BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktifitas yang dijalankannya.Pendapatan juga merupakan salah satu tolak ukur bagi manajemen dalam mengelola perusahaan.Manajemen tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode akuntansi yang diakui sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis mengutip beberapa pengertian pendapatan antara lain:
1. Menurut PSAK NO.23 paragraf 6 Ikatan Akuntan Indonesia (2010;23.3) menyatakan bahwa:
“Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.
2. Menurut Kieso, Donald E, Jerry J, Weygandt, Terry D, Warfield (2008;516) menyatakan bahwa:
“Pendapatan adalah arus kas masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama satu periode”.
3. Menurut Kieso, Donald E, Jerry J, Weygandt, Terry D, Warfield
(2002:101) menyatakan:
“Revenue are the inflow of asset and/or settlements of liabilities from delivering or producing good, rendering services, or other earning activities that constitute an enter price’s on going major or central operations during a periode” .
4. Menurut Stice, James D, Earl K.Stice, K.Fred Skousen (2009:493) menyatakan bahwa:
“Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan lain dari suatu asset suatu entitas atau penulasan utang-utangnya (atau kombinasi dari keduanya) yang dihasilkan dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan operasi utama atau operasi sentral yang berkelanjutan dari entitas tersebut”
5. Menurut Baridwan, Zaki (2000;30) menyatakan bahwa:
“Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama satu periode tertentu”.
2.2 Klasifikasi Pendapatan
Menurut Kusnadi (2000:19) menyatakan bahwa pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pendapatan Operasional
Pendapatan Operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan
barang dagangan, produk atau jasa dalam perode tertentu dalam rangka
kegiatan utama atau yang menjadi tujuan utama perusahaan yang
berhubungan langsung dengan usaha (operasi) pokok perusahaan yang
bersangkutan.Pendapatan ini sifatnya normal sesuai dengan tujuan dan usaha
perusahaan dan terjadinya berulang-ulang selama perusahaan melangsungkan
kegiatannya.
b. Pendapatan Non Operasional
Pendapatan Non Operasional merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan sampingan atau bukan dari kegiatan utama perusahaan (di luar usaha pokok) yang bersifat insidentil.
Pemisahan atau pembagian pendapatan yang mengalir dari berbagai sumber sangat perlu dilakukan sehingga dapat diperoleh ketepatan dalam mengambil keputusan bagi pihak ekstern terutama para pemakai laporan keuangan.
2.3 Pengakuan Pendapatan
Telah disebutkan sebelumnya, salah satu permasalahan utama dari elemen pendapatan adalah proses pengakuan pendapatan (revenue recognition). Pengakuan (recognition) mengacu pada saat atau waktu dimana suatu transaksi dicatat.Pencatatan tersebut meliputi seluruh gambaran dari transaksi tersebut, baik dalam kata-kata maupun jumlahnya, dimana jumlahnya mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
2.3.1 Kriteria Pengakuan Pendapatan
Agar informasi akuntansi mengenai pendapatan dalam laporan keuangan memiliki nilai umpan balik dan disampaikan pada waktu yang tepat, diperlukan adanya suatu criteria tertentu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan suatu pengakuan pendapatan (revenue recognition).
Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.5
yang dikemukakan oleh Dyckman (2000;237), pengakuan sebagai pencatatan
suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Pengakuan tersebut penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Ada empat kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yakni:
a. Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dalam tujuh unsur laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
b. Dapat diukur, item tersebut harus memilki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan dan diukur.
c. Relevansi, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji dan netral.
Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila:
1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai.
Pendapatan direalisasi diartikan bila telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil kegiatan perusahaan dengan kas atau klaim untuk menerima kas (piutang), atau dengan kata lain saat barang atau jasa diterima sebagai kas atau piutang. Pendapatan dapat direalisasikan diartikan jika aktiva yang dapat diterima saat pertukaran bisa dikonversi menjadi kas atau piutang dalam jumlah yang pasti.
Vernon Kam juga mengemukakan tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam pengakuan pendapatan yaitu:
1. Measurability of Asset (keterukuran nilai aktiva)
2. Existence of Transaction (terjadinya transaksi)
3. Substansial Completition of The Earning Process(proses penghimpunan/penghasilan telah selesai)
Untuk memperoleh pendapatan, perusahaan harus melakukan kegiatan memproduksi barang atau jasa yang menjadi sumber utama pendapatan.
Pendapatan diperoleh diartikan bilamana kegiatan menghasilkan pendapatan telah berjalan dan secara substansial telah selesai ataupun sebenarnya belum diselesaikan selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba tersebut dapat diestimasi dengan tepat.
Sesuai dengan kondisi di atas juga, maka pada umunya pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan atau konsumen.Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa tersebut telah dilakukan dan dibuat fakturnya.Dan Imbala yang diperoleh atas penggunaan aktiva/sumber-sumber ekonomis oleh pihak-pihak lain seperti pendapatan bunga, sewa, royalti diakui sejalan dengan berlalunya waktu atau pada saat aktiva tersebut digunakan.
Sedangkan menurut Thomas R. Dykmanada 3 (tiga) kategori waktu yang luas dari kriteria pengakuan pendapatan yaitu:
1. Pendapatan diakui pada saat pengiriman produk atau jasa (titik penjualan).
Pengakuan pendapatan ini dilakukan apabila transaksi tersebut telah memenuhi dua kondisi pengakuan pendapatan, yakni ketika pendapatan direalisasikan atau dapat direalisasikan dan ketika dihasilkan, biasanya dipenuhi pada saat barang dan jasa dikirim.
Jadi, pendapatan dari penjualan dari penjualan produk umunnya diakui
pada tanggal penjualan, yang berarti tanggal produksi itu dikirim ke
pelanggan. Pendapatan dan jasa yang telah dilaksanakan diakui sama seperti
ketika jasa telah dilaksanakan. Metode titik penjualan jasa kadangkala disebut
juga metode penjualan atau metode pengiriman dari pengakuan pendapatan.
2. Pendapatan diakui setelah pengiriman produk atau jasa
Pendapatan yang diakui setelah pengiriman umumnya disebabkan karena adanya pertimbangan mengenai jumlah pendapatan yang akan direalisasikan. Dalam beberapa kondisi tertentu kriteria pengakuan pendapatan tidak terpenuhi hingga beberapa waktu setelah pengiriman barang atau jasa kepada pelanggan.
3. Pendapatan diakui sebelum pengiriman produk atau jasa
Dalam keadaan-keadaan tertentu, pendapatan dilaporkan sebelum penyerahan barang jadi atau penyelesaian suatu kontrak jasa. Biasanya hal ini terjadi apabila periode konstruksi atau pembuatan barang yang akan dijual atau periode pelaksanaan jasa relative lama, yaitu lebih dari 1 (satu) tahun.
2.3.2 Pengakuan Pendapatan menurut PSAK No.23 Tahun 2010
Jumlah pendapatan yang timbul karena adanya transaksi dari aktivitas perusahaan biasanya ditentukan oleh kesepakatan antara penjual dan pembeli suatu asset berupa barang atau jasa.
Tujuan dari pernyataan mengenai pengakuan pendapatan dalam PSAK No.23 tahun 2010 adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi tertentu.
Menurut PSAK No.23 Tahun 2010 kriteria pengakuan pendapatan
biasanya diterapkan secara terpisah kepada setiap transaksi.Kriteria tersebut
dapat diidentifikasikan secar terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya
mencerminkan substansi dari transaksi tersebut, sebaliknya jika criteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila
transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersilnya
tidak dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara
keseluruhan. Pendapatan dari setiap peristiwa ekonomi yang terjadi harus
diakui bila memenuhi kondisi sebagai berikut:
1. Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.
e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan tidak diakui bila perusahaan tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, antara lain:
1. Jika Perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan sebagaimana lazimnya.
2. Jika penerimaan pendapatan dari suatu penjualan bergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutran.
3. Jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan.
4. Jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alas an yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur.
Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi
sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan. Bila
suatu ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah tertentu yang telah
termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya diakui sebagai beban.
2. Penjualan Jasa
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Hasil suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila sekuruh kondisi ini dipenuhi jika:
a. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.
d. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelsaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal.
3. Penggunaan aset perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga,royalti, dan dividen harus diakui atas dasar:
a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang menghasilkan efektif aset tersebut.
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan
tersebut mencapai persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain
dalam transaksi dalam:
a. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaanya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut.
b. Imbalan yang harus dipertukarkan.
c. Cara dan persyaratan penyelesaian.
Tingkat penyesuaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode yang dapat mengukur andal jasa yang diberikan, bergantung pada sifat transaksi. Metode tersebut meliputi, survey pekerjaan yang dilaksanakan, jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan, serta proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut.
2.3.3 Prinsip untuk Pengakuan Pendapatan
Persoalan penting yang dihadapi perusahaan adalah kapan pendapatan harus diakui.Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) telah dihasilkan.Pendekatan ini sering kali dipandang sebagai prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition principle).
Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan dapat direalisasi (realizable) apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim atas kas.Aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas apabila dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga yang dapat ditentukan dengan mudah tanpa biaya tambahan yang signifikan.
Pendapatan dianggap telah dihasilkan (earned) apabila entitas
bersangkutan pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya
dilakukan untuk mendapat hak atas manfaat yang dimilki oleh pendapatan itu,
yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai.
2.4 Penentuan Waktu dari Pengakuan Pendapatan
Menurut Belkaoui(2006:280) pada umumnya diakui pendapatan bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi yaitu selama penerimaan, pesanan, produksi, penjualan dan penagihan.Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi, akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih critical event(kejadian penting), dalam siklus tersebut untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba.Kejadian penting tersebut dipilih untuk mengindikasikan kapan perubahan tertentu dalam aktiva dan kewajiban dapat dipertanggungjawabkan secara memadai.
Definisi awal prinsip realisasi (realization) adalah:
“Realisasi adalah bawah suatu perubahan dalam aktiva atau kewajiban telah menjadi cukup pasti dan objuktif untuk membenarkan pengakuan dalam akun-akun.Pengakuan ini dapat tergantung pada transaksi pertukaran antara pihak-pihak yang independen, atau pada praktik perdagangan yang sudah mapan, atau pada persyaratan dari suatu kinerja kontrak yang dianggap kelihatan cukup pasti”.
Prinsip realisasi dan kriteria terkait untuk pengakuan perubahan aktiva dan kewajiban memilki interpretasi yang berbeda-beda. Sebagaimana dilaporkan oleh American Accounting Association Committee tahun 1973- 1974 mengenai Concepts and Standards External Reporting, kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan dan laba adalah:
1. Diperoleh, dalam datu pengertian atau yang lain.
2. Dalam bentuk yang dapat didistribusikan.
3. Hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan
dengan pihak external.
4. Hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa.
5. Terpisah dari modal.
6. Dalam bentuk aktiva yang likuid.
7. Baik dampak kotor maupun bersihnya atau ekuitas pemegang saham harus dapat diestimasikan dengan tingkat keandalan yang tinggi.
Komite tersebut mengaitkan prinsip realisasi dengan konsep pengukuran laba yang andal. Prinsip realisasi adalah pernyataan atas tingkat kepastian terhadap dampak laba dari suatu kejadian yang dilaporkan sebagai pendapatan.Komite tersebut mendefinisikan realisasi (realization) sebagai berikut:
“Laba harus selalu ada sebelum pertanyaan mengenai realisasi dapat muncul. Realisasi bukanlah penentuan dalam konsep laba;
prinsip realisasi hanyalah berfungsi sebagai pedoman dalam menentukan kapan kejadian, yang jika tidak demikian akan dianggap sebagai berada dalam konsep laba, dapat dimasukkan dalam catatan akuntansi secara objektif, yaitu ketika ketidakpastian telah dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima”
Tobing Tabita (2004:18) menjelaskan, pendapatan diakui atas dasar:
1. Accrual Basis (Dasar Akrual)
Menurut dasar ini, pendapatan diakui bila penjualan barang atau jasa dilakukan pada saat terjadinya tanpa memandang waktu pembayaran atau penerimaanya. Dengan kata lain, pendapatan diakui pada periode terjadinya transaksi pendapatan. Dasar akrual untuk pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus dilaporkan selama produksi maka dalam hal ini apabila keuntungan dapat dihitung secara sebanding dengan tugas yang dikerjakan atau jasa yang dilaksanakan pada akhir produksi maka pendapatan diakui pada barang atau pengumpulan hasil penjualan.
Berdasarkan metode ini, pengakuan pendapatan dapat dibedakan
menjadi:
a. Selama kegiatan produksi, dalam hal sewa, bunga, komisi dianggap diakui sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya.
b. Untuk kontrak panjang, pendapatan diakui berdasarkan kemajuan perkerjaan atau persentse penyelesaian.
c. Pendapatan dari Cost Plus Fee Contract, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan kontrak fee yang sudah tetap, ditambah biaya-biaya tertentu.
d. Perubahan aset karena pertambahan yang mengakibatkan pertambahan pendapatan, seperti: pertenakan, hutan tanaman industri untuk industri perkayuan dan sebagainya.
Contoh jurnal pada suatu perusahaan jasa yang menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Pada saat diakui pendapatan yang ditandai dengan perpindahan pemilikan dari penjual ke pembeli.
Dr. Piutang xxxx
Cr. Penjualan/Pendapatan xxxx
b. Pada saat kas diterima
Dr. Kas xxxx
Cr. Piutang xxxx
2. Critical Event Basis/ Cash Basis (Dasar kejadian penting)
Menurut dasar ini faktor utama yang menetukan saat pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan.
Kejadian-kejadian kritis ini bisa berupa:
a. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi.
Hal ini dimungkinkan apabila ada jaminan akan kepastian harga jual, biaya pemasaran yang tidak berarti, sulit menentukan harga pokok dan satuan persediaan dapat saling ditukar. Contoh: Logam mulia dan produk pertanian.
b. Pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima
Cara ini memungkinkan bila terdapat ketidakpastian yang besar mengenal kolektibilitas piutang penjualan, biasanya karena belum berpindahnya hak atas barang sehingga terdapat kemungkinan pembentulan transaksi penjualan. Contoh: penjualan cicilan
c. Saat Penjualan
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan dapat dilakukan pada kondisi sebagai berikut:
1. Harga produksi dapat diketahui dengan pasti
2. Telah terjadi pertukaran barang dan telah dikirim kepada pembeli 3. Sebagian biaya telah dapat ditentukan
4. Perusahaan mengganggap kejadian ini penting
Dari uraian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa syarat pengakuan pendapatan adalah:
a. Captured, artinya pendapatan harus diikat sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan tidak akan dibatalkan.
b. Measurable, artinya pendapatan harus dapat ditukar.
c. Earned, artinya prestasi si penjual telah direalisasikan
Pada umumnya perusahaan yang menggunakan metode ini menganggap bahwa kejadian kritis yang dianggap penting bagi perusahaan adalah saat penerimaan atau pembayaran kas.
Contoh jurnal pada suatu perusahaan jasa yang menggunakan metode
ini adalah sebagai berikut:
Dr. Kas xxxx
Cr. Penjualan/Pendapatan xxxx
2.5 Metode Pengakuan Pendapatan
2.5.1 Pengakuan Pendapatan pada sat Penjualan
Menurut FASB dalam Concept Statement No.5 terdapat dua syarat untuk mengakui pendapatan (direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan) biasanya terpenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan atau jasa diberikan kepada pelanggan.Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya diakui pada saat penjualan atau point of sale (biasa berarti penyerahan). Permasalahan dalam pelaksanan pengakuan pendapatan saat penjualan yaitu:
a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali
Menurut FASB dalam mengambil langkah-langkah untuk membatasi pengakuan pendapatan dalam praktik ini, jika terdapat perjanjian kembali dengan harga tertentu dan harga ini dapat menutup semua biaya persediaan dan kewajiban yang terkait itu tetap ada dalam pembukuan penjual yang artinya tidak terjadi penjualan.
b. Penjualan denga Hak Retur
Terdapat tiga metode pengakuan pendapatan alternatif apabila penjual
menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena pengambilan
produk, yaitu tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur masa
berlakunya, mencatat penjualan tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi
retur di masa depan, dan mencatat penjualan serta memperhitungkan retur
pada saat terjadi. FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual
produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu,
maka pendapatan dari transaksi penjualan ini akan diakui pada saat penjualan.
2.5.2 Pengakuan Pendapatan Sebelum Penyerahan
Dalam beberapa situasi tertentu, pendapatan dapat dilaporkan sebelum pengiriman produk jadi atau penyelsaian suatu kontrak jasa.Biasanya, hal ini terjadi ketika periode konstruksi dari aset yang dijual atau periode pelaksanaan jasa relatif panjang, yaitu lebih dari satu tahun. Dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah ada dua metode akuntansi, yaitu:
1. Metode Persentase Penyelesaian
Menurut Alan (2010:8-2) metode penyelesaian kontrak adalah:
“Pendapatan dan laba kotor diakui setiap penyelesaian berdasarkan kemajuan proses konstruksi”
Profesi akuntansi mewajibkan metode penyelesaian harus digunakan apabila estimasi kemajuan ke arah penyelsaian, pendapatan, serta biaya secara layak dapat dipercaya, dan semua persyaratan berikut terpenuhi:
a. Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya mengenal barang atau jasa yang akan diberikan dan diterima oleh pihak yang terlibat dalam kontrak, imbalan yang akan dipertukarkan serta cara dan syarat penyelesaian.
b. Pembeli dapat diharapkan untuk memenuhi semua kewajiban dalam kontrak c. Kontraktor dapat diharapkan untuk melaksanakan kewajiban kontraktual
tersebut.
Secara serupa dengan metode persentase penyelesaian, terdapat metode kinerja proporsional (proportional performance method), yaitu:
“Kontrak itu secara jelas menetapkan hak-hak ide kinerja proporsional adalah
metode akuntansi untuk mencatat pendapatn jasa dan beban-beban terkait
sebelum penyelesaian suatu kontrak jasa”.
Metode ini digunakan untuk mencerminkan pendapatan yang diperoleh untuk kontrak jasa ketika banyak tindakan jasa akan dilaksanakan sebelum kontrak tersebut dianggap selesai.
2. Metode Kontrak Selesai
Menurut Alan Jayatmaja (2010:8-2) metode kontrak selesai adalah:
“Pendapatan dan laba kotor hanya diakui saat kontrak selesai”.
Metode kontrak selesai harus digunakan hanya:
a. Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek, atau
b. Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau
c. Jika terdapat bahaya melekat dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang normal dan berulang.
2.5.3 Pengakuan Pendapatan Setelah Penyerahan Barang atau Pelaksanaan Jasa
Menurut Stice, James D, Earl K.Stice,K.Fred Skousen (2009:526) metode pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang atau pelaksanaan jasa ada empat, yaitu:
a. Akrual Penuh
Metode akrual penuh adalah suatu metode akuntansi yang mengakui penerimaan kas dan pendapatan diterima dimuka sebelum suatu kontrak diselesaikan.
b. Penjualan Cicilan
Metode penjualan cicilan adalah suatu metode pengakuan pendapatan yang
mengakui pendapatan dan beban-beban terkait ketika kas diterima.
c. Pemuluhan biaya
Metode pemulihan biaya adalah metode pengakuan pendapatan yang mengharuskan pemulihan total biaya (investasi) sebelum pengakuan pendapatan.
d. Kas
Metode kas adalah metode akuntansi saat seluruh biaya dicatat sebagai beban
saat terjadinya dan pendapatan diakui ketika tertagih.
Tabel 2.1
Metode Waktu Pengakuan Pendapatan dan perlakuan biaya
No Metode Waktu Pengakuan
Pendapatan
Perlakuan Biaya Produk atau Biaya Langsung
dalam Kontrak jasa 1 Akrual Penuh Pada Titik Penjualan Dibebankan terhadap
pendapatan pada waktu penjualan atau
pelaksanaan kas 2 Penjualan
Cicilan
Pada saat pembayaran kas. Biasanya sebagian dari pembayaran kas diakui sebagai laba.
Ditangguhkan guna dikaitkan dengan sebagian dari setiap pembayaran kas. Biasanya dilakukan dengan menangguhkan laba yang diestimasi 3 Pemulihan Biaya Pada saat pembayaran
kas, tetapi hanya dipulihkan
Ditangguhkan guna dikaitkan dengan total kas yang diterima
4 Kas Pada saat pembayaran
kas
Dibukukan sebagai beban pada saat terjadinya.
Sumber : Stice (2009;526)
Menurut Kieso (2008:545) dalam pengakuan pendapatan setelah penyerahan, terdapat metode simpanan (deposit method).Menurut metode ini, tidak ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai penjualan selesai.
Terdapat perbedaan utama antara metode cicilan dan metode
pemulihan biaya serta metode simpanan adalah berkaitan dengan pelaksanaan
kontrak.Dalam metode cicilan dan pemulihan biaya diasumsikan penjual telah
melaksanakan kontrak, tetapi penagihan kas sangat tidak pasti.Dalam metode simpanan, penjual belum melaksanakan kontrak dan tidak ada klaim yang sah.
Metode simpanan menunda mengakui penjualan sampai dapat dipastikan bahwa suatu penjualan telah terjadi untuk tujuan akuntansi.jika belum ada pengalihan resiko dan imbalan kepemilikan yang mencukupi, sekalipun simpanan telah diterima, maka pengakuan penjualan harus ditunda sampai pengalihan yang memadai terjadi.
Sedangkan menurut Soemarso (2003;275), mengatakan bahwa ada empat kejadian yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat pengakuan pendapatan terjadi, yaitu:
1. Pada saat dilakukannya penjualan, pendapatan biasanya diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli. Pada saat ini penjual mengirimkan faktur tagihan kepada pembeli. Apabila antara penyerahan barang oleh penjual dengan penerimaan barang oleh pembeli terdapat tenggang waktu, maka pendapatan dapat diakui pada saat penjual menyerahkan barangnya kepada perusahaan pengangkutan.
2. Pada saat pembayaran telah diterima, pendapatan baru diakui pada saat pembayaran atas penjualan diterima. Contohnya adalah pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh dokter, pengacara, dan perusahaan- perusahaan lainnya dimana jasa-jasa profesional merupakan sumber pendapatannya.
3. Pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi,
pekerjaan yang harus diselesaikan dapat berlangsung tiga sampai
empat tahun atau lebih. Dalam keadaan demikian pendapatan dapat
diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau
kontrak selesai. Apabila pendapatan diakui pada akhir penyelesaian
pekerjaan sekaligus akan mengakibatkan laba atau rugi menjadi sangat fluktuatif.
4. Pendapatan dapat diakui pada saat selesainya produksi jika barang yang nilai pasarnya sudah tertentu, pemasarannya terjamin dan barang yang sudah dipastikan akan terjual dengan harga tertentu berdasarkan kontrak penjualan.
2.6 Pengertian BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang permodalannya seluruhanya atau sebagian dimiliki oleh pemerintah. Menurut Undang-undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, menyatakan bahwa BUMN adalah sebagai berikut:
1. Badan Usaha milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
3. Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebutPersero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegangsahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukanpenawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.
4. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN
yangseluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang
bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
2.6.1 Jenis-jenis BUMN
Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modal berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan serta membuat suatu produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. BUMN juga sebagai salah satu sumber penerimaan keuangan negara yang nilainya cukup besar.
Berikut ini adalah penjelasan dari bentuk BUMN, yaitu persero dan pengertian arti definisi:
1. Perusahaan perseroan (Persero)
Perusahaan perseroan (persero) adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh pemerintah (atas nama negara) yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Ciri-ciri persero adalah sebagai berikut:
a.
Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden
.b.
Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh mentri dengan memperhatikan perundang-undangan.
c.
Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang- undang.
d.
Modalnya berbentuk saham.
e.
Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara
yang dipisahkan.
f.
Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris.
g.
Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah.
h.
Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas.
i.
RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan.
j.
Dipimpin oleh direksi.
k.
Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan.
l.
Tidak mendapat fasilitas Negara.
m.
Tujuan utama memperoleh keuntungan
.n.
Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata.
o.
Pegawainya berstatus pegawai swasta 2. Perum / Perusahaan Umum
Perusahaan umum (perum) adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
Ciri-ciri perum sebagai berikut:
a.
Melayani kepentingan masyarakat umum.
b.
Dipimpin oleh seorang direksi/direktur.
c.
Mempunyai kekayaan sendiri dan bergerak di perusahaan swasta. Artinya, perusahaan umum (PERUM) bebas membuat kontrak kerja dengan semua pihak.
d.
Dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara.
e.
Pekerjanya adalah pegawai perusahaan swasta.
f.
Memupuk keuntungan untuk mengisi kas negara.
3. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan jawatan (perjan) sebagai salah satu bentuk BUMN memiliki modal yang berasal dari negara.Saat ini hanya TVRI yang merupakan satu-satunya perjan yang dimiliki oleh BUMN.Besarnya modal perjan ditetapkan melalui APBN.
Ciri-ciri Perjan antara lain sebagai berikut:
a.
Memberikan pelayanan kepada masyarakat
b.
Merupakan bagian dari suatu departemen pemerintah
c.
Dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung kepada menteri atau direktur jenderal departemen yang bersangkutan
d.