• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU SKATEBOARD YANG ERGONOMIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU SKATEBOARD YANG ERGONOMIS."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun oleh :

CHOIRUL TOHFIFIN

0832015004

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU

SKATEBOARD

YANG ERGONOMIS

Oleh :

CHOIRUL TOHFIFIN

NPM. 0832015004

Telah Disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang IV Tahun Ajar an 2011/2012

Sur abaya, 13 Febr uar i 2012

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Enny Ar yani, ST.MT Ir .Iriani, MMT

NIP. 370099500411 NIP. 19621126 198803 2 001

Mengetahui,

Ketua J ur usan Teknik Industr i

UPN “Veter an” J awa Timur

(3)

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan Pelindung Sepatu Skateboard Yang Ergonomis”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar

sarjana Teknik Program studi S-1 jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam penelitian skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, saran dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknologi

Industri

3. Ibu Enny Ariyani, ST.MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang sudah

memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis

4. Ibu Ir. Iriani, MMT. Selaku Dosen Pembimbing II yang sudah

memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri.

6. Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tak

(4)

skripsi ini dapat menjadikan referensi bagi pembacanya, dapat bermanfaat serta

menambah wawasan bagi kita semua.

Surabaya, 10 Februari 2012

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... .viii

ABSTRAKSI...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Asumsi... 2

1.5 Tujuan... 3

1.6 Manfaat... 3

1.7 Sistematika Penulisan... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk... 5

2.1.1 Perancangan Produk………. 5

2.1.2 Pengembangan Produk... 10

(6)

2.2 Ergonomi ... 14

2.2.1 Definisi Ergonomi ... 14

2.2.2 Bidang Kajian Ergonomi ... 15

2.3 Anthropometri ... 17

2.3.1 Definisi Anthropometri ... 17

2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 18

2.3.3 Penggunaan Data Anthropometri ... 23

2.3.4 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri ... 25

2.4 Sepatu Skateboard...………29

2.4.1 Sejarah Sepatu Skateboard ... 29

2.4.2 Komponen dan Bahan Sepatu ... 30

2.4.3 Rancangan Pelindung Sepatu Untuk Bermain Skateboard ... 33

2.5 Pengujian Data ... 34

2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 34

2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 35

2.6 Penelitian Terdahulu ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 39

3.8 Metode Pengolahan Data ... 40

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data ... 47

4.2 Pengolahan Data ... 48

4.2.1 Desain Pelindung Sepatu Skateboard Usulan ... 48

4.2.1.1 Uji Keseragaman Data ... 48

4.2.1.2 Uji Kecukupan Data ... 52

4.2.1.3 Menentukan Persentil ... 54

4.2.1.4 Uji Coba Produk Desain Pelindung Sepatu Skateboard ... 56

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60

(8)

ABSTRAKSI

Pengertian umum tentang Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia. Disini akan dibahas mengenai konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi pelindung sepatu skateboard yang mengacu pada konsep ergonomi.

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.

Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk membeli sepatu skateboard yang baru. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian perancangan pelindung sepatu skateboard.

Spesifikasi akhir desain produk inovasi pelindung sepatu skateboard yang digunakan pada sepatu skateboard dengan ukuran 38-40, yaitu dimensi panjang kerenggangan antara 26cm-32cm, lebar 10cm, produk ini berbahan kulit, dan sebagai bemper depan dan belakang produk ini berbahan karet mentah.

(9)

ABSTRACT

Common understanding of Ergonomics is a branch of the systematic use of information on the properties, capabilities and limitations of humans to design a working system, so that humans can live and work on it with a good system, which is to achieve the desired goal through the job effectively, safe, and comfortable. The focus of ergonomics is human interaction with products, equipment, facilities, procedures and environment and workers as well as everyday life in which the emphasis is on human factors. Here will be discussed on the concept design and product development innovation skateboard shoe protector which refers to the concept of ergonomics.

The things that have to be prepared prior to skateboarding, such as using special shoes skateboard. Usually the recommended shoe is a little thicker in order to protect the feet.

Preoccupations of skateboarding shoes sometimes lead to damage or tear due to friction with the court, so that the skaters often change his shoes and skater often indirect cost to buy a new skateboard shoes. Given these problems, then do the research design of protective skateboard shoes.

Specification of the final product design innovation skateboard shoe protectors 38-40, namely the long dimension of 26cm-32cm estrangement between, 10cm wide, leather products, and as the front and rear bumpers are made from raw rubeber products.

(10)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California, Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah “skateboard” awalnya belum populer, pada era terdahulu banyak orang menyebutnya dengan “sidewalk surfing”. Kini skateboard tampil dengan lebih ringan dan praktis, desain maupun motif menambahkan kebanggaan bagi penggunanya.

Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.

Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk membeli sepatu skateboard yang baru .

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian

perancangan pelindung sepatu skateboard. Pelindung sepatu skateboard ialah

suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini dapat dilepas

(11)

yang akan rusak akibat bermain skateboard karena sepatu mereka akan terlindungi.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :

“Bagaimana merancang pelindung sepatu skateboard yang ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya ?”

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Perancangan tidak melakukan perbandingan kualitas produk.

2. Perancangan hanya melakukan pada ukuran produk pelindung sepatu

skateboard.

3. Pendekatan ergonomi sebatas kenyamanan pemakaian pada produk pelindung

sepatu skateboard.

4. Perancangan pelindung sepatu skateborard dengan sepatu ukuran 38-40. 5. Persentil 5%, 50%, dan 95%.

6. Tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.

1.4 Asumsi

Asumsi yang dibahas adalah :

(12)

2. Sampel yang diambil bisa mewakili seluruh pengguna pelindung sepatu

skateboard dengan sepatu ukuran 38 sampai 40.

1.5 Tujuan

Merancang pelindung sepatu skateboard yang ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah

dalam permasalahan nyata diperusahaan.

b. Bagi Pengguna (penguna pelindung sepatu skateboard)

- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan

tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk merancang

sebuah produk.

- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi

beberapa faktor dominan tersebut.

- Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor

konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis

(13)

perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan

dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan Lapor an

Dalam hal ini sistematika penulisan laporan pada makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat dan ruang lingkup sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori

mengenai desain produk pelindung sepatu skateboard dengan pendekatan ergonomi.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan

langkah pemecahan masalah.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan pelindung sepatu

skateboard dengan pendekatan ergonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas

(14)

DAFTAR PUSTAKA

(15)

2.1 Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Pr oduk

2.1.1 Per a ncangan Pr oduk

Perancangan produk merupakan kunci inovasi baru dan juga kelancaran

berlangsungnya perusahaan, karena semakin banyak perusahaan yang harus terus

memperbanyak inovasi, modifikasi dan terus memperbaiki produksinya dengan

macam yang berbeda, dalam era globalisasi di dunia industri yang sangat ketat

dalam pemasarannya, dengan demikian untuk terus melangsungkan hidup banyak

yang muncul untuk memperkenalkan suatu produk yang baru yang bisa laris

dalam penjualannya dan oleh sebab itu promosi atau pendekatan terhadap

konsumen harus di perkenalkan secara maksimal.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat

yang tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan

jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli

teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan

mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia,

karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk

dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak

(16)

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar

dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan

didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh

perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan,

pengembangan dan penyempurnaan produk.

Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam

proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat

keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.

Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat

apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu

pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah

sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si

pembuat produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang

dibuat cukup sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam

fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses

penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan

sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan

dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).

1. Langkah - langkah Perancangan Produk

(17)

Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan

produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh

informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) : - Gambar produk awal dan spesifikasi.

- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.

- Kriteria keinginan relatif konsumen.

- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan

struktur dan fungsi.

- Kriteria buying.

Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan

kualitas,maupun performance produk. - Kriteria finance produk awal. b. Fase kreatif

Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi

fungsi yang dibutuhkan diantaranya :

- Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.

- Penentuan prioritas perancangan.

- Pembuatan alternatif model produk.

c. Fase analisa

Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase

kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa

yang dilakukan antara lain :

- Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.

(18)

- Pembobotan kriteria atribut produk.

- Value analysis. d. Fase pengembangan

Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa

alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output

dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang

digunakan adalah :

- Alternatif terpilih.

- Gambar produk terpilih dan spesifikasinya.

e. Fase rekomendasi

Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik

terhadap hasil pengembangan produk.

2. Model Perancangan Produk

Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang

sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan

model perspektif (Ginting R, 2009).

a. Model deskriptif

Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini

dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman

sebelumnya bersifat umum).

b. Model perspektif

Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin

meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas pembangkitan

(19)

2.1.2 Pengembangan Pr oduk

Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang

atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan

konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa

segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan

konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan

akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran

usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada

pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume

penjualan.

Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat

memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan

dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk

dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada

(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:

perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.

Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti

perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan

sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada

(20)

menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi

perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.

Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian

aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri

dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan

keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk

selamanya.

1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk

Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan

produk, yaitu :

a. Tahap Penyaringan

Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk

telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari

berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager

perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur,

langganan, atau lembaga lain.

b. Tahap Analisa Bisnis

Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui

(21)

c. Tahap Pengembangan

Pada tahap ini, ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena

ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai

dengan kemampuan perusahaan.

d. Tahap Pengujian

Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :

- Pengujian tentang konsep produk.

- Pengujian terhadap kesukaan konsumen.

- Penelitian laboratorium.

- Test penggunaan.

- Operasi pabrik percontohan.

- Tahap Komersialisasi.

2.1.3 Inovasi Pr oduk

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua

Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru

ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya

(22)

metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa

hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,

praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru

oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan

menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,

secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,

kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak

diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong

terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi

terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang

bersangkutan.

Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi

pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin

(23)

2.2 Ergonomi.

2.2.1 Definisi Er gonomi

Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan

dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan performansinya yang terbaik. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat

bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan

kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Cormick dan

Sanders (1992) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan obyek, prosedur kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya adalah dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas pendukungnya, dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang terjadi akibat sikap

atau posisi kerja yang keliru. Untuk itu, dibutuhkan adanya data pendukung seperti ukuran bagian-bagian tubuh yang memiliki relevansi dengan tuntutan aktivitas, dikaitkan dengan profil tubuh manusia, baik orang dewasa, anak-anak atau orang tua,

(24)

manusia untuk mencapai tujuan yang efektif, sehat, aman dan nyaman. Tujuan

tersebut dapat tercapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk desain, yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomi.

Penyelidikan ergonomi dibedakan menjadi empat kelompok, yakni :

1. Penyelidikan tentang tampilan/display Penyelidikan pada suatu perangkat (interface) yang menyajikan informasi tentang lingkungan dan mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda-tanda,

angka, dan lambing.

2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia Penyelidikan dengan mengukur kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat kerja, termasuk perancangan

obyek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia beraktivitas. 3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja Penyelidikan ini bertujuan untuk

mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi

tubuh manusia.

4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja Meliputi penyelidikan mengenai kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, misalnya pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur, dan suara.

2.2.2 Bidang Kajian Er gonomi

Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda

secara signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.

Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku

manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.

(25)

1. Anthropometri

Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang

sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia

yang sama dalam segala hal.

2. Faal Kerja

Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama

bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang

banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot.

3. Biomekanika Kerja

Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika

gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini

adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan,

serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.

4. Penginderaan.

Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan

(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera

perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan

pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera

(26)

5. Psikologi Kerja

Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan

ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya:

kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik

fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah

faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu

manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan

seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan

tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.

2.3 Anthr opometr i

2.3.1 Definisi Anthr opometr i

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri

berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan

dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki

bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai

pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun

sistem kerja yang akan memerlukan interaks imanusia. Data antropometri yang

(27)

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer

dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk

tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95

% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk

haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.2 Data Anthr opometr i dan Car a Pengukur annya

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan

dimensi ukuran tubuhnya.

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia ,

yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan

(28)

dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan

tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan

wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi

sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak

lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi

pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40

tahunan (Wignjosoebroto, 1995).

2. Jenis kelamin (sex)

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,

dan sebagainya.

3. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara

Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi

tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan / Random

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok

populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia

dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan

antara berbagai macam masyarakat. 5. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

(29)

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan

memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi

pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu

tempat dengan tempat yang lainnya.

7. Faktor Kehamilan

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya

bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap

produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Tubuh Cacat

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak

terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

9. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap

tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi

tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang

(30)

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang

harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Antr opometr i Untuk Per ancangan Pr oduk

(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Gambar 2.2. Antr opometr i Tinggi Badan Ber dir i Dan Dud uk

(31)

Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam

(32)

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

dengan ujung jari tangan.

2.3.3 Penggunaan Data Anthropometr i

Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada

baiknya kita bahas istilah ini “The Fallacy of the Average Man or Average Woman”.

Istilah ini mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam

perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang

hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata.

Walaupun hanya dalam penggunaan 1 dimensi saja, misalnya jangkauan kedepan

(33)

rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada

pada rata-ratapopulasi untuk dimensi lainnya.

Dimana : Panjang telapak kaki = 15,2% tinggi badan pria dan 14,7% tinggi badan

wanita. Dari pendekatan tersebut diusahakan interpolasi antropometri

dengan koefisien variansi yang sesuai

Tabel 2.1. Antropometr i Kaki Orang Indonesia Yang Didapat Dar i Inter polasi Data Dempster v(1955), Reynolds (1978), dan Nur mianto (1991)

(34)

Ga mbar 2.3. Antropometr i Kaki (Sumber : Eko Nurmianto, 2008)

2.3.4 Aplikasi Distr ibusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data

Anthr opometr i

Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana

kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu

suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,

pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data

yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi

(35)

Gambar 2.4. Distr ibusi Nor mal Yang Mengakomodasi 95% Dar i Populasi

(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum

dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya

dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi

semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang

muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk

lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase

pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian

ujung dari skala grafik tersebut.

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh

manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa

sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian

tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan

terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk

kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang

berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis

(36)

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)

dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan

bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau

lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari

suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan

sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki

ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu

diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap

invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat

dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,

untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2. Macam Per sentil Dan Car a Per hitungan Dalam Distr ibusi Nor mal.

(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003)

Per sentile Per hitungan

1 – st 2,5 – th

5 – th 10 – th

50 – th ̅ ̅ - 2,325 x

̅ – 1,96 x ̅ – 1,645 x

̅ – 1,28 x

90 – th 95 – th 97,5 – th

99 – th

̅ + 1,28 x ̅ + 1,645 x

(37)

Keterangan tabel 2.2. di atas, yaitu:

x = mean data

σ

= standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data

anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan

dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan

dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini

berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,

2003).

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang

diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan

pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut

Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95

menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.2. sebelumnya.

P5 = x - 1,645

σ

x ... Persamaan 2.4. P50 = x ... Persamaan 2.5.
(38)

2.4 Sepatu Skateboar d

2.4.1 Sejar ah Sepatu Skateboar d

Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California,

Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi

faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah “skateboard” awalnya belum populer, pada era terdahulu banyak orang menyebutnya dengan “sidewalk surfing”. Kini skateboard tampil dengan lebih ringan dan praktis, desain maupun motif menambahkan kebanggaan bagi penggunanya.

Sepatu skateboard telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

olahraga skateboard. Bagi orang yang tidak mengerti mengenai olahrga

skateboard, mungkin memilih untuk memakai skateboard hanya berdasarkan

(fashion) semata.

Tidak dipungkiri memang, sepatu skateboard memiliki desain yang menarik

untuk dipakai dan dipakai dalam berbagai kesempatan, tidak seperti halnya sepatu

untuk sepak bola yang tidak cocok dipakai diluar lapangan sepak bola. Namun

sebagai pemain skateboard, sepatu skateboard mempunyai arti penting yang

memang dibutuhkan apabila ingin melakukan olahraga tersebut.

Gambar 2.5. Sepatu Skate

(39)

2.4.2 Komponen dan Bahan Sepatu

1. Sol

Bagian bawah sepatu, bagian yang dimaksudkan untuk datang dalam kontak

berulang dengan tanah, disebut satu-satunya. Sol telah dibuat dari serat

tumbuhan, kulit, kayu, karet, sintetis, plastik, dan berbagai kombinasi dari

bahan tersebut. Sol dapat sederhana, bahan tunggal dalam lapisan tunggal, atau

mereka dapat menjadi kompleks dengan struktur beberapa atau lapisan dan

bahan.

2. Insole

Insole adalah bagian bawah sepatu interior, yang berada langsung di bawah

kaki di bawah footbed (juga dikenal sebagai kapal kaus kaki). Tujuan dari

insole untuk melampirkan ke margin abadi dari atas, yang dibungkus sekitar

terakhir selama penutupan sepatu selama operasi berlangsung. Sol biasanya

terbuat dari kertas karton papan selulosa atau sintetis tenunan insole non.

Banyak sepatu dilepas dan diganti footbeds. Bantalan ekstra sering

ditambahkan untuk kenyamanan (untuk mengontrol bentuk, kelembaban, atau

bau sepatu) atau alasan kesehatan (untuk membantu mengatasi cacat dalam

bentuk alami dari kaki atau posisi kaki selama berdiri atau berjalan). Pada

dasarnya, ini adalah bagian utama dari sepatu yang dapat menyerap keringat

kaki. Footbeds biasanya harus menggunakan lembar bantalan busa seperti

lateks dan EVA , yang memberikan kenyamanan yang baik mengenakan

(40)

3. Outsole

Gambar 2.6. Komponen Sepatu Skate

(Sumber : www.sepatu-online.com)

4. Bagian sepatu

Outsole adalah lapisan dalam kontak langsung dengan tanah. Sepatu sering

memiliki kulit atau outsoles resin karet; sepatu kasual atau berorientasi kerja

telah outsoles terbuat dari karet alam atau bahan sintetis seperti Poliuretana.

Outsole dapat terdiri dari sepotong tunggal, atau mungkin perakitan bagian

yang terpisah dari bahan yang berbeda. Seringkali tumit sol memiliki pelat

karet untuk daya tahan dan traksi, sedangkan bagian depan kulit untuk gaya.

Sepatu khusus akan sering modifikasi pada desain: sepatu atletik cleated atau

disebut seperti sepak bola, rugby, baseball dan sepatu golf memiliki lonjakan

tertanam dalam outsole untuk pegangan tanah.

5. Midsole

Lapisan di antara outsole dan insole yang biasanya ada untuk penyerapan

(41)

penyerapan shock, biasanya di bawah tumit kaki, di mana seseorang

menempatkan tekanan yang paling bawah. Perusahaan yang berbeda

menggunakan bahan yang berbeda untuk midsoles sepatu mereka. Beberapa

sepatu mungkin tidak memiliki midsole sama sekali.

6. Tumit

Bagian belakang bawah sepatu adalah tumit. Fungsinya adalah untuk

mendukung tumit kaki. Mereka sering dibuat dari bahan yang sama sebagai

satu-satunya sepatu. Bagian ini bisa tinggi untuk fashion atau untuk membuat

orang terlihat lebih tinggi, atau flat untuk penggunaan yang lebih praktis dan

nyaman.

7. Menggoda / atas

Setiap sepatu memiliki bagian atas yang membantu menahan sepatu ke kaki.

Dalam kasus yang paling sederhana, seperti sandal atau sandal jepit, ini

mungkin tak lebih dari beberapa tali tunggal untuk memegang di tempat. Alas

kaki tertutup, seperti sepatu, pelatih dan sepatu pria kebanyakan, akan memiliki

bagian atas yang lebih kompleks. Bagian ini seringkali dihiasi atau dibuat

dalam gaya tertentu untuk terlihat menarik.

8. Lateral / medial

Bagian luar sepatu ini disebut sebagai lateral dan bagian dalam menghadap

bagian dari sepatu adalah medial. Hal ini dapat mengacu pada baik outsole atau

(42)

9. Bilur

Sebuah bilur adalah strip dari kulit, karet, atau plastik yang dijahit pada bagian

atas dan insole sepatu, sebagai titik untuk melampirkan tunggal.

2.4.3 Rancangan Pelindung Sepatu Untuk Ber main Skateboard

Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran. Maka dari itu akibat ketidak nyamanan

hal ini penulis merancang suatu produk pelindung sepatu skateboard bagi para skater. Pelindung sepatu skateboard ialah suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini dapat dilepas pasangkan pada sepatu skater, dan apabila sedang dipakaipun produk ini tidak mengganggu bahkan akan meningkatkan

performa berskateboard.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian

perancangan pelindung sepatu skateboard. Dengan memakai produk ini para skater tidak akan was-was atau takut akan sepatunya yang akan rusak akibat bermain skateboard karena sepatu mereka akan terlindungi.

(43)

2.5 Pengujian Data

2.5.1 Uji Keseragaman Data

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah

dan cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya

mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data

ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang

dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang

jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama

dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil

pengamatan, dengan persamaan berikut :

x = n

xi

... Persamaan 2.7.

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan.

i

x = Data hasil pengukuran.

Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar dengan persamaan 2.8

berikut:

1 )

( 2

− − =

n x xi

σ ... Persamaan 2.8.

Dimana:

σ = Standar deviasi dari populasi.

n = Banyaknya jumlah pengamatan.

i

(44)

Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas

kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim

dengan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10 berikut :

BKA = x + kσ ... Persamaan 2.9.

BKB = x - kσ ...Persamaan 2.10.

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan.

σ = Standar deviasi dari populasi.

k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

2.5.2 Uji Kecukupan Data

Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah

data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila

N’ < N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan

pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang

sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji

kecukupan data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.

Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.

(45)

keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh

memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian

5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan

rata-rata hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya

dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata

lain berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu

yang diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.

2. Pengujian Kecukupan Data.

( )

2 2 2 '           =

x x x N S K

N …..……… Persamaan 2.11.

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.

x = Data hasil pengukuran.

S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).

K = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila

N’<N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data

kembali, tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan

(46)

2.6 Penelitian Terdahulu

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo

Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian

tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah

satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan

tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan

tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan

pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas

akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.

2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan

Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil

produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta

praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100

cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk

analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban

maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.

3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan

Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi, Universitas

Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat

perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi antara lain : Pada

sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada

(47)

disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan

alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh

para pekerja.

4. “Penerapan Prototype Meja Bangku Ergonomis Untuk Murid Sekolah Dasar

Kelas Satu Dan Dua di Malang” oleh : Muhammad Lukman, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2007. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa meja

tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai

(48)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada konsumen yang dominan sebagai pemain

skateboard pada lokasi Taman Bungkul kota Surabaya propinsi Jawa Timur yang dimulai pada bulan September 2011 sampai data yang diperlukan terpenuhi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Var iabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi

dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan

terikat.

Adapun variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Dalam hal ini adalah pelindung sepatu skateboard yang ergonomis. 2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

Variabel bebas terdiri dari :

1) Dimensi kerja yang bersesuaian antara lain :

Merupakan data primer yang didapatkan secara langsung melalui pengukuran

dimensi tubuh manusia (operator). Adapun pengukuran dimensi tubuh yang

bersesuaian adalah sebagai berikut :

a. Lebar sepatu skateboard

(49)

Setelah data dan ukuran dimensi tubuh operator/data anthropometri operator

yang kita perlukan terkumpul, maka terlebih dahulu kita harus menganalisa data

tersebut sebelum kita gunakan untuk menentukan dimensi ukuran produk.

Pengolahan data dimensi tubuh pekerja ini terdiri dari tes keseragaman data

dan tes kecukupan data. Pengolahan data dimensi tubuh pekerja ini bertujuan

untuk menentukan layak tidaknya data dimensi tubuh yang telah kita peroleh

untuk kita pakai dan menentukan seberapa besar pengukuran harus kita lakukan.

Setelah itu dilakukan penetapan data anthropometri dimana pemakaian

distribusi normal diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat ditentukan

sebagai berikut :

Persentil = x ± zσ

Dimana :

x = Nilai rata - ratadata

σ = standar deviasi dari untuk setiap dimensi

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan dapat

dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1 Nilai Per sentil.

( Sumber: Wignjosoebroto, 2003) Per sentile Per hitungan

1 – st 2,5 – th

5 – th 10 – th

50 – th ̅ ̅ - 2,325 x

̅ – 1,96 x ̅ – 1,645 x

̅ – 1,28 x

90 – th 95 – th 97,5 – th

99 – th

̅ + 1,28 x ̅ + 1,645 x

(50)

Langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah dapat

digambarkan dalam flowchart sebagai berikut :

Tidak

Ya

Ya

Tidak Ya

Ya Mulai

Studi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Pustaka

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel

Uji Keseragaman Data Pengumpulan Data :

• Data dari dimensi sepatu ukuran 38-40

• Data Persentil

Buang Data yang tidak

seragam Seragam ?

Cukup ? Uji Kecukupan Data Sisa Data

(51)

Tidak \

Ya

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Penjelasan langkah-langkah pemecahan masalah :

1. Mulai

Mulai ini meliputi kegiatan seperti : pembuatan proposal, penyerahan judul

permasalahan pada pihak jurusan sampai pembuatan surat keterangan

penelitian.

Selesai

Perhitungan lebar dan panjang pelindung sepatu skateboard dengan

persentile 5%, 50% dan 95%

Hasil dan Pembahasan Ergonomis ?

Kesimpulan Dan Saran A

(52)

Studi kepustakaan yang dilakukan sebagai sarana pembantu pengumpulan

informasi yang berkaitan dengan permasalahan. Studi kepustakaan ini

diperoleh dari literatur-literatur seperti text books, jurnal maupun dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti. Dari studi kepustakaan ini akan diperoleh

landasan metode-metode untuk pengolahan data, dan literatur mengenai

objek pengamatan helm sepeda serta acuan-acuan yang akan dipergunakan

dalam penelitian.

3. Studi Lapangan

Pada tahap ini pengamatan langsung dilakukan terhadap objek yang

dijadikan penelitian untuk mengetahui kondisi kerjanya. Pada penelitian ini

digunakan metode :

1. Wawancara

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung terhadap objek

(pengguna atau operator) yang diteliti mengenai informasi-informasi yang

dibutuhkan untuk penelitian.

2. Observasi

Mengamati secara langsung objek (pengguna atau operator) yang diteliti

dalam melaksanakan aktivitas kerjanya untuk mendapatkan informasi

(53)

Untuk mengetahui data antropometri, yaitu dengan cara mengukur

dimensi tubuh populasi sampel untuk mendapatkan ukuran data yang

dibutuhkan.

4. Identifikasi Masalah

Melakukan kegiatan pencarian dan pengenalan akan suatu masalah yang

akan diteliti lebih lanjut.

5. Perumusan Masalah

Menyusun permasalahan dalam bentuk kalimat tanya yang akan dijadikan

sebagai pokok pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana rancangan

pelindung sepatu yang lebih ergonomis dan inovatif.

6. Tujuan Penelitian

Perumusan tujuan penelitian merupakan hal penting yang sangat

menentukan dalam penelitian, karena tujuan penelitian akan menjadi acuan

dasar dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini telah dijelaskan

pada bab I.

7. Identifikasi Variabel

Kegiatan pencarian dan penentuan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

8. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua kegiatan

pokok, yakni Studi Lapangan dan Studi Kepustakaan. Melalui studi

lapangan didapatkan data-data yang berkenaan dengan aktivitas kerja

(54)

pendukung penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah judgment sampling. Judgment sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling

baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Cooper dan Emory, 2005).

9. Uji Keseragaman Data

Dilakukan untuk menetapkan data yang seragam untuk mengaplikasikannya

dapat digunakan peta kontrol. Melalui peta kontrol dapat terlihat apakah data

seragam atau tidak ada data ekstrim. Jika ada data yang tidak seragam atau

ada data ekstrim , data tersebut dibuang. Perhitungan pengujian ini meliputi :

a. Perhitungan nilai rata-rata tiap dimensi.

b. Perhitungan standar deviasi.

c. Perhitungan batas control atas dan bawah.

10.Uji Kecukupan Data

Dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang diambil telah

mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilakukan pengolahannya.

Apabila data tidak mencukupi, maka harus dilakukan pendataan

(pengukuran) ulang sampai data mencukupi.

11.Penentuan Persentil

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentil P5%, P50%, dan

95%, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk menentukan

(55)

Dari data pengukuran pada benda kerja yang ada seperti sepatu skateboard akan dicari lebar dan panjang sepatu skateboard yang akan digunakan menentukan dimensi dari pelindung sepatu skateboard.

13.Pembuatan pelindung sepatu skateboard

Kegiatan pembuatan produk yang sesuai dengan data anthropometri dan

dimensi dari pelindung sepatu skateboard. 14.Uji coba pelindung sepatu skateboard

Pengujian terhadap produk pelindung skateboard, sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

15.Hasil dan pembahasan

Membahas hasil dari perancangan produk pelindung sepatu skateboard dan pengujian keergonomisan yang telah dilakukan.

16.Kesimpulan dan Saran

Menuangkan hasil pembahasan kedalam kesimpulan yang menjawab dari

(56)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Pembahasan ini untuk mengetahui ukuran dan tingkat kenyamanan dari

perancangan pelindung sepatu skateboard yang ergonomis. Dimana penetapan ukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui rancangan pelindung sepatu

skateboard yang ergonomis yaitu mudah digunakan, dan efektif.

Adapun ukuran untuk perancangan pelindung sepatu skateboard ini diambil dari data antropometri pengguna alat tersebut adalah dimensi kerja yang

bersesuaian yaitu sepatu skateboard dengan ukuran 38-40.

Data antropometri, analisa persentil dan data dimensi kerja. Sedangkan studi

kepustakaan didapatkan melalui referensi-referensi yang terkait dengan ergonomis

dan berbagai informasi mengenai perancangan produk yang akan diperlukan

dalam penelitian ini. Data yang diambil berdasarkan distribusi normal data

antropometri yang berasal dari 30 skater (Sudjana, 2004:73).

Adapun dimensi kerja bersesuaian yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Lebar sepatu skateboard (Lss)

2. Panjang sepatu skateboard ukuran 38 (Pss,38)

3. Panjang sepatu skateboard ukuran 40 (Pss,40)

Data dimensi kerja bersesuaian adalah data-data yang diambil dari lebar dan

(57)

Conver se

1 9 27 28 29

2 10 29 29 30

3 11 31 28 32

4 10 29 30 31

5 10 29 30 31

Puma

6 11 31 30 30

7 11 31 28 32

8 11 31 31 31

9 11 31 29 30

10 9 27 30 30

Adidas

11 9 27 29 29

12 10 29 29 30

13 9 27 28 32

14 10 29 30 30

15 9 27 30 31

Nike

16 9 27 28 32

17 9 27 29 29

18 10 29 31 31

19 10 29 29 30

20 10 29 30 31

New Balance

21 11 31 31 31

22 10 29 30 30

23 9 27 29 29

24 11 31 30 30

25 10 29 28 32

League

26 9 27 31 31

27 10 29 28 30

28 10 29 29 29

29 9 27 30 30

30 11 31 28 32

X 298 866 880 915 Keter angan :

Lss : Lebar Sepatu Skateboard Pss : Panjang Sepatu Skateboard

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain Pelindung Sepatu Skateboard Usulan 4.2.1.1 Uji Keser agaman Data

(58)

Xdan σx adalah sebagai berikut: 9333 , 9 30 298= = =

n x x 1 ) ( 2 − − =

n x xi x σ

(

) (

)

(

)

0,616

1 30 9333 , 9 11 ... 9333 , 9 10 9333 , 9

9 2 2 2 =

− − + + − + − = x

σ

Uji keseragaman data Lebar sepatu skateboard (Lss) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

BKA = x+ kσx

= 9,9333 + 2(0,616) = 11,1653 BKB = x- kσx

= 9,9333 - 2(0,616) = 8,7013

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Lebar sepatu skateboard pada halaman sebagai berikut :

0 2 4 6 8 10 12

1 3 5 7 9

1 1 1 3 1 5 1 7 1 9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 L S S

ukur an

ke-LSS BKA

BKB

(59)

mencari X dan σx adalah sebagai berikut: 8667 , 28 30 866= = =

n x x 1 ) ( 2 − − =

n x xi x σ

(

) (

)

(

)

1,5698

1 30 8667 , 28 31 ... 8667 , 28 29 8667 , 28

27 2 2 2

= − − + + − + − = x

σ

Uji keseragaman data Pss sepatu skateboard 38 (Pss,38) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

BKA = x+ k

σ

x

= 28,8667+ 2(1,5698) = 32,0063 BKB = x- k

σ

x

= 28,8667- 2(1,5698)= 25,7271

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang sepatu skateboard ukuran 38 pada halaman sebagai berikut :

0 5 10 15 20 25 30 35

1 3 5 7 9

1 1 1 3 1 5 1 7 1 9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 P S S

ukur an

ke-PSS,38

BKA

BKB

(60)

mencari X dan σx adalah sebagai berikut: 5 , 30 30 915 = = =

n x X

Gambar

gambar 2.1.
Tabel 2.1. Antropometri Kaki Orang Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi Data Dempsterv(1955), Reynolds (1978), dan Nurmianto (1991)
Gambar 2.3. Antropometri Kaki
Gambar 2.4. Distribusi Normal Yang Mengakomodasi 95%  Dari Populasi       (Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan kursi dan meja yang digunakan Sekolah Dasar Negeri 060798 menunjukan bahwa ukuran dimensi kursi dan meja yang digunakan disekolah tidak sesuai dengan ukuran tubuh

Persentil tersebut akan digunakan untuk pembuatan tabel pengolahan antropometri untuk mengetahui range ukuran yang ergonomis untuk pengemudi becak, sedangkan

Dari hasil perbaikan tata letak rak buku yang Ergonomis yang telah disesuiakan dengan data antropometri dimensi tubuh pengguna perpustakaan yaitu

Data antropometri ini digunakan untuk melakukan perhitungan ukuran-ukuran yang akan digunakan dalam perancangan alat pembuat tepung cassava.. Setelah ditetapkan ukuran

perancangan tersebut bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang berkaitan langsung dengan data antropometri manusia itu pada dasarnya memiliki variasi

padahal secara antropometri khusus anak tuna grahita memiliki ukuran tubuh tidak seperti anak normal yaitu untuk beberapa kelompok seperti orang ras Mongoloid (cenderung

Perancangan alat angkut (material handling) cangkang buah sawit berdasarkan pendekatan Quality Function Deployment (QFD) dan penggunaan Data Antropometri dengan

Berdasarkan data antropometri mahasiswa FIK dan ukuran atau dimensi kursi gazebo FIK, maka dapat dianalisis ada atau tidaknya kesesuaian antara dimensi kursi