• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN TIRTA DELI KECAMATAN TANJUNG MORAWA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN TINGKAT KENAKALAN REMAJA DI LINGKUNGAN TIRTA DELI KECAMATAN TANJUNG MORAWA A."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas

penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A”.

Tujuan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. Selama

dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis dan

juga Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan atau kejanggalan baik dalam penulisan maupun isinya. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

demi menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dan menjadi bahan masukan bagi perkembangan dunia pendidikan

khususnya dunia pendidikan luar sekolah.

Medan, Maret 2014

Penulis

WITA MONICA SITUMORANG

(5)

ABSTRAK

Wita Monica Situmorang.NIM.109371036 Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan. 2014.

Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan remaja.

Menurut Kusumanto (2000) Juvenile delinquency atau kenakalan anak atau “remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hokum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan”. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Djamarah (2004 :

1)bahwa, “pola komunikasi orang tua dapat dipahami sebagai pola hubungan antara dua orang

atau lebih dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.”

Jenis penelitian ini adalah penelitian korealasional yaitu melihat hubungan antara variabel bebas X (pola komunikasi orang tua) dengan variabel Y (kenakalan remaja). Sampel penelitian ini adalah 78 orang remaja. Instrumen yang digunakan adalah angket. Teknik analisis

data menggunakan rumus korelasi product moment

√{ }{ }

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 > 0,220. Maka dapat

(6)

DAFTAR ISI

2.3.Pola Komunikasi Orang Tua……….. 17

B. Kerangka Konseptual ... 25

C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 28

D. Defenisi Operasional ... 29

(7)

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Lokasi Dan Waktu Penelitian………. 33

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian………...……… 34

B. Pengujian Hipotesis……… 38

C. Pembahasan Penelitian……….. 39

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 45

B. Saran………46

DAFTAR PUSTAKA... 47

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Paradigma Penelitian ... 26

Tabel 2 Kisi-kisi Angket ... 30

Tabel 4.1 pola komunikasi orang tua... 35

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Penentuan Jumlah Angket dari Populasi ……….48

Lampiran 2 : Nomogram Untuk Menentukan Ukuran Sampel……….50

Lampiran 3 : Daftar Angket………...51

Lampiran 4 : Perhitungan Kategori Pola Komunikasi Orang Tua………59

Lampiran 5 : Perhitungan Kategori Kenakalan Remaja………64

Lampiran 6 : Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Tingkat Tingkat Kenakalan Remaja Di Lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A………..69

Lampiran 7 : Tabel r……….74

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja disebut adolescent dalam bahasa inggris. Jadi masa remaja disebut masa

bertumbuh dan berkembang, baik bidang fisik, mental, sosial maupun rohani. Masa remaja

adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.dan ketika masa itu

datang menghampirinya anak tersebut merasa dirinya sudah semakin dewasa. Ia mulai ingin

menyatakan wujud kedewasaan, dan identitasnya.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak anak menuju dewasa. Remaja

merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi

penerus bangsa dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Namun sayangnya pada

saat sekarang ini kenyataan menunjukkan hal yang berbeda. Banyak data dan informasi

tentang tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kenakalan remaja.

Masa remaja juga disebut masa menentukan pola hidup, yang biasanya tidak mau

mengikuti pola lama yang dianut oleh orangtuanya. Ia ingin mempunyai ciri yang berlainan,

yang tampaknya aneh dan beda dari biasanya. Karenanya, ia pun hati-hati memilih pola yang

cocok baginya. Kadang-kadang meraba-raba dahulu, dan setelah pasti barulah dijadikan

pedoman. Dipihak lain, mungkin pula mencoba melanggar pola hidup tersebut. Itulah

sebabnya mengapa banyak orang yang mengatakan bahwa masa remaja dianggap ibarat

orang ynag berada dipersimpangan jalan, siap memilih jalan yang akan ditempuh. Kearah

yang baik atau kearah yang buruk. Berbagai macam kenakalan remaja yang ditunjukkan

akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, merokok,

mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan hingga pada penyalahgunaan obat-obatan seperti

(11)

2

Munculnya kenakalan remaja merupakan manifestasi kurangnya pembinaan generasi

muda sejak awal perkembangannya maupun dalam proses pendewasaan. Kenakalan remaja

cenderung diakibatkan karena remaja lebih mengedepankan sifat emosi ketimbang pemikiran.

Menurut pandangan politik kenakalan remaja sebagai akibat kurangnya kontrol sosial, dan

juga sebagai akibat kecerobohan orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu orang

tualah yang sangat berperan penting dalam membentuk watak dan kepribadian remaja hingga

menjelang dewasa. Simanjuntak (1987:37) berpendapat bahwa keluarga merupakan

kelompok sosial yang utama dan pertama anak belajar dan menjadi manusia sosial.

Akhir-akhir ini gejala kenakalan remaja semakin meningkat, baik dikota-kota besar

maupun dipedesaan, dimana remaja sering bertindak diluar batas misalnya, menodong,

tawuran, merampok, mabuk-mabukan, mengganggu ketentraman umum, bahkan melakukan

pembunuhan. Digambarkan pula bahwa remaja pada saat ini lebih suka jalan-jalan di mal,

kebut-kebutan di jalan raya dan tawuran antar pelajar. Frekuensi tawuran meningkat tajam

dari 1500 kasus pada tahun 2011/2012 menjadi 1755 kasus pada tahun 2012 (Kompas, 23

Februari,2012).

Dalam hal ini pula banyak di contoh oleh anak remaja yang tidak mendapatkan

pengarahan bahwa hal itu tidak baik untuk dilakukan. Di lingkungan masyarakat, para remaja

sering menemukan orang yang berkelakuan tidak sopan, kasar bahkan kejam terhadap sesama

manusia (Sofyan.2005, 107). Masalah-masalah tersebut akan menjadikan kehidupan

masyarakat menjadi resah, dan perasaan tidak aman di lingkungannya. Keresahan pasti

terjadi seperti penipuan, pencurian, mabuk-mabukan dll. Ditambah lagi dengan masuknya

unsur-unsur budaya asing yang bersifat negative, seperti kemajuan teknologi yang

mempengaruhi cara bergaul remaja, yang dapat dilihat dari tingkah laku remaja yang

cenderung mengikuti gaya budaya asing. Seperti yang terjadi di lingkungan tempat penulis

(12)

3

begadang/berkeliaran sampai larut malam, berjudi, minum-minuman keras, berkata-kata

kasar dan melawan pada orang tua.

Interaksi dalam keluarga sangat mempengaruhi perilaku pada remaja. Karena

keluarga adalah basis pertama dalam berbagai rangkaian proses interaksi social yang dialami

seseorang dalam hidupnya. Dalam hal ini fungsi keluarga adalah memberi pengayoman

sehingga menjamin rasa aman dalam masa kritisnya. Tidak dapat disangkal lagi, melalui

keluargalah anakmemperoleh bimbingan dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya.

Peranan orang tua sangat penting bagi seorang anak. Tidak semua anggota keluarga

mempunyai pengaruh yang sama pada anak. Pengaruh tersebut tergantung dari emosional

antara anggota keluarga dan anak. Melalui keluargalah anak memperoleh bimbingan,

pendidikan, dan pengarahan untuk mengembangkan dirinya. Suasana kehidupan keluarga

sangat berpengaruh atas taraf-taraf perkembangan anak dan menentukan apakah kelak akan

terbentuk, sikap keras atau sikap lembut serta kepribadian lainnya. Perhatian orang tua

dengan memberikan bekal kesenangan materil belum mampu menyentuh kemanusiaan anak.

Kondisi Negara kita pada saat sekarang ini juga menuntut agar generasi muda memiliki

wawasan yang luas, berfikir positif dan perilaku yang baik. Tuntutan positif yang diberikan

keluarga terhadap anaknya akan membentuk perilaku yang positif. Namun pada

kenyataannya segala sesuatu yang dikomunikasikan orang tua pada anaknya tidak

sepenuhnya dimengerti oleh anak. Anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk menentukan

apa yang mereka inginkan. Disimpulkan dari berbagai penelitian bahwa pola komunikasi

yang demokratis dan frekuensi komunikasi yang tinggi berhubungan erat dengan rendahnya

tingkat kenakalan remaja, gaya pengasuhan yang otoriter dan permissive mendorong anaknya

untuk bertingkah laku nakal (Cahyaningsih, 1999).

Clark dan shiledh (1997 ) menemukan bahwa komunikasi yang baik antara orang tua

(13)

4

remaja juga dapat menjadikan komunikasi sebagai indicator rasa percaya dan kejujuran

dengan mencermati nada emosi yang terjadi dalam interaksi antar anggota keluarga. Dengan

kemajuan zaman telah banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Dimana

pada saat sekarang ini semua informasi tentang apa saja dapat diperoleh dengan cepat dan

mudah. Akan tetapi kemajuan zaman juga memberikan tekanan terhadap orang tua untuk

dapat hidup berkecukupan sehingga orang tua terlihat sangat individualis. Sifat individualis

biasa terjadi dilingkungan keluarga seperti yang sering disebutdengan “broken Home”.

Broken home adalah suatu keadaan keluarga yang masih utuh akan tetapi karena

masing-masing anggota keluarga (ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing-masing-masing sehingga

mereka tidak sempat memberi perhatian mereka terhadap anaknya. Tuntutan ekonomi juga

membuat orang tua sibuk bekerja untuk mencari uang daripada meluangkan waktu untuk

berkomunikasi dendan anaknya. Hal ini terlihat pada keluarga yang secara ekonomis kurang

mampu, sehingga orang tua harus mencari nafkah dan tidak ada waktu untuk mengasuh

anaknya. Keadaan ini jelas tidak menguntungkan perkembangan anak sehingga anak yang

demikian mudah mengalami frustasi.

Dari penjelasan diatas maka terlihat jelas remaja yang memiliki jiwa labil mudah

tepengaruh oleh lingkungan masyarakat sehingga mengakibatkan remaja tersebut kehilangan

arah untuk tetap berbuat baik, sesuai dengan yang telah diajarkan. Kondisi pendidikan

masyarakat yang rendah pun seringkali menjadi seorang remaja mengalami masalah dalam

perkembangan dirinya. Tidak dapat dipungkiri maraknya kenakalan remaja yang semakin

meningkat kasusnya dari tahun ketahun, kebanyakan besar adalah pengaruh dari lingkungan

dan keluarganya.

Ketidakmampuan remaja menjadi apa yang diinginkan orang tua membuat orang tua

kesal. Tidak jarang kekesalan orang tua kepada remaja disampaikan melalui ucapan kasar,

(14)

5

dirinya. Kemampuan yang terbatas menyebabkan anak cenderung menangkap segala sesuatu

yang ia dengarkan dan dialaminya tanpa mampu menangkap pesan yang tersembunyi

sehingga anak merasa dirinya tidak berharga dan merasa disepelekan, hal inilah yang

dikhawatirkan akan menimbulkan kenakalan bagi remaja.

Banyak orang tua yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada anak tanpa

memikirkan dampak yang diterima pada diri remaja. Komunikasi dalam arti yaitu, bukan

basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang baru atau penting saja. Menurut Walgito

(2004:205) disamping “keterbukaan dalam komunikasi, komunikasi di dalam keluarga

sebaiknya dilakukan dua arah, yaitu saling member dan saling menerima diantara anggota

keluarga”. Dengan komunikasi dua arah akan terdapat umpan balik, sehingga dengan

demikian akan tercipta komunikasi yang baik karena masing-masing pihak aktif dan

memberkan pendapat terhadap masalah yang dikomunikasikan. Kecenderunagan anak untuk

berperilaku dapat berakar pada kurangnya dialog dalam keluarga yang berakibat anak merasa

sendirian. Cara orang tua berkomunikasi baik secara langsung maupun tidak memberikan

pengaruh kepada anak dan menyebabkan remaja memilih jalan penyelesaian sendiri diluar

rumah dan membuar remaja nyaman dengan melakukan kenakalan dalam berperilaku.

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan penulis diatas, maka penulis

tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya “ Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua

Dengan Tingkat Kenakalan remaja Di Desa Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A “.

Penulis melihat banyak remaja yang merasa bahwa orang tua mereka tidak perhatian, maka

sering terjadi pertengkaran yang terjadi antara orang tua dan remaja yang berdampak remaja

melakukan tindakan-tidakan kekerasan atau kenakalan seperti berbicara kasar/kurang sopan,

mencuri, berjudi, mabuk-mabukan, pulang larut malam dan melawan pada orang tuanya

(15)

6

Dan kenakalan yang paling menonjol seperti keluar malam dengan tujuan yang negative

seperti balapan liar dan tidak pulang kerumah. Istilah balapan liar kini pun sudah menjamur

dikota-kota besar khususnya di kota Medan. Tidak heran terkadang aksi mereka sering

membuat resah masyarakat. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan karena tidak adanya

pengawasan dari para ahli, aparat kepolisian pun tidak ada yang berjaga di lokasi tersebut,

resiko kecelakaan pun sangat besar dilihat dari sisi keamanan diri mereka sendiri.Hal ini

menjadi hal biasa bagi orang tua, tanpa ada larangan atau teguran sehingga sang anak

(remaja) selalu mengulangi perbuatannya itu setiap malam. Pada dasarnya remaja tersebut

adalah remaja yang baik, akan tetapi banyak dampak yang terjadi pada anak dalam hal ini

remaja setelah mendapatkan perlakuan dari orang tua yang menurutnya kurang

menyenangkan hatinya, dampak tersebut antara lain : melawan kepada orang tua, mengikuti

perilaku orang yang diidolakannya yang memiliki perilaku yang kurang baik, mencari

kesibukan diluar rumah yang membuat anak merasa aman, nyaman, tenang dengan

melakukan kenakalan-kenakalan.

Kehidupan seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu anak

memerlukan kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.

Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga karena timbulnya masalah kenakalan anak. Pada

keluarga yang secara ekonomis kurang mampu. keadaan tersebut disebabkan karena orang

tua harus mencari nafkah, sehingga tak ada waktu sama sekali untuk mengasuh anaknya.

Sedang pada keluarga yang mampu, persoalannya adalah karena orang tua terlalu sibuk

dengan urusan-urusan di luar rumah dalam rangka mengembangkan prestise. Hal ini

disebabkan karena tuntutan keadaan ekonomi, sehingga orang tua sibuk bekerja untuk

mencari uang dari pada meluangkan waktu untuk sekedar berbincang (berkomunikasi)

(16)

7

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat permasalahan yang ada diatas, maka penelitian mengidentifikasi

beberapa masalah yaitu :

1. banyak orang tua yang lebih memilih ego masing-masing, mereka sibuk dengan

pekerjaan mereka masing-masing sehingga kurangnya perhatian dan kasih sayang

dari kedua orang tua mereka.

2. Rendahnya ekonomi keluarga yang menyebabkan remaja ikut membantu

perekonomian keluarganya, sehingga menyebabkan remaja putus sekolah dan

terlibat kedalam lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan bagi remaja.

3. Saya melihat masih ada orang tua yang kurang menyadari dan memahami betapa

pentingnya peranan orang tua dalam menjalin komunikasi dengan remaja yang

masih haus perhatian orang tuanya.

4. Saya melihat orang tua kurang memperhatikan anaknya(remaja) dalam

berperilaku.

5. Orang tua kurang memiliki pengetahuan pengetahuan dan kemampuan dalam

mendidik dengan baik dan benar.

6. Banyak kenakalan yang terjadi yang dilakukan oleh remaja dalam berperilaku.

(17)

8

C. Batasan Masalah

Dengan banyaknya masalah yang berkaitan dengan kenakalan remaja yang harus

dipahami dalam identifikasi, namun peneliti menemukan gejala kenakalan remaja di

Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung morawa A, maka penelitian ini dibatasi pada pola

komunikasi orang tua terhadap remaja.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah.

Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian.

Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut

dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa baikkah komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan tirta deli

kecamatan tanjung morawa ?

2. Seberapa tinggi tingkat kenakalan remaja di Lingkungan tirta deli kecamatan tanjung

morawa ?

3. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi orang tua terhadap remaja di Lingkungan

(18)

9

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua terhadap remaja.

2. Untuk mengetahui kenakalan remaja yang ada di Lingkungan tirta deli kecamatan

tanjung morawa.

3. Untuk mengetahui hubungan pola komunikasi orang tua dengan tingkat kenakalan

remaja.

F. Manfaat Penelitan

Adapun yang dapat diambil sebagai manfaat dari penelitian ini antara lain :

A. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi mesukan bagi orang tua, dalam menjalin

komunikasi antara orang tua dengan remaja.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat untuk dapat memberikan perhatian kepada

remaja agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.

3. Sebagai masukan bagi fakultas khususnya jurusan PLS dalam pengembangan

ilmu pengetahuan.

B. Manfaat Teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan bahan acuan bagi peneliti

yang lain jika akan melakukan atau pengembangan lebih lanjut mengenai

(19)

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pola komunikasi orang tua dengan remaja yang paling sering dilaksanakan di

lingkungan Tirta adalah komunikasi kooperatif, dalam pola kooperatif lebih kepada

orang tua mengawasi dan membimbing remaja tetapi tidak mengatur sehingga remaja

tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan serta didalam

pengambilan keputusan keluarga remaja dilibatkan sehingga remaja merasa diakui

keberadaannya didalam keluarga dan selanjutnya kondisi mental remaja dapat

berkembang dengan baik.

2. Tingkat kenakalan remaja di lingkungan Tirta yang sering terjadi adalah membolos

sekolah, kemudian diikuti merokok, pulang larut malam apalagi malam minggu yang

dianggap malam santai dan sebagian remaja ada juga yang meninggalkan rumah

ketika diberi nasehat oleh orang tua.

3. Pola komunikasi orang tua memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat

kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli Kecamatan Tanjung Morawa A, hal ini

dapat dilihat dari hasil pengujian menunjukkan bahwa rhitung > rtabel yaitu 0,769 >

0,220. Berarti ada hubungan yang kuat antara pola komunikasi orang tua dengan

tingkat kenakalan remaja. Dengan arti kata semakin baik pola komunikasi orang tua

makin maka semakin rendah kenakalan remaja di lingkungan Tirta Deli

(20)

46

B. Saran

1. Kepada orang tua disarankan untuk dapat menerapkan pola komunikasi yang efektif

bagi remaja sehingga mereka merasa nyaman, aman dan penuh dengan limpahan

kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Sehingga ketika ada permasalahan, remaja

tidak merasa ragu untuk menceritakan kepada orang tuanya dan mendapatkan solusi

yang tepat dari orang tuanya.

2. Kepada remaja disarankan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat

dengan tidak mengganggu ketertiban umum atau bahkan melanggar norma hukum

karena dapat mengakibatkan permasalahan bagi masa depan remaja tersebut. Dalam

upaya menghindari kenakalan remaja dapat dilakukan dengan mengikuti kegiatan

dikelompok-kelompok pengajian atau kegiatan-kegiatan positif di karang taruna.

3. Kepada tokoh masyarakat disarankan untuk memberi sosialisasi kepada remaja akan

bahaya dari kenakalan itu sendiri, seperti merokok, mengkonsumsi narkoba, bermain

judi, berjudi dan lain sebagainya, karena tindakan menyimpang tersebut akan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Bina lmu.

Djamarah, Bahri Saiful. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta.

Deradjat,Zakiah.1991. Problem Remaja Di Indonesia. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia

Effendi, OU. 2003. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Gunarsa, S.D. 1996. Psikologi Untuk Keluarga. Jakarta:BPK. Gunung Mulia

Gunarsah, Singgih. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Hadi, S dan Parmadiningsih, Y. Manual SPS (Seri Program Statistik). Yogyakarta:Badan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Prof. Dr. Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Edisi Revisi. Jl. Geger Kalong Hilir No. 84 Bandung.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Mapiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional

Sarlito, W.S. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Remaja

Sudarsono, S. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta:Rineka Cipta

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Wahyuni, W, dkk. 2003. Mengkomunikasikan Moral Pada Anak. Jakarta:Elex Media Komputindo.

Sumber Internet :

amin. 2009. Faktor Penyebab Timbulnya Kenakalan Remaja. Dalam

http://www.sabda.org/c3i/faktor_pribadi_keluarga_dan_lingkungan_sosial_sebagai_p

Gambar

Tabel 1  Paradigma Penelitian .......................................................

Referensi

Dokumen terkait

Jawaban dibuktikan dengan melihat label penetapan atau logo BSE dan melihat perbandingan antara jumlah siswa dengan jumlah buku per mata pelajaran yang tersedia...

Dengan demikian berdasarkan kriteria analisis deskriptif persentase dapat diketahui bahwa Pemberian Kredit Terhadap Anggota Koperasi Sepakat Makmur Pemangkat dengan

Memahami dasar-dasar antropologi Memahami materi, struktur, dan konsep pola pikir menjelaskan wujud kebudayaan berdasarkan teori.. keilmuan yang mendukung mata pelajaran

Mahasiswa Baru falur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012, sebagai:. PENANGGTING JAWAB

Pada penulisan ilmiah ini, dijabarkan tentang pembuatan aplikasi media player dengan menggunakan Java Media Framework yang merupakan tambahan API pada bahasa pemrograman Java dalam

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri 3 Tarub, UPTD Pendidikan Kec Tawangharjo, Kab Grobogan, Prov Jawa Tengah menerangkan bahwa :.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang kuat antara lama menderita OMSK dengan kebiasan korek telinga pada pasien di Puskesmas Kecamatan Burneh Kabupaten

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk kecerdasan emosionaldari 75 sampel diperoleh nilai terendah 75, nilai tertinggi 135,dan untuk