SKRIPSI
Disusun oleh :
CHOIRUL TOHFIFIN
0832015004
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
PERANCANGAN PELINDUNG SEPATU
SKATEBOARD
YANG ERGONOMIS
Oleh :
CHOIRUL TOHFIFIN
NPM. 0832015004
Telah Disetujui untuk mengikuti Ujian Negar a Lisan Gelombang IV Tahun Ajar an 2011/2012
Sur abaya, 13 Febr uar i 2012
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Enny Ar yani, ST.MT Ir .Iriani, MMT
NIP. 370099500411 NIP. 19621126 198803 2 001
Mengetahui,
Ketua J ur usan Teknik Industr i
UPN “Veter an” J awa Timur
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan InayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Perancangan Pelindung Sepatu Skateboard Yang Ergonomis”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar
sarjana Teknik Program studi S-1 jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, saran dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada:
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku Ketua Jurusan Teknologi
Industri
3. Ibu Enny Ariyani, ST.MT. Selaku Dosen Pembimbing I yang sudah
memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis
4. Ibu Ir. Iriani, MMT. Selaku Dosen Pembimbing II yang sudah
memberikan bimbingan dan selalu memberi saran kepada penulis
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Industri.
6. Orang Tuaku tercinta yang telah memberikan do’a dan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tak
skripsi ini dapat menjadikan referensi bagi pembacanya, dapat bermanfaat serta
menambah wawasan bagi kita semua.
Surabaya, 10 Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ... .viii
ABSTRAKSI...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 2
1.3 Batasan Masalah... 2
1.4 Asumsi... 2
1.5 Tujuan... 3
1.6 Manfaat... 3
1.7 Sistematika Penulisan... 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk... 5
2.1.1 Perancangan Produk………. 5
2.1.2 Pengembangan Produk... 10
2.2 Ergonomi ... 14
2.2.1 Definisi Ergonomi ... 14
2.2.2 Bidang Kajian Ergonomi ... 15
2.3 Anthropometri ... 17
2.3.1 Definisi Anthropometri ... 17
2.3.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 18
2.3.3 Penggunaan Data Anthropometri ... 23
2.3.4 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri ... 25
2.4 Sepatu Skateboard...………29
2.4.1 Sejarah Sepatu Skateboard ... 29
2.4.2 Komponen dan Bahan Sepatu ... 30
2.4.3 Rancangan Pelindung Sepatu Untuk Bermain Skateboard ... 33
2.5 Pengujian Data ... 34
2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 34
2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 35
2.6 Penelitian Terdahulu ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 39
3.8 Metode Pengolahan Data ... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data ... 47
4.2 Pengolahan Data ... 48
4.2.1 Desain Pelindung Sepatu Skateboard Usulan ... 48
4.2.1.1 Uji Keseragaman Data ... 48
4.2.1.2 Uji Kecukupan Data ... 52
4.2.1.3 Menentukan Persentil ... 54
4.2.1.4 Uji Coba Produk Desain Pelindung Sepatu Skateboard ... 56
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran ... 60
ABSTRAKSI
Pengertian umum tentang Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia. Disini akan dibahas mengenai konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi pelindung sepatu skateboard yang mengacu pada konsep ergonomi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.
Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk membeli sepatu skateboard yang baru. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian perancangan pelindung sepatu skateboard.
Spesifikasi akhir desain produk inovasi pelindung sepatu skateboard yang digunakan pada sepatu skateboard dengan ukuran 38-40, yaitu dimensi panjang kerenggangan antara 26cm-32cm, lebar 10cm, produk ini berbahan kulit, dan sebagai bemper depan dan belakang produk ini berbahan karet mentah.
ABSTRACT
Common understanding of Ergonomics is a branch of the systematic use of information on the properties, capabilities and limitations of humans to design a working system, so that humans can live and work on it with a good system, which is to achieve the desired goal through the job effectively, safe, and comfortable. The focus of ergonomics is human interaction with products, equipment, facilities, procedures and environment and workers as well as everyday life in which the emphasis is on human factors. Here will be discussed on the concept design and product development innovation skateboard shoe protector which refers to the concept of ergonomics.
The things that have to be prepared prior to skateboarding, such as using special shoes skateboard. Usually the recommended shoe is a little thicker in order to protect the feet.
Preoccupations of skateboarding shoes sometimes lead to damage or tear due to friction with the court, so that the skaters often change his shoes and skater often indirect cost to buy a new skateboard shoes. Given these problems, then do the research design of protective skateboard shoes.
Specification of the final product design innovation skateboard shoe protectors 38-40, namely the long dimension of 26cm-32cm estrangement between, 10cm wide, leather products, and as the front and rear bumpers are made from raw rubeber products.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California, Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah “skateboard” awalnya belum populer, pada era terdahulu banyak orang menyebutnya dengan “sidewalk surfing”. Kini skateboard tampil dengan lebih ringan dan praktis, desain maupun motif menambahkan kebanggaan bagi penggunanya.
Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum bermain skateboard, antara lain menggunakan sepatu khusus skateboard. Biasanya sepatu yang disarankan adalah sedikit lebih tebal guna melindungi kaki.
Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran, sehingga para skater sering mengganti sepatunya dan secara tidak langsung skater sering mengeluarkan biaya untuk membeli sepatu skateboard yang baru .
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian
perancangan pelindung sepatu skateboard. Pelindung sepatu skateboard ialah
suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini dapat dilepas
yang akan rusak akibat bermain skateboard karena sepatu mereka akan terlindungi.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi, yaitu :
“Bagaimana merancang pelindung sepatu skateboard yang ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya ?”
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Perancangan tidak melakukan perbandingan kualitas produk.
2. Perancangan hanya melakukan pada ukuran produk pelindung sepatu
skateboard.
3. Pendekatan ergonomi sebatas kenyamanan pemakaian pada produk pelindung
sepatu skateboard.
4. Perancangan pelindung sepatu skateborard dengan sepatu ukuran 38-40. 5. Persentil 5%, 50%, dan 95%.
6. Tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.
1.4 Asumsi
Asumsi yang dibahas adalah :
2. Sampel yang diambil bisa mewakili seluruh pengguna pelindung sepatu
skateboard dengan sepatu ukuran 38 sampai 40.
1.5 Tujuan
Merancang pelindung sepatu skateboard yang ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah
dalam permasalahan nyata diperusahaan.
b. Bagi Pengguna (penguna pelindung sepatu skateboard)
- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan
tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk merancang
sebuah produk.
- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor dominan tersebut.
- Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor
konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan Lapor an
Dalam hal ini sistematika penulisan laporan pada makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, perumusan masalah,
batasan masalah, asumsi, tujuan, manfaat dan ruang lingkup sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai desain produk pelindung sepatu skateboard dengan pendekatan ergonomi.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan
langkah pemecahan masalah.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan pelindung sepatu
skateboard dengan pendekatan ergonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Pr oduk
2.1.1 Per a ncangan Pr oduk
Perancangan produk merupakan kunci inovasi baru dan juga kelancaran
berlangsungnya perusahaan, karena semakin banyak perusahaan yang harus terus
memperbanyak inovasi, modifikasi dan terus memperbaiki produksinya dengan
macam yang berbeda, dalam era globalisasi di dunia industri yang sangat ketat
dalam pemasarannya, dengan demikian untuk terus melangsungkan hidup banyak
yang muncul untuk memperkenalkan suatu produk yang baru yang bisa laris
dalam penjualannya dan oleh sebab itu promosi atau pendekatan terhadap
konsumen harus di perkenalkan secara maksimal.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat
yang tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia,
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan
didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan,
pengembangan dan penyempurnaan produk.
Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian kegiatan dalam
proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan tersebut dibuat
keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya.
Diantara keputusan penting tersebut, termasuk keputusan yang membawa akibat
apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu
pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si
pembuat produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang
dibuat cukup sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam
fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses
penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan
sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan
dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).
1. Langkah - langkah Perancangan Produk
Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan
produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh
informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) : - Gambar produk awal dan spesifikasi.
- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk.
- Kriteria keinginan relatif konsumen.
- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan
struktur dan fungsi.
- Kriteria buying.
Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan
kualitas,maupun performance produk. - Kriteria finance produk awal. b. Fase kreatif
Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi
fungsi yang dibutuhkan diantaranya :
- Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon.
- Penentuan prioritas perancangan.
- Pembuatan alternatif model produk.
c. Fase analisa
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase
kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa
yang dilakukan antara lain :
- Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan.
- Pembobotan kriteria atribut produk.
- Value analysis. d. Fase pengembangan
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang
digunakan adalah :
- Alternatif terpilih.
- Gambar produk terpilih dan spesifikasinya.
e. Fase rekomendasi
Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk.
2. Model Perancangan Produk
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang
sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan
model perspektif (Ginting R, 2009).
a. Model deskriptif
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini
dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman
sebelumnya bersifat umum).
b. Model perspektif
Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin
meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas pembangkitan
2.1.2 Pengembangan Pr oduk
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.
Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti
perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan
sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada
menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi
perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.
Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian
aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri
dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.
Sedangkan menurut Yamit (30:1996) pengembangan produk merupakan
keharusan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Keharusan ini dikarenakan tidak ada satupun produk yang dapat bertahan untuk
selamanya.
1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk
Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan
produk, yaitu :
a. Tahap Penyaringan
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk
telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari
berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager
perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur,
langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui
c. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini, ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena
ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai
dengan kemampuan perusahaan.
d. Tahap Pengujian
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :
- Pengujian tentang konsep produk.
- Pengujian terhadap kesukaan konsumen.
- Penelitian laboratorium.
- Test penggunaan.
- Operasi pabrik percontohan.
- Tahap Komersialisasi.
2.1.3 Inovasi Pr oduk
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru
oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
bersangkutan.
Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi
pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin
2.2 Ergonomi.
2.2.1 Definisi Er gonomi
Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang dilakukan untuk menunjukkan performansinya yang terbaik. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat
bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk fitting the job to the worker, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Cormick dan
Sanders (1992) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan obyek, prosedur kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya adalah dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas pendukungnya, dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang terjadi akibat sikap
atau posisi kerja yang keliru. Untuk itu, dibutuhkan adanya data pendukung seperti ukuran bagian-bagian tubuh yang memiliki relevansi dengan tuntutan aktivitas, dikaitkan dengan profil tubuh manusia, baik orang dewasa, anak-anak atau orang tua,
manusia untuk mencapai tujuan yang efektif, sehat, aman dan nyaman. Tujuan
tersebut dapat tercapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan manusia dalam menggunakan hasil produk desain, yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomi.
Penyelidikan ergonomi dibedakan menjadi empat kelompok, yakni :
1. Penyelidikan tentang tampilan/display Penyelidikan pada suatu perangkat (interface) yang menyajikan informasi tentang lingkungan dan mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda-tanda,
angka, dan lambing.
2. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia Penyelidikan dengan mengukur kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat kerja, termasuk perancangan
obyek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia beraktivitas. 3. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja Penyelidikan ini bertujuan untuk
mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi
tubuh manusia.
4. Penyelidikan tentang lingkungan kerja Meliputi penyelidikan mengenai kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, misalnya pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur, dan suara.
2.2.2 Bidang Kajian Er gonomi
Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda
secara signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian.
Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku
manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir.
1. Anthropometri
Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang
sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia
yang sama dalam segala hal.
2. Faal Kerja
Perilaku manusia yang dibahas dalam Faal kerja adalah reaksi tubuh selama
bekerja, khususnya mengenai energi yang dikeluarkannya. Hal-hal yang
banyak dibahas dalam Faal kerja manusia adalah kelelahan (fatique) kerja otot.
3. Biomekanika Kerja
Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika
gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini
adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan,
serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.
4. Penginderaan.
Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan
(mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera
perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan
pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera
5. Psikologi Kerja
Psikologi kerja membahas masalah-masalah kejiwaan yang ditemukan
ditempat kerja, yakni menyangkut faktor diri manusia, termasuk didalamnya:
kebiasaan, jenis kelamin, usia, sifat dan kepribadian, sistem nilai, karakteristik
fisik, minat, motivasi, pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Masalah
faktor diri ini dikaji sebagai bagian dari ergonomi Karena pada setiap individu
manusia terdapat faktor diri yang khas sebagai bawaan lahir. Ketidakcocokan
seorang pekerja dan tuntunan pekerjaan yang dihadapinya dapat menimbulkan
tekanan (stress) dan rendahnya motivasi untuk bekerja, sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas yang dihasilkan.
2.3 Anthr opometr i
2.3.1 Definisi Anthr opometr i
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki
bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun
sistem kerja yang akan memerlukan interaks imanusia. Data antropometri yang
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95
% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.3.2 Data Anthr opometr i dan Car a Pengukur annya
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan
dimensi ukuran tubuhnya.
Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia ,
yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan
tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi
pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan
antara berbagai macam masyarakat. 5. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.
8. Tubuh Cacat
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1. Antr opometr i Untuk Per ancangan Pr oduk
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
Gambar 2.2. Antr opometr i Tinggi Badan Ber dir i Dan Dud uk
Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.
2.3.3 Penggunaan Data Anthropometr i
Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada
baiknya kita bahas istilah ini “The Fallacy of the Average Man or Average Woman”.
Istilah ini mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam
perancangan suatu tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang
hipotesis yaitu menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata-rata.
Walaupun hanya dalam penggunaan 1 dimensi saja, misalnya jangkauan kedepan
rata-rata populasi, katakanlah tinggi badan, maka belum tentu, bahwa dia berada
pada rata-ratapopulasi untuk dimensi lainnya.
Dimana : Panjang telapak kaki = 15,2% tinggi badan pria dan 14,7% tinggi badan
wanita. Dari pendekatan tersebut diusahakan interpolasi antropometri
dengan koefisien variansi yang sesuai
Tabel 2.1. Antropometr i Kaki Orang Indonesia Yang Didapat Dar i Inter polasi Data Dempster v(1955), Reynolds (1978), dan Nur mianto (1991)
Ga mbar 2.3. Antropometr i Kaki (Sumber : Eko Nurmianto, 2008)
2.3.4 Aplikasi Distr ibusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data
Anthr opometr i
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
Gambar 2.4. Distr ibusi Nor mal Yang Mengakomodasi 95% Dar i Populasi
(Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum
dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya
dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi
semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang
muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk
lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase
pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian
ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata)
dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari
suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan
sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2. Macam Per sentil Dan Car a Per hitungan Dalam Distr ibusi Nor mal.
(Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003)
Per sentile Per hitungan
1 – st 2,5 – th
5 – th 10 – th
50 – th ̅ ̅ - 2,325 x
̅ – 1,96 x ̅ – 1,645 x
̅ – 1,28 x
90 – th 95 – th 97,5 – th
99 – th
̅ + 1,28 x ̅ + 1,645 x
Keterangan tabel 2.2. di atas, yaitu:
x = mean data
σ
= standar deviasi dari data xPada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data
anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan
dimensi dari perancangan fasilitas kerja.
Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan
dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini
berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,
2003).
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut
Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95
menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.2. sebelumnya.
P5 = x - 1,645
σ
x ... Persamaan 2.4. P50 = x ... Persamaan 2.5.2.4 Sepatu Skateboar d
2.4.1 Sejar ah Sepatu Skateboar d
Sejarah mengenai skateboard diawali pada 1950. Saat itu di California,
Amerika Serikat sedang berkembang Era surfing, dan hal ini pula yang menjadi
faktor pendukung ditemukannya skateboard. Istilah “skateboard” awalnya belum populer, pada era terdahulu banyak orang menyebutnya dengan “sidewalk surfing”. Kini skateboard tampil dengan lebih ringan dan praktis, desain maupun motif menambahkan kebanggaan bagi penggunanya.
Sepatu skateboard telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
olahraga skateboard. Bagi orang yang tidak mengerti mengenai olahrga
skateboard, mungkin memilih untuk memakai skateboard hanya berdasarkan
(fashion) semata.
Tidak dipungkiri memang, sepatu skateboard memiliki desain yang menarik
untuk dipakai dan dipakai dalam berbagai kesempatan, tidak seperti halnya sepatu
untuk sepak bola yang tidak cocok dipakai diluar lapangan sepak bola. Namun
sebagai pemain skateboard, sepatu skateboard mempunyai arti penting yang
memang dibutuhkan apabila ingin melakukan olahraga tersebut.
Gambar 2.5. Sepatu Skate
2.4.2 Komponen dan Bahan Sepatu
1. Sol
Bagian bawah sepatu, bagian yang dimaksudkan untuk datang dalam kontak
berulang dengan tanah, disebut satu-satunya. Sol telah dibuat dari serat
tumbuhan, kulit, kayu, karet, sintetis, plastik, dan berbagai kombinasi dari
bahan tersebut. Sol dapat sederhana, bahan tunggal dalam lapisan tunggal, atau
mereka dapat menjadi kompleks dengan struktur beberapa atau lapisan dan
bahan.
2. Insole
Insole adalah bagian bawah sepatu interior, yang berada langsung di bawah
kaki di bawah footbed (juga dikenal sebagai kapal kaus kaki). Tujuan dari
insole untuk melampirkan ke margin abadi dari atas, yang dibungkus sekitar
terakhir selama penutupan sepatu selama operasi berlangsung. Sol biasanya
terbuat dari kertas karton papan selulosa atau sintetis tenunan insole non.
Banyak sepatu dilepas dan diganti footbeds. Bantalan ekstra sering
ditambahkan untuk kenyamanan (untuk mengontrol bentuk, kelembaban, atau
bau sepatu) atau alasan kesehatan (untuk membantu mengatasi cacat dalam
bentuk alami dari kaki atau posisi kaki selama berdiri atau berjalan). Pada
dasarnya, ini adalah bagian utama dari sepatu yang dapat menyerap keringat
kaki. Footbeds biasanya harus menggunakan lembar bantalan busa seperti
lateks dan EVA , yang memberikan kenyamanan yang baik mengenakan
3. Outsole
Gambar 2.6. Komponen Sepatu Skate
(Sumber : www.sepatu-online.com)
4. Bagian sepatu
Outsole adalah lapisan dalam kontak langsung dengan tanah. Sepatu sering
memiliki kulit atau outsoles resin karet; sepatu kasual atau berorientasi kerja
telah outsoles terbuat dari karet alam atau bahan sintetis seperti Poliuretana.
Outsole dapat terdiri dari sepotong tunggal, atau mungkin perakitan bagian
yang terpisah dari bahan yang berbeda. Seringkali tumit sol memiliki pelat
karet untuk daya tahan dan traksi, sedangkan bagian depan kulit untuk gaya.
Sepatu khusus akan sering modifikasi pada desain: sepatu atletik cleated atau
disebut seperti sepak bola, rugby, baseball dan sepatu golf memiliki lonjakan
tertanam dalam outsole untuk pegangan tanah.
5. Midsole
Lapisan di antara outsole dan insole yang biasanya ada untuk penyerapan
penyerapan shock, biasanya di bawah tumit kaki, di mana seseorang
menempatkan tekanan yang paling bawah. Perusahaan yang berbeda
menggunakan bahan yang berbeda untuk midsoles sepatu mereka. Beberapa
sepatu mungkin tidak memiliki midsole sama sekali.
6. Tumit
Bagian belakang bawah sepatu adalah tumit. Fungsinya adalah untuk
mendukung tumit kaki. Mereka sering dibuat dari bahan yang sama sebagai
satu-satunya sepatu. Bagian ini bisa tinggi untuk fashion atau untuk membuat
orang terlihat lebih tinggi, atau flat untuk penggunaan yang lebih praktis dan
nyaman.
7. Menggoda / atas
Setiap sepatu memiliki bagian atas yang membantu menahan sepatu ke kaki.
Dalam kasus yang paling sederhana, seperti sandal atau sandal jepit, ini
mungkin tak lebih dari beberapa tali tunggal untuk memegang di tempat. Alas
kaki tertutup, seperti sepatu, pelatih dan sepatu pria kebanyakan, akan memiliki
bagian atas yang lebih kompleks. Bagian ini seringkali dihiasi atau dibuat
dalam gaya tertentu untuk terlihat menarik.
8. Lateral / medial
Bagian luar sepatu ini disebut sebagai lateral dan bagian dalam menghadap
bagian dari sepatu adalah medial. Hal ini dapat mengacu pada baik outsole atau
9. Bilur
Sebuah bilur adalah strip dari kulit, karet, atau plastik yang dijahit pada bagian
atas dan insole sepatu, sebagai titik untuk melampirkan tunggal.
2.4.3 Rancangan Pelindung Sepatu Untuk Ber main Skateboard
Keasyikan bermain skateboard kadang berujung pada sepatu rusak atau robek akibat gesekan dengan pelataran. Maka dari itu akibat ketidak nyamanan
hal ini penulis merancang suatu produk pelindung sepatu skateboard bagi para skater. Pelindung sepatu skateboard ialah suatu produk yang dirancang untuk aktifitas bermain skateboard dengan pendekatan dari fungsi dan eksplorasi, material produk ini dapat dilepas pasangkan pada sepatu skater, dan apabila sedang dipakaipun produk ini tidak mengganggu bahkan akan meningkatkan
performa berskateboard.
Dengan adanya permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian
perancangan pelindung sepatu skateboard. Dengan memakai produk ini para skater tidak akan was-was atau takut akan sepatunya yang akan rusak akibat bermain skateboard karena sepatu mereka akan terlindungi.
2.5 Pengujian Data
2.5.1 Uji Keseragaman Data
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah
dan cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data
ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang
jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama
dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil
pengamatan, dengan persamaan berikut :
x = n
xi
∑
... Persamaan 2.7.Dimana:
x = Rata-rata data hasil pengamatan.
i
x = Data hasil pengukuran.
Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar dengan persamaan 2.8
berikut:
1 )
( 2
− − =
∑
n x xi
σ ... Persamaan 2.8.
Dimana:
σ = Standar deviasi dari populasi.
n = Banyaknya jumlah pengamatan.
i
Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
dengan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10 berikut :
BKA = x + kσ ... Persamaan 2.9.
BKB = x - kσ ...Persamaan 2.10.
Dimana:
x = Rata-rata data hasil pengamatan.
σ = Standar deviasi dari populasi.
k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.
2.5.2 Uji Kecukupan Data
Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila
N’ < N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan
pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang
sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji
kecukupan data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.
keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh
memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian
5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan
rata-rata hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya
dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata
lain berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu
yang diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.
2. Pengujian Kecukupan Data.
( )
2 2 2 ' − =∑
∑
∑
x x x N S KN …..……… Persamaan 2.11.
Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.
x = Data hasil pengukuran.
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).
K = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.
Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila
N’<N maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data
kembali, tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan
2.6 Penelitian Terdahulu
Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :
1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo
Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian
tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah
satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan
tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan
tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan
pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas
akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.
2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan
Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil
produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta
praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100
cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk
analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban
maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.
3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan
Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat
perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi antara lain : Pada
sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada
disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan
alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh
para pekerja.
4. “Penerapan Prototype Meja Bangku Ergonomis Untuk Murid Sekolah Dasar
Kelas Satu Dan Dua di Malang” oleh : Muhammad Lukman, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2007. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa meja
tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada konsumen yang dominan sebagai pemain
skateboard pada lokasi Taman Bungkul kota Surabaya propinsi Jawa Timur yang dimulai pada bulan September 2011 sampai data yang diperlukan terpenuhi.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Var iabel
Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi
dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan
terikat.
Adapun variabel yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Dalam hal ini adalah pelindung sepatu skateboard yang ergonomis. 2. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Variabel bebas terdiri dari :
1) Dimensi kerja yang bersesuaian antara lain :
Merupakan data primer yang didapatkan secara langsung melalui pengukuran
dimensi tubuh manusia (operator). Adapun pengukuran dimensi tubuh yang
bersesuaian adalah sebagai berikut :
a. Lebar sepatu skateboard
Setelah data dan ukuran dimensi tubuh operator/data anthropometri operator
yang kita perlukan terkumpul, maka terlebih dahulu kita harus menganalisa data
tersebut sebelum kita gunakan untuk menentukan dimensi ukuran produk.
Pengolahan data dimensi tubuh pekerja ini terdiri dari tes keseragaman data
dan tes kecukupan data. Pengolahan data dimensi tubuh pekerja ini bertujuan
untuk menentukan layak tidaknya data dimensi tubuh yang telah kita peroleh
untuk kita pakai dan menentukan seberapa besar pengukuran harus kita lakukan.
Setelah itu dilakukan penetapan data anthropometri dimana pemakaian
distribusi normal diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat ditentukan
sebagai berikut :
Persentil = x ± zσ
Dimana :
x = Nilai rata - ratadata
σ = standar deviasi dari untuk setiap dimensi
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan dapat
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 3.1 Nilai Per sentil.
( Sumber: Wignjosoebroto, 2003) Per sentile Per hitungan
1 – st 2,5 – th
5 – th 10 – th
50 – th ̅ ̅ - 2,325 x
̅ – 1,96 x ̅ – 1,645 x
̅ – 1,28 x
90 – th 95 – th 97,5 – th
99 – th
̅ + 1,28 x ̅ + 1,645 x
Langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah dapat
digambarkan dalam flowchart sebagai berikut :
Tidak
Ya
Ya
Tidak Ya
Ya Mulai
Studi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Identifikasi Variabel
Uji Keseragaman Data Pengumpulan Data :
• Data dari dimensi sepatu ukuran 38-40
• Data Persentil
Buang Data yang tidak
seragam Seragam ?
Cukup ? Uji Kecukupan Data Sisa Data
Tidak \
Ya
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Penjelasan langkah-langkah pemecahan masalah :
1. Mulai
Mulai ini meliputi kegiatan seperti : pembuatan proposal, penyerahan judul
permasalahan pada pihak jurusan sampai pembuatan surat keterangan
penelitian.
Selesai
Perhitungan lebar dan panjang pelindung sepatu skateboard dengan
persentile 5%, 50% dan 95%
Hasil dan Pembahasan Ergonomis ?
Kesimpulan Dan Saran A
Studi kepustakaan yang dilakukan sebagai sarana pembantu pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan permasalahan. Studi kepustakaan ini
diperoleh dari literatur-literatur seperti text books, jurnal maupun dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti. Dari studi kepustakaan ini akan diperoleh
landasan metode-metode untuk pengolahan data, dan literatur mengenai
objek pengamatan helm sepeda serta acuan-acuan yang akan dipergunakan
dalam penelitian.
3. Studi Lapangan
Pada tahap ini pengamatan langsung dilakukan terhadap objek yang
dijadikan penelitian untuk mengetahui kondisi kerjanya. Pada penelitian ini
digunakan metode :
1. Wawancara
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung terhadap objek
(pengguna atau operator) yang diteliti mengenai informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk penelitian.
2. Observasi
Mengamati secara langsung objek (pengguna atau operator) yang diteliti
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya untuk mendapatkan informasi
Untuk mengetahui data antropometri, yaitu dengan cara mengukur
dimensi tubuh populasi sampel untuk mendapatkan ukuran data yang
dibutuhkan.
4. Identifikasi Masalah
Melakukan kegiatan pencarian dan pengenalan akan suatu masalah yang
akan diteliti lebih lanjut.
5. Perumusan Masalah
Menyusun permasalahan dalam bentuk kalimat tanya yang akan dijadikan
sebagai pokok pembahasan dalam penelitian ini yaitu bagaimana rancangan
pelindung sepatu yang lebih ergonomis dan inovatif.
6. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan penelitian merupakan hal penting yang sangat
menentukan dalam penelitian, karena tujuan penelitian akan menjadi acuan
dasar dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini telah dijelaskan
pada bab I.
7. Identifikasi Variabel
Kegiatan pencarian dan penentuan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
8. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua kegiatan
pokok, yakni Studi Lapangan dan Studi Kepustakaan. Melalui studi
lapangan didapatkan data-data yang berkenaan dengan aktivitas kerja
pendukung penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah judgment sampling. Judgment sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling
baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Cooper dan Emory, 2005).
9. Uji Keseragaman Data
Dilakukan untuk menetapkan data yang seragam untuk mengaplikasikannya
dapat digunakan peta kontrol. Melalui peta kontrol dapat terlihat apakah data
seragam atau tidak ada data ekstrim. Jika ada data yang tidak seragam atau
ada data ekstrim , data tersebut dibuang. Perhitungan pengujian ini meliputi :
a. Perhitungan nilai rata-rata tiap dimensi.
b. Perhitungan standar deviasi.
c. Perhitungan batas control atas dan bawah.
10.Uji Kecukupan Data
Dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang diambil telah
mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilakukan pengolahannya.
Apabila data tidak mencukupi, maka harus dilakukan pendataan
(pengukuran) ulang sampai data mencukupi.
11.Penentuan Persentil
Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentil P5%, P50%, dan
95%, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk menentukan
Dari data pengukuran pada benda kerja yang ada seperti sepatu skateboard akan dicari lebar dan panjang sepatu skateboard yang akan digunakan menentukan dimensi dari pelindung sepatu skateboard.
13.Pembuatan pelindung sepatu skateboard
Kegiatan pembuatan produk yang sesuai dengan data anthropometri dan
dimensi dari pelindung sepatu skateboard. 14.Uji coba pelindung sepatu skateboard
Pengujian terhadap produk pelindung skateboard, sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.
15.Hasil dan pembahasan
Membahas hasil dari perancangan produk pelindung sepatu skateboard dan pengujian keergonomisan yang telah dilakukan.
16.Kesimpulan dan Saran
Menuangkan hasil pembahasan kedalam kesimpulan yang menjawab dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Pembahasan ini untuk mengetahui ukuran dan tingkat kenyamanan dari
perancangan pelindung sepatu skateboard yang ergonomis. Dimana penetapan ukuran tersebut bertujuan untuk mengetahui rancangan pelindung sepatu
skateboard yang ergonomis yaitu mudah digunakan, dan efektif.
Adapun ukuran untuk perancangan pelindung sepatu skateboard ini diambil dari data antropometri pengguna alat tersebut adalah dimensi kerja yang
bersesuaian yaitu sepatu skateboard dengan ukuran 38-40.
Data antropometri, analisa persentil dan data dimensi kerja. Sedangkan studi
kepustakaan didapatkan melalui referensi-referensi yang terkait dengan ergonomis
dan berbagai informasi mengenai perancangan produk yang akan diperlukan
dalam penelitian ini. Data yang diambil berdasarkan distribusi normal data
antropometri yang berasal dari 30 skater (Sudjana, 2004:73).
Adapun dimensi kerja bersesuaian yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Lebar sepatu skateboard (Lss)
2. Panjang sepatu skateboard ukuran 38 (Pss,38)
3. Panjang sepatu skateboard ukuran 40 (Pss,40)
Data dimensi kerja bersesuaian adalah data-data yang diambil dari lebar dan
Conver se
1 9 27 28 29
2 10 29 29 30
3 11 31 28 32
4 10 29 30 31
5 10 29 30 31
Puma
6 11 31 30 30
7 11 31 28 32
8 11 31 31 31
9 11 31 29 30
10 9 27 30 30
Adidas
11 9 27 29 29
12 10 29 29 30
13 9 27 28 32
14 10 29 30 30
15 9 27 30 31
Nike
16 9 27 28 32
17 9 27 29 29
18 10 29 31 31
19 10 29 29 30
20 10 29 30 31
New Balance
21 11 31 31 31
22 10 29 30 30
23 9 27 29 29
24 11 31 30 30
25 10 29 28 32
League
26 9 27 31 31
27 10 29 28 30
28 10 29 29 29
29 9 27 30 30
30 11 31 28 32
∑
X 298 866 880 915 Keter angan :Lss : Lebar Sepatu Skateboard Pss : Panjang Sepatu Skateboard
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Desain Pelindung Sepatu Skateboard Usulan 4.2.1.1 Uji Keser agaman Data
Xdan σx adalah sebagai berikut: 9333 , 9 30 298= = =
∑
n x x 1 ) ( 2 − − =∑
n x xi x σ(
) (
)
(
)
0,6161 30 9333 , 9 11 ... 9333 , 9 10 9333 , 9
9 2 2 2 =
− − + + − + − = x
σ
Uji keseragaman data Lebar sepatu skateboard (Lss) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:
BKA = x+ kσx
= 9,9333 + 2(0,616) = 11,1653 BKB = x- kσx
= 9,9333 - 2(0,616) = 8,7013
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman Lebar sepatu skateboard pada halaman sebagai berikut :
0 2 4 6 8 10 12
1 3 5 7 9
1 1 1 3 1 5 1 7 1 9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 L S S
ukur an
ke-LSS BKA
BKB
mencari X dan σx adalah sebagai berikut: 8667 , 28 30 866= = =
∑
n x x 1 ) ( 2 − − =∑
n x xi x σ(
) (
)
(
)
1,56981 30 8667 , 28 31 ... 8667 , 28 29 8667 , 28
27 2 2 2
= − − + + − + − = x
σ
Uji keseragaman data Pss sepatu skateboard 38 (Pss,38) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:
BKA = x+ k
σ
x= 28,8667+ 2(1,5698) = 32,0063 BKB = x- k
σ
x= 28,8667- 2(1,5698)= 25,7271
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang sepatu skateboard ukuran 38 pada halaman sebagai berikut :
0 5 10 15 20 25 30 35
1 3 5 7 9
1 1 1 3 1 5 1 7 1 9 2 1 2 3 2 5 2 7 2 9 P S S
ukur an
ke-PSS,38
BKA
BKB
mencari X dan σx adalah sebagai berikut: 5 , 30 30 915 = = =
∑
n x X