• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HYGIENE TENAGA PENGOLAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HYGIENE TENAGA PENGOLAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dr. MOEWARDI

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program DIII Gizi FIK UMS

Disusun Oleh :

AZWAR EKA SAPUTRA J 300 120 004

(2)
(3)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HYGIENE TENAGA PENGOLAH MAKANAN DI INSTALASI GIZI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI

Azwar Eka Saputra*

Endang Nur W, SST., M.Si Med** dan Nur Lathifah M, S.Gz., M.S**

ABSTRAK

Latar Belakang:Penyelenggaraan makanan yang hygiene dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi rumah sakit.

Tujuan:Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Metode:Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif korelatif. Populasi pada penelitian ini yang diambil adalah tenaga pengolah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, sedangkan sampel penelitian adalah 30tenaga pengolah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Hasil:Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta termasuk dalam kategori yang baik (60%) dan perilaku hygiene tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta termasuk dalam kategori baik(53,3%). Hasil perhitungan chi square (χ2) diperoleh nilai χ2hitung sebesar 6,451 dengan p= 0,011. Oleh karena nilai p< 0,05; maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Kesimpulan:Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.

Kata kunci : pengetahuan, perilaku hygiene

(4)

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

 

2

 

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND PERSONAL HYGIENE BEHAVIORS IN FOOD HANDLERS AT DR. MOEWARDI

GENERAL HOSPITAL

Background: The implementation of hygiene and healthy food are the basic principles of organization of food management in hospital.

Purpose: The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and personal gygiene in food handlers of Dr. Moewardi General Hospital.

Method: This research was a descriptive study. The population in this study was taken from workers at Dr. Moewardi General Hospital, while the study subject were 30 workers in the food processing plant of Dr. Moewardi General Hospital.

Result: The results showed that knowledge of most workers was good (60%) and the behavior of personal hygiene of most workers was also good (53,3%). There was a significant relationship between knowledge and personal hygiene behaviors in food handlers of Dr. Moewardi General Hospital (p= 0,011).

Conclusion: there was a relationship between knowledge and personal hygiene behaviors in food handlers of Dr. Moewardi General Hospital.

Keywords : knowledge, hygiene behaviors

PENDAHULUAN

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat. Penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan di rumah sakit karena pelayanan makanan rumah sakit diperuntukkan untuk orang sakit dengan ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi (Depkes RI, 2001).

Rumah Sakit merupakan tempat umum yang memberikan

pelayanan medis melalui pendekatan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Upaya untuk menunjang pelayanan medis bagi pasien yang diselenggarakan oleh rumah sakit, diperlukan pengolahan makanan yang baik dan memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan, yaitu dengan pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan di rumah sakit, agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan kesehatan (Djarismawati dkk, 2004)

(5)

memperpanjang proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang di antaranya dapat melalui makanan (Iskak, 2006). Data tentang terjadinya infeksi nosokomial khususnya yang

berhubungan dengan penyelenggaraan makanan di rumah

sakit belum tercatat, akan tetapi timbulnya infeksi nosokomial secara umum diketahui angkanya tergolong tinggi. Angka infeksi nosokomial tahun 2007 di Jakarta sebesar 41,1%, di Surabaya 73,3%, dan Yogyakarta kurang lebih 5,9% (Hasyim, 2007).

Pengolahan makanan yang baik dan benar pada dasarnya adalah mempunyai pengetahuan tentang mengolah makanan berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip higiene dan sanitasi makanan meliputi pengetahuan, sikap, dan prilaku manusia dalam menaati azas kesehatan, azas kebersihan, azas keamanan dalam menangani makanan sehingga menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman, bermanfaat serta tahan lama (Depkes, 2003).

Upaya hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan penyajian makanan (Purnomo, 2009 dalam Afriyenti, 2002). Penyelenggaraan makanan yang hygiene dan sehat

menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi.

Faktor kebersihan pengelola makanan yang biasa disebut hygiene

personal merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25% dari semua penyebaran penyakit melalui makanan, disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi dan hygiene personal yang buruk (Hiasinta, 2001).

Terdapat 4 (empat) faktor yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit di rumah sakit melalui makanan yakni perilaku yang tidak higienis, adanya sumber penyakit menular, adanya media (makanan, minuman) dan resipien yang kurang baik (Triatmodjo, 2003). Pekerja memegang peranan yang penting dalam kelancaran proses produksi karena pekerja merupakan perencana, pelaksana dan pengelola dalam suatu penyelenggaraan makanan. Pekerjaan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya apabila dalam diri pekerja memiliki sikap positif yaitu sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, hati-hati, cermat dan teliti, senang akan kebersihan serta menjaga kesehatan.

Hasil penelitian Meikawati, dkk (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktek higiene dan sanitasi makanan dan berpola positif. Penelitian Fina Izzatul Chusna (2013) juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan lingkungan dengan kualitas sarana sanitasi kantin.

(6)

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

 

4

 

masih belum menggunakan Alat Pelindung Diri dengan lengkap. Berdasarkan hal tersebut, perlu di lakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada subyek penelitian. Penelitian survei adalah penelitian dengan cara data dikumpulkan dan hubungan (korelasi) antara berbagai perubahan diselidiki untuk memberi gambaran terhadap obyek peneliti. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Cross sectional (Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga pengolah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi yang berjumlah 36 orang.Sampel penelitian ini adalah 36 tenaga pengolah makanan di Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi. Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

consecutive sampling yaitu teknik

pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2005), sehingga jumlah sampel penelitian ini adalah 36 tenaga pengolah makanan di Instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi.

Lokasi penelitian ini adalah instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan November 2014 hingga Februari 2015.

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

secara langsung melalui observasi, wawancara dan kuesioner atau menyebarkan daftar pertanyaan. Sedangkan data sekunder berupa data petugas pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, profil Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Wawancara berupa pertanyaan langsung yang diberikan kepada kepala Instalasi Gizi untuk mengetahui gambaran awal tentang pengetahuan dan perilaku hygiene tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi guna mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan.

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk mendukung data yang diperoleh melalui wawancara maupun kuesioner yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap perilaku hygiene petugas pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mengukur pengetahuan dan perilaku hygiene pada petugas pengolah makanan di RSUD Dr. Moewardi terdapat 20 pertanyaan untuk pengetahuan dan 15 item pertanyaan untuk perilaku hygiene dengan memberikan penilaian dengan skor 1 apabila benar dan skor 0 apabila salah. Kuesioner dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian (Adam, 2011).

(7)

instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, usulan judul proposal, ujian proposal.

Tahap Kedua, Pada tahap ini merupakan pelaksanaan penelitian, dalam tahap ini dibagi menjadi dua yaitu: Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer diperoleh dari subyek penelitian melakukan pengisian kuesioner yang ditujukan pada tenaga pengolah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dan Pengolahan Data. Pengolahan data penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.TahapKetiga, Pada tahap ini merupakan tahap akhir atau penyelesaian yaitu penyusunan penelitian dan dilanjutkan ujian hasil penelitian.

Data dari kuesioner yang telah terkumpul dan telah diisi oleh responden dianalisis sesuai dengan prosedur analisis data yang terdiridari 3 langkah (Arikunto, 2006).

Persiapan (Editing), Kegiatan dalam langkah persiapan yaitu mempersiapkan media kartun sebagai media pendidikan dan sebelum diberikan kepada responden dilakukan pengecekan terhadap isi instrumen pengumpulan data dengan jumlah 20 item untuk pengetahuan dan 15 item untuk perilaku hygiene. Pengecekan meliputi kelengkapan lembaran isi instrumen, dan pengecekan kemungkinan apabila ada yang terlepas ataupun robek serta mengecek nama dan kelengkapan responden.

Scoring, Pada variabel

pengetahuan scoring dilakukan dengan memberikanskor 1 apabila benar dan skor 0 apabila salah, sedangkan pada variabel perilaku

scoring dilakukan dengan

memberikanskor 1 apabila jawaban

“Ya” dan skor 0 apabila jawaban “Tidak”,sehingga setiap skor bernilai 5, dan jumlah skor maksimal perolehan pada variabel pengetahuan dan perilaku hygiene adalah 100.

Coding, Memberikan kode jawaban dengan angka atau kode tertentu.

Adapun kriteria coding untuk

pengetahuan dan perilaku hygiene

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kurang, apabila skor nilai kurang dari 60%; Sedang, apabila skor nilai antara 61-80%; dan Baik,apabila skor nilai antara 80-100% (Khomsan, 2003).

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Untuk mengukur pengetahuan dan perilaku hygiene pada petugas pengolah makanan di RSUD Dr. Moewardi terdapat 20 pertanyaan untuk pengetahuan dan 15 item pertanyaan untuk perilaku hygiene dengan memberikan penilaian dengan skor 1 apabila benar dan skor 0 apabila salah. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku hygiene tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Berdasarkan distribusi tentang tingkat pengetahuan tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Distribusi Pengetahuan Tenaga Pengolah Makanan

No Pengetahuan F %

1. Baik 18 60,0

2. Cukup 12 40,0

(8)

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

 

6

 

Berdasarkan Tabel 1 distribusi tentang pengetahuan tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi diketahui bahwa mayoritas tenaga pengolah makanan mempunyai pengetahuan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil distribusi diketahui bahwa 60%tenaga pengolah makanan mempunyai pengetahuan yang baik.

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien (Depkes RI, 2005). Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang di antaranya dapat melalui makanan (Iskak, 2006).

Pengolah makanan yang baik dan benar pada dasarnya adalah yang mempunyai pengetahuan tentang mengolah makanan berdasarkan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip higiene dan sanitasi makanan meliputi pengetahuan, sikap, dan prilaku manusia dalam menaati azas kesehatan, azas kebersihan, azas keamanan dalam menangani makanan sehingga menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman, bermanfaat serta tahan lama (Depkes, 2003). Usaha pengolahan makanan yang tidak diimbangi dengan peningkatan higiene dan sanitasi pengelolaan makanan akan mengakibatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan seperti penyakit bawaan makanan (food borne disease) dan kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan (Djaja, 2004 dalam Mardiah tahun 2005). Selanjutnya hasil distribusi perilaku tenaga pengolah makanan di Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Distribusi Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan

No Perilaku Hygiene

Berdasarkan Tabel 2 distribusi tentang perilaku hygiene tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi diketahui bahwa mayoritas tenaga pengolah makanan mempunyai perilaku hygiene yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil distribusi diketahui bahwa 53,3%tenaga pengolah makanan mempunyai perilaku hygiene yang baik.

Upaya hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan penyajian makanan (Purnomo, 2009 dalam Afriyenti, 2002). Penyelenggaraan makanan yang hygiene dan sehat

menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan institusi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi.

(9)

mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25% dari semua penyebaran penyakit melalui makanan, disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi dan hygiene personal yang buruk (Hiasinta, 2001).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.Hasil analisis data hubungan pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dengan tabel silang ukuran 2 x 2 dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene pada Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi

Pengetahuan

Perilaku Hygiene

Total

P Baik Cukup

N % N % N %

Baik 13 72,2% 5 27,8% 18 100,0%

0,011

Cukup 3 25,0% 9 75,0% 12 100,0%

Kurang - - - -

Total 16 53,3% 14 46,7% 30 100,0%

Berdasarkan Tabel 3 tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi diketahui bahwa pada tenaga pengolah yang mempunyai pengetahuan baik, terdapat 72,2% yang mempunyai perilaku hygiene termasuk dalam kategori baik, sedangkan hanya 27,8% yang mempunyai perilaku hygiene termasuk dalam kategori cukup. Pada tenaga pengolah makanan yang mempunyai pengetahuan cukup terdapat 25,0% tenaga pengolah makanan yang mempunyai perilaku hygiene baik dan sebagian besar tenaga pengolah makanan mempunyai perilaku hygiene yang cukup. Hasil tabel silang ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pada tenaga pengolah

makanan yang baik mempunyai perilaku hygiene yang baik, begitu pula tenaga pengolah makanan yang mempunyai pengetahuan cukup cenderung mempunyai perilaku hygiene yang cukup.

Hasil perhitungan chi square (χ2) diperoleh nilai χ2hitung sebesar 6,451 dengan p= 0,011. Oleh karena nilai p< 0,05; maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

(10)

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Hygiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi

 

8

 

apabila dalam diri pekerja memiliki sikap positif yaitu sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, hati-hati, cermat dan teliti, senang akan kebersihan serta menjaga kesehatan(Hiasinta, 2001).

Hal ini sesuai dengan penelitian Meikawati, dkk (2010) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan praktek higiene dan sanitasi makanan dan berpola ositif. Penelitian Fina Izzatul Chusna (2013) juga menemukan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan dan lingkungan dengan kualitas sarana sanitasi kantin.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi termasuk dalam kategori yang baik.

2. Perilaku hygiene tenaga pengolah makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi termasuk dalam kategori baik.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.

Saran

1. Manajemen pelayanan gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi diharapkan lebih meningkatan tentang peralatan pelindung diri serta menjaga perilaku hygiene dalam melakukan pengolahan makanan, yaitu dengan senantiasa mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di Rumah Sakit.

2. Diharapkan manajemen rumah sakit dapat meningkatan

pengetahuan dan perilaku hygiene tenaga pengolah makanan dengan senantiasa memberikan pelatihan dan penyuluhan dalam berbagai kesempatan yang ada.

3. Bagi instalasi gizi dengan

adanyahubungan antara pengetahuan dengan perilaku

hygiene pada tenaga pengolah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk membuat program yang tepat tentang upaya peningkatan perilaku hygiene pada tenaga pengolah makanan dengan lebih aktif mengadakan supervisi dan pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Yosvita M N N. 2011. Pengetahuan dan Perilaku Higiene Tenaga Pengolah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Artikel penelitian, Universitas Diponegoro Afriyenti. 2002. Hygiene dan Snitasi

Penyelenggaraan Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru dan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Pekanbaru (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun

Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Prinsip Hygiene

dan Sanitasi Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Ditjen PPM dan PL.

Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan

Gizi Rumah Sakit. Jakarta :

(11)

Departemen Kesehatan RI. 2013.

Pedoman Pelayanan Gizi Rumah

Sakit (PGRS). Jakarta: Dirjen

Binkesmas.

Djarismawati, Bambang Sukana, Sugiharti, 2004, Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Tentang Sanitasi Pengolahan Makanan Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit di Jakarta, Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 3 Tahun 2004.

Febrianti, Dessy. 2009.

Penyelenggaraan Makanan, Tingkat Konsumsi dan Analisis Preferensi Atlet di SMA Negeri Ragunan Jakarta. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hasyim H. 2007. Manajemen

Hyperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi Sarana

Kesehatan). Jurnal JMPK 2007;

08(02).

Hiasinta A. Purnawijayanti. 2001.

Sanitasi Hygiene dan Keselamatan Kerja dalam

Pengolahan Makanan.

Yogyakarta: Kanisius.

Inayatur Rabbani S. 2011. Hubungan Pengetahuan terhadap Perilaku Cuci Tangan Petugas Kesehatan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak BLU RSUP Prof. Dr. RD Kandou

Manado. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Iskak R. 2006. Infeksi Nosokomial dan

Staphylococcus Epidermidis.

Jakarta: Republika.

Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi

untuk Kesehatan. Jakarta: PT.

Rajagrafindo. Persada

Koentjarangningrat. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia

Meikawati, Wulandari. 2010.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas Penjamah Makanan dengan Praktek Higiene dan Sanitasi Makanan di Unit Gizi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Jurnal Unimus. Vol 6 no 1 Th

2010.

Moehji, S. 2002. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakara: Bhratara Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta

Pusat : PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2003. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tamallia, Rahmi, F. 2011. Gambaran Higiene dan Sanitasi Penyelengaran Makanan PT Nuansa Boga Sehatama Tahun 2010. Laporan Magang. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

Triatmodjo P. 2003.Tinjauan Mikrobiologi Makanan, Minuman, dan Air pada Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.

WHO. 2011. Clean Hands Protect Against

Infection. http://www.who.int/gpsc/

clean_hands_protection /en. 15 September 2015

AzwarEkaSaputra*:

MahasiswaDIIIIlmu Gizi FIK UMS EndangNur W, SST., M.Si Med**: Dosen FIK UMS

NurLathifah M, S.Gz., M.S**: Dosen FIK UMS

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: (1) Data primer, data yang diperoleh dari sumbernya dalam hal ini sumber data yang diperoleh

Pengumpulan data sekunder diperoleh secara tidak langsung dimana data dapat diperoleh dari orang lain, yang meliputi gambaran umum daerah atau lokasi penelitian, data

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas lindungan dan rahmat- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ”STUDI KASUS MENGENAI PERILAKU

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku dengan penerapan personal hygiene pada penjamah makanan di Instalasi Gizi RSUP Dr.. Djamil Padang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen hygiene tenaga pengolah makanan di intalasi gizi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar secara umum belum sesuai dengan

Penelitian Mulyani (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku higiene pada penjamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah

Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari kondisi objek perencanaan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer adalah pengamatan atau survei

Tahap 1 (Pengumpulan data dan analisa) Tahap 1 ini dibagi menjadi beberapa fase. Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk film dokumenter Kain