• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN FILM DOKUMENTER TRADISI DEWA MESRAMAN DI PURA PANTI TIMRAH KLUNGKUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN FILM DOKUMENTER TRADISI DEWA MESRAMAN DI PURA PANTI TIMRAH KLUNGKUNG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN FILM

DOKUMENTER TRADISI DEWA

MESRAMAN DI PURA PANTI

TIMRAH KLUNGKUNG

I Gede Herri Yudiana Sucitra1, I Gede Mahendra Darmawiguna2,

Gede Aditra Pradnyana3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali

E-mail: Herriyudiana5s@gmail.com1, mahendra.darmawiguna@undiksha.ac.id 2, gede.aditra@undiksha.ac.id3

Abstrak—Tradisi Dewa Mesraman merupakan salah

satu tradisi yang tergolong upacara Dewa Yadnya yang terdapat di Kecamatan Dawan, Desa Paksabali, Banjar Timrah tepatnya berada di Pura Panti Timrah. Film Dokumenter Dewa Mesraman ini bertujuan untuk : (1) mengimplementasikan Pengembangan Film Dokumenter Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung (2) meluruskan persepsi masyarakat terhadap makna dari tradisi Dewa Mesraman.

Metode penelitian yang digunakan adalah cyclic strategy atau strategi berputar, cyclic strategy merupakan sebuah metode yang ada kalanya suatu tahap perlu diulang kembali sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. Pengulangan tahap ini sering disebut dengan loop. Adapun tahap – tahap dari cyclic stragey diantaranya adalah Brief, Tahap 1, Tahap 2, evaluasi 1, Tahap 3, Evaluasi 2, Tahap 4, Outcome. Pengembangan film ini diimplementasikan menggunakan Adobe Premiere Pro Cs6 sebagai software editing video beserta bantuan Adobe After Effect sebagai penambah efek pada video.

Dengan dibuatnya film dokumenter “Tradisi Dewa Mesraman”, masyarakat diharapkan bisa lebih mengetahui dan mengenal segala kearifan lokal yang ada di Desa Paksebali Klungkung, sehingga film dokumenter ini dapat dijadikan sebagai media informasi serta menjadi inspirasi bagi masyarakat Kabupaten Klungkung dan masyarakat luas pada umumnya.

Kata kunci : Dewa Mesraman, Pura Panti Timrah, Film Dokumenter, Tradisi.

Abstract-- Dewa Mesraman tradition is one of the traditions that belong to Deity ceremony Yadnya contained in Dawan sub district, village Paksabali, Banjar Timrah precisely located in Panti Pura Timrah. Documentary Mesraman Dewa aims to: (1) implement the Development of Documentary Tradition Dewa Mesraman In Pura Panti Timrah Klungkung (2) align

public perception of the significance of tradition Mesraman god.

The method used is the cyclic strategy or strategies revolve, cyclic strategy is a method that is sometimes a necessary step before the next step was repeated followed. The repetition of this phase is often called the loop. As for the stage - the stage of cyclic stragey include Brief, Phase 1, Phase 2, the evaluation 1, Phase 3, Evaluation 2, Phase 4, Outcome. Development of the film is implemented using Adobe Premiere Pro CS6 as video editing software along with the help of Adobe After Effects as an addition to the effect on the video. With the making of the documentary film "Gods Mesraman Tradition", the public is expected to be more aware of and familiar with all the local knowledge that exists in the village Paksebali Klungkung, so this documentary can be used as a medium of information as well as an inspiration for the people of Klungkung and the public at large.

Key words : Dewa Mesraman, Pura Panti Timrah, Documentary, Tradition.

I. PENDAHULUAN

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang sangat terkenal di seluruh dunia. Hal itu disebabkan oleh kehidupan penduduknya yang memiliki corak kebudayaan yang unik sehingga banyak dikagumi. selain wisatawan, banyak para ahli yang kemudian tertarik untuk meneliti kebudayaan ini dari dahulu hingga sekarang. Bali memiliki berbagai warisan budaya leluhur yang masih tertanam dan melekat pada diri masyarakat, dengan berbagai tradisi atau kebiasaan unik yang masih di pegang teguh oleh kalangan masyarakat. Tradisi yang ada memiliki

(2)

ciri khas tersendiri dengan masing-masing daerah yang ada di Bali.[1]

Dalam ajaran Agama Hindu dikenal dengan adanya Tri Kerangka Agama Hindu yang meliputi: Tattwa, Susila, dan Upacara. “Tattwa” adalah filsafat tentang ketuhanan, “Susila” adalah hal yang menyangkut tentang tingkah laku, dan “Upacara/Yadnya” adalah suatu ajaran yang menyangkut tentang tata cara untuk melakukan upacara-upacara keagamaan. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya Berdasarkan ketiga aspek dari Tri Kerangka Agama Hindu tersebut, tradisi

merupakan pelaksanaan dari aspek

Upacara/Yadnya. [2]

Tradisi Dewa Mesraman diselenggarakan di Desa Paksabali, Kabupaten Klungkung, sebagai salah satu tradisi yang memiliki nilai sejarah dan warisan spiritual yang kuat, tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Bali dengan kandungan nilai budaya keagamaan di dalamnya. Pada era globalisasi saat ini Pencapaian spiritualisme masyarakat masih tergolong rendah, dimana masyarakat masih memiliki pandangan dan pengertian yang berbeda terhadap tradisi Dewa Mesraman Oleh sebab itu, tradisi Dewa Mesraman dirasa perlu untuk ditampilkan kedalam media yang mampu diterima dan mampu menjadi acuan agar pelaksanaan Tradisi Dewa Mesraman tidak melenceng dari makna sebenarnya. Selain itu, media yang dihasilkan dapat membuat nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Dewa Mesraman dapat terus tersampaikan kepada masyarakat. [3]

Dalam karya film dokumenter yang berjudul Perancangan Film Dokumenter Wayang Topeng Malang, banyak mengungkap fakta-fakta menarik seputar Wayang topeng Malang, Fatkhurrokhim menggunakan metode naratif partisipatif yang disampaikan langsung oleh subjek dalam film topeng Malang, sehingga dapat menciptakan kedekatan film dengan penontonnya. Selain itu wawancara juga dihadirkan dalam cerita film tersebut. Sehingga secara emosional pemirsa dapat merasa ikut terlibat dalam spirit yang sama dengan seniman wayang topeng malang di

Kedung Monggo. Fatkhurrokhim juga

menggunakan sudut pandang Multiple of View yang berbeda dengan subjek utama namun masih dalam satu komunitas yang sama, akan memperkaya film dokumenter ini. Perbedaan sudut pandang ini terkait dengan pandangan atau keyakinan dalam diri masing-masing subjek yang beropini. Adanya keterkaitan dalam pendapat

setiap subjek disusun untuk mebangun cerita dalam film.[4]

Dasar pemikiran diatas menghasilkan ide diperlukannya suatu catatan mengenai seluruh seluk-beluk tradisi Dewa Mesraman yang dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah. Catatan yang dimaksud adalah suatu bentuk film dokumenter dengan judul Film Dokumenter Tradisi Dewa Mesraman di Pura Panti Timrah, Film dokumenter ini dipilih untuk menyentuh emosi dan memori dari sasaran audience, sehingga dapat lebih memperkuat keinginannya untuk mempertahankan tradisi yang telah diwariskan. Sehingga dokumentasi yang dirangkum menjadi sebuah film pendek ini, mampu meluruskan perbedaan persepsi masyarakat tentang Tradisi Dewa Mesraman. Setelah film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman Selesai, film ini akan ditempatkan pada situs-situs media sosial untuk diakses oleh masyarakat, teknik publikasi yang demikian sangat dimungkinkan karena akses internet telah lumrah dan mudah didapat pada masa ini.

II. KAJIAN TEORI A. Prosesi Dewa Mesraman

Prosesi Dewa Mesraman yang dilaksanakan di Pura Panti Timrah Desa Paksebali tepat pada hari Raya Kuningan, hari pertama akan dilaksanakan Prosesi Pembuatan Penjor Berdasarkan hasil Observasi pada tanggal 19 februari 2016, Masyarakat Paksebali menuju Pura Panti Timrah membuat dua penjor yang dihiasi dengan burung Manuk yang terbuat dari daun lontar. Makna dari penjor yang dibuat memiliki makna “purusa dan pradhana” dan arti dari burung manuk yang dipakai hiasan penjor yaitu memiliki arti dari kata manuk yaitu “manah (budhi)” yang di hias pada penjor yang akan ditanam, dikukuhkan, atau diletakan di madya mandala Pura Panti sebelum masyarakat melaksanakan rangkaian tradisi Dewa Mesraman. Sebagaimana yang dijelaskan bahwa diharapkan seluruh masyarakat sebelum melaksanakan Tradisi Dewa Mesraman memiliki manah atau kesungguhan hati dalam melaksanakan rangkaian Tradisi Dewa Mesraman dari awal sampai akhir rangkaian upacara.

Pada hari kedua diadakan matur piuning dan nedunang pratima di gedong tempat disimpannya pratima simbol Dewa, kemudian dilanjutkan acara nunas paica (berkah) dan magibung, Masyarakat berkumpul di masing – masing

(3)

tempat disimpannya pratima, selanjutnya secara bersama- sama masyarakat akan melaksanakan upacara nedunang. Setelah upacara nedunang selesai, ketujuh jempana yang didalamnya sudah berisi pratima yang sudah dihias akan diusung oleh masyarakat yang akan menuju pura, ketujuh pratima akan ditempatkan (melinggih) di pengaruman. Setelah ketujuh pratima simbol Dewa melinggih di pengaruman, masyarakat akan melanjutkan kegiatan nunas paica dan magibung. Berdasarkan observasi dilakukan pada pukul 14.30 – 15.30 wita, di Madya Mandala Pura Panti Timrah. Pelaksanaan nunas paica ini hanya dilakukan oleh anak – anak yang belum beranjak dewasa. Makanan atau paica yang disediakan berupa lawar, nasi dan sate yang beralaskan dengan klangsah.

Selanjutnya akan dilaksanakan Upacara mesucian Seluruh masyarakat akan berkumpul di madya mandala Pura Panti Timrah untuk melaksanakan upacara mesucian ke sungai unda, mesucian ini bertujuan untuk memohon air suci untuk membersihkan jiwa dan raga para masyarakat dusun Timrah sebelum melakukan rangkaian upacara puncak Dewa Mesraman. Pada upacara Puncak Dewa Mesraman.

Setelah selesai mesucian, jempana akan diusung kembali ke pura Panti Timrah akan dihaturkan banten segehan agung, pejati penyambleh dengan memotong ayam kecil, untuk mendapatkan darahnya. Kemudian setelah jempana sampai di madya mandala Pura masyarakat yang mundut (membawa jempana) akan mesolah (menarikan jempana) Upacara Ngemantukang Observasi yang dilakukan pada pukul 19.00 wita, di Madya Mandala Pura Panti seluruh joli akan masuk ke utama mandala pura dan seluruh pratima simbol Dewa akan di tempatkan di utama mandala.

Seluruh Masyarakat melaksanakan persembahyangan bersama sampai pukul 23.00 wita.Prosesi upacara ngemantukang dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.

B. Film

film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial

dan subtansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.[5] C. Film Dokumenter

Film Dokumenter lebih kental dengan usaha mengintepretasi fakta-fakta tentang peristiwa yang dinilai essensial dan eksistensial serta dikaji secara mendalam. Film dokumenter juga sarat dengan bingkai dan konstruksi tentang realitas dari pihak-pihak yang terlibat dalam film.[5]

Film Dokumenter adalah suatu jenis film yang melakukan Interprestasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara untuk memperlihatkan aspek realistisnya dibandingkan pada film – film cerita konvensional. Film dokumenter berhubungan dengan orang – orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film Dokumenter sering di anggap sebagai rekaman dari aktualitas potongan rekaman kejadian sebenarnya berlangsung.

D. Tipe Film Dokumenter

Tipe film lebih cenderung mengelompok dari pendekatan wujud yang terlihat secara kasat mata serta dapat dirasakan dampaknya oleh penonton, sehingga lebih dekat dengan gaya film seperti unsur mise-en-scene, sinematografi, editing dan suara. Menurut Bill Nichols ( Hermansyah,2011) klasifikasi tipe-tipe film dokumenter yaitu (1) Tipe Expository, (2) Tipe Observational , (3) Tipe Interactive, (4) Tipe Reflexive,(5) Tipe Performative , (6) Tipe Poetic.

III. METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan dalam film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman di Desa Paksebali adalah cyclic strategy. Metode cyclic strategy atau strategi berputar merupakan sebuah metode yang ada kalanya suatu tahap perlu diulang kembali sebelum tahap berikutnya dilanjutkan. [7]

Gambar 2. Tahapan Proses Penelitian A. Brief

Tahap brief merupakan tahap pertama dalam metode cyclic strategy dari perancangan Film Dokumenter Tradisi Dewa Mesraman di

(4)

Desa Paksebali. Tahapan brief dibagi menjadi beberapa fase

Penawaran Ide

Pada fase ini dilakukan penawaran atau pengajuan ide ke produser atau ke sponsor yang akan bertanggung jawab dalam pembuatan film dokumenter. Pada penelitian dengan judul Tradisi Dewa Mesraman di Pura Panti Timrah Klungkung ini diajukan kepada pihak jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Universitas Pendidikan Ganesha untuk mendapat persetujuan.

Riset Awal Setelah ide diterima, maka fase selanjutnya adalah melakukan riset awal berkait dengan Tradisi Dewa Mesraman di Desa Paksebali

B. Tahap 1 (Pengumpulan data dan analisa) Tahap 1 ini dibagi menjadi beberapa fase. Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan sebagai berikut : (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Studi Pustaka, (4) Dokumentasi.

Analisis Hasil dari fase pengumpulan data tersebut dianalisis guna mengetahui kebutuhan dalam pembuatan film dokumenter, kelebihan, kekurangan, maupun target audiens film dokumenter. Berikut merupakan analisis yang dibutuhkan dalam pebutan film dokumenter : (1) Analisa Talent, (2) Analisa Lokasi, (3) Analisa alat, (4) Analisa Crew, (5) Analisa SWOT, (6) Analisa STP.

C. ,Tahap 2(Pra Produksi)

Pada tahap 2 terdapat fase pra produksi. Tahap pra produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam pembuatan sebuah film. Tahapan ini berguna untuk mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang koordinasinya komunikasi antar personil yang bertugas agar mampu melaksanakan tugasnya masing-masing. Pada tahapan produksi dibuat ide cerita , synopsis, scenario dan storyboard.

D. Evaluasi 1

Setelah tahap 2, akan ada pengujian yang bertujuan untuk mengecek kembali apakah semua bagian dalam tahap 1 dan tahap 2 telah terlaksana. Jika ada yang belum terlaksana maka akan dilakukan looping/pengulangan dengan merevisi kembali rancangan film. Sedangkan jika semua

telah terlaksana maka akan dilajutkan ke tahap berikutnya.

E. Tahap 3 (Produksi dan Pasca Produksi) 1. Produksi

Pada tahap ini desain film yang berupa ide cerita, sinopsis, storyline, dan storyboard yang sudah dibuat pada tahap pra produksi akan dikembangkan. Dalam tahapan produksi dilakukan beberapa hal, antara lain:

a). Video Production

Pada tahap ini dilakukan pengambilan gambar video, sesuai dengan storyline dan storyboard yang telah dibuat pada tahap desain. Pengambilan gambar film dibagi menjadi beberapa hari. Pengambilan gambar dibagi menjadi tiga jenis, antara lain: (1) pengambilan video narasumber, (2) pengambilan video panorama, (3) pengambilan video Pelaksanaan Tradisi Dewa Mesraman.

b). Audio Production

Pada tahap ini dilakukan pembuatan audio yang akan digunakan pada film. Pembuatan audio dilakukan dengan merekam pengisi suara akan dilakukan editing audio menggunakan aplikasi Adobe Audition Pro Cs6.

2. Pasca Produksi

Pada tahap ini video dan audio yang telah dibuat pada tahap produksi akan dirapikan dan digabungkan untuk menjadi sebuah film dokumenter. Dalam tahapan pasca produksi dilakukan beberapa hal, antara lain:

a). Editing Film

Pada tahap ini dilakukan editing pada film yang telah dibuat. Editing ini berupa penggabungan seluruh hasil dokumentasi film, pengisian musik latar yang telah dibuat pada tahap audio production, transisi antar video, penambahan efek animasi, color grading (penyelarasan warna). b). Editing Audio

Pada editing audio dilakukan DAW (Digital Audio Workstation). Kegiatan utama pada tahap ini ialah proses pembersihan suara-suara yang dirasa menggangu dan tidak diperlukan untuk film ini (noise) yang didapatkan saat pengambilan gambar mempergunakan Audition cs6 sebagai software DAW.

c). Mixing

Setelah tahap editing sudah dilakukan, tahapan selanjutnya adalah mixing. Pada tahap ini dilakukan penggabungan dari video dan audio. d). Rendering

(5)

Pada tahap ini dilakukan render dari film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan. Rendering film menggunakan format H.264 (MP4). Sedangkan resolusi yang digunakan dalam film dokumenter ini sebesar 1920x1080.

F. Evaluasi 2

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan telah sesuai dengan standar produksi film dokumenter sehingga didapatkan hasil apakah perlu dilakukan revisi kembali atau tidak terhadap film dokumenter ini. Uji Ahli Isi

Uji ahli isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi film Kain Gringsing di Desa Tenganan Pegringsingan dengan tradisi Kain Gringsing, baik dari sejarah maupun tradisinya. Uji Ahli Media

Uji ahli media dilakukan untuk mengetahui apakah film yang dikembangkan siap untuk dipublikasikan atau tidak.

G. Tahap 4 (Mastering)

Tahap 4 merupakan tahapan sebelum film ini di sebarluaskan. Pada tahap 4 ini terdapat fase mastering. Mastering merupakan proses dimana file yang telah di-render dipindahkan kedalam media kaset, VCD, DVD atau media lainya. H. Outcome

Outcome merupakan tahapan terakhir dari pembuatan film dokumenter ini. Tahap terakhir yaitu publikasi. Produk akhir film yang telah dikemas dalam bentuk DVD serta poster siap dipublikasikan.

IV. HASIL & PEMBAHASAN A. HASIL

1. Hasil Tahap Brief

Tahap pertama dilakukan dari perancangan film dokumenter kain gringsing yaitu, penawaran ide atau topic terhadap jurusan pendidikan teknik informatika. Ide atau topic yang di ajukan telah di setujui pada tanggal 28 Januari 2016 oleh ketua jurusan pendidikan teknik informatika. Kemudian dilakukan riset awal berkaitan dengan film dokumenter kain gringsing di desa tenganan pegringsingan pada tanggal 28 Januari 2016.

2. Hasil Tahap 1 (Pengumpulan data dan Analisa)

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data menggunakan metode observasi yaitu dengan datang langsung ke desa Paksebali. Untuk mengetahui lebih dekat dengan Tradisi Dewa

Mesraman, dilakukan wawancara

terhadapPemangku gede Pura Panti Timrah. Selain itu dilakukan juga pengambilan gambar sebagai dokumentasi terkait Pura Panti Timrah.

Dari hasil pengumpulan data yang di dapatkan kemudian dilakukan beberapa tahapan analisis

Yang pertama analisis talent dilakukanuntuk mengetahui siapa saja yang akan terlibat dalam Film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman. Film dokumenter ini akan melibatkan beberapa narasumber. Narasumber adalah talent yang akan menjelaskan tentang Tradisi Dewa Mesraman. Adapaun narasumber tersebut yaitu :

(1) I Putu Ariadi, S.T.,S.H. (Kepala Desa Paksebali) (2) Jero Mangku Made MuStika (Pemangku Gede Pura Panti Timrah) (3) Koder Antara (Warga Desa Paksebali) (4) Ni Luh Srinadi (Warga Desa Paksebali).

Selanjutnya ada analisis lokasi Film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman akan menggunakan lokasi pengambilan gambar di Pura Panti Timrah, dan di Pura Tirta Seganing.

Analisa Alat Peralatan yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di Desa Tenganan Pagringsingan adalah sebagai berikut.

a. 2 buah DSLR Canon 60D b. 1 buah DSLR Canon 600D c. 3 buah tripod

d. 2 buah microphone DSLR (external) e. 1 buah PC Komputer

4. Analisa Crew

Crew film dalam pembuatan film dokumenter Kain Gringsing di Desa tenganan Pagringsingn adalah sebagai berikut.

a. Produser: I Gede Herri Yudiana Sucitra b. Kameramen1: I Gede Heri yudiana Sucitra c. Kameramen 2:Gusti Ngurah Bagus Suryawan d. Editor :I Gusti Ngurah Bagus Suryawan

(6)

Berikut merupakan hasil analisa SWOT dari film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman Desa Paksebali.

a. Strength : (1) Meluruskan persepsi audience terhadap Tradisi Dewa Mesraman. (2) Menggunakan Narasi yang original dan di gabungkan dengan video suasana Pura Panti Timrah. (3) Menggunakan teknik editing yang profesional.

b. Weakness : (1) Keterbatasan moment yang di sebabkan oleh waktu pelaksanaan yang hanya diselenggarakan 6 bulan sekal (2) Alat yang digunakan masih sederhana dan terbatas. c. Opportunity : (1) Informasi yang disajikan dapat

membuka wawasan penonton terhadap keberlangsungan Tradisi Dewa Mesraman. (2) Menjadi salah satu arsip di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata khususnya di Desa Paksebali.

d. Threat : (1) Setiap audience mempunyai persepsi atau pandangan tersendiri tentang menafsirkan cerita, sehingga terkadang apa yang ingin disampaikan belum tentu diterima dengan baik.

6. Analisa STP

Hasil analisa STP film documenter kain gringsing di desa tenganan pegringsingan sebagai berikut:

1) Segmentasi dan Targeting

a. Geografis : Ditujukan untuk seluruh daerah bali bahkan di indonesia.

b. Demografis : (1) Usia 12 Tahun keatas, (2) Laki-laki dan Perempuan, (3)

:

SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan Umum

c. Psikografis : Seluruh lapisan masyarakat. 2) Positioning : Film dokumenter mengangkat salah satu budaya yang penuh akan sejarah dan filosofi di Bali yang dimana masyarakat khususnya generasi muda belum banyak mengetahui secara mendalam tentang Tradisi Dewa Mesraman

3. Hasil Tahap 2 (Pengembangan)

Pada Tahap 2 dilakukan proses pra produksi yang di awali dengan penentuan ide cerita film. Proses ini berguna untuk mengurangi kesalahan komunikasi pada saat pelaksanaan. Pada tahapan ini juda telah dilakukan pembuatan sinopsis, skenario dan juga storyoard film sebagai berikut :

1) Ide Cerita

Menekankan pada tujuan utama film dokumenter Tradisi Dewa Mesraman adalah untuk menambah wawasan masyarakat tentang keberadaan Tradisi Dewa Mesraman yang ada di Desa Paksebali. Kemasan dalam bentuk film dokumenter dipilih dikarenakan film dokumenter memiliki kelebihan secara audio visual untuk menyajikan informasi, penyajian informasi akan terlihat lebih interaktif. Film yang dirancang akan menghadirkan Prosesi Tradisi Dewa Mesraman secara lengkap

2) Sinopsis

Film Dokumenter “Tradisi Dewa Mesraman” yang berdurasi kurang lebih 18 menit menceritakan tentang sebuah tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Umat Hindu, khususnya umat Hindu yang berada Di Dusun Timrah, tradisi ini diselenggarakan tepat pada saniscara Kliwon Wuku Kuningan bertepatan dengan hari Raya Kuningan.

Hari pertama masyarakat dusun timrah melaksanakan ngayah membuat penjor dan mempersiapkan prasarana perlengkapan hiasan di areal pura, yang dilaksanakan sehari sebelum Tradisi Dewa Mesraman diselenggarakan, kemudian masyarakat akan berkumpul di Pura Panti Timrah untuk bersama-sama membuat lawar yang akan di persembahkan dengan rangkaian banten serta dipakai dalam pelaksanaan nunas paica dan magibung. Setelah selesai membuat lawar dilanjutkan dengan matur piuning dan nedunang pratima di gedong tempat disimpannya pratima simbol Dewa, acara selanjutnya yaitu nunas paica (berkah) dan magibung makanan yang telah di persiapkan sebelumnya. Masyarakat berkumpul di masing – masing tempat disimpannya pratima, selanjutnya secara bersama- sama masyarakat akan melaksanakan upacara nedunang. Acara selanjutnya masyarakat akan berkumpul di madya mandala Pura Panti Timrah untuk melaksanakan upacara mesucian ke sungai unda, mesucian ini bertujuan untuk memohon air suci untuk membersihkan jiwa dan raga para masyarakat dusun Timrah sebelum melakukan rangkaian upacara puncak Dewa Mesraman. Setelah selesai mesucian, jempana akan diusung kembali ke pura Panti Timrah untuk dihaturkan banten segehan agung. Selanjutnya akan diselenggarakan acara mesolah di Madya Mandala Pura Panti, setelah selesai mesolah joli – joli akan

(7)

masuk ke utama mandala pura dan seluruh pratima simbol Dewa akan di tempatkan di utama mandala, setelah jempana dan pratima melinggih (ditempatkan) seluruh masyarakat melakukan persembahyangan bersama.Skenario

3) Skenario

Skenario Film Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung adalah sebuah naskah yang berupa tulisan yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan Film Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung.

2) Storyboard

Storyboard Pengembangan Film Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung adalah sebuah naskah yang berupa gambar dan tulisan yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan Pengembangan Film Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung.

4. Hasil Evaluasi 1

Tahap evaluasi 1 dilakukan untuk mengetahui kesiapan pada tahap 1 dan tahap 2. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh pembuat film menggunakan chek list.

5. Tahap 3 (Produksi dan Pasca Produksi) 1) Produksi

Pada tahap ini di dapatkan hasil pengambilan gambar sesuai dengan skenario, storyboard yang telah di buat pada tahap pra produksi. Pengambilan gambar di sesuaikan dengan 3 tahapan yag sudah di rencanakan

2) Pra Produksi

Pada tahapan pasca produksi dilakukan tahap editing video, editing audio, mixing dan rendering. Software yang digunakan untuk mendukung film dokumenter yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

1) Adove Premiere Pro Cs6 2) Adobe After Effect Pro Cs6 3) Adobe Audition Pro Cs6

Hardware yang digunakan untuk mendukung Film Dokumenter yang akan dibangun adalah sebuah computer PC dengan spesifikasi sebagai berikut:

1) Processor : Intel Core i3 2) Harddisk : 500 GB 3) Memori : 4 GB

4) VGA : 2 GB

Tahapan editing video Film Dokumnter Tradisi Dewa Mesraman mengunakan software adobe premiere pro cs6. Pada Gambar 4.1

menunjukan proses editing film dengan berbagai angle dan scene sesuai skenario.

Gambar 4.1 Proses Editing Film

Tahapan editing audio Film Dokumnter Tradisi Dewa Mesraman Desa Paksebali mengunakan software adobe Audition pro cs6.

Gambar 2. Editing Audio Proses rendering Film Dokumenter dilakukan setelah proses penggabungan scene selesai. Proses rendering pada Adobe Premiere Pro Cs6.

Gambar 3. Proses Rendering Video 6. Evaluasi 2

1) Pengujian Ahli Isi

Berdasarkan rekaptulasi penilaian dari masing-masing penguji ahli isi dapat disimpulkan bawa rerata persentase keseluruahan adalah 100%. Selanjutnya rerata persentase tersebut bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada dalam kualifikasi sangat baik.

2) Pengujian Ahli Media

Berdasarkan rekaptulasi penilaian dari masing-masing penguji ahli Media dapat disimpulkan bahwa rerata persentase keseluruahan adalah 100%. Selanjutnya rerata persentase tersebut bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada dalam kualifikasi sangat baik. 7. Hasil Tahap 4 (Mastering)

(8)

Pada tahap ini dilakukan memasukkan film yang sudah di render ke dalam DVD sehingga dapat di publikasikan ke masyarakat luas. Berikut hasil desain keeping DVD dapat di lihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil Keping DVD 8. Hasil Outcome

Tahapan terakhir pada pembuatan film kain gringsing dilakukan tahapan publikasi yang mengunakan media promosi berupa poster dan media social. Berikut hasil desain poster dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hasil Poster Film

B. PEMBAHASAN

Sesuai dengan paparan hasil Film Dokmuenter Dewa Mesraman di Desa Paksebali maka, berikut ini diuraikan pembahasan. Pembahasan difokuskan pada implementasi dan hasil respon pengguna serta dilakukan revisi terhadap Pengembangan Film Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Klungkung.

Berdasarkan hasil produksi dapat diketahui bahwa Film Dokumenter Tradisi Dewa Mesraman yang dikembangkan, sesuai dengan model Cyclic. Brief melakukan pengajuan ide atau topic

terhadap ketua jurusan pendidikan teknik informatika. Tahap 1 dilakukan pengumpulan data dan analisa yang terkait dengan film dokumenter. Tahap 2 merupakan tahapan pra produksi yang meliputi penentuan ide cerita, skenario dan storyboard. Evaluasi 1 dilakukan untuk menguji kelengkapan pada tahap 1 dan tahap 2. Tahap 3 merupakan tahapan produksi yang terdiri dari pengambilan gambar dan di lanjutkan ditahap pasca produksi yaittu editing , mixing dan rendering. Evaluasi dua dilakuan untuk menguji kelayakan film oleh uji ahli isi dan ahli media . Tahap 4 dilakukan proses mastering, file yang sudah di render di masukan ke dalam DVD sehingga dapat di publikasikan. Outcome merupakan tahapan terakhir dalam film documenter ini. Tahapan outcome yaitu pempublikasian film melalui dvd yang telah dibuat dan di promosikan melalui poster serta media social.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan oleh penguji ahli isi terhdap film dokumenter Dewa Mesraman dengan angket menunjukan bahwa persentase yang diperoleh adalah 100% berarti bila dikonversikan ke dalam table konversi berada pada kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti isi cerita pada film dokumenter Dewa Mesraman tidak perlu direvisi.menggunakan transisi. Berdasarkan masukan tersebut, dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum digunakan oleh pengguna.

Berdasarkan hasil respon pengguna yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada 30 orang dengan rentangan dari usia 12 tahun keatas setelah menonton film documenter kain gringsing dengan angket menunjukkan bahwa persentase yang diperoleh adalah 88% berarti bila dikonversikan ke dalam tabel konversi berada pada kualifikasi sangat baik. Adapun tanggapan dari pengguna yang bersifat memberikan saran yaitu film disarankan di sebar luaskan, diharapkan adanya menonton bersama di desa tenganan pegringsingan dan menyertakan film dalam festival film, dan beberapa tanggapan yang bersifat memuji.

V. SIMPULAN

Rancangan Pengembangan Film “Tradisi Dewa Mesraman Pura Panti Timrah Klungkung” telah berhasil dilakukan dengan menggunakan model cyclic dengan melaksanakan pra produksi, produksi, pasca produksi dan pengujian. Implementasi Pengembangan Film “Tradisi Dewa

(9)

Mesraman Pura Panti Timrah Klungkung” berupa sebuah film dokumenter yang berisikan tentang Makna dari prosesi Dewa Mesraman yang mampu meluruskan persepsi masyarakat terhadap Prosesi Dewa Mesraman. Hasil pengujian dari respon pengguna setelah menonton Film Dokumenter Dewa Mesraman menyatakan Film dokumenter “Tradisi Dewa Mesraman Pura Panti Timrah Klungkung” sangat menarik dan dapat digunakan untuk melestarikan budaya bali dengan presentase penilaian 96% yaitu sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan kesimpulan, dapat disarankan bagi pembaca yang ingin mengembangkan bahwa film dokumenter ini kurang menonjolkan sisi konflik dalam film seperti yang disarankan oleh uji media, oleh karena itu untuk Film dokumenter “Tradisi Dewa Mesraman Pura Panti Timrah Klungkung” selanjutnya, agar memperhatikan konflik yang terdapat di balik tradisi Dewa Mesraman.

REFERENSI

[1] Uripayani, Ni Putu Dewi. 2014. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Tradisi Dewa Mesraman Di Pura Panti Timrah Desa Paksabali Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Agama Hindu, Universitas Hindu Indonesia, Denpasar.

[2] Suamba, dkk. 2009. Kontribusi Hindu Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Jakarta: Widya Dharma.

[3] Sumartini, Ni Wayan Eka. 2014. Upacara Dewa Mesraman Pada Hari Raya Kuningan Di Pura Panti Banjar Timrah Desa Paksebali kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung (Perspektif Pendidikan Agama HIndu). Skripsi (tidak diterbitkan). Program Sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Agama Hindu, Institut Hindu Dharma Negeri, Denpasar. [4] Fatkhurrokhim M, Nurul dan Nugrahardi

Ramadhani, S. Sn. MT. 2012. Perancangan Film Dokumenter Wayang Topeng Malang, Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 1, No.2, (2012) 2301-928x

[5] Wibowo, Fred. 2007. Teknik Program Televisi. Yogyakarta : Pinus Book Publisher.

[6] Hayward, Susan. 2001. Cinema Studies - Key Concept. Edisi 2. Cetakan Ke-2. London : Routledge.

[7] Sarwono, J., & Lubis, H. (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Cross Sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan,sikap, dan

Proses komputasi pengurutan data acak dengan metode mergesort yang dijalankan secara paralel dengan menggunakan virtual komputer dari layanan IAAS cloud dapat

Di kelurahan Koto Panjang Ikur Koto kecamatan Koto Tangah Kota Padang terdapat sebuah Panti Asuhan khusus putri. Panti asuhan ini bernama Panti Asuhan Liga Dakwah

Rancangan Jadual dan Mekanisme pembahasan 4 (empat) RUU tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama di Provinsi Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung dan Gorontalo

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Koefisien torsi maksimum yang dicapai turbin Darrieus dengan nilai 0.47 didapat pada kecepatan aliran 5 m/s dengan daya yang dihasilkan 5 kw dan terendah pada 0.35 didapat

Selama proses pembelajaran menggunakan model GI berbantu media videoscribe pada tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku di kelas IV SDN 2 Selakambang dilakukan tes

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat peningkatan keterampilan kooperatif dan hasil belajar siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan