• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1. Produktivitas

Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input).

Menurut Dewan Produktivitas Nasional dapat didefinisikan dari segi ekonomis (finansial) dan teknis.

2.1.1. Secara Ekonomis

Produktivitas merupakan usaha memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecil- kecilnya. Produktivitas secara finansial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang dikuantifikasi.

2.1.2. Secara Teknis

Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengertian efisiensi produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi.

Produktivitas diformulasikan sebagai rasio output terhadap input

(output/input). Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari

output produksi terhadap biaya input produksi.

(2)

Produktivitas = Output Input

2.2. Konsep Dasar Produktivitas

Sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional, seperti modal, bahan baku (material), prosedur, mesin, sumber daya manusia, informasi dan lain – lain. Menurut Gaspersz (2000) sistem produksi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

1. Mempunyai komponen – komponen atau elemen – elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk struktural yang utuh.

Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi.

2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.

4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa optimasi pengalokasian sumber daya.

Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performasi

kualitas merupakan komponen dari usaha produktivitas. Apabila

ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka

produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan

sisi ouput. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas

(3)

berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi

output

. Selain itu produktivitas juga merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut :

Produktivitas = Output yang dihasilkan

Input yang dipergunakan

= Pencapaian tujuan Penggunaan sumber daya

= Efektivitas

Efisiensi

2.3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Secara Umum Beberapa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas menurut Sinungan (2005), yaitu :

2.3.1. Investasi

Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal

merupakan landasan gerak suatu usaha. Namun dalam melakukan

investasi juga diperlukan komponen teknologi yang mampu

mendukung kemajuan perusahaan. Besar kecilnya investasi akan

menentukan modal usaha dan hal ini akan berpengaruh terhadap

promosi produk dan market share atau penggunaan kapasitas.

(4)

2.3.2. Manajemen

Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakkan orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Hal – hal yang dihadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan – kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti proses produksi, distribusi, pemasaran dan lain – lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat maka harus diimbangi dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan sumber daya manusia, yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang menguasai aspek – aspek teknis dan aspek – aspek manajerial. Aspek – Aspek tersebut, yaitu : 1. Technical Skill

Tenaga yang mempunyai standarisasi tertentu, terampil dan ahli dibidang teknis.

2. Managerial Skill

Kemampuan dan keterampilan dalam bidang manajemen

tertentu, mampu mengadakan atau melakukan kegiatan –

kegiatan analisa kuantitatif dan kualitatif dalam memecahkan

masalah – malasah yang dihadapi organiosasi.

(5)

3. Tenaga Kerja

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor – faktor tenaga kerja ialah :

a) Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya.

b) Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.

Menurut Sinungan (2005) produktivitas tenaga atau alat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut :

a) Kondisi pekerjaan dan lingkungan b) Keterampilan tenaga kerja/kapasitas alat c) Motivasi tenaga kerja/operator

d) Cara kerja (Metode)

e) Manajemen (Sumber Daya Manusia dan Alat)

2.4. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas selama ini cenderung lebih banyak

mengacu kepada suatu poses produksi yang bersifat fisik, yaitu dengan

melakukan konversi terhadap sumber daya ke dalam bentuk nilai mata

uang. Konsep ini sesungguhnya belum memadai sebagai indikator

ekonomi yang dapat menjelaskan bagaimana proses ekonomi berjalan

dengan baik, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya yang ada. Ada

kalanya terdapat masukan dan juga keluaran yang sulit dikonversikan ke

(6)

dalam nilai mata uang, tetapi mempunyai peranan penting dalam penentuan tingkat produkivitas. Masukan ini dikenal dengan istilah masukan bayangan (invisible input).

Masukan bayangan mencangkup aspek manajemen dan organisasi, tingkat pendidikan atau pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja, sistem insentif, motivasi kerja, lingkungan kerja, dan sebagainya. Di samping masukan yang sulit diukur secara eksak dalam bentuk nyata dan kuantitatif, pengukuran produktivitas juga menemui kendala dalam kaitannya dengan adanya keluaran yang sulit diukur dengan jelas.

Keluaran organisasi pemerintah , yayasan – yayasan yang menyediakan produk jasa pelayanan, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, keamanan, aktivitas kemanusiaan, dan sebagainya sulit untuk diukur dengan jelas. Sampai sekarang ini yang paling banyak dipakai sebagai faktor pengukuran produktivitas adalah tenaga kerja.

Indeks produktivitas tenaga kerja pada umumnya diukur dengan

menghitung jumlah keluaran per jumlah tenaga kerja. Konsep pengukuran

produktivitas di sini mengacu kepada suatu proses produksi yang

bertujuan untuk mengukur prestasi organisasi dalam lingkungan fisik,

yaitu mengukur efisiensi organisasi dalam mentransformasikan sumber

daya – sumber daya fisik menjadi keluaran fisik. Dalam proses

pengukuran ini, untuk menghasilkan keluaran diperlukan lebih dari satu

macam masukan. Sehingga terdapat dua macam pengukuran produktivitas,

yaitu partial productivity (produktivitas parsial), multifactor productivity

(produktivitas multifaktor), dan total productivity (produktivitas total).

(7)

Produktivitas parsial adalah rasio antara keluaran dengan salah satu masukan saja. Misalkan yang dihitung hanya tenaga kerja atau modal atau bahan baku saja. Produktivitas multifaktor adalah rasio antara keluaran dengan lebih dari satu macam sumber daya. Sedangkan produktivitas total adalah rasio antara keluaran dengan semua masukan. Di samping macam – macam pengukuran produktivitas seperti tersebut diatas, ada yang membagi pengukuran produktivitas menjadi dua kategori, yaitu rasio produktivitas statis dan indeks produktivitas dinamis. Rasio produktivitas statis adalah perbandingan keluaran dengan masukan pada periode waktu yang sama. Sedang indeks produktivitas dinamis merupakan indeks yang menggambarkan perubahan tingkat produktivitas dari satu periode ke periode berikutnya.

Indeks Produktivitas Tenaga Kerja = Output yang dihasilkan Jumlah tenaga kerja

2.5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kelapa Sawit Secara umum produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :

2.5.1. Manusia (Pekerja)

Tenaga kerja dalam perkebunan kelapa sawit merupakan

sumber daya paling penting, karena berperan utama dalam

penggerak kegiatan opersionalnya. Tenaga kerja di perkebunan

kelapa sawit yang paling berperan penting adalah tenaga kerja yang

memiliki scope pekerjaan untuk kegiatan pemupukan dan panen.

(8)

a) Kegiatan Pemupukan

Manusia (pekerja) merupakan faktor utama yang menentukan pemupukan yang berkualitas. Berjalan atau tidaknya apalikasi pemupukan di lapangan tergantung pada ketersediaan pekerja. Untuk menghasilkan pemupukan yang berkualitas untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, setiap pekerja harus bekerja seoptimal mungkin dengan efektif, efisien dan produktitivitas yang tinggi.

Basic atau dasar untuk bekerja dengan optimal dalam melakukan aplikasi pemupukan yang diperlukan oleh setiap pekerja adalah pengetahuan tentang teknis pemupukan yang berkualitas, fokus pada keberhasilan proses pemupukan dan standar opersional atau norma jumlah pekerja untuk melakukan aplikasi pemupukan dalam luasan 1 Ha (0,04 Hk/Ha). Dengan adanya pengetahuan yang menjadi dasar aplikasi pemupukan maka para pekerja mempunyai gambaran bagaimana agar target pemupukan dapat tercapai dengan kinerja yang optimal.

b) Kegiatan Panen

Kelancaran kegiatan pemanenan tidak terlepas dari faktor tenaga kerja, yaitu tenaga pemanen. Kualitas dan kuantitas TBS yang dipanen dipengaruhi oleh pemanen.

Banyaknya tenaga pemanen yang diperlukan pada

perkebunan kelapa sawit berbeda – beda antara satu kebun

(9)

dengan kebun lainnya. Hal ini tergantung pada luasan hancak (kappel) yang di panen, kerapatan panen, BJR buah, populasi tanaman/ha, kapasitas panen/HK, jumlah hari kerja dan lain – lain.

Kebutuhan tenaga kerja pada semester I lebih sedikit daripada semester II. Hal ini disebabkan kerapatan buah pada semester I lebih rendah dibandingkan pada semester II. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat dilihat dari ITK kebun. ITK merupakan kebutuhan tenaga kerja per satuan luas (ha). ITK yang digunakan di SBHE adalah 0,06 yang berarti dalam 1 ha luas areal panen membutuhkan tenaga pemanen sebanyak 6 orang untuk setiap harinya.

2.5.2. Material

a) Sumber bibit

Sumber bibit merupakan salah satu faktor yang

memperngaruhi produktivitas berdasar sifat genetik. Sifat

genetic pada sumber bibit yang unggul akan mampu

menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang tinggi. Pada

umumnya bibit yang memiliki potensi produktivitas yang

tinggi berasal dari persilangan antar sumber bibit jenis dura

dan pesifera serta produsen yang memproduksi bibit

tersebut. Hasil dari persilangan kedua jenis bibit tersebut

(10)

adalah tenera yang memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Potensi produktivitas kelapa sawit dari setiap produsen disajikan pada Tabel 2.1.

Gambar 2.1. Jenis/Varietas Buah Kelapa Sawit Tabel 2.1. Potensi Produksi Per Produsen

PPKS Socfindo Lonsum

1 Umur mulai dipanen (bulan) 28 24 30

2 Jumlah tandan/pohon/tahun 13 10 13

3 Rata - rata berat tandan (kg) 19.2 22.3 23.5 4 Produksi minyak (ton/ha/tahun) 7.53 7.4 7.6

5 Ekstraksi minyak 26.5 26.8 26.4

6 Esktraksi inti 4.2 4.2 4.3

Produsen Deskripsi

No.

Sumber : Buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit oleh Iyung Pahan-2008

b) Pupuk

Kegiatan pemupukan di usaha perkebunan kelapa

sawit sangat memegang peranan penting dalam

keberhasilan dan produktivitas tanaman yang diusahakan.

(11)

dalam bidang usaha perkebunan. Oleh sebab itu, pemupukan harus dilakukan secara benar, tepat sasaran dan mempunyai manfaat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang berkualitas akan mampu mendorong dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit.

Ada lima faktor utama yang mempengaruhi pemupukan yang berkualitas, yaitu 1) Tepat Jenis, 2) Tepat Dosis, 3) Tepat Waktu, 4) Tepat Cara dan 5) Tepat Tempat).

2.5.3. Mesin

Dalam perkebunan kelapa sawit, peralatan yang digunakan berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit, khususnya pada peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemupukan. Peralatan yang digunakan dalam aplikasi pemupukan yang menjadi fokus utama adalah takaran pupuk. Takaran merupakan tempat yang dijadikan ukuran banyak sedikitnya pupuk yang diberikan ke pokok kelapa sawit. Ukuran takaran pupuk harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sesuai dengan dosisi pupuk yang telah direkomendasikan.

Apabila dianalisa lebih mendalam, takaran merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi pemupukan berkualitas dengan

tujuan meningkatkan produktivitas yang tinggi dari sisi pemberian

pupuk yang tepat sesuai dengan kebutuhan pupuk dari pokok

kelapa sawit. Pemberian pupuk yang tepat sesuai dengan

(12)

kebutuhan pokok kelapa sawit akan dapat meningkatkan produktivitasnya. Namun apabila kurang atau berlebih dalam pemberian pupuk maka produktivitas pokok kelapa sawit akan turun.

2.5.4. Kondisi Lingkungan a) Kondisi Iklim

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara – selatan 12

o

pada ketinggian 0 – 500 mdpal. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan produktivitas kelapa sawit.

Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit memerlukan suhu optimum, yaitu sekitar 24 – 28

o

C dan tertinggi 32

o

C.Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.

b) Curah Hujan

Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal

untuk tanaman kelapa sawit adalah 1.250 – 2.500 mm/tahun

dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak

terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan

di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan

hujan lebih dari 20 hari.

(13)

c) Umur Tanaman

Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 – 11 tahun.

Menurut pahan (2008) produktivitas optimal dapat dicapai saat rata – rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak.

d) Kemiringan Lereng

Kondisi lahan yang ideal untuk kelapa sawit adalah yang

memiliki tanah yang subur dan gembur, pH antar 5,0

sampai 5,5, kedalaman efektif yang tanpa ada lapisan

padas, serta kelerangan antara 0 sampai 15 %

(Setyamidjaja, 1993). Ketinggian tempat yang dikehendaki

tanaman kelapa sawit adalah antara 0 sampai 400 m dari

permukaan laut (Sugiyono et al., 2003). Karakteristik fisik

lahan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman

kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi

terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya

kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan

berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air

tanah bagi tanaman. Tanah- tanah yang mengalami erosi

berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi

(14)

sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur. (Yahya et al., 2010).

2.6. Pengukuran Produktivitas Kelapa Sawit

Pengukuran produktivitas kelapa sawit dilakukan dengan cara membandingkan luas lahan tanaman menghasilkan yang dibandingkan dengan produksi TBS (Tandan Buah Segar) yang dihasilkan. Pada prinsipnya perhitungan produktivitas kelapa sawit sama seperti perhitungan produktivitas secara umum. Data yang menjadi input adalah data luas lahan tanaman menghasilkan dan data ouputnya adalah total produksi TBS yang dihasilkan dari luasan lahan tersebut.

Semakin tinggi produksi TBS yang dihasilkan maka nilai produktivitas kelapa sawitnya akan semakin tinggi pula. Satuan nilai produktivitas kelapa sawit dinyatakan dalan Ton/Ha. Perbedaaan perhitungan produktivitas kelapa sawit terletak pada waktu dalam proses peningkatan produktivitas dan melihat hasil peningkatakan yang cukup lama. Selain itu dalam proses operasional dalam perkebunan kelapa sawit bukan merupakan trial error pada industri umumnya dimana ketika dalam rangkaian operasional terdapat item yang error (bermasalah) langsung dapat dilakukan perbaikan dan hasil perbaikannya langsung dapat terlihat.

Produktivitas (Ton/Ha) = Produksi TBS

Luas Lahan

Gambar

Gambar 2.1. Jenis/Varietas Buah Kelapa Sawit  Tabel 2.1. Potensi Produksi Per Produsen

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan kapas di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat dilakukan di lahan tadah hujan dengan musim hujan yang

Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana otonomi

Kedung Pengilon Waduk Kedungsuren Brangsong kaliwungu selatan Mijen Singorojo Boja Limbangan Mijen Singorojo Sta 25 N E W S.

Metode Forward Selection berbasis Naive Bayes terbukti akurat dalam klasifikasi status kelulusan mahasiswa dari dataset yang bersifat class imbalance dengan dimensi data

Dengan hasil akhir yang telah di ketahui adanya faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani

U svrhu dobivanja što boljih rezultata i utvrđivanja što točnijeg morfološkog sastava, miješani komunalni otpad iz kontejnera odnosno „crnih“ kanti se posebno sakupljao

Platono valstybėje jos ir nėra (žr.. -42 SOCIOLOGIJOS KLAUSIMAI Šeima atsiranda tik iš J,?rupinės santuokos išsivysčius porinei san­ tuokai, kurios susikūrimas

tertentu tanpa adanya keuntungan yang diperoleh, tetapi pada intinya bahwa perilaku tersebut telah melanggar kehormatan orang atau kelompok lain sebagai manusia