam program acara “Islam Itu Indah”, terutama dalam memahami tindak tutur direktif. Hal ini diperlukan agar program acara televisi tidak semata-mata memberikan informasi kepada pendengarnya namun sekaligus memberikan ilmu yang bermanfaat.

1.6 Definisi Operasional

1) Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar (Kridalaksana, 1984: 154).

2) Tindak tutur direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif (Yule, 2006: 93). 3) Fungsi tuturan direktif adalah berupa pesan yang ditangkap mitra tutur

dari konteks tindak tutur direktif yakni mempengaruhi penutur atau mitra tutur agar melakukan tindakan seperti yang diungkapkan oleh si penutur.

(12)

4) Dakwah adalah penyiaran agama dan pengembangannya dikalangan masyarakat (KBBI).

5) Bahasa adalah lambang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, mempunyai sistem dan mengandung arti yang bersifat arbitrer; dipakai oleh manusia dalam kehidupan sebagai alat komunikasi antarsesamanya untuk membentuk, mengungkapkan, dan menyampaikan pikiran dan perasaannya (Sitindaon, 1984: 17).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pembangunan bidang Cipta karya, Kabupaten Bangli memiliki komitmen yang cukup tinggi dimana hal ini dapat dilihat dari perkembangan belanja pembangunan Bidang Cipta

TOPIK

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

• Keraguan penerapan strategi SUFA bagi Rumah Sakit yang sudah kolaborasi TB-HIV • Belum ada program pemberdayaan dengan pelibatan pasien TB-HIV. • Masih adanya Lapas/Rutan

Penelitian dilakukan dengan simulasi untuk melihat apakah sistem yang disarankan bisa mengontrol aliran paket data jaringan komputer sehingga.. dapat mengurangi

Hasil dari penelitian ini adalah Sistem Informasi Kegiatan Sekolah telah memenuhi standar ISO 25010 pada karakteristik functional suitability dengan nilai 100% (sangat

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,