79
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi B di Kabupaten Semarang, dengan merujuk pada rumusan masalah simpulan penelitian ini adalah:
1. Tidak ada Perbedaan Signifikan Keterlaksanaan
Standar Pengelolaan Pendidikan SMA Terakreditasi A dan SMA Terakreditasi B di Kabupaten Semarang.
2. Bahwa tidak ada Komponen yang
keterlak-sanaannya berada pada kategori Sangat Rendah baik di SMA Terakreditasi A maupun SMA Terakreditasi B.
Namun demikian ada komponen yang keterlak-sanaannya masih berada pada kategori Rendah yaitu Komponen Sistem Informasi Manajemen. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis deskriptif dalam statistik kategorisasi keterlaksanaan Sistem Informasi Manajemen.
5.2
Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis
Pertama, SMA Terakreditasi A cenderung
80
pembagian kerja sesuai dengan aturan yang ada sehingga masing-masing pihak bekerja dalam koridor yang jelas dan tidak terjadi tumpang tindih. Hal ini sejalan dengan Umiarso dan Gojali (2010) yang berpendapat bahwa peningkatan mutu dalam pendidikan dapat dilakukan dengan melalui prinsip TQM. Prinsip tersebut antara lain fokus pada pelanggan pendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah, pelibatan anggota sekolah dalam kegiatan di luar tanggung jawab PBM, menjalin hubungan baik antara pihak sekolah dengan pengguna jasa pendidikan serta dibutuhkan perbaikan terus-menerus.
Kedua, tidak ada perbedaan signifikan
keter-laksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Terakreditasi A dan B. Temuan ini sejalan dengan Penelitian Subagyo (2013) yang mengatakan bahwa: tidak ada perbedaan yang signifikan antara SD/MI terakreditasi A dengan SD/MI terakreditasi B dalam keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di Kota Salatiga. Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendi-dikan pada komponen Sistem Informasi Manajemen di SMA Terakreditasi A dan B berada dalam katagori Rendah, hal ini sejalan dengan penelitian Haryono (2010) yang menjelaskan bahwa Sistem Informasi Manajemen di SMK Farmasi Semarang yang
terakre-ditasi A belum berjalan. Memasuki era informasi digital
dan modern, pengembangan dan peningkatan Sistem
Informasi Manajemen Sekolah hendaknya hendaknya
telah memasuki tahap “learning to life together” salah
81
5.2.2 Implikasi Terapan
Implikasi terapan dikaitkan dengan saran-saran yang bermanfaat secara praktis dengan berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan adalah:
1. Pengurus Yayasan (secara khusus sekolah yang
berbasis pesantren) sebaiknya ikut terlibat bersama menyusun program secara terukur, berkelanjutan dan di pahami bersama oleh warga sekolah sehingga tidak sekedar terhenti pada
adanya program secara tertulis. Karena
kelemahannya tidak banyak program yayasan yang disusun dengan baik dan dipahami oleh pelaksana dan penerima manfaat.
2. Kepada Kepala Sekolah diharapkan perlu
meningkatkan manajemen standar pengelolaan
pendidikan melalui: pertama, perencanaan
program disusun dan dipahami bersama seluruh komunitas sekolah. Karena masih ditemukan pemahaman yang berbeda-beda antar pelaksana program. Kedua, implementasi dilengkapi dengan metode pelaksanaan yang terstruktur sehingga mengurangi gap persepsi antar pelaksana. Yang ketiga, Monitoring dan Evaluasi lebih pada capaian substansi tujuan program tidak hanya terhenti pada level administratif.
3. Penilik dan Pengawas sekolah diharapkan
meningkatkan intensitas dan kualitas pengawasan sesuai dengan spesifikasi tertentu yang di
tonjolkan sekolah masing-masing, sehingga
82
dapat berjalan. Hal ini untuk menghindari pengawasan yang sifatnya umum dan belum berdasarkan pada program unggulan di masing-masing sekolah yang berbeda-beda.
4. Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang perlu
menjamin akreditasi berjalan secara rutin mengingat akreditasi adalah salah satu tolok ukur kinerja sekolah (pejaminan mutu).
5.3
Keterbatasan
Penelitian Keterlaksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan di SMA Terakreditasi A dan B Kabupaten Semarang ini menekankan pada Perbedaan Keter-laksanaan Standar Pengelolaan Pendidikan. Peneliti menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan ini menyangkut keterbatasan atas metode; keterbatasan terhadap
waktu; keterbatasan terhadap kegiatan; dan
keterbatasan terhadap responden; serta keterbatasan terhadap praktek.
peneliti-83
an yang bersifat formal (bertemu pada saat kegiatan penelitian saja) sehingga pengamatan intensif antara peneliti dan responden masih terbatas. Keterbatasan terhadap responden: Pemilihan responden memiliki kelemahan pada diri responden sendiri, meliputi usia kerja, intensitas bekerja, pengalaman bekerja dan jabatan. Keterbatasan terhadap praktek: penelitian ini belum ditindaklanjuti dalam upaya membangun kondisi ideal yang diharapkan, sehingga dibutuhkan penelitian-penelitian lanjutan (praktek penelitian lan-jutan) untuk memperkaya khasanah ruang lingkup masalah pada persoalan terkait.