FORMULASI SEDIAAN GEL ANTI NYAMUK DARI MINYAK
ATSIRI NILAM (
Pogostemon cablin
B
.
) DENGAN
GELLING AGENT
KARBOPOL DAN UJI AKTIVITASNYA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ANINDYA SETYOWATI
K100110061
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
FORMULASI SEDIAAN GEL ANTI NYAMUK DARI MINYAK ATSIRI NILAM (Pogostemon cablin B.) DENGAN GELLING AGENT KARBOPOL DAN UJI
AKTIVITASNYA
FORMULATION GEL REPELLENT OF PATCHOULI OIL (Pogostemon cablin B.) WITH GELLING AGENT CARBOPOL AND ACTIVITIES
Anindya Setyowati*, TN. Saifullah**, Erindyah R Wikantyasning*
*Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta ** Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada
ABSTRAK
Tanaman nilam (Pogostemon cablin B.) merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai penolak nyamuk. Banyak sediaan anti nyamuk yang memiliki efek beracun dalam penggunaannya. Bahan alam yang dapat digunakan sebagai repelan yaitu minyak atsiri nilam yang memiliki kandungan patchouli alcohol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan variasi gelling agent karbopol terhadap aktivitas repelan, sifat fisik, dan stabilitas sediaan gel. Minyak atsiri nilam diperoleh dengan penyulingan dengan air dan uap. Sediaan gel mengandung 5,5g/100mL minyak atsiri nilam. Pada penelitian ini dibuat 3 formula gel dengan variasi gelling agent karbopol 0,5%, 1,0%, dan 2%. Uji sifat fisika minyak atsiri nilam meliputi bobot jenis dan indeks bias. Parameter yang diuji yaitu aktivitas repelan gel dan sifat fisik gel yang meliputi uji organoleptis, uji viskositas, uji daya menyebar, uji daya melekat, pH, uji homogenitas, dan uji stabilitas fisik gel. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan anova satu jalan dilanjutkan dengan uji t-LSD dengan taraf kepercayaan 95%. Penambahan karbopol meningkatkan viskositas dan daya lekat serta menurunkan daya sebar dan pH. Peningkatan konsentrasi karbopol menghasilkan aktivitas repelan yang semakin lama.
Kata kunci: gel, karbopol, repelan, Pogostemon cablin B
ABSTRACT
Patchouli is a plant that is efficacious as a mosquito repellent. Many mosquito repellent preparations that have toxic effects in its use. Natural materials that can be used as a mosquito repellent is patchouli which contains patchouli alcohol. This study aims to determine the effect of variations in the addition of a gelling agent carbopol for repellent activity, physical properties and stability of the gel. Patchouli essential oil obtained by distillation with water and steam. Gel containing 5,5g / 100 mL patchouli oil. In this study, formula gel made with three formulation with variations concentration of the gelling agent carbopol 0.5%, 1.0%, and 2%. The physical properties of essential oils of patchouli include density and refractive index. The parameters tested are repelan activity and physical properties which include organoleptic test, viscosity test, dispersive power test, adhesion test, pH, homogeneity, and stability test gel. Results were analyzed by one way ANOVA followed by LSD t-test with a level of 95%. Addition of carbopol can increase the viscosity and adhesion as well as lower dispersive power and pH. The greater addition of carbopol can resulting longer repellent activity.
Key words: gel, karbopol, repelan, Pogostemon cablin B
PENDAHULUAN
Perkembangbiakan nyamuk sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor termasuk
lingkungan, sosial dan perilaku manusia (Zuhriyah et al., 2013). Perkembangbiakan
nyamuk yang sangat cepat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, salah
satunya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang menyebabkan masalah kesehatan di indonesia (Sari et al., 2013).
Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 211.511 kasus dengan
jumlah kematian 871 orang (Kemenkes RI, 2013). Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor penular yang harus diberantas untuk mencegah terjadinya epidemi demam berdarah
(Soedarto, 2012). Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan repelan.
Banyak repelan yang beredar saat ini mengandung bahan kimia berbahaya yang
tidak baik untuk kesehatan. Salah satunya yaitu DEET (N,N-diethyl-m-toluamide). DEET
dapat menyebabkan ruam, pembengkakan, iritasi, dan kanker (Patel et al., 2012).
Sebagian orang menggunakan cara tradisional untuk mengusir nyamuk yaitu
dengan menggunakan bagian tanaman seperti kulit batang, daun, dan seluruh tanaman
(Ntonifor et al., 2006). Bahan alam digunakan sebagai bahan utama repelan karena
penggunaannya aman pada kulit. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai
repelan adalah tanaman nilam (Pogostemon cablin B.), bahan aktif yang digunakan yaitu
minyak nilam. Menurut Shinta (2012), minyak nilam memiliki potensi sebagai penolak
nyamuk pada konsentrasi 55% v/v. Kandungan tertinggi pada minyak nilam yaitu
patchouli alcohol (Gokulakrishnan et al., 2013)
Sifat minyak atsiri mudah menguap sehingga tidak efektif apabila digunakan
langsung pada kulit karena akan cepat menghilang pada kulit (Guanther, 1987). Daya
repelan akan semakin rendah jika minyak atsiri mudah menguap (Shinta, 2012). Untuk
mengatasi hal tersebut maka minyak atsiri nilam diformulasikan dalam bentuk sediaan gel
sehingga dapat digunakan pada kulit dan bisa digunakan untuk mengusir nyamuk dalam
waktu lama.
Basis atau pembawa diperlukan dalam pembuatan sediaan gel. Basis akan
mempengaruhi waktu kontak dan kecepatan pelepasan zat aktif. Senyawa pembentuk gel
antara lain gom alam, karbopol, dan turunan selulosa (metilselulosa, Na CMC,
hidroksietilselulosa dan hidroksipropilselulosa).
Pembuatan sediaan gel pada penelitian ini menggunakan karbopol sebagai basis
atau gelling agent. Karbopol merupakan gelling agent yang bersifat hidrofilik sehingga
mempunyai stabilitas besar, mudah dicuci air, daya sebar pada kulit baik, dapat dipakai
pada bagian tubuh yang berambut dan memiliki pelepasan obat yang baik (Voigt, 1984).
Karbopol mempunyai stabilitas yang baik pada viskositas tinggi. Konsentrasi gelling agent
kurang dari 10% yaitu dalam kisaran 0,5% - 2% (Allen, 2002).
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
cablin B.) terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti dan mendapatkan sediaan gel yang
stabil dengan peningkatan konsentrasi gelling agent karbopol.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex),
timbangan analitik (AdventurerTM OHAUS), mortir, stamper, pH meter (HANA
Instruments), viskosimeter (Rion VT-04), cawan porselen, termometer, sangkar nyamuk,
stopwatch.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak atsiri nilam
(Pogostemon cablin B.), etanol 96%, propilen glikol, karbopol, metil paraben,
trietanolamin, akuades, dan NaOH 0,1 N.
Jalannya Penelitian
1. Penetapan Bobot Jenis dan indeks bias Minyak Atsiri Nilam
Alat yang digunakan untuk menetapkan bobot jenis adalah piknometer. Piknometer
dibersihkan dan ditambahkan air suling yang mempunyai suhu 12ºC. Suhu dinaikkan
hingga 15ºC. Piknometer dipindahkan dari penangas air dan didiamkan selama 30 menit,
kemudian ditimbang. Piknometer dibasuh dengan alkohol dan dilap hingga kering. Minyak
dimasukkan dalam piknometer dan dilakukan percobaan seperti pada air hingga didapatkan
bobot minyak ekivalen (Guenther, 1987).
Penetapan indeks bias menggunakan alat refraktometer. Penetapan indeks bias
didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi
suhu yang tetap. Minyak dialirkan menuju alat pada suhu 20 ºC, prisma diatur dan sampel
dimasukkan dalam prisma. Pembacaan dilakukan pada saat suhu alat dan bahan sama.
Diperoleh garis tidak berwarna, garis pembatas diatur sehingga diperoleh garis pemisah.
Nilai indeks bias dapat dibaca langsung (Guenther, 1987).
2. Formula dan Pembuatan Gel
Sediaan gel anti nyamuk dari minyak atsiri nilam dibuat dengan menggunakan
rancangan formula dari (Hapsari et al., 2013) yang telah dimodifikasi. Rancangan formula
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Formula Gel Repelan Minyak Atsiri Nilam
Karbopol ditaburkan dalam air dan ditambahkan trietanolamin kemudian diaduk
sampai membentuk massa gel. Metil paraben dilarutkan dalam etanol 96% dan
ditambahkan dalam massa gel diaduk hingga homogen. Minyak atsiri nilam dilarutkan
dalam propilen glikol kemudian dicampur ke dalam massa gel dan diaduk hingga
homogen. NaOH ditambahkan ke dalam massa gel. Akuades ditambahkan sampai volume
100 ml dan diaduk hingga homogen.
3. Uji Sifat Fisik dan Aktivitas Repelan Sediaan Gel
Pada uji sifat fisik sediaan gel meliputi uji organoleptis, homogenitas, uji daya sebar,
uji viskositas, uji daya lekat, uji pH, serta daya repelan terhadap nyamuk Aedes aegypti
betina.
Analisis Data
Analisis sifat fisik gel dilakukan dengan anova satu jalan dilanjutkan dengan uji
t-LSD dengan taraf kepercayaan 95% (viskositas, pH, daya menyebar, daya melekat).
Analisis uji repelan dihitung dengan menghitung banyaknya nyamuk yang hinggap dan
dianalisis dengan menggunakan rumus berikut :
Daya Proteksi : x 100% (1)
Keterangan : K= jumlah nyamuk yang hinggap pada tangan kontrol
P= jumlah nyamuk yang hinggap pada tangan yang diolesi perlakuan
Data dari masing-masing pengujian aktivitas repelan dan stabilitas fisik selanjutnya
dianalisis dengan uji statistik anava satu arah serta dilanjutkan uji t-LSD dengan taraf
kepercayaan 95%, sehingga apabila p value < 0,05 maka tiap formula memberikan
perbedaan yang signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Sifat Fisik Minyak Atsiri
Pengujian minyak atsiri dilakukan dengan menetapkan berat jenis dan indeks bias
minyak atsiri yang dilakukan Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas
Gadjah Mada. Hasil uji kemurnian minyak atiri nilam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Fisik Minyak Atsiri Nilam
No Jenis pengujian Hasil penetapan SNI 1 Berat jenis (g/ml) 0,9595 0,950 – 0,975 2 Indeks bias (nD) 1,5105 1,507 – 1,515 3 Kandungan Patchouli
Alcohol (%)
Penetapan berat jenis dan indeks bias minyak atsiri nilam dilakukan satu kali atau
tidak ada replikasi. Hasil pengujian berat jenis minyak atsiri nilam adalah 0,9595 g/cm3.
Minyak atsiri nilam yang diuji memiliki kualitas yang baik karena berada pada kisaran
nilai standar minyak atsiri nilam yaitu 0,950 – 0,975 (SNI, 2006).
Hasil uji indeks bias minyak atsiri nilam adalah 1,5105. Hasil tersebut masuk
dalam kisaran nilai standar indeks bias minyak atsiri nilam yaitu 1,507 – 1,515 (SNI,
2006). Kandungan Patchouli alcohol dari minyak nilam yang digunakan yaitu 29,20%,
jumlah tersebut kurang dari standar yaitu minimal 30% (SNI, 2006).
B.Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel
1. Organoleptis dan homogenitas sediaan gel
Pemeriksaan organoleptis sediaan gel minyak atsiri nilam dilakukan dengan
pengamatan terhadap warna, bau dan bentuk. Pada Tabel 3 menunjukkan adanya
perbedaan warna dan konsistensi dari tiap formula. Berdasarkan konsistensi gel yang
diamati, formula 1 memiliki konsistensi lebih encer dibandingkan formula 2 dan formula 3.
Variasi penambahan karbopol membuat perbedaan konsistensi tiap formula. Pengamatan
bau dari masing-masing formula tidak ada perbedaan, ketiga formula berbau khas minyak
nilam.
Tabel 3. Hasil pengamatan organoleptis gel anti nyamuk minyak atsiri nilam
Formula Konsistensi Warna Bau Homogenitas
F I + Kuning Nilam Homogen
F II ++ Kuning muda Nilam Homogen F III +++ Kuning muda sekali Nilam Homogen Keterangan :
+ : Kental
FI : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
FII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
FIII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen tidaknya bahan dalam
sediaan gel. Gel saat dioleskan pada kulit memiliki tekstur yang rata. Hal tersebut
menunjukkan pencampuran bahan-bahan dalam pembuatan gel tercampur merata. Jika
suatu gel tidak tercampur rata maka minyak atsiri yang berfungsi sebagai zat aktif tidak
terdistribusi dalam gel dan efek repelan tidak tercapai (Hapsari et al., 2014). Hasil
homogenitas yang diamati menunjukkan semua formula memiliki homogenitas yang baik
dan merata. Semua formula tidak menunjukkan adanya partikel saat diletakkan dalam
2. Evaluasi sifat fisik sediaan gel
Evaluasi sifat fisik gel yang dilakukan meliputi uji daya menyebar, uji daya lekat,
uji viskositas, dan uji pH. Pada Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian daya sebar, daya
lekat, viskositas dan pH.
Tabel 4. Hasil Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Gel
Formula Mean±SD
Daya sebar Daya Lekat Viskositas pH
I 5,80±0,10 1,36±0,09 250±50 7,29±0,08 II 4,90±0,10 1,70±0,16 350±50 6,42±0,15 III 3,80±0,07 1,86±0,02 400±50 6,08±0,04 Keterangan :
FI : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
FII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
FIII : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
a. Daya Sebar Gel
Uji daya sebar gel bertujuan untuk mengetahui kemampuan gel menyebar pada
permukaan kulit. Semakin besar daya sebar sediaan gel maka akan semakin mudah sediaan
gel dioleskan pada kulit dan akan cepat melepaskan efek terapi di kulit sehingga efek
repelan terpenuhi.
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa luas penyebaran gel antara ketiga formula
berbeda-beda. Formula 1 menghasilkan luas penyebaran yang paling besar diantara ketiga
formula. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan penambahan karbopol pada tiap
formula. Semakin besar penambahan karbopol maka gel akan menjadi semakin kental dan
daya sebar menjadi semakin kecil.
Gambar 1. Grafik hubungan antara formula dan luas penyebaran gel
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Faktor yang mempengaruhi daya sebar gel yaitu kekuatan matriks gel. Semakin
kuat matriks maka daya sebar gel akan menurun. Gelling agent bertanggung jawab atas
terbentuknya matriks gel. Peningkatan konsentrasi gelling agent membuat matriks gel
semakin kuat (Roudhatini, 2013). Semakin besar daya sebar maka penyebaran pada
uji statistik daya sebar menunjukkan perbedaan yang signifikan antar formula yang
ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,000 (<0,05).
b. Daya Lekat
Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui seberapa lama sediaan gel
melekat pada kulit. Daya lekat yang besar membuat gel melekat pada kulit semakin lama
dan membuat gel semakin efektif karena absorbsi zat aktif lama. Daya lekat gel yang
terlalu kuat akan menghalangi pori-pori kulit, tapi jika terlalu lemah maka efek tidak
tercapai (Hapsari et al., 2014). Pada Gambar 2 menunjukkan tren yang cenderung
meningkat dengan penambahan karbopol pada sedian gel.
Gambar 2. Grafik hubungan formula dengan daya lekat gel
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Penambahan karbopol akan membuat gel menjadi lebih kental sehingga
menghasilkan daya lekat yang tinggi. Formula 3 memiliki daya lekat yang paling tinggi
diantara ketiga formula. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antar formula ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,004 (<0,05). Daya lekat yang tinggi
akan membuat sediaan gel lebih efektif dalam penghantaran zat aktif.
c. Uji pH
Pengujian pH bertujuan untuk mengetahui apakah pH sediaan gel dapat diterima
kulit atau tidak. Rentang pH yang dapat diterima oleh kulit yaitu pH 5-10 (Sihombing et
al., 2009).
Pada Gambar 3, formula 1 memiliki nilai pH yang paling tinggi, sedangkan formula
3 memiliki nilai pH yang rendah atau semakin asam. Semakin besar penambahan karbopol
maka nilai pH semakin menurun atau semakin asam. Penggunaan karbopol 0,5-1%
menghasilkan basis dengan pH 3, yang setelah ditambah dengan trietanolamin basis
Gambar 3. Grafik hubungan formula dengan pH
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Hasil uji statistik pH menunjukkan adanya perbedaan signifikan tiap formula yang
ditunjukkan dengan p-value sebesar 0,000 (<0,05). Hasil uji pH gel minyak nilam yang
didapat sesuai dengan pH yang dapat diterima kulit yaitu 5-10 sehingga gel aman untuk
digunakan.
d. Viskositas Gel
Uji viskositas digunakan untuk mengetahui kekentalan dari sediaan gel. Gel yang
baik adalah gel yang tidak terlalu encer maupun tidak terlalu kental. Sedian gel yang
terlalu kental atau terlalu encer akan menyulitkan dalam penggunaanya. Viskositas
digambarkan sebagai suatu tahanan dari sediaan. Apabila viskositas besar maka tahanan
dari suatu sediaan juga besar sehingga pelepasan zat aktif dari sediaan akan lambat dan
semakin sulit.
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa viskositas antar formula berbeda. Hal tersebut
disebabkan karena variasi penambahan karbopol tiap formula. Formula 1 memiliki
viskositas yang lebih encer dibanding formula 2 dan formula 3. Konsentrasi tertinggi
karbopol ada pada formula 3 sehingga formula 3 memiliki viskositas yang paling tinggi
atau paling kental diantara ketiga formula.
Gambar 4. Grafik hubungan formula dengan viskositas
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
Pada Gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan viskositas yang signifikan pada
antar formula. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil uji statistik dengan p-value sebesar
0,027 (<0,05). Viskositas yang kental akan membuat minyak atsiri tertahan lama pada
sediaan gel dan efek repelan yang terjadi juga lama.
e. Uji Aktivitas Repelan
Pengujian aktivitas repelan bertujuan untuk mengetahui aktivitas repelan pada
sediaan gel minyak atsiri nilam terhadap nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk yang digunakan
untuk pengujian yaitu nyamuk Aedes aegypti betina karena nyamuk Aedes aegypti jantan
hanya menghisap madu dan sari dari tumbuhan sedangkan nyamuk Aedes aegypti betina
menghisap darah. Nyamuk Aedes aegypti dipuasakan selama 24 jam supaya saat pengujian
nyamuk dalam keadaan lapar. Saat pengujian dilakukan kelembaban ruangan yaitu 45%
dan suhu 28oC. Setiap kandang pengujian terdapat 50 nyamuk Aedes aegypti betina
dengan umur yang seragam. Ruangan untuk pengujian dikondisikan dengan cahaya yang
tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap. Kondisi tersebut sesuai dengan habitat nyamuk
Aedes aegypti (Ikhsanudin, 2012). Pengujian aktivitas repelan menggunakan tangan
probandus yang diolesi gel sebanyak 1 gram. Pengujian dilakukan selama 5 menit pada
setiap jam selama 3 jam.
Gambar 5. Grafik daya repelan gel anti nyamuk minyak atsiri nilam
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Daya repelan pada ketiga formula cenderung menurun dengan penambahan
karbopol. Pada jam ke-1, formula 1 memiliki daya repelan paling tinggi diantara ketiga
formula. Hal tersebut disebabkan karena basis formula 1 tidak menahan cukup kuat
minyak atsiri sehingga pada jam ke-1 aroma minyak atsiri nilam yang dilepaskan lebih
banyak. Pada jam ke-3 aroma yang dikeluarkan semakin sedikit sehingga daya repelan
Formula 3 mempunyai daya repelan paling rendah pada jam ke-1 namun
mempunyai efek repelan paling lama. Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar 5, daya
repelan pada jam ke-3, formula 3 memiliki daya repelan paling tinggi diantara ketiga
formula. Lamanya efek repelan pada formula 3 terjadi karena besarnya penambahan
karbopol yang menyebabkan minyak atsiri lebih kuat tertahan dalam basis. Semakin kuat
minyak atsiri tertahan dalam basis menyebabkan aroma minyak atsiri dilepaskan sedikit
demi sedikit sehingga daya repelan pada jam ke-1 rendah. Semakin tinggi konsentrasi basis
karbopol maka daya repelan semakin rendah namun memberikan efek repelan paling lama.
Hasil statistik daya repelan menunjukkan perbedaan yang bermakna untuk ketiga formula
yang ditunjukkan dengan p-value <0,05.
Pada kontrol negatif daya repelan yang dihasilkan sangat rendah. Kontrol negatif
yang digunakan yaitu sediaan gel formula 2 tanpa minyak atsiri nilam. Pada Gambar 5,
daya repelan kontrol negatif cenderung menurun setiap jam. Penggunaan kontrol negatif
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar bahan-bahan dalam sedian gel dapat
menolak nyamuk .
Pengujian aktivitas repelan juga dilakukan pada kontrol positif yaitu produk dagang
yang mengandung bahan aktif DEET. Produk dagang yang diuji menghasilkan daya
proteksi > 90%. Hasil dari produk repelan tersebut efektif menolak nyamuk tetapi memiliki
efek yang berbahaya. DEET dapat menimbulkan iritasi pada kulit jika digunakan terlalu
lama.
f. Uji Stabilitas Gel
Uji stabilitas bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan gel selama waktu
penyimpanan. Uji stabilitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptis, daya sebar,
viskositas, daya lekat, pH, dan homogenitas. Sediaan gel disimpan pada suhu ruang dan
diamati pada minggu ke-1, 2, 3, 4, dan 8.
Pengamatan stabilitas secara organoleptis meliputi warna, bau, dan konsistensi gel.
Gel dikatakan stabil apabila tidak terjadi perubahan warna, bau dan konsistensi selama
penyimpanan dan tidak ditumbuhi jamur (Roudhatini, 2013). Hasil pengamatan
organoleptis gel sampai minggu ke-8 menunjukkan tidak ada perubahan warna, bau dan
konsistensi pada sediaan gel. Selama penyimpanan sediaan gel juga tidak mengalami
pemisahan fase dan bebas dari jamur karena adanya pengawet nipagin dalam formulasi.
Hasil pengujian homogenitas gel sampai minggu ke-8 menunjukkan sediaan gel yang
Gambar 6 menunjukkan stabilitas viskositas gel selama penyimpanan pada minggu
ke-0 sampai minggu ke-8. Pada minggu ke-1 terjadi kenaikan viskositas pada formula 1
dan 3. Kenaikan viskositas yang terjadi pada formula 1 tidak signifikan (p-value 0,244).
Kenaikan viskositas yang signifikan terjadi pada formula 3 minggu ke-1 (p-value 0,000).
Pada formula 2 kenaikan viskositas terjadi pada minggu ke-2.
0
Gambar 6. Grafik hubungan viskositas gel dengan lama penyimpanan
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Viskositas gel cenderung mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal tersebut
terjadi karena kondisi lingkungan penyimpanan seperti cahaya dan kelembaban udara.
Kenaikan suhu juga dapat menyebabkan penurunan viskositas. Suhu yang tinggi
menyebabkan partikel-pertikel menjadi renggang sehingga gel akan menjadi encer.
Selama penyimpanan minggu ke-2 sampai menggu ke-8 formula 1 dan 3
mengalami penurunan viskositas. Sedangkan penurunan viskositas untuk formula 2 terjadi
pada minggu ke-3 sampai minggu ke-8. Gel akan menyerap uap air dari luar sehingga
volume air dalam gel bertambah dan menyebabkan viskositas semakin encer (Sihombing et
al., 2009).
Hasil pengamatan stabilitas pH pada sediaan gel (Gambar 7) menunjukkan
penurunan selama penyimpanan. Penurunan pH dapat dipengaruhi oleh cahaya dan
kelembaban suhu. Secara umum gel akan mengalami penurunan pH selama penyimpanan
(Sihombing et al., 2009). Selama penyimpanan gel tidak terjadi penurunan pH yang
drastis. Penurunan nilai pH juga dapat terjadi karena reaksi antara gugus karboksilat dari
karbopol dengan pembawa air sehingga terbentuk H3O+ lebih banyak sehingga membuat
0
Gambar 7. Grafik Hubungan pH gel dengan lama penyimpanan
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa sediaan gel ketiga formula dari minggu ke-0
sampai minggu ke-8 cenderung stabil. Pada minggu ke-1 terjadi kenaikan pH pada ketiga
formula. Dari ketiga formula, kenaikan pH yang terjadi signifikan kecuali formula 2 tidak
signifikan (p-value 0,087). Pada minggu ke-2 sampai minggu ke-8 terjadi penurunan pH
yang tidak signifikan dan masih dalam rentang pH untuk kulit normal.
Gambar 8 menunjukkan hasil pengamatan stabilitas daya sebar gel selama
penyimpanan. Pada formula 1 terjadi penurunan daya sebar pada minggu ke-0 sampai
minggu ke-2 dan terjadi peningkatan pada minggu ke-3 sampai ke-8. Peningkatan daya
sebar yang signifikan terjadi pada minggu ke-8 (p-value 0,008).
0
Gambar 8. Grafik hubungan daya sebar gel terhadap lama penyimpanan
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Pada formula 2 menunjukkan luas penyebaran yang tidak stabil setiap minggunya.
Pada minggu ke-2 terjadi peningkatan daya sebar, namun peningkatan yang terjadi tidak
signifikan (p-value 0,170) . Peningkatan yang signifikan pada formula 2 terjadi pada
minggu ke-8 (p-value 0,008). Pada formula 3 luas penyebaran gel cenderung stabil, namun
Faktor yang mempengaruhi daya sebar gel adalah jumlah dan kekuatan matriks gel.
Semakin lama penyimpanan daya sebar gel semakin meningkat (Taurina & Rafikasari,
2014).
Pada Gambar 9 menunjukkan hasil pengamatan stabilitas daya lekat gel selama
penyimpanan. Pada formula 1 terjadi penurunan yang signifikan pada minggu ke-2 (
p-value 0,014) dan minggu ke-4 (p-value 0,012). Pada formula 2 penurunan yang signifikan
terjadi pada minggu ke-1(p-value 0,013). Selama penyimpanan selama 8 minggu, daya
lekat tiap formula mengalami peningkatan dan penurunan setiap minggunya. Hasil
stabilitas sediaan gel secara keseluruhan menunjukkan peningkatan dan penurunan setiap
minggunya pada ketiga formula.
0
Gambar 9. Grafik hubungan daya lekat gel dengan lama penyimpanan
Keterangan :
F1 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 0,5%
F2 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 1%
F3 : Formula gel dengan konsentrasi karbopol 2%
Formula 2 merupakan formula yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan
viskositas yang dihasilkan formula 2 tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental sehingga
gel mudah dioleskan dan zat aktif dapat terdistribusi merata pada kulit. Formula 2 juga
cukup efektif sebagai penolak nyamuk.
Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan. Hasil daya repelan yang
dihasilkan masih kurang dari standar yaitu >90% sehingga perlu adanya peningkatan
konsentrasi minyak atsiri nilam yang digunakan dalam membuat sediaan gel. Minyak atsiri
nilam yang sudah diformulasikan menjadi gel menghasilkan bau yang tidak enak yang
tidak disukai oleh manusia sehingga perlu adanya fragrance untuk menutupi bau sediaan
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin besar penambahan gelling agent karbopol maka daya repelan sediaan gel
terhadap nyamuk Aedes aegypti yang dihasilkan semakin lama.
2. Semakin besar penambahan gelling agent karbopol maka viskositas dan daya lekat
semakin besar sedangkan daya sebar semakin kecil. Stabilitas gel ketiga formula
mengalami peningkatan dan penurunan selama penyimpanan.
B. Saran
Perlu ditambahkan fragrance pada sediaan untuk menghasilkan bau yang lebih
disukai saat penggunaanya serta perlu peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam
sehingga dihasilkan sediaan gel dengan daya repelan yang baik.
DAFTAR ACUAN
Allen Jr. L.V.,2002, The Art, Science, And Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Edition, 305-310, 315, Washington D.C, American Pharmaceutical Association
Badan Standarisasai Nasional, 2006, Standar Nasional Indonesia Minyak Nilam.
Draganoiu, E., Siahboomi, A. R. & Tiwari, S., 2009, Carbomer, dalam Rowe, R. C., Sheskhey, P. J., Owen, S. C., (Eds.), Handbook of Pharmaceutical Exipients, Sixth Edition, 110-114, London, Pharmaceutical Press.
Gokulakrishnan, J., Kuppusamy, E., Shanmugam, D., Appavu, A. & Kaliyamoorthi, K., 2013, Pupicidal and repellent activities of Pogostemon cablin essential oil chemical compounds against medically important human vector mosquitoes, Asian Pasific Journal of Tropical Disease, 3 (1), 26-31.
Guenther, E., 1987, Minyak Atsiri, jilid 1, diterjemahkan oleh Ketaren, 134, Jakarta, UI press.
Hapsari, I., Rosyadi, A. & Wahyuningrum, R., 2014, Optimasi Kombinasi Minyak Atsiri Bunga Kenanga Dengan Herba Kemangi Dalam Gel Sebagai Repelan Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Metode Simplex Lattice Design, Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Ikhsanudin, A, 2012, Formulasi Vanishing Cream Minyak Atsiri Rimpang Jahe (Zingiber Officinale Roxb) dan Uji Aktivitas Repelan Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Betina, Jurnal Ilmiah Kefarmasian, 2 (2), 175 – 186.
Ntonifor, N. N., Ngufor, C. A., Kimbi, H. K. & Oben, B. O., 2006, Traditional Use of Indigenous Mosquito-Repellents To Protect Humans Against Mosquitoes And Other Insect Bites In A Rural Community Of Cameroon, East African Medical Journal, 83 (10), 553-558.
Patel, E. K., Gupta, A. & Oswal, B. J., 2012, A Review on : Mosquito Repellent Methods, International Journal of Pharmaceutical, Chemical and Biological Sciences, 2 (3), 310-317.
Roudhatini, 2013, Uji Efektivitas Sediaan Gel Anti Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Sambal (X Citrofortunella microcarpa (Bunge) Wijnands) Terhadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis, Naskah Publikasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Sari, D. R., Ishak, H. & Ibrahim, T., 2013, Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Endemisitas Demam Berdarah di Kelurahan Adatongeng Kecamatan Turikale Kabupaten Maros, Naskah Publikasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin, Makassar.
Sativa, O., Yuliet. & Sulastri, E, 2014, Uji Aktivitas Antiinflamasi Gel Ekstrak Buah Kaktus (Opuntia elatior Mill.) Pada Tikus (Rattus norvegicus L.) yang Diinduksi Lamda Karagenan, Online Jurnal of Natural Science, 3 (2), 79-94.
Sihombing C.N., Nasrul W. & Taofik R., 2009, Formulasi Gel Antioksidan Ekstrak Buah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) dengan Menggunakan Basis Aquapec 505 HV, Jurnal Farmaka, 7 (3), 1-12.
Soedarto, 2012, Demam Berdarah Dangue: Dangue Haemmorhagic Fever, 61-68, Jakarta, Sagung Seto.
Taurina, W. & Rafikasari, 2014, Uji Efektivitas Sediaan Gel Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Pontianak (Citrus Nobilis Lour. Var. Microcarpa) Terhadap Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus, Traditional Medicine Journal, 19 (2), 70-73.