KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A”.
Tujuan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. Selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis dan
juga Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan atau kejanggalan baik dalam penulisan maupun isinya. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
demi menyempurnakan skripsi ini.
Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan menjadi bahan masukan bagi perkembangan dunia pendidikan
khususnya dunia pendidikan luar sekolah.
Medan, Maret 2014
Penulis
WITA MONICA SITUMORANG
ABSTRAK
Wita Monica Situmorang.NIM.109371036 Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2014.
Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja.
Menurut Kusumanto (2000) Juvenile delinquency atau kenakalan anak atau “remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hokum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan”. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Djamarah (2004 :
1)bahwa, “pola komunikasi orang tua dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang
atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.”
Jenis penelitian ini adalah penelitian korealasional yaitu melihat hubungan antara variabel bebas X (pola komunikasi orang tua) dengan variabel Y (kenakalan remaja). Sampel penelitian ini adalah 78 orang remaja. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis
data menggunakan rumus korelasi product moment –
√{ }{ }
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 > 0,220. Maka dapat
DAFTAR ISI
2.3.Pola Komunikasi Orang Tua……….. 17
B. Kerangka Konseptual ... 25
C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 28
D. Defenisi Operasional ... 29
F. Teknik Analisis Data ... 32
G. Lokasi Dan Waktu Penelitian………. 33
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian………...……… 34
B. Pengujian Hipotesis……… 38
C. Pembahasan Penelitian……….. 39
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………. 45
B. Saran………46
DAFTAR PUSTAKA... 47
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Paradigma Penelitian ... 26
Tabel 2 Kisi-kisi Angket ... 30
Tabel 4.1 pola komunikasi orang tua... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penentuan Jumlah Angket dari Populasi ……….48
Lampiran 2 : Nomogram Untuk Menentukan Ukuran Sampel……….50
Lampiran 3 : Daftar Angket………...51
Lampiran 4 : Perhitungan Kategori Pola Komunikasi Orang Tua………59
Lampiran 5 : Perhitungan Kategori Kenakalan Remaja………64
Lampiran 6 : Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A………..69
Lampiran 7 : Tabel r……….74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja disebut adolescent dalam bahasa inggris. Jadi masa remaja disebut masa
bertumbuh dan berkembang, baik bidang fisik, mental, sosial maupun rohani. Masa remaja
adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.dan ketika masa itu
datang menghampirinya anak tersebut merasa dirinya sudah semakin dewasa. Ia mulai ingin
menyatakan wujud kedewasaan, dan identitasnya.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak anak menuju dewasa. Remaja
merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi
penerus bangsa dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Namun sayangnya pada
saat sekarang ini kenyataan menunjukkan hal yang berbeda. Banyak data dan informasi
tentang tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kenakalan remaja.
Masa remaja juga disebut masa menentukan pola hidup, yang biasanya tidak mau
mengikuti pola lama yang dianut oleh orangtuanya. Ia ingin mempunyai ciri yang berlainan,
yang tampaknya aneh dan beda dari biasanya. Karenanya, ia pun hati-hati memilih pola yang
cocok baginya. Kadang-kadang meraba-raba dahulu, dan setelah pasti barulah dijadikan
pedoman. Dipihak lain, mungkin pula mencoba melanggar pola hidup tersebut. Itulah
sebabnya mengapa banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja dianggap ibarat
orang ynag berada dipersimpangan jalan, siap memilih jalan yang akan ditempuh. Kearah
yang baik atau kearah yang buruk. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan
akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, merokok,
mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan hingga pada penyalahgunaan obat-obatan seperti
2
Munculnya kenakalan remaja merupakan manifestasi kurangnya pembinaan generasi
muda sejak awal perkembangannya maupun dalam proses pendewasaan. Kenakalan remaja
cenderung diakibatkan karena remaja lebih mengedepankan sifat emosi ketimbang pemikiran.
Menurut pandangan politik kenakalan remaja sebagai akibat kurangnya kontrol sosial, dan
juga sebagai akibat kecerobohan orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu orang
tualah yang sangat berperan penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga
menjelang dewasa. Simanjuntak (1987:37) berpendapat bahwa keluarga merupakan
kelompok sosial yang utama dan pertama anak belajar dan menjadi manusia sosial.
Akhir-akhir ini gejala kenakalan remaja semakin meningkat, baik dikota-kota besar
maupun dipedesaan, dimana remaja sering bertindak diluar batas misalnya, menodong,
tawuran, merampok, mabuk-mabukan, mengganggu ketentraman umum, bahkan melakukan
pembunuhan. Digambarkan pula bahwa remaja pada saat ini lebih suka jalan-jalan di mal,
kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran antar pelajar. Frekuensi tawuran meningkat tajam
dari 1500 kasus pada tahun 2011/2012 menjadi 1755 kasus pada tahun 2012 (Kompas, 23
Februari,2012).
Dalam hal ini pula banyak di contoh oleh anak remaja yang tidak mendapatkan
pengarahan bahwa hal itu tidak baik untuk dilakukan. Di lingkungan masyarakat, para remaja
sering menemukan orang yang berkelakuan tidak sopan, kasar bahkan kejam terhadap sesama
manusia (Sofyan.2005, 107). Masalah-masalah tersebut akan menjadikan kehidupan
masyarakat menjadi resah, dan perasaan tidak aman di lingkungannya. Keresahan pasti
terjadi seperti penipuan, pencurian, mabuk-mabukan dll. Ditambah lagi dengan masuknya
unsur-unsur budaya asing yang bersifat negative, seperti kemajuan teknologi yang
mempengaruhi cara bergaul remaja, yang dapat dilihat dari tingkah laku remaja yang
cenderung mengikuti gaya budaya asing. Seperti yang terjadi di lingkungan tempat penulis
3
begadang/berkeliaran sampai larut malam, berjudi, minum-minuman keras, berkata-kata
kasar dan melawan pada orang tua.
Interaksi dalam keluarga sangat mempengaruhi perilaku pada remaja. Karena
keluarga adalah basis pertama dalam berbagai rangkaian proses interaksi social yang dialami
seseorang dalam hidupnya. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah memberi pengayoman
sehingga menjamin rasa aman dalam masa kritisnya. Tidak dapat disangkal lagi, melalui
keluargalah anakmemperoleh bimbingan dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya.
Peranan orang tua sangat penting bagi seorang anak. Tidak semua anggota keluarga
mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Pengaruh tersebut tergantung dari emosional
antara anggota keluarga dan anak. Melalui keluargalah anak memperoleh bimbingan,
pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya. Suasana kehidupan keluarga
sangat berpengaruh atas taraf-taraf perkembangan anak dan menentukan apakah kelak akan
terbentuk, sikap keras atau sikap lembut serta kepribadian lainnya. Perhatian orang tua
dengan memberikan bekal kesenangan materil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.
Kondisi Negara kita pada saat sekarang ini juga menuntut agar generasi muda memiliki
wawasan yang luas, berfikir positif dan perilaku yang baik. Tuntutan positif yang diberikan
keluarga terhadap anaknya akan membentuk perilaku yang positif. Namun pada
kenyataannya segala sesuatu yang dikomunikasikan orang tua pada anaknya tidak
sepenuhnya dimengerti oleh anak. Anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan
apa yang mereka inginkan. Disimpulkan dari berbagai penelitian bahwa pola komunikasi
yang demokratis dan frekuensi komunikasi yang tinggi berhubungan erat dengan rendahnya
tingkat kenakalan remaja, gaya pengasuhan yang otoriter dan permissive mendorong anaknya
untuk bertingkah laku nakal (Cahyaningsih, 1999).
Clark dan shiledh (1997 ) menemukan bahwa komunikasi yang baik antara orang tua
4
remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indicator rasa percaya dan kejujuran
dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga. Dengan
kemajuan zaman telah banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Dimana
pada saat sekarang ini semua informasi tentang apa saja dapat diperoleh dengan cepat dan
mudah. Akan tetapi kemajuan zaman juga memberikan tekanan terhadap orang tua untuk
dapat hidup berkecukupan sehingga orang tua terlihat sangat individualis. Sifat individualis
biasa terjadi dilingkungan keluarga seperti yang sering disebutdengan “broken Home”.
Broken home adalah suatu keadaan keluarga yang masih utuh akan tetapi karena
masing-masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing-masing-masing sehingga
mereka tidak sempat memberi perhatian mereka terhadap anaknya. Tuntutan ekonomi juga
membuat orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk
berkomunikasi dendan anaknya. Hal ini terlihat pada keluarga yang secara ekonomis kurang
mampu, sehingga orang tua harus mencari nafkah dan tidak ada waktu untuk mengasuh
anaknya. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan perkembangan anak sehingga anak yang
demikian mudah mengalami frustasi.
Dari penjelasan diatas maka terlihat jelas remaja yang memiliki jiwa labil mudah
tepengaruh oleh lingkungan masyarakat sehingga mengakibatkan remaja tersebut kehilangan
arah untuk tetap berbuat baik, sesuai dengan yang telah diajarkan. Kondisi pendidikan
masyarakat yang rendah pun seringkali menjadi seorang remaja mengalami masalah dalam
perkembangan dirinya. Tidak dapat dipungkiri maraknya kenakalan remaja yang semakin
meningkat kasusnya dari tahun ketahun, kebanyakan besar adalah pengaruh dari lingkungan
dan keluarganya.
Ketidakmampuan remaja menjadi apa yang diinginkan orang tua membuat orang tua
kesal. Tidak jarang kekesalan orang tua kepada remaja disampaikan melalui ucapan kasar,
5
dirinya. Kemampuan yang terbatas menyebabkan anak cenderung menangkap segala sesuatu
yang ia dengarkan dan dialaminya tanpa mampu menangkap pesan yang tersembunyi
sehingga anak merasa dirinya tidak berharga dan merasa disepelekan, hal inilah yang
dikhawatirkan akan menimbulkan kenakalan bagi remaja.
Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada anak tanpa
memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Komunikasi dalam arti yaitu, bukan
basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang baru atau penting saja. Menurut Walgito
(2004:205) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga
sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling member dan saling menerima diantara anggota
keluarga”. Dengan komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan
demikian akan tercipta komunikasi yang baik karena masing-masing pihak aktif dan
memberkan pendapat terhadap masalah yang dikomunikasikan. Kecenderunagan anak untuk
berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa
sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak memberikan
pengaruh kepada anak dan menyebabkan remaja memilih jalan penyelesaian sendiri diluar
rumah dan membuar remaja nyaman dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis diatas, maka penulis
tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya “ Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua
Dengan Tingkat Kenakalan remaja Di Desa Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A “.
Penulis melihat banyak remaja yang merasa bahwa orang tua mereka tidak perhatian, maka
sering terjadi pertengkaran yang terjadi antara orang tua dan remaja yang berdampak remaja
melakukan tindakan-tidakan kekerasan atau kenakalan seperti berbicara kasar/kurang sopan,
mencuri, berjudi, mabuk-mabukan, pulang larut malam dan melawan pada orang tuanya
6
Dan kenakalan yang paling menonjol seperti keluar malam dengan tujuan yang negative
seperti balapan liar dan tidak pulang kerumah. Istilah balapan liar kini pun sudah menjamur
dikota-kota besar khususnya di kota Medan. Tidak heran terkadang aksi mereka sering
membuat resah masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena tidak adanya
pengawasan dari para ahli, aparat kepolisian pun tidak ada yang berjaga di lokasi tersebut,
resiko kecelakaan pun sangat besar dilihat dari sisi keamanan diri mereka sendiri.Hal ini
menjadi hal biasa bagi orang tua, tanpa ada larangan atau teguran sehingga sang anak
(remaja) selalu mengulangi perbuatannya itu setiap malam. Pada dasarnya remaja tersebut
adalah remaja yang baik, akan tetapi banyak dampak yang terjadi pada anak dalam hal ini
remaja setelah mendapatkan perlakuan dari orang tua yang menurutnya kurang
menyenangkan hatinya, dampak tersebut antara lain : melawan kepada orang tua, mengikuti
perilaku orang yang diidolakannya yang memiliki perilaku yang kurang baik, mencari
kesibukan diluar rumah yang membuat anak merasa aman, nyaman, tenang dengan
melakukan kenakalan-kenakalan.
Kehidupan seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu anak
memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga karena timbulnya masalah kenakalan anak. Pada
keluarga yang secara ekonomis kurang mampu. keadaan tersebut disebabkan karena orang
tua harus mencari nafkah, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengasuh anaknya.
Sedang pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk
dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka mengembangkan prestise. Hal ini
disebabkan karena tuntutan keadaan ekonomi, sehingga orang tua sibuk bekerja untuk
mencari uang dari pada meluangkan waktu untuk sekedar berbincang (berkomunikasi)
7
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat permasalahan yang ada diatas, maka penelitian mengidentifikasi
beberapa masalah yaitu :
1. banyak orang tua yang lebih memilih ego masing-masing, mereka sibuk dengan
pekerjaan mereka masing-masing sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang
dari kedua orang tua mereka.
2. Rendahnya ekonomi keluarga yang menyebabkan remaja ikut membantu
perekonomian keluarganya, sehingga menyebabkan remaja putus sekolah dan
terlibat kedalam lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan bagi remaja.
3. Saya melihat masih ada orang tua yang kurang menyadari dan memahami betapa
pentingnya peranan orang tua dalam menjalin komunikasi dengan remaja yang
masih haus perhatian orang tuanya.
4. Saya melihat orang tua kurang memperhatikan anaknya(remaja) dalam
berperilaku.
5. Orang tua kurang memiliki pengetahuan pengetahuan dan kemampuan dalam
mendidik dengan baik dan benar.
6. Banyak kenakalan yang terjadi yang dilakukan oleh remaja dalam berperilaku.
8
C. Batasan Masalah
Dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja yang harus
dipahami dalam identifikasi, namun peneliti menemukan gejala kenakalan remaja di
Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa A, maka penelitian ini dibatasi pada pola
komunikasi orang tua terhadap remaja.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah.
Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian.
Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa baikkah komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli
kecamatan tanjung morawa ?
2. Seberapa tinggi tingkat kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung
morawa ?
3. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan
9
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua terhadap remaja.
2. Untuk mengetahui kenakalan remaja yang ada di Lingkungan tirta deli kecamatan
tanjung morawa.
3. Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan
remaja.
F. Manfaat Penelitan
Adapun yang dapat diambil sebagai manfaat dari penelitian ini antara lain :
A. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi mesukan bagi orang tua, dalam menjalin
komunikasi antara orang tua dengan remaja.
2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian kepada
remaja agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.
3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.
B. Manfaat Teoritis
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan acuan bagi peneliti
yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih lanjut mengenai
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pola komunikasi orang tua dengan remaja yang paling sering dilaksanakan di
lingkungan Tirta adalah komunikasi kooperatif, dalam pola kooperatif lebih kepada
orang tua mengawasi dan membimbing remaja tetapi tidak mengatur sehingga remaja
tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan serta didalam
pengambilan keputusan keluarga remaja dilibatkan sehingga remaja merasa diakui
keberadaannya didalam keluarga dan selanjutnya kondisi mental remaja dapat
berkembang dengan baik.
2. Tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta yang sering terjadi adalah membolos
sekolah, kemudian diikuti merokok, pulang larut malam apalagi malam minggu yang
dianggap malam santai dan sebagian remaja ada juga yang meninggalkan rumah
ketika diberi nasehat oleh orang tua.
3. Pola komunikasi orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat
kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A, hal ini
dapat dilihat dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 >
0,220. Berarti ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi orang tua dengan
tingkat kenakalan remaja. Dengan arti kata semakin baik pola komunikasi orang tua
makin maka semakin rendah kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli
46
B. Saran
1. Kepada orang tua disarankan untuk dapat menerapkan pola komunikasi yang efektif
bagi remaja sehingga mereka merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan
kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Sehingga ketika ada permasalahan, remaja
tidak merasa ragu untuk menceritakan kepada orang tuanya dan mendapatkan solusi
yang tepat dari orang tuanya.
2. Kepada remaja disarankan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
dengan tidak mengganggu ketertiban umum atau bahkan melanggar norma hukum
karena dapat mengakibatkan permasalahan bagi masa depan remaja tersebut. Dalam
upaya menghindari kenakalan remaja dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan
dikelompok-kelompok pengajian atau kegiatan-kegiatan positif di karang taruna.
3. Kepada tokoh masyarakat disarankan untuk memberi sosialisasi kepada remaja akan
bahaya dari kenakalan itu sendiri, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, bermain
judi, berjudi dan lain sebagainya, karena tindakan menyimpang tersebut akan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Bina lmu.
Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.
Deradjat,Zakiah.1991. Problem Remaja Di Indonesia. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia
Effendi, OU. 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Gunarsa, S.D. 1996. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta:BPK. Gunung Mulia
Gunarsah, Singgih. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, S dan Parmadiningsih, Y. Manual SPS (Seri Program Statistik). Yogyakarta:Badan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Prof. Dr. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Edisi Revisi. Jl. Geger Kalong Hilir No. 84 Bandung.
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Mapiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional
Sarlito, W.S. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Remaja
Sudarsono, S. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Rineka Cipta
Wahyuni, W, dkk. 2003. Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta:Elex Media Komputindo.
Sumber Internet :
amin. 2009. Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja. Dalam
http://www.sabda.org/c3i/faktor_pribadi_keluarga_dan_lingkungan_sosial_sebagai_p