• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA

KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kuni Mustafidah NIM 10111241032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Mens Sana in Corpore Sano”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orangtua.

(7)

vii

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B2 DI TK ABA

KERINGAN TURI SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh Kuni Mustafidah NIM 10111241032

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta. Kebugaran jasmani yang ditingkatkan ialah keseimbangan, kelincahan, dan kekuatan.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif dengan menggunakan model Kemmis & Mc Taggart. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 TK ABA Keringan sebanyak 21 anak yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak kelompok B2 di TK ABA Keringan Turi Sleman Yogyakarta. Peningkatan kebugaran jasmani tersebut dapat terlihat secara optimal dari hasil data observasi yang diperoleh pada setiap Siklusnya. Kondisi awal anak sebelum tindakan menunjukkan kebugaran jasmani anak yang masuk dalam indikator Berkembang Sangat Baik (BSB) ada 1 anak dengan persentase sebesar 4,76%. Pada Siklus I peneliti memperkenalkan permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik terlebih dahulu kepada anak, kemudian memberikan contoh bermain ingkling dan dingklik oglak-aglik yang benar kepada anak, sehingga anak dapat memahami dan mempraktekkan dalam kegiatan pembelajaran melalui permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik, sehingga mengalami peningkatan sejumlah 11 anak dengan persentase sebesar 52,38%, karena belum mencapai indikator keberhasilan kemudian peneliti melakukan Tindakan pada Siklus II. Tindakan Siklus II peneliti memberi pengawasan khusus dan motivasi pada anak dengan memberi rewards serta permainan dikompetisikan secara berkelompok yang membuat anak menjadi lebih bersemangat, sehingga pada Siklus II ini berhasil meningkat yakni sejumlah 17 anak dengan persentase sebesar 80.95%. Hasil penelitian membuktikan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Kebugaran Jasmani melalui Permainan Tradisional pada Anak Kelompok B2 di TK ABA Keringan Turi Sleman Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Uiversitas Negeri Yogyakarta (UNY), Tahun Akademik 2015/2016.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai dan berjalan dengan lancar berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan PAUD yang telah memberikan pengarahan dalam pengambilan tugas akhir.

3. Ibu Rina Wulandari, M. Pd. Penasehat Akademik (PA), yang telah memberikan dorongan dalam mengerjakan tugas akhir.

(9)

ix

5. Kepala TK ABA Keringan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Guru Kelompok B2 TK ABA Keringan yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

7. Kedua orangtua dan kakak penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materil.

8. Para sahabatku kelas A PGPAUD angkatan 2010, keluarga kos CT X pelem kecut, dan sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu

9. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka semua atas amal kebaikannya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.

(10)

x

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ...

A. Kajian tentang Kebugaran Jasmani ... 1. Pengertian kebugaran jasmani ... 2. Komponen kebugaran jasmani ... 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang mempengaruhi

kebugaran jasmani ... 4. Karakteristik kebugaran jasmani anak kelompok B (5-6 tahun) ....

(11)

xi

5. Alasan pentingnya meningkatkan kebugaran jasmani pada masa kanak-kanak ... B. Kajian Permainan Tradisional ... 1. Pengertian Permainan Tradisional ... 2. Jenis Permainan Tradisional ... 3. Manfaat Permainan Tradisional ... 4. Kelebihan dan kekurangan permainan tradisional ... C. Langkah Pembelajaran ... B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C. Subyek Penelitian ... D. Desain Penelitian ... E. Rancangan Tindakan ... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Instrumen Penelitian ... H. Teknik Analisis Data ... I. Indikator Keberhasilan ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(12)

xii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN...

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi ... Tabel 2. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Ingkling ... Tabel 3. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Ingkling ... Tabel 4. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Ingkling... Tabel 5. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Dingklik Oglak-aglik. Tabel 6. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Dingklik Oglak-aglik ... Tabel 7. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Dingklik Oglak-aglik ... Tabel 8. Kategori Persentase Kebugaran Jasmani Anak ... Tabel 9. Hasil Pengamatan Awal ………... Tabel 10. Rekapitulasi Data Pengamatan awal ... Tabel 11. Hasil Observasi Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Tabel 12. Rekapitulasi Data Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Tabel 13. Hasil Observasi Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Tabel 14. Rekapitulasi Data Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Tabel 15. Hasil Observasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ... Tabel 16. Rekapitulasi data Kebugaran Jasmani Anak Pra Tindakan,

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir ... Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan ... Gambar 3. Grafik Persentase awal Kebugaran Jasmani Anak Pengamatan

Senin, 25 Mei 2015 ... Gambar 4. Grafik Persentase Kebugaran Jasmani Anak Siklus I ... Gambar 5. Grafik Persentase Kebugaran Jasmani Anak Siklus II ... Gambar 6. Grafik Kebugaran Jasmani Anak Pratindakan, Siklus I, dan

Siklus II ... hal

38 41

53 62 71

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pernyataan Validasi ………... Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ……… Lampiran 3. Hasil Penelitian ……….. ……… Lampiran 4. Rencana Kegiatan Harian ……… Lampiran 5. Skenario Kegiatan ………... Lampiran 6. Foto penelitian ……….

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. pada masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial emosi, konsep diri, seni moral dan nilai-nilai agama, sehingga upaya perkembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Salah satu upaya tersebut dengan memberikan pendidikan anak usia dini. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuahan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(17)

2

Nomor 0486/U/1992 Bab I pasal 2 ayat 1 bahwa “Pendidikan Taman Kanak -kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alamiah anak”.

Pada umumnya anak usia TK sangat aktif, anak-anak tersebut telah memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Pada anak usia TK, otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Oleh karena itu, kegiatan fisik sangat menyenangkan bagi anak-anak di usia tersebut. Lebih lanjut Suharjana (2013: 2), menjelaskan bahwa kebugaran jasmani berasal dari bahasa Inggris Physical Fitness yang secara harfiah berarti kesesuaian fisik atau kecocokan jasmani dengan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmanipun akan semakin baik.

(18)

3

untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan. Apabila kebugaran anak tidak meningkat dengan baik maka akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan konsep diri negatif dalam melakukan gerakan fisik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak adalah melalui kegiatan bermain. Melalui kegiatan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan kebugaran jasmani. Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain. Bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan mengembangkan kebugaran jasmani, agar kebugaran jasmani pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di TK ABA Keringan menunjukkan bahwa kebugaran jasmani anak belum terasah secara optimal karena masih kurangnya upaya guru dan strategi pembelajaran kurang tepat dan kurang menyenangkan dalam kegiatan untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Kegiatan untuk meningkatkan kebugaran jasmani kebanyakan dilakukan di dalam kelas antara lain dengan melempar kantong biji. Dari hasil observasi, dari 21 anak terdapat 12 anak yang masih belum mampu tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan, yang seharusnya untuk anak kelompok B sudah mampu tepat sasaran dengan jarak 2 meter, melemparkan benda ke atas dan menangkap kembali dalam sekali tangkapan,

(19)

4

observasi di lapangan masih banyak anak kelompok B yang belum mampu untuk berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh. Kegiatan senam dijadwalkan setiap hari jumat pagi tetapi senam tidak pasti dilakukan setiap jumat. Pembelajaran lebih menekankan pada perkembangan bahasa dan motorik halus sehingga anak sering mengerjakan LKA atau membuat tugas menggunakan beberapa media sambil duduk sehingga kurang mestimulasi kebugaran jasmani. Setiap sebelum pembelajaran anak berbaris bersama-sama di halaman sekolah sesuai kelas, lalu menyanyikan lagu dengan bertepuk tangan dan jalan di tempat. Kemudian dilanjutkan ikrar, berdoa, salam lalu masuk kelas masing-masing sehingga kebugaran jasmani kurang terstimulasi secara optimal.

Oleh karena itu, diperlukan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak yang dapat diaplikasikan oleh guru. Kebugaran jasmani anak akan lebih optimal jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 2013: 17). Pendidik dapat membantu anak mengoptimalkan kebugaran jasmani anak salah satunya melalui permainan tradisional.

(20)

5

dan lain-lain. Berbeda dari Direktorat Permuseuman, Sukirman Dharmamulya, dkk, (2008: 8-9), menyebutkan bahwa permainan tradisional mengandung beberapa nilai yang dapat ditanamkan. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan masyarakat.

Permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan yaitu murah, dapat melestarikan budaya atau peninggalan nenek moyang, permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Lebih lanjut, permainan tradisional juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat. Pada penelitian ini akan ditingkatkan kebugaran jasmani dalam hal keseimbangan, kekuatan dan kelincahan anak dalam gerakan dasar melompat. Hal tersebut disesuaikan dengan hasil observasi dimana kemampuan melompat anak masih kurang optimal. Salah satu caranya adalah melalui permainan tradisional ingkling dan dingklik oglak-aglik.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kebugaran Jasmani melalui Permainan Tradisional pada

(21)

6 B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang tepat dalam mengembangkan kebugaran jasmani anak.

2. Dari 21 anak terdapat 12 anak yang masih belum mampu tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan dengan jarak 2 meter.

3. Anak belum mampu untuk berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh.

4. Kegiatan untuk meningkatkan kebugaran seperti senam yang dijadwalkan setiap hari jumat pagi, tetapi senam tidak pasti dilakukan setiap jumat.

5. Pembelajaran lebih menekankan pada perkembangan bahasa dan motorik halus, sehingga anak sering mengerjakan LKA atau membuat tugas menggunakan beberapa media sambil duduk sehingga kurang mestimulasi kebugaran jasmani.

6. Setiap sebelum pembelajaran anak berbaris bersama-sama di halaman sekolah sesuai kelas, lalu menyanyikan lagu dengan bertepuk tangan dan jalan di tempat. Kemudian dilanjutkan ikrar, berdoa, salam lalu masuk kelas masing-masing sehingga kebugaran jasmani kurang terstimulasi secara optimal. C. Batasan Masalah

(22)

7

Keringan Turi Sleman Yogyakarta melalui permainan tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-aglik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah yaitu:

“Bagaimana meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada

anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional pada anak kelompok B2 di TK ABA Keringan, Turi, Sleman, Yogyakarta.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah: 1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kebugaran jasmani melalui permainan tradisional. b. Memperoleh pengalaman langsung melalui permainan tradisional. 2. Bagi guru

a. Sebagai masukan bagi guru dalam membuat kegiatan bermain yang menarik bagi anak dalam setiap pembelajaran.

(23)

8 3. Bagi sekolah

Sebagai masukan bagi sekolah dalam pengambilan kebijakan yang terkait dengan kegiatan permainan tradisional yang akan digunakan oleh guru untuk mengembangkan kebugaran jasmani anak TK.

4. Bagi peneliti

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Kebugaran Jasmani 1. Pengertian kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani berasal dari bahasa Inggris Physical Fitness yang secara harfiah berarti kesesuaian fisik atau kecocokan jasmani dengan jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Kebugaran jasmani disebut juga kesegaran jasmani atau kesemaptaan jasmani (Suharjana, 2013: 2). Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka tingkat kebugaran jasmanipun akan semakin tinggi. Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan (Santoso Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik, 2012: 17). Berbeda dengan Santoso dan Didik, Depdiknas (2000: 53), kebugaran jasmani diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sejalan dengan Depdiknas, menurut Rusli Lutan (2002: 62), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

(25)

10

melakukan kerja secara optimal tanpa timbul kelelahan yang berlebihan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani bagi anak kelompok B adalah kemampuan atau kesanggupan anak kelompok B untuk melakukan aktivitas fisik secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas lain.

2. Komponen kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani identik dengan aktivitas fisik yang memiliki komponen yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui seseorang dikatakan bugar atau tidak. Komponen tersebut berhubungan dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki tubuh manusia. Komponen ini biasa disebut komponen atau unsur kebugaran jasmani, komponen kebugaran jasmani ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan 1) Kekuatan otot (strength)

(26)

11 2) Daya tahan otot

Menurut Djoko Pekik Irianto (2000: 33), daya tahan otot merupakan kemampuan untuk kontraksi sub-maksimal secara berulang-ulang atau berkontraksi secara terus menerus dalam suatu waktu tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Pendapat Djoko sejalan dengan Rusli Lutan (2002: 63), daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan gerak secara maksimum selama periode waktu tertentu. Berbeda dengan Djoko, Suharjana (2013: 7), mengatakan bahwa daya tahan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk bekerja melawan beban secara berulang. Sedangkan menurut Lynne Barick (2001: 5), daya tahan otot merupakan suatu bentuk aktivitas aerobik dengan melakukan gerakan-gerakan ringan seperti melompat-lompat, mengangkat lutut, dan menendang. Dari pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan serangkaian kerja dalam waktu tertentu. 3) Daya tahan kardiovaskuler

(27)

12 fleksibilitas/ kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa. Berbeda dengan kedua pendapat tadi, Santoso S. (1986: 1), berpendapat perkembangan kelenturan tubuh (flexibility development) adalah perubahan secara progresif pada otot dan kemampuan untuk melakukan gerak yang elastis yang diperoleh melalui interaksi antar faktor kematangan (Maturation) dan latihan (Experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui perubahan/ pergerakan yang dilakukan.

5) Komposisi tubuh

Menurut Suharjana (2013: 7), komposisi tubuh yaitu perbandingan seberapa banyak tubuh dengan lemak dan tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dengan presentase lemak tubuh. Sejalan dengan Suharjana menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 4), komposisi tubuh adalah perbandingan berat tubuh berupa lemak dengan berat tubuh tanpa lemak yang dinyatakan dalam presentase lemak tubuh.

b. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan 1) Koordinasi (coordination)

(28)

13

dengan Suharjana, M. Sajoto (1988: 17), mengatakan koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda dalam pola gerakan tunggal secara efektif. Sejalan dengan M. Sajoto, Suharno HP ( 1978: 34), bahwa koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa unsur gerakan menjadi satu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya.

2) Kelincahan (agility)

Menurut Suharjana (2013, 8), kelincahan adalah kemampuan bergerak memindahkan tubuh untuk merubah arah dengan cepat dan tepat. Sejalan dengan Suharjana, M. Sajoto (1988: 17), mengatakan kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah dan posisi di arena tertentu. Berbeda dengan kedua pendapat tadi, Dangsina (1984: 8), menggunakan istilah ketangkasan, yang mengandung pengertian sebagai kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

3) Kecepatan (speed)

(29)

14

kemampuan untuk menempuh jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dari uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau gerakan dengan secepat mungkin.

4) Keseimbangan (balance)

Menurut Suharjana (2013: 8), keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh yang tepat saat melakukan gerakan atau pada saat berdiri. Sejalan dengan Suharjana, Dangsina (1984: 10), mengatakan keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan yang bergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis semisir-kularis pada telinga dan reseptor pada otot. Sedangkan Suharno HP (1978: 36), mendefinisikan keseimbangan sebagai kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan badan dalam berbagai keadaan agar tetap seimbang.

5) Daya ledak (power)

(30)

15

kemampuan maksimal yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Jadi dari beberapa definisi di atas mengandung pengertian yang sama, bahwa seseorang dapat melakukan gerakan dengan kemampuan maksimal namun dalam waktu yang singkat bila dalam keadaan fit atau dengan kata lain kesegaran jasmaninya baik.

6) Ketepatan (accuracy)

Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat berupa suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh. (M. Sajoto, 1988: 18). Suharno HP (1978: 350), menyebutkan ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya. Orang yang mempunyai ketepatan yang baik dapat mengontrol gerakan dari satu sasaran ke sasaran yang lainnya.

7) Reaksi

Reaksi menurut Sajoto M. (1988: 18), adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera atau saraf lainnya. Sedangkan menurut Nurhasan (1986: 247), reaksi adalah interval waktu antara penerimaan rangsang dengan jawaban atau respon. Dari pendapat diatas maka seseorang yang memiliki reaksi yang baik akan dapat melakukan aktivitasnya dengan cepat setelah menerima rangsang yang diterima dari inderanya.

(31)

16

kardiovaskuler, fleksibilitas/ kelentukan, komposisi tubuh, koordinasi (coordination), kelincahan (agility), kecepatan (speed), keseimbangan (balance), daya ledak (power), ketepatan (accuracy), dan reaksi. Dalam penelitian ini komponen atau unsur yang sudah diteliti adalah kekuatan (strength), kelincahan (agility) dan keseimbangan (balance).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, yang membedakan satu dengan yang lain:

a. Faktor makanan dan gizi

Menurut Suharjana (2013: 9), manusia memerlukan energi untuk melakukan aktivitas setiap hari. Energi dapat diperoleh dari makanan dengan proporsi karbohidrat 60%, lemak 25%, dan protein 15%. Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 7), menjelaskan syarat makanan sehat berimbang adalah makanan yang terdapat unsur-unsur seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air di dalamnya, agar tubuh dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

b. Faktor usia

(32)

17

kebugaran jasmani tidak sama dengan anak lain walaupun usia anak sama. Hal tersebut tergantung pada latihan, rasa percaya diri, dan kematangan alat-alat tubuh.

c. Faktor jenis kelamin

Menurut Perry (Astrianto, 2011: 22-23), masing-masing jenis kelamin memiliki keuntungan yang berbeda khususnya pada kebugaran jasmani yang dimiliki. Dalam keadaan normal, perempuan memiliki keunggulan dalam menghadapi perubahan suhu yang terjadi secara tiba-tiba. Sedangkan laki-laki memiliki keunggulan dalam hal eksplorasi tenaga dan kecepatan. Sejalan dengan Perry, menurut Suharjana (2013: 10), tingkat kebugaran jasmani anak laki-laki dan anak perempuan berbeda karena kegiatan fisik yang mereka lakukan memiliki porsi yang berbeda. Namun sampai pubertas biasanya kebugaran jasmani anak laki hampir sama dengan anak perempuan, hanya setelah pubertas anak laki-laki biasanya mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang jauh lebih tinggi.

d. Faktor istirahat

(33)

18 e. Faktor genetik

Menurut Sharkey (Suharjana, 2013: 10), hereditas bertanggungjawab atas 25% hingga 40% dari perbedaan nilai volume maksimal O2 (VO2maks) yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Ditambahkan oleh Suharjana (2013: 10), gebetik berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin, dan otot.

f. Faktor latihan dan olahraga

Menurut Suharjana (2013: 9), olahraga merupakan salah satu alternative paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Sedangkan menurut Dangsina (1984: 12), latihan fisik adalah suatu kegiatan fisik yang menurut cara atau aturan tertentu, yang mempunyai sasaran meningkatkan efisiensi faal tubuh, dan sebagai hasil terakhir adalah peningkatan kesegaran jasmani.

g. Faktor motivasi

Menurut Richard Decaprio (2013: 92-93), pemberian motivasi penting diberikan kepada anak saat pembelajaran kebugaran jasmani karena menjadi faktor penentu keberhasilan anak dalam menjalankan segala rangkaian dan proses pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Hal tersebut didukung oleh Bambang Sujiono (2005: 2.5) yang menyatakan bahwa guru harus bersabar dan selalu memberi motivasi, karena setiap anak memiliki jangka waktu sendiri dalam menguasai suatu komponen kebugaran jasmani.

4. Karateristik kebugaran jasmani anak kelompok B (5-6 tahun)

(34)

keterampilan-19

keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya sehingga memerlukan kebugaran jasmani yang baik. karateristik kebugaran jasmani anak pada kelompok B (5-6 Tahun) yaitu:

a. Anak dapat melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan,dan kelincahan; melakukan permainan fisik dengan aturan (Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 tentang PAUD).

b. Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik atau lebih, menguasai keseimbangan menurut Bredekamp & Copple (Bambang Sujiono, 2005: 15-16).

c. Melompat dengan 1 kaki, berdiri dengan kedua tumit dirapatkan, tangan disamping dengan seimbang (Bambang Sujiono, 2007: 1.15)

d. Anak dapat mengembangkan kekuatan otot yang disesuaikan dengan kebutuhan gerak anak, kemampuan anak dan metode latihan bersifat dinamis (Suharjana, 2013: 167).

e. Keseimbangan anak dapat dilihat sampai sejauh mana tubuh atau bagian tubuh anak dapat dipertahankan dalam posisi stabil, baik latihan dengan cara statis atau dinamis. Pengembangan keseimbangan statis: bertumpu satu/dua kaki atau tangan, sedangkan dinamis: loncat sambil berputar, meniti balok keseimbangan (Suharjana, 2013: 169).

f. Anak dapat merubah arah dengan cepat dan tepat ketika tubuh bergerak dalam rintangan (Suharjana, 2013: 151).

(35)

20

Berdasarkan uraian di atas, bahwa perkembangan kebugaran jasmani anak usia 5-6 tahun sangatlah pesat. Pada usia ini, anak mulai mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dan memperbaiki keterampilan yang sudah dimilikinya. Perkembangan ini juga ditunjukkan oleh kekuatan, kelincahan dan keseimbangan yang baik seperti dalam dalam meniti balok titian/ papan titian, melompati berbagai objek, meloncat dengan baik, melompati tali, koordinasi gerakan tangan kaki dan mata. Kebugaran jasmani anak dapat meningkat dengan baik apabila anak mempunyai kesempatan untuk melalukan kegiatan yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani dengan stimulasi, bimbingan orang dewasa atau pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang menarik dan beragam.

5. Alasan pentingnya meningkatkan kebugaran jasmani pada masa anak-anak

Masa anak-anak adalah masa yang sering disebut sebagai “masa ideal” untuk meningkatkan kebugaran jasmani anak. Menurut Siti Aisyah (2008: 43-44), ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, di antaranya:

a. Tubuh anak-anak lebih lentur dari pada tubuh remaja atau dewasa sehingga anak-anak lebih mudah menerima pelajaran untuk meningkatkan kebugaran jasmani

b. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya.

(36)

21

d. Anak-anak sangat menyenangi kegiatan yang sifatnya pengulangan. Oleh karenanya, anak-anak akan bersedia mengulangi suatu pelajaran hingga otot-ototnya terlatih untuk melakukannya secara efektif.

e. Tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil dari pada tanggung jawabnya ketika mereka semakin besar sehingga anak-anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk belajar memiliki keterampilan motorik dan mereka tidak pernah bosan mengulanginya berkai-kali.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kebugaran jasmani anak dapat teroptimalkan jika lingkungan tumbuh kembang anak mendukung untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 2013: 17). Pendidik dapat membantu anak mengoptimalkan kebugaran jasmani anak, salah satunya melalui permainan tradisional.

B. Kajian Permainan Tradisional 1. Pengertian permainan tradisional

Kata “permainan” berasal dari kata dasar “main” yang antara lain berarti

(37)

22

karena menang atau bersaing tidak diperhitungkan, tujuannya hanya untuk kesenangan. Sedangkan menurut Tedjasaputra (2001: 8), bahwa hal yang penting dan perlu ada dalam kegiatan bermain adalah rasa senang dari individu yang ditandai dengan tertawa.

Permainan merupakan suatu hal yang banyak disukai kebanyakan anak. Anak-anak lebih mampu berbagi secara jujur dan terbuka mengenai perasaannya dalam sebuah permainan, menurut Hurlock (1978: 320), kegiatan bermain dalam permainan itu ada 2 yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif adalah bermain yang melibatkan aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan, sedangkan bermain pasif adalah bermain sebagai “hiburan”, menghabiskan sedikit tenaga.

Beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan seorang anak dengan rasa senang tanpa ada paksaan dari orang lain dan menimbulkan perasaan senang bagi yang melakukan permainan tersebut. Masing-masing kegiatan bermain tersebut di atas mempunyai sumbangan positif terhadap kebugaran jasmani anak, begitu juga dengan permainan tradisional selain memberi sumbangan positif terhadap kebugaran jasmani juga dapat melestarikannya.

(38)

23

senang bagi si pelaku. Senada dengan Direktorat Permuseuman, menurut Seagoe (Hurlock, 1978: 322), traditional game is a game that is passed to one generation to another in a particular culture. one game should undergo the test of time and

its generation. One that survives will be passed for a long time. (Permainan tradisional adalah permainan yang diwariskan ke satu generasi ke generasi dalam budaya tertentu. Satu permainan harus menjalani ujian waktu dan generasi. Salah satu yang bertahan akan diteruskan untuk waktu yang lama). Contoh dari permainan tradisional yang beragam seperti gobak sodor, gangsingan, cinciripit (petak umpet), egrang, benthik, bekelan, engklek, jamuran, dll. Dari dua pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu jenis permainan yang ada pada satu daerah tertentu yang berdasarkan kepada budaya daerah tersebut. Permainan tradisional biasanya dimainkan oleh orang-orang pada daerahnya tertentu dengan aturan dan konsep yang tradisional pada jaman dulu.

(39)

24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang diwariskan secara turun menurun yang berfungsi sebagai alat hiburan dan alat untuk memelihara tradisi yang dapat memberikan sumbangan positif dalam kebugaran jasmani anak, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua permainan yaitu permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik.

2. Jenis permainan tradisional

Menurut Bambang Sujiono, dkk (2005: 2.5), aktivitas fisik yang diberikan kepada anak harus bervariasi sehingga anak-anak merasa tertantang, selain itu aktifitas fisik tersebut tidak hanya menggerakkan badannya tetapi juga untuk bermain dan bergembira. Menurut Fad Aisyah (2014: 2), permainan tradisional sangat beragam bentuk dan jumlahnya, namun dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu:

a. Permainan tradisional dalam rumah, contohnya bekel, cublak-cublak suweng, kecikan, congklak/dakon, dll.

b. Permainan tradisional luar rumah, contohnya gobak sodor, dhelikan, kucing-kucingan, gatheng, ancak-ancak alis, jamuran, dll.

c. Permainan tradisional 17 agustusan, contohnya bakiak beregu, gepuk bantal, balap karung, balap kelereng, dll.

(40)

25

Sedangkan menurut Sukirman Dharmamulya (2008: 9), permainan tradisional dikategorikan dalam tiga pola permainan yaitu

a. Bermain dan bernyanyi, dan atau dialog seperti ancak-ancak alis, bethet thing-thong, cublak-cublak suweng, jamuran, dhingklik oglak-aglik,

kucing-kucingan, layangan, dan sebagainya.

b. Bermain dan adu ketangkasan seperti bas-basan sepur, dhakon, macanan, dan mul-mulan.

c. Bermain dan olah pikir seperti anjir, ingkling, benthik, dhul-dhulan, jeg-jegan, layung, patil lele, dan sebagainya.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua permainan tradisional yaitu ingkling dan dingklik oglak-aglik. Jika dikaitkan dengan kebugaran jasmani permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dapat mengembangkan kemampuan tubuh ketika dapat mempertahankan tubuh tidak goyang ataupun jatuh (keseimbangan), kaki dapat menompang tubuh sesuai aturan waktu tanpa jatuh (kekuatan) dan anak dapat berbalik arah atau bergerak dengan berpindah tempat menggunakan satu kaki (kelincahan). Berikut penjelasan dari permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik tersebut:

a. Ingkling

1) Asal usul permainan

(41)

26

pelafalan yang sulit dilakukan secara tepat, orang Jawa melafalkan “Sunda Manda”. Di daerah Yogyakarta, permainan ini disebut engklek atau ingkling.

2) Waktu dan tempat permainan

Permainan ini dapat dilakukan pada pagi, siang, maupun sore hari. Adapun tempat permainan adalah di area yang lapang dengan permukaan yang rata, seperti halaman rumah, lapangan, atau di tempat yang memungkinkan untuk dibuat garis yang membentuk lapangan permainan ingkling.

3) Peserta permainan

Peserta permaian minimal 2 orang, bisa seluruhnya anak laki-laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan.

4) Peralatan permaian a) Gacuk

Gacuk yaitu alat yang dilemparkan ke kotak ingkling yang diinginkan. Gacuk yang digunakan memiliki permukaan rata, contohnya pecahan genting. b) Arena permainan ingkling (karpet ingkling)

Arena permainan ingkling dapat berbentuk menyerupai kerangka kubus, jenis yang dipakai adalah ingkling biasa, ingkling setengah lingkaran, ingkling rok. 5) Aturan permainan

Aturan permaianan ingkling meliputi;

(42)

27

b) Para pemain harus membuat arena permainan, dapat dilakukan dengan membuat gambar arena di tanah atau tempat luas dan datar lainnya.

c) Para pemain membuat kesepakatan bermain. Sebagai contoh, setiap pemain yang menginjak garis mati (tidak diperkenankan bermain) dan harus digantikan oleh pemain lainnya. Kesepakatan lainnya membuat “kuping” atau telinga di sisi kotakan, apabila dua kotak tunggal sudah menjadi sawah. Aturan lain, apabila seorang pemain sudah menyelesaikan babak pertama (melempar gacuk) dilanjutkan dengan ingkling sambil membawa gacuk di telapak tangan. Jika bisa lolos, serta merta gacuk dilemparkan ke arah kotak yang masih kosong. Apabila ada di dalam kotak, maka si pemain itu mendapatkan satu sawah. Permainan dilanjutkan ke pemain giliran berikutnya.

6) Jalannya permainan

Setelah para pemain menyepakati dan memahami aturan bermain, maka

dimulai dengan “sut” atau “hompimpah”. Anak yang menang pertama mendapat

giliran bermain terlebih dahulu, kemudian disusul pemenang selanjutnya. Usai mengetahui urutan main, pemain urutan kedua dan selanjutnya menunggu giliran. Sebagai contoh terdapat 4 pemain, setelah diadakan “hompimpah”, pemain yang menang secara berurutan adalah D, B, A, dan C. Maka pemain D dapat memulai permainan.

(43)

28

berbalik hingga ke kotak kedua. Setelah itu pemain D harus mengambil gacuk dan kemudian melompat dari awal berdiri. Saat melalui kotak ganda kanan-kiri, pemain D boleh meletakkan kedua kaki. Namun jika kotak kembar tadi salah satunya sudah ada sawahnya, maka pemain juga harus ingkling. Jika pemain D lolos pada tahap awal, maka ia melanjutkan melemparkan gacuk ke kotak berikutnya dengan jalan permainan sama. Begitu pula ketika ia melemparkan kotak di kotak kembar, maka cara mengambil gacuk setelah ingkling sampai ujung dan kembali sejajar di kotak kembar itu. Setelah itu, pemain boleh mengambil gacuk dan melanjutkan permainan ke tempat awal.

Namun, apabila pada saat melemparkan gacuk ke kotak ketiga, misalnya, lancar bermain dan sukses sampai ujung, maka pemain berhak untuk bermain di tahap kedua.

(44)

29

ketiga yakni pemain A menggantikkannya. Namun apabila berhasil, maka gacuk yang di sebalik telapak tangan itu terus dibawa sambil ingkling dari satu kotak ke kotak lainnya dan kemudian berbalik dengan langkah yang sama. Setelah berhasil, maka ia dari posisi awal dengan serta-merta melemparkan gacuk yang ada di sebalik telapak tangan tadi untuk dilempar ke arah kotak-kotak. Apabila gacuk jatuh di dalam kotak, maka pemain B memperoleh sawah satu, yaitu di kotak kaki, bukan lagi satu kaki (ingkling)

7) Fungsi permainan

Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan Selain itu, permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik ketangkasan, kelincahan, kekuatan, keseimbangan dan kejelian.

b. Dingklik oglak-aglik 1) Asal usul permainan

(45)

30 2) Waktu dan tempat permainan

Permainan ini tidak memerlukan banyak waktu, sehingga dapat dilakukan kapan saja. Adapun tempat permaian adalah di tanah lapang.

3) Peserta permainan

Peserta permaian ini dapat tiga, empat, atau lima anak, tetapi jika untuk pertandingan diperlukan kelipatan kelompok (enam, delapan, atau sepuluh anak) bisa seluruhnya anak laki, atau seluruhnya anak perempuan, atau anak laki-laki dan anak perempuan bergabung dalam satu permainan.

4) Peralatan permaian

Alat permaian yang digunakan dalam permaian ini hanya menggunakan anggota tubuh pemain itu sendiri.

5) Aturan permainan

Aturan permainan dalam permainan dingklik oglak-aglik adalah apabila kaitan kaki sudah terlepas ketika lagu belum selesai dinyanyikan, maka selesai sudah permainan ini.

6) Jalannya permainan

Permainan ini dilakukan secara bertahap yaitu:

a) Tahap pertama, semua pemain berdiri berhadap-hadapan dengan tangan saling bergandengan. Sebagai contoh, terdapat 5 pemain yaitu A, B, C, dan D. b) Tahap kedua, B dan C menerobos ( mbrobos ) di bawah lengan A dan D,

(46)

31

c) Tahap ketiga, setiap peserta mengangkat salah satu kakinya ke arah dalam lingkaran, kemudian masing-masing kaki saling dikaitkan untuk membentuk suatu posisi yang kokoh sehingga tidak akan mudah jatuh,

d) Tahap terakhir, tangan yang saling bergandengan dilepaskan, lalu kedua tangan bertepuk tangan. Para pemain melonjak-lonjak sambil bertepuk menyanyikan lagu tembang dingklik oglak-aglik.

Tembang dingklik oglak-aglik: Pasang dhingklik oglak-aglik yen kecelik adang gogik,

yu yu mbakyu mangga dhateng pasar blanja, leh olehe napa,

jenang jagung enthok-enthok jenang jagung, enthok-enthok jenang jagung,

enthok-enthok jenang jagung.

b. Fungsi permainan

Permainan ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi sebagai wadah untuk mempererat persahabatan, selain itu permainan ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial dan kebugaran jasmani anak baik kekompakan, kelincahan, kekuatan, dan keseimbangan.

3. Manfaat permainan tradisional

Menurut Lila Wijayanti Saputri (2013), beberapa manfaat secara umum dari permainan tradisional diantaranya adalah

(47)

32

Inilah benih masyarakat yang “guyub rukun” itu dimulai. Jarang sekali

permainan yang berguna untuk dirinya sendiri.

b. Keguyuban itu dibangun secara bersama-sama. Artinya demi menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main di antara anak-anak sendiri.

c. Keterampilan anak senantiasa terasah, anak terkondisi membuat permainan dari berbagai bahan yang telah tersedia di sekitarnya. Dengan demikian, kebugaran jasmani anak akan semakin terasah pula. Di pihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya.

d. Pemanfaatan bahan-bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya.

e. Hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaannya, tak terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pandang mengenai hidup ini (kosmologi). Cara pandang inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional. f. Melalui permainan masyarakat mulai mengenal model pendidikan

(48)

33

dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan yang legaliter, sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman, sekaligus merumuskan secara bersama-sama pula di antara mereka.

4. Kelebihan dan kekuranga permainan tradisional a. Kelebihan permainan tradisional

Permainan tradisional memiliki beberapa kelebihan yaitu: murah, dapat melestarikan budaya atau peninggalan nenek moyang, permainan tradisional anak-anak bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan dan ketangkasan yang secara murni dilakukan oleh otak dan tubuh manusia. Selain itu, kebanyakan permainan tradisional dimainkan di ruang terbuka sehingga anak-anak terlibat secara langsung. Oleh karena itu spontanitas, sportifitas, kreatifitas anak lebih kelihatan, dan dapa meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat.

b. Kekurangan permainan tradisional

(49)

34 C. Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran permainan dingklik oglak-aglik dan ingkling adalah sebagai berikut

1. Permainan dingklik oglak-aglik dan permainan ingkling dilakukan belainan hari secara bergantian yaitu pertemuan 1- 2 ingklin, pertemuan 3-4 dingklik oglak-aglik, dan pertemuan 5-6 dingklik oglak-aglik dengan ingkling.

2. Anak-anak membantu guru menyiapkan alat dan bahan

3. Saat bermain ingkling anak-anak melakukan hompimpah untuk menentukan siapa yang bermain dahulu saat ingkling.

4. Anak bermain ingkling secara bergantian dan guru beserta peneliti mengamatinya dan memberi arahan.

5. Untuk permainan dingklik oglak-aglik peneliti memberikan penjelasan dan contoh terlebih dahulu kepada anak-anak, lalu anak-anak mencari pasangan 3-4 untuk membuat kelompok.

6. Berkumpul perkelompok dan memulai dengan bermain dingklik oglak-aglik. 7. Anak-anak bergandengan lalu berputar dan menyilangkan kaki, menguncinya

kemudian bernyanyi dingklik oglak-aglik dengan ingkling dan berputar. D. Penelitian Relevan

(50)

35

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) khususnya Taman Kanak-kanak (TK). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian anak RA Sunan Pandanaran Candi Sardonoharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta kelompok B yang jumlahnya 25 anak. Pengumpulan data dilakukan menggunakan pengamatan dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan pembelajaran dolanan anak tradisional pada anak usia dini adalah guru belum sepenuhnya menyadari bahwa pembelajaran melalui dolanan anak tradisional mempunyai kelebihan-kelebihan. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengoptimalkan kompetensi guru dalam meningkatkan strategi pembelajaran. Penanaman keberanian anak dalam melakukan gerakan, nyanyian dan bertanya dalam pembelajaran dolanan anak tradisional dapat diatasi dengan teladan guru dan pembiasaan guru. Peningkatan tersebut nampak dalam keberanian melakukan gerakan dolanan, bernyanyi, mengemukakan pendapat, bertanya, mengatakan yang benar, memimpin doa, dan menyiapkan barisan. Peningkatan potensi anak dalam pembelajaran melalui dolanan anak tradisional nampak pada kemampuan berbahasa, kemampuan jasmani, daya cipta, sosial budaya, emosi, konsep diri. Peningkatan minat siswa ditandai dengan tidak nampak rasa takut dalam melakukan dolanan anak tradisional yang ada adalah gembira.

E. Kerangka Pikir

(51)

36

kemampuan jasmani dasar untuk dapat melaksanankan tugas yang harus dilaksanakan (Santoso Giriwijoyo dan Didik Zafar Sidik, 2012: 17). Berbeda dengan Santoso dan Didik, menurut Depdiknas (2000: 53), diartikan sebagai kesanggupan atau kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Sejalan dengan Depdiknas, menurut Rusli Lutan (2002: 62), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.

(52)

37

Hasil observasi dilapangan kebugaran jasmani anak ditingkatkan melalui kegiatan yang dilakukan di dalam kelas, antara lain dengan melempar kantong biji, tetapi dari 21 anak 12 anak melemparkan kantong biji ke atas dan menangkap kembali masih belum tepat sasaran dan belum mampu untuk menangkap kembali dalam sekali tangkapan. Untuk melompat ke depan dan melompat ke samping anak kelompok B2 masih banyak yang belum mampu untuk melompat dengan menggunakan satu kaki tanpa jatuh. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak, yang diaplikasikan oleh guru sehingga menarik perhatian anak, dalam penelitian ini peneliti menggunakan permainan tradisional. Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya dan banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan pentingnya nantinya bagi kehidupan mereka di tengah masyarakat (Sukirman Dharmamulya, dkk, 2008: 27). Permainan tradisional juga dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak karena sebagian besar permainannya membutuhkan ketahanan fisik yang baik dan dalam permainan tradisional anak dituntut untuk terampil menggerakkan badannya, sehingga anak dapat menyalurkan tenaganya secara terarah dan membuat kebugaran jasmani anak meningkat.

(53)

38

Untuk memperjelas dan mempertegas alur kerangka berpikir dalam penelitian ini menggunakan gambar 1.

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir F. Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: “kebugaran jasmani anak dapat ditingkatkan

melalui permainan tradisional pada anak kelompok B TK ABA Keringan Turi Sleman Yogyakarta.”

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian dan pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dan teori yang akan dikaji. Adapun definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kebugaran jasmani anak

Kebugaran jasmani anak adalah kemampuan atau kesanggupan anak untuk melakukan aktivitas fisik secara efektif dan efisien tanpa menimbulkan kelelahan

(54)

39

yang berarti, sehingga masih memiliki cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas lain. Kebugaran jasmani dapat ditingkatkan melalui latihan fisik baik secara dinamis atau statis dengan bantuan dari orang dewasa atau pendidik. Dalam penelitian ini komponen yang digunakan untuk membantu dalam meningkatkan kebugaran jasmani anak yaitu kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan.

2. Permainan tradisional

(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaborasi, antara peneliti dengan kelompok sasaran. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Seperti yang dijelaskan oleh McNiff (Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 106), yang menyatakan bahwa dasar dari penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain, dilengkapi dengan fakta dan mengembangkan kemampuan analisis(Susilo Herawati dkk, 2011: 1). B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di TK ABA Keringan Turi yang beralamat di Jalan Raya Turi-Tempel, Turi, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu penelitian:

(56)

41 C. Subjek Penelitian

Subjek merupakan posisi yang sangat penting, karena pada subyek itulah terdapat data tentang yang diteliti dan diamati oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini siswa kelompok B2 TK ABA Keringan Turi yang berjumlah 21 anak, dengan klasifikasi 11 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah model yang dikemukakan Kemmis & Mc Taggart (Susilo Herawati, dkk, 2011: 12), yang merupakan untaian-untaian dengan satu kesatuan yang perangkatnya terdiri atas 4 komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Keempat komponen tersebut dapat dikatakan menjadi satu Siklus. Desain penelitian mengembangkan dari model Kemmis & Mc Taggart, dapat diartikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan (Susilo Herawati, dkk 2011: 12) Keterangan:

1.Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan 2.Melaksanakan tindakan dan pengamatan atau monitorin 3.Merefleksi hasil pengamatan

(57)

42

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dirancang 2 Siklus tindakan sesuai dengan perkembangan siswa. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka Siklus tetap terus dilakukan, namun apabila indikator sudah tercapai maka Siklus dihentikan. Setiap Siklus terdiri dari empat tahapan seperti yang dijelaskan dalam Suharsimi Arikunto (2010: 84), yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Sehingga, satu Siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi atau evaluasi.

Peneliti melakukan observasi awal di B2 TK ABA Keringan Turi untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan kebugaran jasmani anak. Peneliti memperoleh informasi dari guru kelas dan melakukan pengamatan terhadap siswa di kelas B2. Setelah memperoleh informasi dari guru kelas dan melakukan pengamatan kepada siswa, diketahui bahwa kebugaran jasmani anak terbilang rendah. Oleh karena itu, peneliti menyusun rancangan tindakan yang digunakan sebagai upaya meningkatkan kebugaran jasmani anak.

E. Rancangan Tindakan

Berikut dijelaskan prosedur penelitian yang dilakukan: 1. Pra tindakan

Langkah awal, peneliti melakukan langkah pra tindakan sehingga berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan adapun langkahnya:

a. Peneliti berdiskusi dengan guru kelas di TK ABA Keringan Turi mengidentifikasi masalah kebugaran jasmani anak kemudian membuat kesepakatan untuk melakukan tindakan.

(58)

43

c. Melakukan pra tindakan yaitu dengan menilai kebugaran jasmani anak dengan melakukan observasi sebelum diberi tindakan berupa mainan tradisional.

2. Siklus a. Perencanaan

1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) tentang materi yang diajarkan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. RKH disusun oleh peniliti dalam hal ini juga guru dengan pertimbangan dari teman guru dalam satu kelas tersebut. RKH ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Peneliti mempersiapkan tempat yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan penelitian.

3) Peneliti menyiapkan pedoman observasi untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

4) Peneliti berkoordinasi dengan guru kelas tentang penyampaian materi.

5) Peneliti mempersiapkan materi atau media pembelajaran yang digunakan dalam tindakan pembelajaran.

b. Tindakan dan observasi

(59)

44

2) Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran atau rancangan harian yang dilakukan, yang salah satunya menggunakan media pembelajaran permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik.

3) Peneliti memberikan semangat dan pujian kepada siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan catatan mengenai perkembangan siswa mengenai kebugaran jasmani. Peneliti mencatat dengan cermat apa yang terjadi selama proses pembelajaran agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan Siklus berikutnya.

d. Refleksi

(60)

45 F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 199-200), observasi atau sering disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dalam penelitian ini alat observasi yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah observasi sistematis yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan pada subjek yang dikenai tindakan.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi sebagai instrument pendukung.

1. Lembar Observasi

(61)

46

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi

No Nama

anak

Aspek yang diamati Ket.

Keseimbangan Kekuatan Kelincahan B

BSB : Berkembang Sangat Baik MB : Mulai Berkembang BSH : Berkembang Sesuai Harapan BB : Belum Berkembang Tabel 2. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh dan tidak mengijak kotak lawan, serta mampu membawa gacuk ditangan dua putaran.

2 3 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh, dan tanpa mengijak kotak lawan dalam satu putaran

3 2 Anak dapat berdiri dan ingkling dengan satu kaki tanpa jatuh dalam 1/2 putaran.

4 1 Anak tidak mampu berdiri dan ingkling dengan satu kaki.

Tabel 3. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

(62)

47

Tabel 4. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Ingkling

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat mengangkat satu kaki dan langsung berbalik arah secara cepat dan tepat tanpa keluar dari petak, dan tidak goyang sehingga dapat ingkling kembali.

2 3 Anak dapat mengangkat satu kaki dan dapat berbalik arah tanpa keluar dari petak dan sesuai intruksi guru kemudian dapat ingkling kembali.

3 2 Anak dapat mengangkat satu kaki dan belum dapat berbalik arah.

4 1 Anak tidak mampu mengangkat satu kakidan berbalik arah.

Tabel 5. Rubrik Penilaian mengenai Keseimbangan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tanpa jatuh sampai dua lagu.

2 3 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tanpa jatuh sampai satu kali lagu atau sesuai instruksi guru.

3 2 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman tetapi di tengah lagu terjatuh.

4 1 Anak belum atau tidak bisa melintangkan satu kaki di kaki teman dan belum mau menyanyikan lagu.

Tabel 6. Rubrik Penilaian tentang Kekuatan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat mempertahankan posisi permainan dingklik oglak-aglik sampai dua kali lagu.

2 3 Anak dapat mempertahankan posisi permainan dingklik oglak-aglik sampai satu kali lagu.

3 2 Anak tidak mampu mempertahankan posisi permainan dingklik oglak-aglik sampai 1/2 lagu.

(63)

48

Tabel 7. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Dingklik oglak-aglik

NO. SKOR DESKRIPSI

1 4 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak ke berbagai arah tanpa jatuh, tidak bergandengan tangan, sampai dua kali lagu.

2 3 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak di tempat tanpa jatuh, tidak bergandengan tangan, sampai satu kali lagu.

3 2 Anak dapat melintangkan satu kaki di kaki teman dan bergerak di tempat, dengan bergandengan tangan, sampai 1/2 lagu.

4 1 Anak belum atau tidak bisa melintangkan kaki di kaki teman dan bernyanyi.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan ini adalah memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, perubahan atau peningkatan seperti yang diharapkan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Adapun data kuantitatif adalah untuk mengetahui persentase kebugaran jasmani anak dengan media permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik menggunakan statistik. Kebugaran jasmani anak ditingkatkan melalui permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik dengan membandingkan hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan, dengan demikian akan diketahui hasilnya.

(64)

49 Keterangan:

P = angka persentase

F = skor mentah yang diperoleh siswa N = skor maksimum

Di sisi Acep Yoni (2010: 176), menjelaskan kriteria kemampuan anak berdasarkan 4 penggolongan yaitu

1. Kriteria sangat baik jika anak memperoleh nilai 76%-100%. 2. Kriteria baik jika anak memperoleh nilai 51%-75%.

3. Kriteria cukup jika anak memperoleh nilai 26%-50%. 4. Kriteria kurang jika anak memperoleh nilai 0%-25%.

Dari hasil persentase yang diperoleh setiap anak akan dikategorikan ke dalam 4 kriteria dari Acep Yoni. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kategori Persentase Kebugaran Jasmani Anak

No Kriteria Persentase

1 BSB (Berkembang Sangat Baik) 76%-100%

2 BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 51%-75%

3 MB (Mulai Berkembang) 26%-50%

4 BB (Belum Berkembang) 0%-25%

I. Indikator Keberhasilan

(65)

50 terletak di Dusun Lungguhrejo, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Yogyakarta. TK ABA Keringan berdiri pada tanggal 3 Juli 1983, di bawah naungan Yayasan Aisyiah. Sekolah ini mempunyai 3 kelas, yaitu kelompok A, B1 dan B2 yang masing-masing diatur berdasarkan pembelajaran kelompok atau klasikal. TK ABA Keringan dikelola 5 orang pendidik dan 2 karyawan. Peserta didiknya berjumlah 61 anak. Jumlah peserta didik kelompok A berjumlah 16 anak, kelompok B1 berjumlah 24 anak dan kelompok B2 berjumlah 21 anak. Penelitian ini, dilaksanakan di kelompok B2 dengan jumlah peserta didik 21 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 11 anak laki-laki yang berada pada rentang usia 6-7 tahun.

TK ABA Keringan terletak di kawasan sekolah yaitu berdampingan dengan SMK Muhammadiyah Turi dan SMP Muhammadiyah Turi. Lingkungan sekitar TK ABA Keringan terdiri dari kawasan perumahan warga, lapangan sepakbola dan lapangan volley milik yayasan Muhammadiyah serta di kelilingi oleh kebun salak dan banyak pepohonan rindang yang tumbuh sehingga memiliki suasana yang tenang dan nyaman membuat keadaan yang kondusif untuk bermain.

2. Data awal kemampuan anak

(66)

51

bulan Mei 2015 pada kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran yang meningkatkan kebugaran jasmani kelompok B2 TK ABA Keringan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung adalah kegiatan pengayaan sehingga pengulangan tema, guru mengkomunikasikan tema, yaitu tentang tanah airku dan alam semesta. Kegiatan meningkatkan kebugaran jasmani anak dilakukan setelah pembelajaran inti, pada saat kegiatan ini anak bermain ingkling, disini terlihat masih banyak anak yang belum dapat ingkling sesuai aturan main dan mengalami kesulitan ketika mempertahankan keseimbangannya. Anak mengalami kesulitan ketika menompang tubuh dengan satu kaki, serta belum mampu secara langsung berbalik arah secara cepat dan tepat. Pada permainan kedua yaitu dingkling oglak-aglik anak-anak banyak yang belum mengenal permainan dingkling oglak-aglik. Saat permainan ini hanya ada 3 anak perempuan yang tahu cara bermainnya (Ss, Mv, dan Nt). Ketika ketiga anak ini mempraktekkannya di depan teman-teman lalu 3 anak lain ada yang mengikuti dan ternyata bisa (Al, Fd, dan Rz). Dari proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran tersebut dapat diperoleh hasil kebugaran jasmani anak melalui permainan tradisional anak masih belum berkembang dengan baik. Hasil observasi awal yang diperoleh ditampilkan dalam Tabel 9 hal. 52.

(67)

52

kriteria belum berkembang ada 2 anak, yaitu dikarenakan anak tersebut belum mau mengikuti kegiatan dan suka mengganggu temannya. Anak yang berada pada kriteria berkembang sangat baik tersebut mendapatkan skor 10-11 dari jumlah skor maksimal yang ada yaitu 12. anak tersebut sudah bisa mempertahankan kekuatan, keseimbangan dan kelincahannya melalui permainan ingkling dan dingklik oglak-aglik serta sudah mampu memberi contoh kepada teman-temannya. Dari tabel rekapitulasi kebugaran jasmani di atas dapat diperjelas melalui grafik pada gambar 3 halaman 53.

(68)

53 Tabel 10. Rekapitulasi Data Pengamatan awal

No Kriteria Jumlah Anak Persentase

1 Belum berkembang 2 9.52%

Gambar 3. Grafik Persentase Awal Kebugaran Jasmani Anak Pengamatan Senin, 25 Mei 2015

Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa kebugaran jasmani anak pada pengamatan pertama menunjukkan perkembangan kebugaran jasmani sebagian besar sebatas pada tahap mulai berkembang. Hal ini dapat dilihat dari grafik, anak yang memiliki kriteria belum berkembang sebesar 9.52%, kriteria mulai berkembang sebesar 47.62%, kriteria berkembang sesuai harapan 38.1% dan kriteria berkembang sangat baik sebesar 4.76%. Kesimpulan pada pengamatan pertama ini, masih banyak anak yang perlu ditingkatkan kebugaran jasmaninya.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Observasi
Tabel 4. Rubrik Penilaian mengenai Kelincahan Ingkling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini adalah melalui permainan kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca awal pada anak kelompok B2 TK ABA Tangkisanpos Jogonalan Klaten

Main Sensorimotor Guru membuat RPH dengan merencanakan kegiatan main yang mendukung main sensorimotor, Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mempersiapkan bahan dan alat

Guru memberikan kesempatan anak untuk menceritakan hasil media grafis ( bulletin board ) yang telah dibuat

Untuk memilih metode pembelajaran yang sekiranya tepat untuk perkembangan motorik halus anak usia dini, guru juga harus benar-benar paham dan menguasai metode yang

Langkah pembelajaran pengukuran melalui problem solving, diawali dengan guru menyampaikan persoalan yang akan dipecahkan anak, kemudian anak diminta untuk mengidentifikasi

Permainan dengan simpai yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar dalam penelitian ini terdiri dari beberapa langkah permainan, yaitu: anak melompati

a) Guru mengambil sebuah kartu huruf, kemudian diperlihatkan pada anak- anak. b) Guru mengucapkan lafal simbol huruf yang tertera pada kartu huruf, kemudian anak-anak

Alasan penggunaan permainan tradisional dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk memperkenalkan kembali budaya melalui permainan tradisional yang